Top Banner
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri 1. Definisi kebutuhan nyaman Rasa nyaman dibutuhkan setiap individu, dalam suatu konteks keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan (Susanto & Fitriani, 2017). Menurut Asmadi (2009), setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. 2. Definisi kebutuhan nyeri Nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun secara emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasakan tersiksa, menderita yang pada akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain (Susanto & Fitriani, 2017). Nyeri merupakan suatu kondisi lebih dari sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus dapat berupa stimulus fisik dan mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan actual atau pada fungsi ego seseorang individu (Haswita & Sulistyowati, 2017). 3. Penyebab nyeri Menurut Susanto dan Fitriani (2017), penyebab rasa nyeri dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan fisik dan nyeri psikologis.
44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

Nov 04, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri

1. Definisi kebutuhan nyaman

Rasa nyaman dibutuhkan setiap individu, dalam suatu konteks

keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman.

Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui

intervensi keperawatan (Susanto & Fitriani, 2017).

Menurut Asmadi (2009), setiap individu membutuhkan rasa nyaman.

Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada

yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai

banyak uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam

hidupnya. Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka perawat harus

memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang

dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.

2. Definisi kebutuhan nyeri

Nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan

baik secara sensori maupun secara emosional yang berhubungan dengan

adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu

merasakan tersiksa, menderita yang pada akhirnya akan mengganggu

aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain (Susanto & Fitriani, 2017).

Nyeri merupakan suatu kondisi lebih dari sensasi tunggal yang

disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat

bersifat individual. Stimulus dapat berupa stimulus fisik dan mental,

sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan actual atau pada fungsi

ego seseorang individu (Haswita & Sulistyowati, 2017).

3. Penyebab nyeri

Menurut Susanto dan Fitriani (2017), penyebab rasa nyeri dapat

digolongkan menjadi dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan fisik dan

nyeri psikologis.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

8

a. Nyeri fisik

Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan

terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf kini terletak

dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang

terletak lebih dalam. Penyebab nyeri secara fisik yaitu akibat trauma

(trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektik), neoplasma,

peradangan, gangguan sirkulaski darah, dan lain-lain:

1) Trauma mekanik. Trauma mekanik menimbulkan rasa nyeri karena

ujung-ujung saraf bebas, mengalami kerusakan akibat benturan,

gesekan ataupun luka.

2) Trauma termis. Trauma termis menimbulkan rasa nyeri karena ujung

saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.

3) Trauma kimiawi. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam

atau basa yang kuat.

4) Trauma elektrik. Trauma elektrik dapat menimbulkan rasa nyeri

karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa

nyeri.

5) Neoplasma. Neoplasma meyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan

dan kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga

karena tarikan, jepitan atau metastase.

6) Nyeri pada peradangan. Nyeri pada peradangan terjadi karena

kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau

terjepit oleh pembengkakan.

b. Nyeri psikologis

Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang

dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma

psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai

pada kasus yang termasuk kategori psikosomatik. Nyeri karena faktor

ini disebut psychogenic pain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

9

4. Klasifikasi nyeri

Menurut Susanto dan Fitriani (2017), nyeri dapat diklasifikasikan ke

dalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya

nyeri, dan waktu lama serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya:

1) Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa. Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada

permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh

visceral.

2) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan kerena penyakit

organ/ struktur dalam tubuh yang di transmisikan ke bagian tubuh di

daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

3) Central pain yaitu nyeri yang terjadi kerena perangsangan pada

system saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya:

1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu yang lama.

3) Paroxymal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensi tinggi dan kuat

sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu

menghilang, kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:

1) Nyeri ringan yaitu dengan intensitas rendah.

2) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan:

1) Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan

berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui

dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

10

luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri

coroner.

2) Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri

kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan

priode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali

lagi nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang

konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama

semakin meningkat intensitasnya walaupun telah di berikan

pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena neoplasma.

5. Patofisiologi nyeri

Menurut Wiarto (2017), anti stimulus cedera jaringan dan pengalaman

subjektif terdapat empat proses yaitu:

a. Proses transduksi

Transduksi nyeri adalah rangsangan nyeri noksius diubah menjadi

depelarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf

reseotor nyeri tersebut. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan fisik

(tekanan), suhu (panas), atau kimia. Rangsangan noksius ini

menyebabkan suatu pelepasan asam amino eksitasi glutamate pada

saraf affrent.

b. Proses transmisi

Transmisi adalah suatu proses penerusan impuls nyeri dari

moniseptor saraf perifer melewati kornu dorsalis menuju korteks

serebri. Saraf sensoris perifer yang melanjutkan rangsangan ke terminal

di medulla spinalis disebut neuron affrent primer. Jaringan saraf yang

naik dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus disebut neuron

penerima kedua. Neuron yang menghubungkan dari thalamus ke

korteks serebri disebut neuron penerima ketiga.

c. Proses medulasi

Proses medulasi adalah proses dimana terjadi interaksi anatara

sistem analgesi endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan impuls

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

11

nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis. Sistem analgesi

endrogen ini meliputi beberapa bagian enkafalin, endorfhin, serotonin,

dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan inpuls nyeri pada

kornu posterior medulla spinalis. Proses medulasi ini dapat dihambat

oleh golongan opioid.

d. Proses persepsi

Proses persepsi adalah hasil akhir proses interaksi yang kompleks

dan unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi

yang ada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang

dikenal sebagai persepsi nyeri.

6. Respon terhadap nyeri

Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), respon terhadap nyeri dibagi

menjadi dua:

a. Respon fisiologis

Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis ke batang otak dan

thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari

respon strees. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri

yang superfisial menimbulkan reaksi “fligh-atau-fight”, yang

merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis

pada system saraf otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila

nyeri berlangsung terus-menerus secara tipikal akan melibatkan suatu

organ-organ visceral, system saraf parasimpatis menghasilkan suatu

bentuk reaksi. Respon fisiologis terhadap nyeri sangat membahayakan

individu, kecuali pada kasus-kasus nyeri berat yang menyebabkan

individu mengalami syok, kebanyakan individu mencapai tingkat

adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal, dengan demikian klien

yang mengalami nyeri tidak akan selalu memperhatikan tanda-tanda

fisik.

b. Respon perilaku

Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang

khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat ditunjukkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

12

oleh pasien sebagai respons perilaku terhadap nyeri. Respons pasien

tersebut seperti mengkerutkan dahi, gelisah, dan memalingkan wajah

ketika diajak bicara.

Tabel 2.1: Respons Fisik dan Perilaku terhadap Nyeri

Jenis Respons Fisik Respons Perilaku

Akut 1. Tekanan darah pada pasien

meningkat.

2. Detak jantung yang dialami pasien

meningkat/bertambah.

