9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik UMKM Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut undang-undang no. 20 tahun 2008, adalah: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
30
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan ...media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100141_2_5248.pdf · 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik UMKM
Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut
undang-undang no. 20 tahun 2008, adalah:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.2 Peranan UMKM Dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia
Berdasarkan informasi dari kementrian Bagian Data – Biro Perencanaan
kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, UMKM memberi
berbagai jenis kontribusi, antara lain sebagai berikut:
11
a. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Investasi Nasional;
Pembentukan Investasi Nasional menurut harga berlaku:
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp 461,10 triliun
atau 52,99% dari total investasi nasional sebesar Rp 870,17 triliun.
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM mengalami peningkatan sebesar
Rp 179,27 triliun atau sebesar 38,88% menjadi Rp 640,38 triliun.
b. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional ;
PDB Nasional menurut harga berlaku:
1. Tahun 2007, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut
harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.105,14 triliun atau sebesar
56,23%.
2. Tahun 2008, kontribusi UMKM terhadap PDB nasional menurut
harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.609,36 triliun atau sebesar
55,56%.
c. Kontribusi UMKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja Nasional; pada
tahun 2008, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar
90.896.207 orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja,
jumlah ini meningkat sebesar 2,43%.
d. Kontribusi UMKM terhadap Penciptaan Devisa Nasional; pada tahun
2008 kontribusi UMKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui
ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp 40,75 triliun
atau 28, 49%.
12
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan pilar utama
perekonomian Indonesia. Karakteristik utama UMKM adalah kemampuannya
mengembangkan proses bisnis yang fleksibel dengan menanggung biaya yang relatif
rendah. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika keberhasilan UMKM diharapkan
mampu meningkatkan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Sumber: Kristanto Word, UMKM di Indonesia dan Peranan Akuntansi, available at:
(http://kristantoword.wordpress.com/2013/04/08/), Senin, 8 April 2013 at 12:28 WIB.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Pengertian Sistem
Menurut Mulyadi (2008:5), sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
2.2.2 Pengertian Informasi
Menurut Lilis Puspitawati (2011:13) data dan informasi adalah :
“Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan
kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan
lebih berarti bagi yang menerimanya.”
2.2.3 Pengertian Akuntansi
Fees, Reeve dan Warren (2008:10) menyatakan bahwa akuntansi adalah
sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
13
2.2.4 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Definisi Sistem Informasi Akuntansi menurut Mulyadi (2008:3)
mengemukakan definisi sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
“Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang
dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan
yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan.”
2.2.5 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2008:3), unsur-unsur sistem informasi akuntansi terdiri
dari:
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen,
karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi di
rekam (di dokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering pula
disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk
mencatat peristiwa yang terjadi di dalam organisasi ke dalam catatan.
Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi di
rekam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Contoh
formulir yaitu: faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek.
14
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama, yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
yang lainnya. Dalam jurnal ini terdapat kegiatan peringkasan data,
yang hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah transaksi tertentu)
kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
Contoh jurnal yaitu: jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal
penjualan, jurnal umum.
3. Buku Besar
Buku Besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini
disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan
dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat
di pandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di
pihak lain dapat di pandang pula sebagai sumber informasi keuangan
untuk penyajian laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Jika data keuangan yang di golongkan dalam buku besar di perlukan
rinciannya lebih lanjut, dapat di bentuk buku pembantu (subsidiary
ledger). Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu
15
yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu
dalam buku besar.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat
berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba yang di
tahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran,
laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang
akan di bayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.
Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi.
Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar
monitor komputer.
2.2.6 Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Azhar Susanto (2007:9), fungsi dan peran dari sistem informasi
akuntansi adalah:
1. Mendukung aktivitas sehari-hari perusahaan.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan.
3. Membantu dalam memenuhi tanggung jawab pengelolaan perusahaan.
2.3 Subsistem Sistem Informasi Akuntansi
Berdasarkan subsistem, sistem informasi akuntansi memiliki 5 bagian
subsistem yang saling berkaitan, yaitu:
1. Subsistem Pendapatan,
2. Subsistem Pengeluaran,
16
3. Subsistem Keuangan, dan
4. Subsistem Produksi.
Sumber: Ilmu Akuntansi, Pengertian Sistem Informasi Akuntansi, available at: