12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan Latihan adalah merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual, yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Bompa, 2009: 4). Menurut Giriwijoyo (2005: 43) menyatakan bahwa berlatih merupakan proses latihan yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah. Pada prinsipnya latihan merupakan proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas psikis seseorang. Pengertian latihan menurut Suharno dalam Irianto, D.P (2002: 11) adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Menurut Sukadiyanto (2010: 1) pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis anak latih.
48
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Latihan a. · Pemain tersebut berusaha lari sambil menggiring bola dengan cara zig-zag melewati pancang-pancang. ... yang berulang atau gerakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Latihan
a. Pengertian Latihan
Latihan adalah merupakan aktivitas olahraga yang sistematik
dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual,
yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Bompa, 2009: 4).
Menurut Giriwijoyo (2005: 43) menyatakan bahwa berlatih merupakan
proses latihan yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan
yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah. Pada prinsipnya
latihan merupakan proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu
meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas
psikis seseorang.
Pengertian latihan menurut Suharno dalam Irianto, D.P (2002: 11)
adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis
untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban fisik dan
mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya.
Menurut Sukadiyanto (2010: 1) pada prinsipnya latihan merupakan suatu
proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan
kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis
anak latih.
13
Menurut Harsono (2015: 50) training adalah proses yang
sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-
ulang, dengan kian hari kian menambah beban latihan atau pekerjaannya.
Bahwa yang dimaksud sistematis adalah berencana menurut jadwal,
menurut pola dan menurut sistem tertentu, metodis, dari mudah ke sukar,
latihan yang teratur, dari sederhana ke yang lebih kompleks. Berulang-
ulang berarti bahwa gerakan yang dipelajari harus dilatih secara berulang
kali (mungkin berpuluh atau beratus kali) agar gerakan yang semula
sukar dilakukan dan koordinasi gerakan yang masih kaku menjadi kian
mudah, otomatis dan reflektif pelaksanaannya. Demikian pula agar pola
serta koordinasi gerak menjadi semakin halus sehingga semakin
menghemat energi (efisien). Beban kian hari kian bertambah berarti
secara berkala beban latihan harus ditingkatkan manakala sudah tiba
saatnya untuk ditingkatkan.
Menurut Sukadiyanto (2010: 5) mengatakan bahwa latihan
berasal dalam kata bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa
makna seperti: practice, exercises, dan training. Dalam bahasa Indonesia
kata-kata tersebut semuanya mempunyai arti yang sama yaitu latihan.
Namun, dalam bahasa Inggris kenyataanya setiap kata tersebut memiliki
maksud yang berbeda-beda. Dari beberapa istilah tersebut, setelah
diaplikasikan di lapangan memang nampak sama kegiatanya, yaitu
aktivitas fisik.
14
Menurut Sukadiyanto (2010: 7) pengertian latihan yang berasal
dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan
(kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Artinya, selama dalam
kegiatan proses berlatih melatih agar dapat menguasai keterampilan
gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan menggunakan berbagai
peralatan pendukung. Sebagai contoh, apabila seseorang pemain
sepakbola agar dapat menggiring bola dalam penguasaan penuh maka
perlu practice dalam menggiring bola. Untuk itu diperlukan alat bantu
seperti pancang yang disusun berjarak 1 meter sebanyak 10 pancang.
Pemain tersebut berusaha lari sambil menggiring bola dengan cara zig-
zag melewati pancang-pancang. Dalam proses berlatih melatih practice
sifatnya sebagai bagian dari proses latihan yang berasal exercise. Artinya,
dalam setiap proses latihan yang berasal dari kata exercises pasti ada
bentuk latihan practice.
Selain pendapat di atas, ada beberapa pendapat para ahli di
antaranya McMorris et al. (2006: 97) juga mengemukakan hal yang
berkaitan dengan kata practice, yaitu practice is essential if learning is to
take place. To the congnitivists, practice follows instruction. It is the
keyfactor in the intermediate and autonomous stages of fits and posner,
would see it as being when we move from declarative knowledge
(knowing what to do) to procedural knowledge (developing the ability to
perform the task). Maksud dari pernyataan McMorris et al, praktik adalah
15
hal yang penting untuk mengembangkan pengetahuan dengan mengikuti
instruksi-instruksi yang diberikan yang akan mengubah pengetahuan
deklaratif (mengetahui apa yang harus dilakukan) hingga pengetahuan
prosedural (mengembangkan kemampuan untuk melakukan tugas).
Menurut Thompson dalam Cassidy, et.al (2009: 163) practice
theories, then, are defined as the assumptions and informal knowledge
that are built up through experience and are often culturally transmitted
to new recruits entering specific fields. Teori mengenai practice
didefinisikan sebagai asumsi dan pengetahuan umum bahwa membangun
melalui pengalaman dan kebiasaan untuk mendapatkan suatu hal baru
yang spesifik.
Menurut Drake (2009: 51) ada beberapa hal penting di dalam
practice yang baik, yaitu “offers areas of provision on a continuous basis
to enable children to develop ideas and understanding over time.
Encourage children as independent learners and thinkers within the
environment, organizing provision to promote self selection and decision
making”. Secara terus-menerus melakukan latihan maka seiring waktu
akan memungkinkan anak untuk mengembangkan ide dan pemahaman.
Practice mendorong anak untuk dapat mandiri dan mengembangkan
kreativitas dalam pengambilan keputusan.
Rai, Hamid & Tsiang (2007: 21) menyatakan bahwa latihan
adalah memberikan stimulus (rangsangan) untuk menciptakan kebutuhan
bagi tubuh untuk menyesuaikan diri (adaptasi). Latihan merupakan
16
aktivitas fisik yang menimbulkan tekanan yang berbeda bagi tubuh.
Latihan sebagai suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga
yang berisi materi teori dan praktek, menggunakan metode dan aturan
pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan
yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai pada
tepat waktu.
Menurut Sukadiyanto (2010: 8) pengertian latihan yang berasal
dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian
untuk meningkatkan kualitas fungsi organ tubuh manusia, sehingga
mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Latihan
exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh
pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan.
Birch et al. (2005: 1) mengemukakan latihan yang berasal dari kata
exercise yaitu exercise is defined as repetitive physical activity or
movement aimed at improving or maintaining fitness or health. Maksud
dari pernyataan Birch et al, latihan didefinisikan sebagai aktivitas fisik
yang berulang atau gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kebugaran maupun kesehatan.
Menurut Hollandsworth dalam Blumenstein, et.al (2002: 86)
exercise is essentially a natural analogue to instrument-based
biofeedback, as it performs the same function, namely the amplification
of physiological signals, in a natural way. In fact, it has been shown that,
following vigorous exercise, participants report increased awareness of
17
their physiological state. Latihan merupakan esensi sebuah analogi
natural untuk mengukur umpan balik tubuh, sebagaimana fungsi
fisiologis menampilkan keterangan sinyal yang semestinya seperti tingkat
kelelahan latihan, partisipan meningkatkan kesadaran akan batas
fisiologisnya.
Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah
penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan
berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan
pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai (Martin
dalam Sukadiyanto, 2010: 8). Sedangkan menurut Sukadiyanto (2010: 8)
latihan yang berasal dari kata training adalah suatu proses
penyempurnaan kemampuan berolahraga dengan pendekatan ilmiah,
memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga dapat
meningkatkan kesiapan dan kemampuan olahragawan.
Menurut Reilly (2005: 1) training is an essential part of
preparing for sports competition. If training for soccer is to be effective it
must be related to the demands of the game. Latihan merupakan bagian
penting dari persiapan menuju kompetisi olahraga. Apabila latihan
sepakbola, yang efektif seharusnya berhubungan dengan kebutuhan
dalam permainan. Menurut Gordon (2009: 90) “training can be viewed
as a very powerful stimulus which evokes a response in the body, the
result of which is adaptation”. Latihan dapat dilihat sebagai stimulus
yang sangat kuat yang dapat membangkitkan respon dalam tubuh, yang
18
hasilnya adalah adaptasi. Menurut Bompa & Haff (2009: 3) ”the intent of
training is to increase the athlete’s skill and work capacity to optimize
athletic performance. Latihan yang dilakukan secara rutin dapat
meningkatkan keterampilan dan kapasitas kerja atlet untuk
mengoptimalkan penampilan atlet.
Latihan sangat berperan penting bagi atlet untuk mencapai
prestasi dengan adanya program latihan yang disusun dan di
implementasikan secara terstruktur, maka atlet akan terbiasa beradaptasi
serta meningkatkan kualitas fisik maupun psikis. Prinsipnya, latihan
merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk
meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh, dan
kualitas psikis anak latih.
