11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat menentukan dalam membentuk kebiasaan atau tindakan seseorang ( overt behavior) (Makhfudli & Efendi, 2009). 2.1.2 Tingkatan Pengetahuan Menurut (Makhfudli & Efendi, 2009). Pengetahuan tercakup dalam enam tingkatan yaitu : a. Tahu (know). Tahu adalah proses mengingat kembali (recall) akan suatu materi yang telah dipelajari. Tahu merupakan pengetahuan yang tingkatannya paling rendah dan alat ukur yang dipakai yaitu kata kerja seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya (Makhfudli & Efendi, 2009).
25
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42203/3/jiptummpp-gdl-fayirusbah-51707-3-babii.pdf · 2.3.2 Jenis-jenis Pekerjaan Adapun beberapa jenis-jenis pekerjaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat menentukan
dalam membentuk kebiasaan atau tindakan seseorang (overt behavior) (Makhfudli &
Efendi, 2009).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut (Makhfudli & Efendi, 2009). Pengetahuan tercakup dalam enam
tingkatan yaitu :
a. Tahu (know). Tahu adalah proses mengingat kembali (recall) akan suatu materi
yang telah dipelajari. Tahu merupakan pengetahuan yang tingkatannya paling
rendah dan alat ukur yang dipakai yaitu kata kerja seperti menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya (Makhfudli & Efendi,
2009).
12
b. Memahami (comprehension). Memahami adalah suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara tepat dan benar tentang suatu objek yang telah diketahui dan
dapat menginterpretasikan 9 materi dengan menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari
(Makhfudli & Efendi, 2009).
c. Aplikasi (Application). Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau suatu kondisi yang nyata (Makhfudli &
Efendi, 2009).
d. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lainnya yang dapat dinilai dan diukur
dengan penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya (Makhfudli &
Efendi, 2009).
e. Sintesis (syntesis). Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada (Makhfudli &
Efendi, 2009).
f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek yang didasari pada suatu
kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Makhfudli & Efendi, 2009).
13
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara Memperoleh Pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Dari berbagai macam
cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah dapat dikelompokan menjadi dua, yakni :
a. Cara memperoleh kebenaran nonilmiah
1) Cara Coba Salah (Trial and Error), Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang
pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui
cara coba coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Metode ini
telah digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan
berbagai masalah. bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering
digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara
tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini telah banyak
jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
2) Secara kebetulan penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
3) Cara kekuasaan atau otoritas dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui
penerapan apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan ini tidak
hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan tejadi pada masyarakat
modern. Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama,
maupun ahli ili pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama
didalam penemuan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
4) Berdasarkan Pengalaman Pribadi. Pengalaman adalah guru yang baik, demikian
bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
14
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu (Notoatmodjo, 2010).
5) Cara Akal Sehat. Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan
teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua
zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,atau agar anak
disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya
dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai
sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah
merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.
Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang
masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks
pendidikan (Notoatmodjo, 2010).
6) Kebenaran Melalui Wahyu. Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan
diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah
kebenaran tersebut rasional atau tidak (Notoatmodjo, 2010).
7) Kebenaran secara Intuitif. Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat
sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau
berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena
kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sisitematis.
Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau
bisikan hati saja (Notoatmodjo, 2010).
15
8) Melalui Jalan Pikiran. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya (Notoatmodjo,
2010).
9) Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-
pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir induksi
berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan
bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak
(Notoatmodjo, 2010).
10) Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum yang
ke khusus (Notoatmodjo, 2010).
b. Cara modern atau ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau
popular disebut metodologi penelitian(research metodology) (Notoatmodjo, 2010).
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan
disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan
unuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
16
a. Pertanyaan subjektif, Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan
essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai,
sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan objektif, Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple
choise), betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu:
a. Pendidikan, pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b. Media masa/sumber informasi, sebagai saran komunikasi, berbagai bentuk
media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
c. Sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan trasidi yang dilakukan oleh orang-
orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
d. Lingkungan, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
e. Pengalaman, pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa
lalu Notoatmodjo (2010).
17
2.2 Konsep Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Menurut (Nursalam, 2008). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah kelompok
keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan
untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Reslawati, 2007).
American Heritage Dictionary mendefinisikan sikap sebagai cara berpikir atau
mersakan atau dalam kaitannya dengan sejumlah persoalan. Bagi saya, sikap dapat
didefinisikan dalam suatu kata: hidup. Sikap yang anda bawakan memberikan sesuatu
yang sungguh berarti dalam hidup anda (Harrell, 2008).
2.2.2 Komponen Sikap
Beranjak dari pengertian maupun definisi mengenai sikap, berikut terdapat tiga
komponen sikap, yaitu komponen kognisi adalah kepercayaan (belief) seseorang
terhadap objek sikap, komponen perasaan menunjukkan pada emosionalitas terhadap
objek serta komponen perasaan mempunyai menifestasi fisiologis yang dapat diukur
secara eksperimen dan komponen kecenderungan tindakan adalah kecenderungan-
kecenderungan tindak seseorang, baik positif maupun negativ terhadap objek sikap
(Reslawati, 2007).
Adapun ada beberapa komponen sikap menurut (Robbins & Judge, 2008).
Yaitu komponen afektifnya (affective component). Perasaan adalah segmen emosional
atau perasaan dari sebuah sikap dan komponen perilaku (behavioral component) dari
sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu
terhadap seseorang atau sesuatu.
18
2.2.3 Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap setiap orang sama dalam perkembangannya, tetapi berbeda dalam
pembentukannya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan sikap seseorang
atau individu dengan sikap antar teman, keluarga maupun tetangga, dan
sebagainya.Dengan demikian sikap dapat dibentuk atau diubah apabila terdapat
hubungan timbal balik yang langsung antar manusia serta adanya komunikasi (yaitu
hubungan langsung) antar individu (Reslawati, 2007).
Pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh situasi interaksi
kelompok dan situasi komunikasi media. Semua kejadian tersebut mendapatkan
pengalaman dan pada akhirnya akan membentuk keyakinan, perasaan serta
kecenderungan berperilaku (Maulana, 2009). Perubahan sikap mempunyai esensi
yang sama dengan pembentukan sikap. Artinya, perubahan sikap sama dengan
pembentukan sikap. Namun, karena sudah ada sikap sebelumnya, maka proses
transisi kepada sikap yang baru, lebih baik menggunakan istilah perubahan sikap. Jadi,
sebagaimana pada pembentukan sikap, pembelajaran (learning), pengalaman pribadi,
sumber-sumber informasi yang lain serta kepribadian, merupakan faktor-faktor yang
dapat mengubah sikap (Simamora, 2008).
2.3 Konsep Ibu Pekerja
2.3.1 Definisi Ibu Pekerja
Wanita bekerja atau ibu bekerja merupakan sebagai penyaluran bakat yang
dimiliki atau mencari uang setelah menyelesaikan sekolah, dan ada juga yang
menganggap bekerja adalah untuk mengisi waktu kosong. Sebagian lainnya
menganggap dengan bekerja akan mendapatkan penghasilan dan digunakan untuk
menghidupi diri sendiri dan membantu keluarga (Tinaprilla, 2007). Simone de
19
Beauvoir menjelaskan bahwa perempuan bekerja atau ibu bekerja merupakan salah
satu cara untuk tetap eksis dan menjadi subjek. Namun dalam kenyataanya,
pembagian peran yang terpisah semakin memberatkan perempuan, karena menjadi
double burden (Irianto, 2008).
2.3.2 Jenis-jenis Pekerjaan
Adapun beberapa jenis-jenis pekerjaan menurut (Rahmawati, 2008). Yaitu
Service Occupation, dimana termasuk didalamnya adalah semua jenis pekerjaan yang