3. Bola mata membesar

4. Frekuensi meningkat.

1. Gelisah

2. Tidak berkonsentrasi

3. Apprehension

4. Stress

Kronis 1. Tekanan darah normal

2. Denyut jantung normal

3. Pernafasan normal

4. Bola mata normal

5. Kulit kering

1. Tidak dapat bergerak bebas

2. Menarik diri dari pergaulan

3. Putus asa

Sumber: Dewi Kartikawati (2014)

7. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), faktor yang mempengaruhi nyeri

dibagi menjadi sepuluh bagian yaitu:

a. Usia

Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi suatu nyeri

terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang

ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi

bagaimana suatu anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-

anak kesulitan untuk memahami nyeri. Anak-anak yang belum

mempunyai kosa kata yang banyak, mempunyai kesulitan pada

mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri.

b. Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya

anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

13

perempuan dapat menangis dalam waktu yang sama, namun secara

umum, pria dan wanita tidak boleh dibedakan dalam berespon terhadap

nyeri.

c. Kebudayaan

Beberapa kebudayaan meyakini bahwa jika memperlihatkan nyeri

adalah sesuatu yang bersifat alamiah. Beberapa kebudayaan cenderung

untuk menutup perilaku nyeri. Sosialisasi juga dapat menentukan

perilaku psikologis, dengan demikian hal ini dapat mempengaruhi

pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah prespsi nyeri.

d. Makna nyeri

Individu akan memprsepsikan nyeri berbeda-beda jika nyeri

tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan

tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara

seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

e. Perhatian

Tingkat perhatian pada pasien dapat mempengaruhi prespsi pasien.

Perhatian yang meningkat dihubungan dengan nyeri yang meningkat

sedangkan upaya pengalihan (distaksi) dihubungkan dengan respon

nyeri yang menurun.

f. Ansietas

Ansietas sering kali meningkatkan presepsi nyeri tertapi nyeri juga

dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak

dapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksaan nyeri

yang serius.

g. Keletihan

Rasa kelelahan menyebabkan senasasi nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan presepsi

nyeri.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

14

h. Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari penglaman nyeri sebelumnya namun

tidak selalu berarti bahwa setiap individu tersebut akan menerima nyeri

dengan lebih mudah di masa datang.

i. Gaya koping

Individu yang memiliki suatu lokus kendali internal dapat

mempresepsikan diri mereka sebagai suatu individu yang dapat

mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa

nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal

mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti

perawat sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir

suatu peristiwa.

j. Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap mereka

terhadap pasien mempengaruhi respons nyeri. Pasien dengan yeri

memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap

dirasakan namnun kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan

kesepian dan ketakutan.

8. Intensitas nyeri

Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, sehingga intensitas nyeri

merupakan karakteristik yang sangat relatif, oleh karena itu, banyak tes,

skala, skor, atau tingkatan angka dibuat untuk membantu dalam mengukur

intensitas nyeri secara subjektif setepat mungkin (Asmadi, 2008).

9. Alat bantu menentukan skala nyeri

Untuk mempermudah pengukuran nyeri, dapat digunakan banyak cara,

tes, atau skala pengukur nyeri. Namun, perlu diingat bahwa semua tes

tersebut besifat subjektif. Menurut Haswita & Sulistyawati (2017),

pengukuran intensitas nyeri yaitu:

a. Skala nyeri menurut Hayward

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut

Hayward dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

15

satu bilangan dari 0-10 yang menurutnya paling menggambarkan

pengalaman nyeri yang sangat ia rasakan.

Gambar 2.1: Skala Nyeri Hayward

Sumber: Haswita & Sulistyawati (2017)

Keterangan gambar:

Angka 0: tidak nyeri.

Angka 1-3: nyeri ringan.

Angka 4-6: nyeri sedang.

Angka 7-9: nyeri berat terkontrol.

Angka 10: nyeri berat tidak terkontrol.

b. Skala nyeri menurut Mc. Gill

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala menurut

Mc. Gill dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu

bilangan dari 0-5 yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman

nyeri yang sangat ia rasakan. Skala nyeri menurut Mc. Gilll dapat

dkituliskan sebagai berikut:

Angka 0: tidak nyeri.

Angka 1: nyeri ringan.

Angka 2: nyeri sedang.

Angka 3: nyeri berat atau parah.

Angka 4: nyeri sangat berat.

Angka 5: nyeri hebat.

c. Skala wajah atau wong-boker FACES rating scale

Pengukuran intensitas nyeri di wajah dilakukan dengan cara

memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut

menyerang. Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat

menyebutkan intensitas nyerinya dengan skala angka, misalnya anak-

anak dan lansia.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

16

Gambar 2.2: Pengukuran Skala Nyeri Skala Wajah

Sumber: Haswita & Sulistyawati (2017)

Keterangan gambar:

Angka 0: no hurt

Angka 1: hurts little bit

Angka 2: hurts little more

Angka 3: hurts even more

Angka 4: hurts whole lot

Angka 5: hurts worst

10. Penatalaksanaan Nyeri

Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), penatalaksanaan pada pasien

nyeri dibagi menjadi dua yaitu:

a. Farmakologi

1) Analgesik narkotik

Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti

morfin dan kodein. Narkotika dapat memberikan efek penurunan

nyeri dan kegembiraan karena obat ini dapat mengadakan ikatan

dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekanan nyeri endogen

pada susunan saraf pusat. Namun, penggunaan obat ini

menimbulkan efek menekan pusat pernafasan di medulla terhadap

perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik

jenis ini.

2) Analgesik non narkotik

Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan

ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

17

antiinflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan

penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostaglandin dari

jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi. Efek samping

yang paling umum terjadi adalah suatu gangguan pencernaan

seperti ulkus dan pendarahan.

b. Non farmakologi

1) Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri

ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau

pertandingan bola), distraksi bentuk audio adalah (mendengar

musik, distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi

intelektual (merangkai puzzle, main catur). Distraksi mencakup

memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri,

dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin

merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik

kognitif efektif lainnya.

Disraksi diduga dapat menurunkan presepsi nyeri dengan

menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih

sedikit stumuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan

distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan

membangkitkan input sensori selain nyeri.

2) Relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri

dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.

Banyak bukti menunjukkanbahwa relaksasi efektif dalam

meredakan nyeri.

Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen

dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan

matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang

konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan

lambat bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”) dan ekhalasi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

18

(“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan teknik

ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama

pasien pada awalnya. Nafas yang lambat, berirama juga dapat

digunakan sebagai teknik distraksi. Periode relaksasi yang teratur

dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegagan otot yang

terjadi dengan nyeri kronis dan meningkatkan nyeri.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

Menurut Wartonah dan Tarwoto (2011). tahap pengkajian dari proses

keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi

tiga aktivitas dasar yaitu, mengumpulkan data secara sistematis, memilah

dan mengatur data yang dikumpulkan, dan mendokumentasikan data

dalam format yang dapat di baca kembali.

Menurut Mardalena (2016) pengkkajian nyeri yaitu: Prookes/palliate

(penyebab), Quality(kualitas nyeri), Radiates (penyebaran), Sevirty

(keparahan/skala), dan Time (waktu).

Menurut Wahyudi & Wahid (2016), data perawatan yang dikaji dan

harus didapatkan pada pasien mencakup:

a. Alasan masuk rumah sakit, yaitu keluhan utama pasien saat masuk

rumah sakit dan saat dikaji. Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan

riwayat kesehatan sekarang, dan kesehatan sebelumnya.

b. Kebutuhan rasa nyaman (nyeri)

Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), pemeriksaan fisik dilakukan

untuk mendapatkan perubahan klinis yang diakibatkan oleh nyeri yang

dirasakan oleh pasien. Data yang didapatkan mencerminkan respons

pasien terhadap nyeri yang meliputi respon fisiologis, respon perilaku,

dan respons psikologis.

1) Respon fisiologis

Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang

berupaya untuk merahasiakan, tidak mengeluh atau mengakui

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

19

ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda vital

pasien dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan

saraf otonom, saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah,

dan frekuensi pernafasan meningkat.

2) Respon perilaku

Pasien seringkali berprilaku meringis, mengerutkan dahi,

menggigit bibir, gelisah atau merasa tidak nyaman, mengalami

immobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan

melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari kontak sosial

dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

3) Repons psikologis

Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi

setiap individu berbeda-beda antara lain: marah-marah, bahaya atau

merusak, komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang.

Penyakit baru, penyakit yang fatal, peningkatan ketidakmampuan,

dan kehilangan mobilitas.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Standa Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 2017.

Diagnosis keperawatan pada pasien pasca operasi kanker payudara yaitu:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri (nyeri akut) berhubungan dengan insisi

pembedahan.

1) Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab:

a) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia)

b) Agen pencedera kimia (mis. terbakar, bahan kimia iritan).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

20

c) Suatu agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

fisik berlebihan).

3) Gejala dan tanda mayor:

Subjektif:

a) Mengeluh nyeri

Objektif:

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor:

Subjektif:

a) Tidak tersedia

Objektif:

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola napas berubah

c) Nafsu makan berubah

d) Proses berpikir terganggu

e) Menarik diri

f) Berfokus pada diri sendiri

g) Diaforesis

4) Kondisi klinis terkait:

a) Kondisi pembedahan

b) Cedera traumatis

c) Infeksi

d) Sindrome koroner akut

e) Glaukoma

b. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

21

1) Definisi: berisiko mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik.

2) Faktor risiko yaitu:

a) Penyakit kronis (mis. diabetes milletus)

b) Efek prosedur invasif

c) Malnutrisi

d) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:

(1) Gangguan peristaltik

(2) Kerusakan integritas kulit

(3) Perubahan sekresi pH

(4) Penurunan kerja siliaris

(5) Ketuban pecah lama

(6) Ketuban pecah sebelum waktunya

(7) Merokok

(8) Statis cairan tubuh

f) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder:

(1) Penurunannya hemoglobin

(2) Imununosupresi

(3) Leukopenia

(4) Supresi respon inflamasi

(5) Vaksinasi tidak adekuat

3) Kondisi klinis terkait:

a) AIDS

b) Luka bakar

c) Penyakit paru obstruktif

d) Diabetes mellitus

e) Tindakan invasif

f) Kondisi penggunaan terapi steroid

g) Penyalahgunaan obat

h) Ketuban pecah sebelum waktunya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

22

i) Kanker

j) Gagal ginjal

k) Imunosupresi

l) Lymphedema

m) Leukositopenia

n) Gangguan fungsi hati

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan pembedahan

1) Definisi: perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi

fisik individu.

2) Penyebab:

a) Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. amputasi, trauma, luka

bakar, obesitas, jerawat).

b) Perubahan fungsi tubuh

c) Perubahan fungsi kognitif.

d) Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai.

e) Transisi perkembangan.

f) Efek tindakan/pengobatan (mis. pembedahan, kemoterapi, terapi

radiasi).

3) Gejal dan tanda mayor:

Subjektif:

a) Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

Objektif:

a) Kehilangan bagian tubuh

b) Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang

Gejala dan tanda minor:

Subjektif:

a) Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

b) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh

4) Kondisi klinis terkait:

a) Mastektomi, parut, luka bakar yang terlihat, dan obesitas.

b) Amputasi, jerawat, dan hipergimentasi pada kehamilan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

23

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2: Rencana Keperawatan Menurut SIKI 2018

No.. Rencana Keperawatan

Diagnosis Intervensi Utama Intervensi Pendukung

1. Gangguan rasa nyaman nyeri

(nyeri akut) berhubungan dengan

insisi pembedahan.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperarawatan selama 3x24 jam

diharapkan masalah teratasi

dengan kriteria hasil:

1. Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan teknik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari

bantuan).

2. Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunankan manajemen

nyeri.

3. Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi,

Manajemen Nyeri:

Observasi:

1. Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik

nyeri, durasi nyeri, frekuensi nyeri,

kualitas nyeri, dan intensitas nyeri.

2. Identifikasi skala nyeri.

3. Identifikasi respons nyeri non verbal.

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri.

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan

tentang nyeri.

6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap

respon nyeri.

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas

hidup.

8. Monitor keberhasilan suatu terapi yaitu

komplementer yang sudah diberikan.

9. Monitor efek samping penggunaan

analgetik.

Terapeutik:

1. Dukungan hipnosis diri

2. Dukungan pengungkapan kebutuhan

3. Edukasi efek samping obat

4. Edukasi menejemen nyeri

5. Edukasi proses penyakit

6. Edukasi teknik napas

7. Kompres dingin

8. Kompres panas

9. Konsultasi

10. Aromaterapi

11. Latihan pernapasan

12. Manajemen suatu efek samping obat

13. Manajemen kenyamanan lingkungan

14. Manajemen medikasi

15. Manajemen sedasi

16. Manajemen terapi radiasi

17. Pemantauan nyeri

18. Pemberian obat

19. Pemberian suatu obat intravena

20. Pemberian suatu obat oral

21. Pemberian suatu obat intravena

22. Pemberian suatu obat topikal

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

24

dan tanda nyeri).

4. Menyatakn rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

10. Berikan teknik nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri (mis. hipnosis,

akupresur, terapi musik, biofeedback,

terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi

terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi

bermain).

11. Kontrol lingkungan yang memperberat

rasa nyeri pasien (mis. suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan).

12. Fasilitas istirahat dan tidur.

13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan suatu strategi meredakan

nyeri.

14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

nyeri.

Edukasi:

15. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

16. Anjurkan memonitor rasa nyeri secara

mandiri.

17. Anjurkan menggunakan analgetik secara

tepat.

18. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kaloborasi:

19. Kolaborasi pemberian obat analgetik, jika

diperlukan.

Pemberian analgesik:

23. Pengaturan posisi

24. Perawatan amputasi

25. Perawatan kenyamanan

26. Teknik distraksi

27. Teknik imajinasi terbimbing

28. Terapi akupresur

29. Terapi akupuntur

30. Terapi bantuan hewan

31. Terapi humor

32. Terapi murattal

33. Terapi musik

34. Terapi pemijatan

35. Terapi relaksasi

36. Terapi sentuhan

37. TENS

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

25

Observasi:

1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.

pencetus, pereda, kualitas, lokasi,

intensitas, frekuensi, durasi).

2. Identifikasi riwayat alergi obat.

3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik

(mis. narkotika, non-narkotika, atau

NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri.

4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan

sesudah pemberian analgesik.

5. Monitor efektivitas analgesik.

Terapeutik:

6. Diskusikan jenis analgesik yang disukai

untuk mencapai analgesia optimal, jika

perlu.

7. Pertimbangkan penggunaan untuk infus

kontinu, atau bolus opioid, yaitu untuk

mempertahankan kadar dalam serum

8. Tetapkan target efektifitas analgesik

untuk mengoptimalkan respons pasien.

9. Dokumentasikan respons terhadap efek

analgesik dan efek yang tidak diinginkan.

Edukasi:

10. Jeklaskan efek terapi dan efek samping

obat.

Kolaborasi:

11. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis

analgesik, sesuai indikasi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

26

2. Risiko infeksi berhubungan

dengan insisi pembedahan.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperarawatan selama 3x24 jam

diharapkan masalah teratasi

dengan kriteria hasil:

1. Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi

2. Mendeskripsik.an proses

penularan penyaki, faktor

yang mempengaruhi

penularan serta

penatalaksanaannya.

3. Menunjukan kemampuan

untuk mencegah timbulnya

infeksi.

4. Jumlah leukosit dalam batas

normal.

5. Menunjukan perilaku hidup

sehat.

Pencegahan Infeksi:

Observasi:

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal

dan sistemik.

Terapeutik:

2. Batasi jumlah pengunjung.

3. Berikan perawatan kulit pada area edema.

4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan pasien dan lingkunganpasien.

5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien

berisiko tinggi.

Edukasi:

6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.

7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan

benar.

8. Ajarkan etika batuk.

9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau

luka operasi.

10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.

11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.

Kolaborasi:

12. Kolaborasi pemberian imunkisasi, jika

perlu.

1. Dukungan pemeliharaan rumah

2. Dukungan perawatan diri: mandi

3. Edukasi pencegahan luka tekan

4. Edukasi seksualitas

5. Induksi persalinan

6. Latihan batuk efektif

7. Manajemen jalan nafas

8. Manajemen imunisasi/vaksin

9. Manajemen lingkungan

10. Manajemen nutrisi

11. Manajemen medikasi

12. Pemantauan elektrolit

13. Pemantauan nutrisi

14. Pemantauan tanda vital

15. Pemberian obat

16. Pemberian obat intravena

17. Pemberian obat oral

18. Pencegahan luka tekan

19. Pengaturan posisi

20. Perawatan amputasi

21. Perawatan area insisi

22. Perawatan kehamilan risiko tinggi

23. Perawatan luka bakar

24. Perawatan luka tekan

25. Perawatan pasca persalinan

26. Perawatan perineum

27. Perawatan persalinan

28. Perawatan persalinan risiko tinggi

29. Perawatan selang

30. Perawatan selang dada

31. Perawatan selang gastrointestinal

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

27

32. Perawatan selang umbilikal

33. Perawatan sirkumsisi

34. Perawatan skin graft

35. Perawatan terminasi kehamilan

3.

Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan efek

tindakan pembedahan

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan

keperarawatan selama 3x24 jam

diharapkan masalah teratasi

dengan kriteria hasil:

1. Body image positif.

2. Mampu mengidentifikasi

kekuatan personal.

3. Mendiskripsikan secara

faktual perubahan fungsi

tubuh.

4. Mempertahankan interaksi

sosial.

Promosi citra tubuh:

Observasi:

1. Identifikasi harapan citra tubuh pasien

berdasarkan tahap perkembangan.

2. Identifikasi terkait budaya, agama, jenis

kelamin, dan umur terkait citra tubuh.

3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang

mengakibatkan isolasi sosial.

4. Monitor frekuensi pernyataan kritik

terhadap diri sendiri.

5. Monitor apakah pasien bisa melihat

bagian tubuh yang berubah.

Terapeutik:

6. Diskusikan perubahan tubuh dan

fungsinya.

7. Diskusikan perbedaan penampilan fisik

terhadap harga diri.

8. Diskusikan perubahan akibat pubertas,

kehamilan, dan panuan.

9. Diskusikan kondisi stres pasien yang

mempengaruhi citra tubuh (mis. luka,

penyakit, pembedahan).

10. Diskusikan cara mengembangkan suatu

harapan citra tubuh secara realistis.

19. Dukungan penampilan peran

20. Dukungan pengambilan keputusan

21. Dukungan pengungkapan kebutuhan

22. Dukungan pengungkapan perasaan

23. Dukungan tanggung jawab terhadap diri

sendiri

24. Edukasi perawatan diri

25. Edukasi teknik adaptasi

26. Kontrak perilaku positif

27. Manajemen gangguan makan

28. Manajemen stres

29. Modifikasi perilaku keterampilan sosial

30. Promosi harapan

31. Promosi kepercayaan diri

32. Restrukturisasi kognitif

33. Teknik distraksi

34. Teknik imajinasi terbimbing

35. Terapi diversional

36. Terapi kognitif perilaku

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

28

11. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga

tentang perubahan citra tubuh.

Edukasi:

12. Jelaskan kepada keluarga pasien tentang

perawatan perubahan citra tubuh.

13. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri

terhadap citra tubuh.

14. Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.

pakaian, wig, kosmetik).

15. Anjurkan untuk mengikuti sekelompok

pendukung (mis. kelompok sebaya).

16. Latih fungsi tubuh yang dimiliki.

17. Latih peningkatan penampilan diri (mis.

berdandan).

18. Latih pengungkapan kemampuan diri

kepada orang lainmaupun kelompok.

Promosi Koping:

Observasi:

1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan

panjang sesuai tujuan.

2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki.

3. Identifikasi sumber daya yang tersedia

untuk memenuhi tujuan.

4. Identifikasi pemahaman proses penyakit.

5. Identifikasi dampak situasi terhadap

peran dan hubungan.

6. Identifikasi suatu metode penyelesaian

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

29

masalah.

7. Identifikasi kebutuhan dan keinginan

terhadap dukungan sosial.

Terapeutik:

8. Diskusikan perubahan peran pasien yang

dialami.

9. Gunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan

10. Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri.

11. Diskusikan untuk mengklarifikasi suatu

kesalahpahaman dan mengevaluasi

perilaku sendiri.

12. Diskusikan konsekuensi apabila tidak

menggunakan rasa bersalah dan rasa malu

13. Diskusikan risiko yang menimbulkan

bahaya pada diri sendiri.

14. Fasilitasi dalam memperoleh informasi

yang dibutuhkan.

15. Berikan pilihan realistis mengenai aspek-

aspek tertentu dalam perawatan.

16. Motivasi untuk menentukan harapan yang

realistis

17. Tinjau kembali kemampuan dalam

pengambilan keputusan.

18. Hindari mengambil keputusan saat pasien

berada dibawah tekanan.

19. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial.

20. Motivasi untuk mengidentifikasi sistem

pendukung yang tersedia.

21. Dampingi saat berduka (mis. penyakit

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

30

kronis, kecacatan).

22. Perkenalkan dengan orang atau kelompok

yang berhasil mengalami pengalaman

yang sama.

23. Dukung untuk penggunaan mekanisme

pertahanan yang tepat.

24. Kurangi rangsangan lingkungan yang

mengancam

Edukasi:

25. Anjurkan untuk menjalin hubungan yang

memiliki kepentingan dan tujuan sama.

26. Anjurkan penggunaan sumber spritual,

jika perlu.

27. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan

persepsi.

28. Anjurkan keluarga terlibat.

29. Anjurkan membuat tujuan yang lebih

spesifik.

30. Ajarkan untuk memecahkan masalah

secara konstruktif.

31. Latih penggunaan teknik relaksasi.

32. Latih keterampilan sosial, sesuai yang

dibutuhkan.

33. Latih mengembangkan suatu penilaian

objektif.

Sumber: Standa Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

31

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Setiadi (2012), Implementasi merupakan pelaksanaan

perencanaan keperawatan oleh perawat. Implementasi adalah pengelolaan

dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain:

a. Mempertahankan daya tahan tubuh

b. Mecegah komplikasi

c. Menemukan perubahan sistem tubuh

d. Mempererat hubungan klien dengan lingkungan

e. Implementasi dokter

Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), implementasi merupakan

tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan

keperawatan mncakup tindakan mandiri (independen) dan tidak

kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang

didasarkan pada kesimpulan atau keptusan sendiri dan bukan merupakan

petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi

adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter

dan petugas kesehatan lainnya.

Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan

perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional. Bentuk

implementasi keperawatan adalah sebagai berikut:

1) Bentuk perawatan, pengkajian untuk mengidentifikasi masalah baru

atau mempertahankan masalah yang ada.

2) Pengajaran/pendidikan kesehatan pada pasien untuk membantu

menambah pengetahuan tentang kesehatan.

3) Konseling pasien untuk memutuskan kesehatan pasien.

4) Konsultasi atau berdiskusi dengan tenaga profesional kesehatan lainnya

sebagai bentuk perawatan holkistik.

5) Bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk

memecahkan maslaah kesehatan.

6) Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

32

4. Evaluasi

Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), evaluasi perkembangan

kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk

mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan

umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut.

a. Daftar tujuan-tujuan pasien

b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien

d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau kidak. Jika

tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari

jalan keluarnya, kemudkian catat apa yang ditemukan, serta apakah

perlu dilakukan perubahan intervensi.

Menurut NANDA NIC-NOC (2013), hasil yang diharapkan terhadap

diagnosa dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

nyeri adalah:

1) Nyeri tidak berkepanjangan.

2) Nyeri dapat berkurang.

3) Pasien terlihat rileks dan tenang.

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi kanker payudara

Kanker payudara atau carsinoma mammae merupakan gangguan dalam

pertumbuhan sel normal mammae, dimana sel abnormal timbul dari sel-sel

normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh

darah (Nurarif & Kusuma, 2015), sedangkan menurut Anies (2018),

kanker payudara adalah kanker yang menyerang organ payudara. Payudara

terbentuk dari lemak, jaringan ikat, dan ribuan lobulus (kelenjar kecil

penghasil akir susu). Pada waktu seorang wanita melahirkan, Air Susu Ibu

(ASI) dan dikirim ke putting melalui saluran kecil saat menyusui. Sel-sel

dalam tubuh kita biasanya tumbuh dan berkembang baik secara teratur.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

33

Sel-sel baru hanya terbentuk saat dibutuhkan. Akan tetapi, proses dalam

tubuh pengidap kanker akan berbeda. Proses tersebut akan berjalan secara

tidak wajar sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel menjadi

tidak terkendali. Sel-sel abnormal tersebut juga bisa menyebar ke bagian-

bagian tubuh lain melalui aliran darah.

2. Etiologi kanker payudara

Menurut Savitri (2015), penyebab kanker payudara memang belum

diketahui dengan pasti, akan tetapi banyak penelitian yang menunjukkan

adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko atau

kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor tersebut

disebut sebagai faktor risiko. Perlu diingat, apabila seseorang perempuan

mempunyai risiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita

kanker payudara, tetapi faktor tersebut akan meningkatkan kemungkinan

untuk terkena kanker payudara. Beberapa faktor risiko seperti usia dan ras,

tidak bisa diganggu gugat. Namun, beberapa faktor risiko dapat

dimodifikasi, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku.

Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan.

Berikut ini beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker

payudara yaitu:

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

1) Gender

Lahir sebagai wanita merupakan faktor risiko utama kanker

payudara. Benar bahwa pria juga bisa menderita kanker payudara,

tetapi penyakit ini sekitar 100 kali lebih umum dialami wanita

daripada pria. Mungkin penyebabnya karena pria memiliki lebih

sedikit hormon estrogen dan progestron yang menjadi pemicu

tumbuhnya sel kanker.

2) Pertambahan usia

Risiko seorang wanita menderita penyakit kanker payudara

meningkat seiring dengan pertambahan usia. Semakin tua usia

seseorang wanita, semakin tinggi risiko ia menderita kanker

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

34

payudara. Lebih dari 80% kanker payudara terjadi pada wanita

berusia 50 tahun keatas dan telah mengalami menopause. Hanya

sekitar 1-8 kasus kanker payudara invasif (menyebar) ditemukan

pada wanita berusia dibawah 45 tahun.

3) Genetik

Wanita yang memiliki one degree relatives (keturunan diatasnya)

yang menderita/ pernah menderita kanker payudara atau kanker

indung telur memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi.

Namun kanker payudara bukan merupakan penyakit keturunan

seperti diabetes militus atau hemophilia atau alergi. Walaupun

demikian gen yang dibawa wanita penderita kanker payudara

mungkin saja dapat diturunkan. Sekitar 5-10% kasus kanker

payudara diturunkan.

4) Riwayat kanker payudara dari keluarga

Risiko kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang memiliki

kerabat dekat sedarah yang juga menderita penyakit ini. Memiliki

hubungan darah satu tingkat pertama (ibu, saudara wanita, dan anak

wanita) yang menderita kanker payudara meningkatkan resiko

sekitar 2 kali lipat. Memiliki hubungan darah dua tingkat pertama

(nenek atau bibi) meningkatnya risiko kanker sekitar 3x lipat.

Walaupun belum dapat dipastikan dengan tepat wanita dengan

riwayat kanker payudara dari garis keturunan ayah atau memiliki

saudara pria yang menderita kanker payudara juga memiliki risiko

kanker payudara.

5) Riwayat pribadi kanker payudara

Wanita yang pernah menderita kanker payudara cenderung

mengalami penyakit ini lagi suatu saat. Seorang wanita dengan

kanker pada satu payudara memiliki 3-4 kali lipat peningkatan risiko

mengembangkan kanker baru pada payudara sebelahnya atau di

bagian lain dari payudara yang sama.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

35

6) Riwayat tumor

Wanita yang menderita tumor jinak (benign) mungkin memilik

risiko kanker payudara. Beberapa jenis tumor jinak seperti atypical

ductal hyperplasia atau lobular carcinoma in situ cenderung

berkembang sebagai kanker payudara suatu saat nanti.

7) Ras dan etnis

Secara umum, wanita ras kulit putih (kaukasia) memmiliki risiko

sedikit lebih tinggi menderita kanker payudara dibandingkan wanita

dari ras Afrika, Asia dan Hispanik (Amerika Latin). Namun wanita

dari ras Afrika, Asia, dan Hispanik yang menderita kanker ini

memiliki risiko kematian yang tinggi.

8) Jaringan payudara yang padat

Seseorang dikatakan mempunyai jaringan payudara yang padat

ketika ia memiliki lebih banyak jaringan kelenjar dan fibrosa

daripada jaringan lemak. Wanita dengan jaringan payudara padat

memiliki risiko kanker payudara dua kali dari wanita dengan

kepadatan jaringan payudara rata-rata. Kepadatan jaringan payudara

hanya dapat terlihat pada pemeriksaan penunjang mammogram.

Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kepadatan jaringan payudara,

seperti usia, menopause, obat-obat tertentu, terapi hormon,

kehamilan, dan genetik.

9) Paparan hormon estrogen

Produksi hormone estrogen dimulai ketika seorang wanita

mengalami menstruasi pertama kali. Produksi ini turun secara drastis

ketika wanita memasuki menopause. Wanita yang mulai mengalami

menstruasi dini (menarche) diusia yang sangat muda atau memasuki

masa menopause lebih lambat dari pada umumnya memiliki risiko

lebih tinggi menderita kanker payudara. Ini disebabkan karena tubuh

lebih lama terpapar hormone estrogen.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

36

10) Paparan radiasi

Bekerja dengan peralatan sinar X dan sinar Gamma bisa jadi

meningkatkan risiko seorang wanita menderita kanker payudara,

meskipun sangat kecil kemungkinannya. Selain itu wanita, wanita

yang pernah terpapar radiasi dibagian dada (sebagai salah satu terapi

kanker yang dideritanya saat anak-anak/remaja) juga berisiko

menderita kanker payudara. Kondisi ini bervariasi sesuai dengan usia

pasien ketika mendapatkan radiasi. Risiko tinggi kanker payudara

terjadi jika radiasi diberikan selama masa remaja, ketika payudara

masih berkembang.

b. Faktor risiko yang berkaitan dengan pilihan dan gaya hidup

1) Tidak punya anak dan tidak menyusui

Wanita yang tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah

menyusui memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.