Berdasarkan beberapa pengertian latihan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa latihan merupakan aktivitas fisik yang dilakukan
secara sistematis, dalam jangka waktu yang panjang, dilakukan berulang-
ulang, meningkat, dan dengan sebuah metode tertentu sesuai tujuan yang
diinginkan. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana,
berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah beban, serta
dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks. Practice adalah suatu
bagian dari bentuk aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang
olahraganya. Exercise adalah aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi
atau satu kali tatap muka sedangkan training merupakan suatu latihan
19
yang dilakukan secara berulang-ulang, teratur dan terprogram yang
berlangsung dalam beberapa hari atau bulan.
b. Ciri-Ciri Latihan
Salah satu ciri latihan yang baik yang dikemukakan oleh
Sukadiyanto (2010: 6) berasal dari kata practice, exercises, maupun
training, adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukanya beban
latihan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial
olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang
singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama.
Menurut Reilly (2007: 4) the effects of training depend on the
physiological stimulus provided by the exercise undertaken. Efek dari
latihan tergantung pada stimulus fisiologis yang diterima dari bentuk
latihan yang dilakukan. Tugas utama dalam latihan adalah menggali,
menyusun, dan mengembangkan konsep berlatih melatih dengan
memadukan antara pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan,
sehingga proses berlatih melatih dapat berlangsung tepat, cepat, efektif,
dan efisien (Sukadiyanto, 2010: 10).
Menurut Sukadiyanto (2010: 10) beban latihan merupakan
rangsang motorik (gerak) yang dapat diatur dan dikontrol oleh pelatih
maupun olahragawan untuk memperbaiki kualitas fungsional berbagai
peralatan tubuh. Ada dua macam beban latihan, yaitu beban luar dan
beban dalam. Beban luar dilakukan dengan cara memvariasikan
20
komponen-komponen latihan (intensitas, volume, recovery dan interval).
Sedangkan beban dalam adalah perubahan fungsional yang terjadi pada
peralatan tubuh sebagai akibat dari pengaruh beban luar.
Menurut Sukadiyanto (2010: 11) proses latihan selalu bercirikan
antara lain :
1) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih
baik dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu
(pentahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan
cermat.
2) Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur
maksudnya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan
berkelanjutan (kontinyu). Sedang bersifat progresif maksudnya
materi latihan diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari
yang sederhana ke yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang
ringan ke yang lebih berat.
3) Pada setiap kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus
memiliki tujuan dan sasaran.
4) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar
pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relatif
permanen.
Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang
direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor kesulitan,
kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa latihan merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis,
dalam jangka waktu yang panjang, dilakukan berulang ulang, meningkat,
dan dengan sebuah metode tertentu sesuai tujuan yang diinginkan. Proses
berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana, berulang-ulang dan
semakin lama semakin bertambah beban, serta dimulai dari yang
sederhana ke yang komplek.
21
c. Tujuan dan Sasaran Latihan
Tujuan latihan secara umum adalah membantu para pembina,
pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan
konseptual serta keterampilan dalam membantu mengungkap potensi
olahragawan mencapai puncak prestasi. Sedangkan sasaran latihan secara
umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan
olahragawan dalam mencapai puncak prestasi (Sukadiyanto 2010: 12).
Menurut Gordon (2009: 76) “the purpose of training is to stimulate
growth and that growth occurs only during periods of rest and recovery”.
Tujuan dari latihan adalah untuk merangsang pertumbuhan, dan
pertumbuhan terjadi hanya selama periode dari istirahat dan recovery.
Menurut Harsono (2015: 39) tujuan dan sasaran utama dari latihan atau
training adalah untuk meningkatkan keterampilan dan prestasinya
semaksimal mungkin.
Menurut Reilly (2007: 1) “the basic purpose of training is to
improve human capabilities in all their manifestations”. Dasar tujuan
dari latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan manusia pada semua
potensi yang dimilikinya. Menurut Verkhoshansky dalam Bompa &
Buzzichellini (2015: 59) the training process is a set of artificial stimuli
set upon the body to elicit morpho-functional adaptations. Proses latihan
akan membentuk rangsangan artifisial dalam tubuh untuk membuat
berbagai fungsi tubuh beradaptasi. Menurut Sukadiyanto (2010: 9)
sasaran dan tujuan latihan secara garis besar adalah: (1) meningkatkan
22
kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh; (2) mengembangkan
dan meningkatkan potensi fisik yang khusus; (3) menambah dan
menyempurnakan teknik; (4) mengembangkan dan menyempurnakan
strategi; (5) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan
dalam bertanding.
Menurut Sukadiyanto (2010: 13) tujuan utama latihan adalah
untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya
semaksimal mungkin. Untuk dapat mencapai hal itu ada empat aspek
latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet,
yaitu:
1) Latihan Fisik (physical training), tanpa kondisi fisik yang baik atlet
tidak bias mengikuti latihan-latihan dengans empurna. Latihan fisik
hendaklah menunjang perkembangan fisik secara menyeluruh.
2) Latihan Teknik (technical training), latihan untuk mempermahir
teknik-teknik gerakan yang diperlukan untuk melakukan cabang
olahraga yang dilakukan atlet. Latihan teknik juga bermanfaat untuk
membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau
perkembangan neuromuscular.
3) Latihan Taktik (tactical training), bertujuan untuk menunjukan
perkembangan interpreatative atau daya tafsir pada atlet. Teknik
gerakan-gerakan yang sudah dikuasai dengan baik harus dituangkan
dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan
formasi permainan, serta strategi-strategi dan taktik-taktik pertahanan
23
serta penyerangan, sehingga berkembang menjadi satu kesatuan gerak
yang sempurna.
4) Latihan Mental (psychological training), untuk mempertinggi efisiensi
mental atlet terutama apabila atlet dalam situasi stress yang komplek.
Latihan mental adalah latihan-latihan yang lebih menekan pada
perkembangan kedewasaan atlet serta perkembangan emosional.
Menurut Sukadiyanto (2010: 15) dalam setiap unit (satu tatap
muka atau satu sesi) latihan pembebanan yang diberikan harus mencakup
pembebanan terhadap unsur-unsur fisik, teknik, dan psikis. Hal itu
didasari oleh karena manusia merupakan satu totalitas sistem psiko-fisik
yang kompleks. Sasaran latihan harus mencakup seluruh unsur yang
mendukung pencapaian prestasi olahragawan (baik fisik maupun psikis),
tidak boleh hanya menekankan pada salah satu unsur saja. Jadi proses
latihan harus komprehensif sasarannya, bukan lagi bagian per bagian.
Untuk membedakan skala prioritas sasaran pembebanan terletak pada
penyusunan materi dalam latihan inti dan latihan suplemen (tambahan
sebagai pendukung).
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa tujuan dan sasaran latihan adalah untuk mengaktualisasikan
potensi fisik (umum dan khusus sesuai cabang olahraganya), teknik,
taktik dan psikis atau mental yang dimiliki atlet agar dapat meraih
prestasi yang maksimal.
24
d. Prinsip Latihan
Menurut Sukadiyanto (2010: 18) prinsip latihan merupakan hal-
hal yang harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip latihan memiliki
peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis bagi
olahragawan. Memahami prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya
dalam meningkatkan kualitas suatu latihan. Menurut Irianto, D.P (2009:
12) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan latihan atau fitness secara
optimal, maka perlu mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam latihan
fitness yang memiliki peranan yang sangat penting terhadap aspek
fisiologis maupun psikologis.
Menurut Reilly (2007: 2) “a basic principle of training is that the
biological system to be affected is overloaded. The training stimulus or
stress presented is greater than that which the individual is normally
accustomed to”. Prinsip dasar dari latihan adalah memberikan pengaruh
maksimal terhadap sistem dalam tubuh. Stimulus latihan atau rangsang
yang dilakukan lebih besar daripada ketika individu beraktivitas normal
seperti biasa. Menurut Nossek, J (1995: 4) prinsip-prinsip latihan adalah
garis pedoman suatu latihan terorganisasi dengan baik yang harus
digunakan. Prinsip-pinsip semacam itu menunjuk pada semua aspek dan
kegiatan latihan, prinsip-prinsip itu menentukan isi, cara dan metode
serta organisasi latihan. Menurut Harsono (2015: 51) dengan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip training tersebut atlet akan lebih
25
cepat meningkat prestasinya oleh karena akan lebih memperkuat
keyakinannya akan tujuan-tujuan sebenarnya dari tugas-tugas serta
latihan-latihannya.
Prinsip-prinsip latihan adalah garis pedoman suatu latihan
terorganisasi dengan baik yang harus digunakan. Prinsip-pinsip semacam
itu menunjuk pada semua aspek dan kegiatan latihan, prinsip-prinsip itu
menentukan isi, cara dan metode serta organisasi latihan. Menurut
Sukadiyanto (2010: 19) beberapa prinsip-prinsip yang seluruhnya dapat
dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu
kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, prinsip individual, prinsip