BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Piutang Usaha 2.1.1. Pengertian Piutang Usaha Piutang merupakan segala bentuk tagihan atau klaim perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya dapat dilakukan, dalam bentuk uang, barang maupun jasa. Sedangkan pengertian piutang untuk tujuan akuntansi adalah segala tagihan yang pelunasannya dengan menggunakan uang. Menurut Mulyadi (2002: 87) “Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa, yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok, piutang usaha, dan piutang non usaha. Menurut Skousen (2004: 479) “Secara umum istilah piutang dapat diterapkan ke semua klaim atas uang, barang, dan jasa, akan tetapi untuk tujuan akuntansi istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang tunai (kas). Piutang usaha umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal, perusahaan atau entitas, yaitu penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Piutang usaha dapat diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan
24
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Piutang Usaha 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/4663/5/2012-1-62201-241408077-bab2... · 2.1.Piutang Usaha 2.1.1. Pengertian Piutang Usaha ... piutang penjualan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Piutang Usaha
2.1.1. Pengertian Piutang Usaha
Piutang merupakan segala bentuk tagihan atau klaim perusahaan kepada
pihak lain yang pelunasannya dapat dilakukan, dalam bentuk uang, barang
maupun jasa. Sedangkan pengertian piutang untuk tujuan akuntansi adalah segala
tagihan yang pelunasannya dengan menggunakan uang. Menurut Mulyadi (2002:
87) “Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa,
yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus
kegiatan perusahaan”.
Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok, piutang usaha,
dan piutang non usaha. Menurut Skousen (2004: 479) “Secara umum istilah
piutang dapat diterapkan ke semua klaim atas uang, barang, dan jasa, akan tetapi
untuk tujuan akuntansi istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup
yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai
dengan diterimanya uang tunai (kas).
Piutang usaha umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari
piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal, perusahaan atau entitas, yaitu
penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan. Piutang usaha dapat
diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan
sebagai wesel tagih (Notes Receivable). Piutang usaha umumnya merupakan
jumlah yang material di necaca dibandingkan dengan piutang non usaha.
Piutang non usaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa
kepada pihak luar seperti misalnya, piutang kepada karyawan, piutang penjualan
saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang deviden dan
bunga. Piutang non usaha biasanya disajikan di neraca secara terpisah. Jika
piutang non usaha tersebut diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka
piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari
satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan
dilaporkan dibawah judul Investasi. Penyajian piutang di neraca menurut Mulyadi
(2002: 88)
a. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkiran dapat
ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca
dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya
piutang.
b. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus
dicantumkan pengungkapan di neraca bahwa saldo piutang tersebut adalah
jumlah bersih (netto).
c. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan
rinciannya di neraca
d. Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang) pada
tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar
e. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari
piutang usaha.
1.1.2. Penilaian Piutang Usaha
Secara teori, semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai
sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa mendatang. Oleh karena piutang
usaha berjangka pendek, biasanya ditagih dalam 30 hingga 90 hari. Bunganya
akan relatif lebih kecil dari jumlah piutangnya. Sebagai ganti dari penilaian
piutang usaha pada nilai sekarang yang didiskontokan, piutang dilaporkan sebagai
nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu nilai kas yang diharapkan. Hal ini
berarti bahwa piutang usaha harus dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi
piutang tak tertagih dan potongan dagang. Tujuannya adalah untuk melaporkan
piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benar-benar diperkirakan dapat
diterima secara tunai.
Menurut Reeves (2001:327) Terdapat dua metode akuntansi untuk
mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Metode penyisihan
(allowance method) membuat akun beban piutang tak tertagih dimuka sebelum
piutang tersebut dihapus. Prosedur lain yang dinamakan dengan metode
penghapusan langsung (direct write of method), mengakui beban hanya pada saat
piutang dianggap benar-benar tidak dapat ditagih lagi.
2.1.3 Pengelolaan Piutang
Pengendalian terhadap piutang harus diikuti dengan adanya suatu sistem
administrasi yang baik. Administrasi piutang umumnya membantu dalam
meminimalkan penyelewengan serta mempercepat dan mempermudah pelayanan
kepada pelanggan ataupun calon pelanggan. Menurut M. Samsul (1993: 350)
tujuan dari administrasi piutang adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi untuk penagihan tepat waktu.
2. Meyakinkan jumlah piutang itu memang benar atau terbukti.
3. Untuk mendapatkan dasar di dalam membuat penghapusan piutang.
4. Menentukan likuiditas, untuk mengelompokkan ke aktiva lancar atau aktiva
lain-lain.
5. Sebagai kontrol terhadap saldo buku besar piutang.
Piutang merupakan salah satu elemen modal kerja yang selaludalam
keadaan berputar. Dimana periode perputaran piutang dimulai pada saat kas
dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan, kemudian persediaan dijual secara
kredit sehingga menimbulkan piutang , dan piutang berubah kembali menjadi kas
saat diterima pelunasan piutang dari pelanggan. Bambang Riyanto (2011)
Perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang
tergantung kepada syarat pembayaranny , berarti makin lama modal terikat pada
piutang yang berarti bahwatingkat perputarannya selama periode tertentu adalah
makin rendah.