Pasalnya masa menyusui secara aktif menjadi periode bebas kanker

dan memperlancar sirkulasi hormonal. Pada masa menyusui, peran

hormon estrogen menurun dan di dominasi oleh hormon prolaktin.

2) Tidak menikah atau tidak berhubungan seks

Wanita yang tidak menikah (tidak berhubungan seks) atau wanita

menikah yang jarang berhubungan seksual juga beresiko tinggi

terkena kanker payudara. Apalagi jika secara genetis memiliki

keluarga sedarah yang pernah menderita kanker. Dengan kata lain,

semakin sering wanita melakukan hubungan seksual, semakin baik

sirkulasi hormonnya dan semakin rendah juga risiko terhadap

penyakit kanker.

3) Kehamilan anak pertama setelah berumur 30 tahun

Wanita yang memiliki anak pertama diusia 30 tahun keatas

memiliki risiko tinggi menderita kanker payudara. Risiko ini

meningkat sebnayak 3% setiap kali ia bertambah usia, semakin tua

usia wanitaa saat hamil dan melahirkan maka semakin tinggi risiko

menderita kanker payudara.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

37

4) Kontrasepsi hormonal

Penelitian menemukan bahwa wanita yang menggunakan

kontasepsi oral (pil KB) memiliki risiko sedikit lebih besar terkena

kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah

menggunakannya. Selain pil KB, kontrasepsi hormonal lainnya

seperti KB suntik yang diberikan setiap 3 bulan juga diketahui

memberikan efek terhadap risiko kanker payudara. Wanita yang

menggunakan KB suntik cenderung memiliki peningkatan risiko

kanker payudara tetapi risikonya menurun jika ia berhenti

menggunakan KB suntik lebih dari 5 tahun.

5) Obesitas

Wanita yang mengalami obesitas setelah memasuki masa

menopause memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker payudara.

Wanita menopause yang mengalami obesitas memiliki tingkat

estrogen yang jauh lebih tinggi daripada seharusnya, dimana hal itu

dianggap menjadi peningkatan risiko kanker payudara.

6) Konsumsi alkohol

Studi menunjukkan bahwa risiko pada kanker payudara

meningkat berkaitan dengan asupan alkohol jangka panjang. Hal ini

mungkin disebabkan karena alkohol mempengaruhi aktifitas

ekstrogen. Hubungan antara peningkatan risiko kanker payudara

dengan intake alkohol lebih kuat didapatkan pada wanita pasca

menopouse. Penggunaan minuman alkohol dapat menyebabkan

hiperinsulinemia yang akan merangsang faktor pertumbuhan pada

jaringan payudara (insulin-like growth factor).

Menurut Dewi (2009), faktor lain yang diduga sebagai penyebab

kanker payudara adalah; tidak menikah, menikah tetapi tidak punya

anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun, dan tidak

pernah menyusui anak.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

38

3. Patofisiologi kanker payudara

Gambar 2.3: Pathway Kanker Payudara

Sumber: NANDA NIC-NOC (2015)

faktor predisposisi dan

resiko tinggi hiperplasi

pada sel mammae

Mendesak sel syaraf Interupsi sel syaraf

Nyeri

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke

jaringan Ca Mendesak pembuluh

darah

Menekan jaringan pada

mammae

Peningkatan konsistensi

mammae

Hipermetabolisme ke

jaringan

pe↓ hipermetabolisme

jaringan lain → BB turun

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Aliran darah terhambat

hipoksia

Necrosis jaringan

Bakteri patogen

Risiko infeksi Mammae membengkak

Massa tumor mendesak

kejaringan luar

Ukuran mammae

abnormal

Defisiensi pengetahuan

ansietas

Mammae asimetrik

Gangguan citra tubuh

Perfusi jaringan

terganggu

Infiltrasi pleura perietale

ulkus

Kerusakan integritas

kulkit/jaringan

Ekspansi paru menurun

Ketidakefektifan pola nafas

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

39

Berdasarkan clinical pathway diatas disimpulkan bahwa mekanisme

terjadinya ca mammae dimulai dari faktor predisposisi dan risiko tinggi

hiperplasi pada sel mammae, dimana akan terjadi:

1. Mendesak sel saraf sehingga membuat atau terjadinya interupsi sel saraf

dan menimbulkan diagnosis nyeri.

2. Mendesak jaringan sekitar, mengakibatkan menekannya suatu jaringan

pada mammae dan hal itu membuat peningkatan konsistensi mammae,

maka akan terjadi dua kemungkinan yaitu:

a. Mammae akan membengkak sehingga membuat massa tumor

mendesak ke jaringan luar. Hal tersebut mengakibatkan perfusi

jaringan terganggu dan menyebabkan terjadinya ulkus, sehingga

menimbulkan diagnosis kerusakan integritas kulit. Selain itu, akan

membuat infiltrasi pleura periatale yang mengakibatkan ekspansi

paru menurun dan akan timbul diagnosis ketidakefektivan pola

napas.

b. Ukuran mammae menjadi abnormal yang mengakibatkan mammae

asimetrik dan membuat seseorang terjadinya gangguan pada citra

tubuhnya. Selain itu, ukuran mammae yang abnormal akan

menimbulkan defisiensi pengetahuan ansietas.

3. Mensuplai nutrisi kejaringan Ca membuat hipermetabolisme ke

jaringan dan juga terjadinya penurunan hipermetabolisme ke jaringan

lain yaitu berat badan yang menurun, sehingga timbul diagnosis

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

4. Mendesak pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah terhambat

maka akan terjadi hipoksia yang menyebabkan nekrosis jaringan yang

akan menimbulkan bakteri patogen sehingga menimbulkan diagnosis

risiko infeksi.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

40

4. Tanda dan gejala keganasan

Tanda carsinoma kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang

khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk

bulat dan elips. Gejala carsinoma kadang tidak nyeri, kadang nyeri, adanya

keluaran dari putting susu, putting eritema, mengeras, asimetik, inversi,

gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya

metatase (Nurarif & Kusuma, 2015).

Menurut Savitri (2015), tanda-tanda awal kanker payudara tidak sama

pada setiap wanita. Tanda yang paling umum terjadi adalah perubahan

bentuk payudara dan putting, perubahan yang terasa saat perabaan dan

keluarnya cairan dari putting. Beberapa gejala kanker payudara yang dapat

terasa dan terlihat cukup jelas, antara lain.

a. Munculnya benjolan pada payudara

Banyak wanita mungkin merasakan munculnya benjjolan pada

payudara. Dalam banyak kasus, benjolan jangan terlalu dikhawatirkan.

Jika benjolan terasa lunak serta terasa di seluruh payudara dan juga

payudara di sebelahnya, mungkin hal tersebut hanya jaringan payudara

normal. Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus

menstruasi seringkali menjadi gejala awal terjadinya kanker payudara

yang paling jelas. Benjolan yang berhubungan dengan kanker payudara

awalnya biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri, meskipun

kadang-kadang dapat menyebabkan sensasi tajam pada beberapa

penderita.

Jika benjolan terasa keras atau tidak terasa di payudara sebelahnya,

kemungkinan hal tersebut adalah tanda dari kanker payudara atau tumor

jinak (benign breast condition, misalnya kista atau fibroadenoma).

Segera temui dokter apabila:

1) Menemukan benjolan (atau perubahan) yang terasa berbeda-beda

dengan bagian di sekitarnya.

2) Menemukan benjolan (atau perubahan) yang terasa berbeda dengan

payudara sebelahnya, dan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

41

3) Merasakan sesuatu pada payudara yang berbeda dari yang biasanya.

b. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)

Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bias

menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar

getah bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa

menyakitkan.

c. Perubahan bentuk dan ukuran payudara

Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat akan

berubah. Bisa lebih kecil atau mungkin lebih besar dari pada payudara

sebelahnya. Bisa juga terlihat turun.

d. Keluarnya cairan dari putting (Nipple Discharge)

Jika putting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan

mengeluarkan cairan. Namun, apabila suatu cairan keluar tanpa

menekan putting susu, terjadi hanya pada salah satu payudara, disertai

darah atau nanah berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu

merupakan tanda kanker payudara.

e. Perubahan pada putting susu

Putting susu terasa seperti terbakar, gatal, dan muncul luka yang

sulit/lama sembuh. Selain itu, putting terlihat tertarik masuk ke dalam

(retraksi), berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak,

bisul atau sisik pada putting susu mungkin merupakan tanda dari

beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi.

f. Kulit payudara berkerut

Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk pada kulit payudara. Selain itu

kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.

g. Tanda-tanda kanker telah menyebar

Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang

menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke

bagian lain dari tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri

tulang, pembengkan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan di

sekitar paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan,

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

42

penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak nafas, atau penglihatan

ganda.

5. Stadium kanker payudara

Klasifikasi Tumor Node Metastatis (TNM) pada pasien kanker

payudara dan harapan hidup.

Tabel 2.3: klasifikasi TNM

Tumor Primer (T)

T0 Tidak ada bukti tumor primer

Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor ≤ 2 cm

T2 Tumor > 2 cm tetapi < 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Perluasan kedinding dada, inflamasi

Kelenjar Getah Bening Region (N)

N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional

N1 Metastatis kekelenjar ipsilateral yang dapat berpindah-pindah

N2 Metastatis kelenjar ipsilateral yang menetap

N3 Metastatis kelenjar mamaria interna ipsilateral

Metastatis Jauh (M)

M0 Tidak ada metastatis jauh

M1 Metastatis jauh (termasuk menyebar kekelenjar

supraklavikular ipsilateral

Sumber: NANDA NIC-N0C (2015)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

43

Tabel 2.4: Pengelompokan Stadium

Pengelompokan Stadium Bertahan hidup 5 tahun

(% pasien)

Stadium 0 Tis

N0 M0 99%

Stadium I T1

N0 M0 92%

Stadium II A T0

N1 M0 82%

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stadium II B T2 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium III A T0 N2 M0 47%

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1, N2 M0

Stadium III B T4 N apa saja M0 44%

T apa saja N3 M0

Stadium IV T apa saja N apa saja M1 14%

Sumber: NANDA NIC-NOC (2015)

6. Pemeriksaan penunjang

Menurut Savitri (2015), pemeriksaan penunjang pada pasien kanker

payudara yaitu:

a. Mammogram

Mammogram adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X

yang dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk dan

ukuran terkecil yaitu mikrokalsifikasi, dengan menggunkan suatu

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

44

mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan akurasi sampai

90%.

Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya menjalanin pemeriksaan

mammografi sekali setahun selama mereka dalam kondisi sehat. Tumor

atau sel kanker di payudara bisa dideteksi melalui mammogram (X-ray

di payudara). The American Cancer Society merekomendasikan, agar

mammogram dilakukan setiap tahun dimulai saat seorang wanita

memasuki usia 40 tahun. Sedangkan menurut The US Preventive

Services Task Force merekomendasikan mammogram dilakukan setiap

dua tahun sejak usia Anda 50-74 tahun.

b. PET Scan

Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi

dan metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntkikan lewat vena dan

akan diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel

kanker dapat menggambarkan derajat histologi dan potensi agresivitas

tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker

payudara.

c. Biopsi

Satu-satunya cara pasti untuk menentukan apakah benjolan di

payudara itu kanker atau tidak adalah dengan melakukan biopsi.

Dengan cara mengambil sample jaringan untuk pemeriksaan lebih lanjut

di dalam laboratorium. Pemeriksaan ini meliputi proses pengambilan

sample sel-sel payudara dan mengujinya untuk mengetahui apakah sel-

sel tersebut bersifat kanker. Melalui prosedur ini, sampel biopsi juga

akan diteliti untuk mengetahui jenis sel payudara yang terkena kanker,

keganasannya serta reaksinya terhadap hormon.

Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa

oleh dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di baah

mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker. Terdapat

beberapa cara biopsi, yakni:

1) Biopsi jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy)

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

45

Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan

tidak memerlukan persiapan khusus. Jaringam diambil

menggunakan jarum halus di area tumor. Bila tumor tidak mudah

diraba, maka biopsi jarum halus dapat dilakukan dengan tuntunan

USG atau mammografi.

2) Core Biopsy

Core biopsy sangat mirip dengan biopsi jarum halus tetapi

menggunakan jarum yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat

irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan payudara diambil.

Pemeriksaan kini dapat menimbulkan nyeri minimal. Pemeriksaan

core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah

diidentifikasi adanya kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok

untuk didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.

3) Biopsi Bedah

Apabila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti

kanker, maka wanita akan dirujuk kedokter bedah untuk menjalani

biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan sebelumnya

menunjukan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan

biopsi bedah. Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada

pasien.

Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah dapat sekaligus

mengangkat tumor seluruhnya. Dengan begitu, ahli patologi dapat

memeriksa dan lebih mudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas

luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah

operasi.

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Pemeriksaan menggunakan cara MRI (Magnetic Resonance

Imaging) direkomendasikan bersamaan dengan dilakukannya

mammogram tahunan. MRI bisa juga digunakan pada wanita yang telah

didiagnosis menderita kanker payudara untuk lebih dalam menentukan

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

46

ukuran sebenarnya dari kanker tersebut dan mencari beberapa kanker

yang lain pada payudara tersebut.

e. Ultrasonografi (USG) payudara

Ultrasonografi (USG) payudara yang digunakan juga dikenal

dengan sonografi atau Ultrasonografi, sering digunakan untuk

mengevaluasi ketidaknormalan payudara yang ditemukan pada hasil

mammogram atau uji klinis payudara. USG sangat bagus untuk

mencitrakan kista payudara atau kantung bulat berisi cairan di dalam

payudara.

7. Penatalaksaan kanker payudara

Menurut Savitri (2015), pada umumnya, kanker payudara primer dapat

disembuhkan secara total jika didiagnosis dan diobati sejak dini. Jenis

penanganan kanker payudara yang pertama biasanya adalah operasi. Jenis

operasinya bergantung jenis kanker payudara yang diderita. Proses operasi

biasanya ditindaklanjuti dengan kemotrapi, radioterapi, atau perawatan

biologis untuk beberapa kasus tertentu. Kemoterapi atau terapi hormone

juga terkadang dapat menjadi langkah pengobatan pertama.

Jika terdeteksi pada stadium lanjut setelah menyebar ke bagian lain

tubuh, kanker payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis pengobatan yang

akan dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi

penderitanya.

a. Operasi kanker payudara

Operasi untuk kanker payudara terbagi dua, yaitu operasi yang

hanya mengangkat tumor dan operasi yang mengangkat payudara

secara menyeluruh (mastektomi). Operasi plastik rekonstruksi biasanya

dapat dilakukan langsung setelah mastektomi.

Untuk menangani kanker payudara stadium awal, penelitian

menunjukkan bahwa kombinasi operasi pengangkatan tumor dan

radioterapi memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan mastektomi

total.

1) Operasi untuk menyelamatkan payudara

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

47

Ini adalah suatu cara operasi pengangkatan tumor di mana

payudara secara keseluruhan tidak diangkat melainkan hanya

dibiarkan seutuh mungkin. Operasi ini meliputi pengangkatan tumor

beserta sedikit jaringan di sekitarnya sampai mastektomi parsial atau

pengangkatan seperempat bagian payudara (quadrantectomy).

Terdapat beberapa pertimbangan yang akan menentukan jumlah

jaringan payudara yang akan diangkat:

a) Kualitas jarungan pada daerah sekitar tumor yang perlu diangkat.

b) Jenis, ukuran, serta lokasi tumor.

c) Ukuran payudara.

Seluruh jaringan sehat di sekitar tumor juga akan diangkat untuk

memeriksa keberadaan sel-sel kanker. Kemungkinan kanker akan

kembali tumbuh sangat kecil jika tidak terdapat sel-sel kanker dalam

jaringan sehat itu, tetapi jika suatu sel-sel kanker ditemukan, lebih

banyak jaringan perlu diangkat. Lalu radioterapi biasanya

ditawarkan untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

2) Mastektomi (pengakatan payudara)

Proses operasi ini adalah pengangkatan seluruh jaringan

payudara, termasuk juga putting. Penderita dapat menjalani

mastektomi bersamaan dengan biopsi noda limfa sentinel jika tidak

ada indikasi penyebaran kanker pada kelenjar getah bening.

Sebaliknya, penderita dianjurkan untuk menjalani proses

pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak jika kanker sudah

menyebar ke bagian itu.

3) Operasi plastik rekonstruksi

Ini adalah suatu proses untuk membuat payudara baru yang

dibuat semirip mungkin dengan payudara satunya. Operasi

pembuatan suatu payudara baru ini bisa dilakukan dengan

menggunakan implant payudara atau jaringan dari bagian tubuh lain.

Ada dua jenis operasi plastik rekonstruksi, yaitu:

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

48

a) Operasi rekonstruksi langsung yang bisa dilakukan secara

bersama mastektomi.

b) Operasi rekonstruksi berkala yang dilakukan beberapa waktu

setelah mastektomi.

b. Kemoterapi

Kemoterapi pada umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi yang

biasanya diterapkan setelah melakukan operasi untuk menghancurkan

sel-sel kanker dan kemoterapi sebelum operasi yang digunakan untuk

mengecilkan tumor. Kemoterapi biasnya menggunakan obat-obatan

antikanker. Beberapa jenis obat bias diaplikasikan secara bersamaan.

Jenis kanker dan tingkat penyebarannya akan menentukan jenis obat

yang dipilih serta kombinasinya.

c. Terapi hormon untuk mengatasi kanker payudara

Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya dipicu

hormon esterogen dan progesterone alami (kanker reseptor-hormon),

tetapi hormon digunakan untuk menurunkan tingkat atau menghambat

efek hormon tersebut. Langkah ini juga kadang dilakukan sebelum

operasi untuk mengecilkan tumor agar mudah diangkat, terpi ini

umumnya diterapkan setelah operasi dan kemoterapi.

d. Terapi biologis dengan trastuzumab

Pertumbuhan sebagian jenis kanker payudara yang dipicu oleh

protein HERN2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) disebut

positif HER2. Selain menghentikan efek HER2, terapi biologis juga

membantu sistem imun untuk melawan sel-sel kanker. Jika tingkat

protein HER2 anda tinggi dan mampu menjalani terapi biologis,

trastuzumab mungkin akan dianjurkan setelah kemoterapi.

e. langkah Ablasi atau Supresi Ovarium

Ablasi atau supresi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium

untuk memproduksi estrogen. Ablasi sendiri bisa dilakukan dengan

operasi atau radioterapi. Ablasi ovarium akan menghentikan kinerja

ovarium secara permanen dan memicu terjadinya menopause dini.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

49

Supresi ovarium menggunakan Agonis Iuteinising Hormone Releasing

Hormone (ALHRH) yang bernama goserelin. Pemakaian goserelin

dapat menghentikan proses menstruasi pasien untuk sementara.

Menstruasi akan kembali normal setelah proses pemakaian selesai,

untuk penderita berusia mendekati usia menopause atau sekitar 45

tahun, menstruasi mereka mungkin akan berhenti secara permanen

meski pemakaian goserelin sudah selesai. Suntikan goserelin diberikan

sebulan sekali. Efek samping obat ini mempunyai masa menopuase

seperti perasaan yang emosional, kesulitan tidur, dan sensasi panas

yang disertai dengan jantung yang berdebar-debar.

f. Radioterapi

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012), radioterapi yaitu

pengobatan radioterapi adalah pengobatan lokal atau lokoregional yang

sifatnya bisa kuratif atau paliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi

utama, misalnya pada operasi BCT dan kanker payudara stadium lanjut

III. Sebagai terapi tambahan atau adjuvan biasanya diberikan bersama

dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, stadium II,

dan stadium III A. Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam

regimen poliferasi lebih baik dibandingkan pemberian dalam

pengobatan monofaramasi atau monoterapi.

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) , asuhan keperawatan

sesudah operasi kanker payudara. Mastektomi adalah suatu tindakan

pengangkatan tumor beserta payudara dan kelenjar axilla.

1) Fase pasca anesthesi

Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah keruang

pemulihan disertai dengan oleh ahli anesthesidan staf profesional

lainnya.

2) Mempertahankan ventilasi pulmoner

Menghindar terjadinya obstruksi pada periode anestesi pada saluran

pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh,

kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.poltekkes-tjk.ac.id/67/4/ARTHA BAB 2.pdf · 2019. 11. 19. · Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi

50

faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang

tepat dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah

telungkap dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak bisa bentuk

dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan penghisapan

dengan suction.

3) Mempertahankan sirkulasi

Pada saat klien sadar, baik, dan stabil, maka posisi tidur diatur (semi

fowler) untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari

pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk

meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua

masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka

operasi merupakan hal yang paling sering terjadi.

4) Masalah psikologis

Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan

atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,

haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan

tentang hubungannya dengan suami, dan hilangnya daya tarik serta

pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.

5) Mobilisasi fisik

Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk

mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu,

untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan

harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.

Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi:

a) Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakan jari-

jari membalik-balikan lengan.

b) Hari pertama pasca operasi harus sudah dimulai fisioterapi pasif

dan aktif. Fisioterapi aktif seperti melatih gerakan sendi bahu,

reduksi, rotasi sendi bahu, dan dilanjutkan seperti menggosok

gigi, menyisir rambut, dan gerakan lengan keatas dan kebawah.