Fungsi Pengelolaan Piutang adalah cara untuk mengendalikan piutang
dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan anggaran yang sudah ditetapkan dan
terhindar dari berbagai penyimpanan dana kas Bambang Riyanto (2011). Dalam
pengendalian piutang dibutuhkan suatu usaha untuk mengawasi setiap
perkembangan yang terjadi baik dari jumlah atau kuantitasnya, waktu, maupun
keadaan debitur. Selain hal tersebut, perusahaan perlu menetapkan kebijakan
piutang yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi
masalah piutang perusahaan. Untuk melaksanakan pengendalian kredit atas dana
yang tertanam pada piutang, maka manajer harus memperhatikan beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan oleh manajer perusahaan. Menurut Lukman
Syamsuddin (2007: 257), syarat kredit yang perlu diperhatikan oleh pihak manajer
antara lain :
1. Biaya-biaya administrasi
Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan, maka
berarti lebih banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak dapat
dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut juga akan
semakin besar. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat, maka jumlah
penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan tugas-tugas itu pun
akan semakin kecil dan tugas-tugas itu pun akan semakin sedikit. Dengan
demikian, dapat diperkirakan bahwa pelunasan standar kredit yang lebih ketat
akan mengurangi biaya-biaya administrasi.
2. Investasi dalam piutang
Penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu. Semakin
besar piutang, semakin besar pula biayanya (carrying cost), demikian pula
sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang digunakan,
maka rata-rata jumlah piutang akan mengecil. Perubahan rata-rata piutang
dikaitkan dengan perubahan standar kredit disebabkan oleh faktor perubahan
volume penjualan dan perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang.
Perlunakan standar kredit diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan
sedangkan standar kredit yang diperketat akan menurunkan volume penjualan.
3. Kerugian piutang (Bad debt expanses)
Probabilitas resiko kerugian piutang atau bad debt expanses akan semakin
meningkat dengan perlunakan standar kredit, dan akan menurun bilamana
standar kredit di perketat.
4. Volume penjualan
Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan.
Bilamana standar kredit yang diperlunak maka diharapkan akan dapat
meningkatkan volume penjualan, sedangkan sebaliknya yang diterapkan di
mana perusahaan memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapat
diperkirakan bahwa volume penjualan akan menurun.
2.1.4. Kebijaksanaan Fungsi Pengelolaan Piutang
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam hal kebijaksanaan
piutang menurut Gunawan Adisaputra (2003: 64) dalam Hartati (2010), antara
lain:
1. Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus digunakan mengurusi piutang,
yang mana tugasnya meliputi:
a. Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit.
b. Menyeleksi calon debitur.
c. Membukukan transaksi kredit yang terjadi.
d. Melakukan penagihan piutang.
e. Membukukan piutang.
f. Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding menurut usianya
masing-masing.
g. Membuat analisa dan evaluasi piutang sebagai salah satu bentuk
investasi.
h. Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang.
i. Membuat laporan tentang Fungsi Pengelolaan Piutang baik para
pengambil keputusan tentang piutang.
2. Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk digunakan sebagai
pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang, yang meliputi:
a. Penentuan plafond kredit untuk berbagai jenis/tingkatan debitur.
b. Penentuan jangka waktu kredit.
c. Pedoman melakukan seleksi calon kerja debitur.
d. Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat dibenarkan
sebagai dasar penentuan besarnya cadangan piutang ragu-ragu.
e. Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk administrasi piutang.
3. Penentuan kriteria untuk mengukur efisiensi Fungsi Pengelolaan Piutang
Berbagai kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator efisiensi Fungsi
Pengelolaan Piutang, antara lain:
a. Tingkat perputaran piutang.
b. Persentase piutang yang tak tertagih
c. Biaya Fungsi Pengelolaan Piutang, yang terdiri dari:
1. Biaya modal
2. Biaya adminstrasi piutang
3. Biaya piutang yang tak tertagih
Biaya ini berbeda dari waktu ke waktu karena:
1. Perbedaan jumlah langganan yang harus dilayani
2. Perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus dikelola
3. Perbedaan fungsi piutang atau penjualan kredit dari waktu ke waktu
berhubungan dengan adanya perbedaan kondisi dan situasi ekonomi secara
umum.
4. Perbedaan jangka waktu kredit yang diberikan.
2.2. Konsep Pengendalian Intern
2.2.1. Arti Penting Pengendalian Intern
Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-
masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional
perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan
Sistem Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.
Pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aset
perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang
disajikan akurat dan meyakinkan, bahwa hukum serta peraturan telah diikuti.
Metode pemrosesan merupakan sarana yang digunakan oleh sebuah sistem untuk
mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi. Metode ini dapat
bersifat manual dan komputerisasi. Pengendalian internal memberikan jaminan
yang memadai bahwa:
1. Aset dilindungi dan digunakan untuk mencapai tujuan usaha
2. Informasi bisnis akurat
3. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan
Pengendalian internal dapat melindungi aset dari pencurian, penggelapan,
penyalahgunaan, atau penempatan aset pada lokasi yang tidak tepat. Salah satu
pelanggaran paling serius terhadap pengendalian internal adalah penggelapan oleh
karyawan. Penggelapan oleh karyawan (employee fraud) adalah tindakan
disengaja untuk menipu majikan demi keuntungan pribadi. Penipuan tersebut bisa
mengambil bentuk mulai dari pelaporan beban yang berlebihan untuk ongkos
perjalanan agar mendapat penggantian yang lebih besar dari kantor hingga
penyelewengan jutaan dolar melalui tipuan yang rumit.
Informasi bisnis yang akurat diperlakukan demi keberhasilan usaha.
Penjagaan aset dan informasi yang akurat sering berjalan seiring. Sebabnya adalah
karena karyawan yang ingin menggelapkan aset juga perlu menutupi penipuan
tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansi.
Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku
serta standar pelaporan keuangan. Contoh-contoh dari standar serta peraturan
tersebut meliputi ketentuan mengenai lingkungan hidup, syarat-syarat kontrak,
peraturan keselamatan, dan prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally
accepted principles-GAAP).
Arti penting pengendalian intern telah diakui oleh berbagai literatur
professional selama bertahun-tahun. Sebuah publikasi dari AICPA pada tahun
1947 berjudul Internal Control, menyebutkan faktor-faktor berikut sebagai
pendorong atas semakin luasnya pengekuan tentang pengendalian intern:
a. Lingkup dan besarnya perusahaan sudah menjadi sedemikian kompleks dan
meluas sehingga manajemen tidak mungkin lagi memimpin perusahaan secara
langsung. Untuk mengatasi hal itu, manajemen harus mengandalkan pada
sejumlah laporan dan analisis agar dapat mengendalikan perusahaan secara
efektif.
b. Pengecekan dan review yang melekat pada suatu system pengendalian intern
yang baik, akan dapat melindungi perusahaan dari kelemahan manusiawi dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
c. Ditinjau dari segi auditing, system pengendalian itern yang berlaku pada
perusahaan klien akan sangat bermanfaat dalam membatasi lingkup audit.
Dengan adanya keterbatasan waktu dan besarnya honorarium audit, pada
umumnya tidaklah praktis bagi auditor untuk melakukan audit, tanpa
mengandalkan pada sistem pengendalian intern yang berlaku pada perusahaan
klien.
COSO memandang pengendalian internal merupakan suatu proses yang
dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan kerja lainnya,
yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan dalam hal-hal berikut:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan Efisiensi Operasi.
Pengendalian internal berada dalam proses manajemen dasar, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Pengendalian bukanlah sesuatu yang
ditambahkan dalam proses manajemen tersebut, akan tetapi merupakan bagian
integral dalam proses tersebut. Konsep-konsep dasar yang terkandung dalam
definisi di atas adalah sebagai berikut:
a. Pengendalian Intern adalah suatu proses. Ini berarti bahwa pengendalian intern
merupakan cara mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian intern
terdiri dari serangkaian tindakan yang melekat dan terintegrasi dalam
infrastruktur suatu usaha.
b. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan
hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi juga
orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk dewan
komisaris, manajemen, serta personil lainnya.
c. Pengendalian intern hanya diharapkan memberikan keyakinan memadai,
bukannya keyakinan penuh, bagi manajemen dan dewan komisaris satuan
usaha karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh
sistem pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan
manfaat yang bersangkutan dengan penetapan pengendalian tersebut.
d. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam
berbagai hal yang satu sama lain tumpang tindih yaitu pelaporan keuangan,
kesesuaian, dan operasi.
Untuk memberikan kerangka atau struktur yang perlu dipertimbangkan
oleh banyak pengendalian intern dalam upaya mencapai tujuan satuan usaha,
COSO merumuskan lima komponen pengendalian intern yang saling berkaitan
adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian (control environment). Faktor-faktor lingkungan
pengendalian mencakup integritas, nilai etis, dan kompetensi dari orang dan
entitas, filosofi manajemen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan
otoritas dan tanggung jawab serta mengorganisasikan dan mengembangkan
orangnya, perhatian dan pengarahan yang diberikan oleh board.
2. Penaksiran risiko (risk assessment). Mekanisme yang ditetapkan untuk
mengindentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang berkaitan
dengan berbagai aktivitas di mana organisasi beroperasi.
3. Aktivitas pengendalian (control activities). Pelaksanaan dari kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan oleh manajemen untuk
membantu memastikan bahwa tujuan dapat tercapai.
4. Informasi dan komunikasi (informasi and communication). Sistem yang
memungkinkan orang atau entitas, memperoleh dan menukar informasi yang
diperlukan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
5. Pemantauan (monitoring). Sistem pengendalian internal perlu dipantau,
proses ini bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini
dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang
terpisah atau kombinasi dari keduanya.
Dalam teori akuntansi dan organisasi pengendalian intern atau kontrol
intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya
manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu