Top Banner
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell Fuglie adalah seorang warga negara Prancis yang tinggal dan bekerja di Senegal. Ia menjadi orang yang pertama kali meneliti kandungan nutrisi pada daun kelor dan menemukan bukti bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami gizi buruk sekalipun masih bisa dibantu untuk memiliki bayi yang sehat dengan cara mengonsumsi daun kelor (Pradana, 2013). Hasil penelitian Lowell kemudian banyak dimanfaatkan oleh berbagai negara untuk memerangi gizi buruk, terutama negara-negara berkembang di Semenanjung Afrika. Program penggalakan penanaman daun kelor di Afrika merupakan kampanye intensif melalui lembaga-lembaga pendidikan dan swadaya masyarakat. Bahkan waktu itu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Kofi Annan mendukung sosialisasi penggunaan daun kelor untuk memerangi gizi buruk (Pradana, 2013). 2.1.2 Deskripsi Tanaman Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) dapat berupa semak atau pohon dengan tinggi 12 m dan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas rendah (Pradana, 2013). Menurut Tejas et al. (2012), klasifikasi taksonomi kelor adalah : Kerajaan : Plantae Sub-Kerajaan : Tracheobionta Super-Divisi : Spermatophyta Universitas Sumatera Utara
15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

Feb 22, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Sampel

2.1.1 Sejarah Daun Kelor

Lowell Fuglie adalah seorang warga negara Prancis yang tinggal dan

bekerja di Senegal. Ia menjadi orang yang pertama kali meneliti kandungan nutrisi

pada daun kelor dan menemukan bukti bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami gizi

buruk sekalipun masih bisa dibantu untuk memiliki bayi yang sehat dengan cara

mengonsumsi daun kelor (Pradana, 2013).

Hasil penelitian Lowell kemudian banyak dimanfaatkan oleh berbagai

negara untuk memerangi gizi buruk, terutama negara-negara berkembang di

Semenanjung Afrika. Program penggalakan penanaman daun kelor di Afrika

merupakan kampanye intensif melalui lembaga-lembaga pendidikan dan swadaya

masyarakat. Bahkan waktu itu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa

(PBB) Kofi Annan mendukung sosialisasi penggunaan daun kelor untuk

memerangi gizi buruk (Pradana, 2013).

2.1.2 Deskripsi Tanaman

Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) dapat berupa semak atau pohon

dengan tinggi 12 m dan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak

dan memiliki kualitas rendah (Pradana, 2013).

Menurut Tejas et al. (2012), klasifikasi taksonomi kelor adalah :

Kerajaan : Plantae

Sub-Kerajaan : Tracheobionta

Super-Divisi : Spermatophyta

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

6

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub-Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera Lam

Ada sekitar 13 (tiga belas) spesies dari moringa dengan famili

Moringaceae yaitu Moringa oleifera, Moringa arborea, Moringa borziana,

Moringa concanensis, Moringa drouhardii, Moringa hildebrandtii, Moringa

longituba, Moringa ovalifolia, Moringa peregrina, Moringa pygmaea, Moringa

rivae, Moringa ruspoliana, Moringa stenopetala (Mahmood et al., 2010).

Perbedaan antara satu spesies dengan lainnya adalah bentuk batang, dan geografis

tempat tumbuh. Untuk daratan Asia, termasuk India dan Indonesia tanaman kelor

yang tumbuh masuk dalam spesies Moringaoleifera. Hal ini disebabkan ciri-ciri

fisik dan tempat tanaman tumbuh pada suhu dan lingkungan tropis di Benua Asia

(Luthfiyah, 2012).

Di Indonesia, tanaman kelor dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat

Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro. Orang-orang Madura

menyebutnya maronggih. Di Sunda dan Melayu disebut kelor. Di Aceh disebut

murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di Sumbawa disebut kawona.

Sedangkan orang-orang Minang mengenalnya dengan nama munggai (Pradana,

2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

7

Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian

batang 7 - 12 meter. Merupakan tumbuhan yang berbatang dan termasuk jenis

batang berkayu, sehingga batangnya keras dan kuat. Bentuknya sendiri adalah

bulat (teres) dan permukaannya kasar. Akar tunggang, berwarna putih. Kulit akar

berasa pedas dan berbau tajam, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus

tapi terang dan melintang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling

(alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna

hijau muda - setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 - 2

cm, lebar 1 - 2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata,

susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga

muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih

agak krem, menebar aroma khas. Kelor berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan.

Buah atau polong Kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang

(Jawa) dengan panjang 20 - 60 cm, ketika muda berwarna hijau - setelah tua

menjadi cokelat, biji didalam polong berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau

terang dan berubah berwarna coklat kehitaman ketika polong matang dan kering.

Biji berbentuk bulat dengan lambung semi-permeabel berwarna kecoklatan.

Lambung sendiri memiliki tiga sayap putih yang menjalar dari atas ke bawah

(Krisnadi, 2015).

2.1.3 Kandungan Kimia

Kandungan senyawa Kelor telah diteliti dan dilaporkan oleh While

Gopalan, et al. (Krisnadi, 2015). Senyawa tersebut meliputi Nutrisi, Mineral,

Vitamin dan Asam Amino. Menurut Krisnadi (2015), kandungan senyawa dari

Kelor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

8

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Polong, Daun Segar dan Serbuk Daun Kelor

Nutritional Analysis Satuan per 100 gram bahan

Polong Daun

Segar

Serbuk

Daun

NUTRISI

Kandungan Air (%) 86.9 75.0 7.50

Kalori Cal 26.0 92.0 205.0

Protein gram 2.5 6.7 27.1

Lemak gram 0.1 1.7 2.3

Karbohidrat gram 3.7 13.4 38.2

Serat gram 4.8 0.9 19.2

Mineral gram 2.0 2.3 -

Kalsium (Ca) mg 30.0 440.0 2003.0

Magnesium (Mg) mg 24.0 24.0 368.0

Fospor (P) mg 110.0 70.0 204.0

Potassium (K) mg 259.0 259.0 1324.0

Copper (Cu) mg 3.1 1.1 0.6

Zat Besi (Fe) mg 5.3 0.7 28.2

Asam Oksalat mg 10.0 101.0 0.0

Sulphur (S) mg 137 137.0 870.0

VITAMIN

Vitamin A - B carotene mg 0.10 6.80 16.3

Vitamin B - Choline mg 423.00 423.00 -

Vitamin B1- Thiamin mg 0.05 0.21 2.6

Vitamin B2 - Riboflavin mg 0.07 0.05 20.5

Vitamin B3 - Nicotinic Acid mg 0.20 0.80 8.2

Vitamin C - Ascorbic Acid mg 120.00 220.00 17.3

Vitamin E - Tocopherols Acetate mg - - 113.0

ASAM AMINO *)

Arginine mg 360 406.6 1325

Histidine mg 110 149.8 613

Lysine mg 150 342.4 1325

Tryptophan mg 80 107 425

Phenylanaline mg 430 310.3 1388

Methionine mg 140 117.7 350

Threonine mg 390 117.7 1188

Leucine mg 650 492.2 1950

Isoleucine mg 440 299.6 825

Valine mg 540 374.5 1063

*While Gopalan, et al. Melaporkan kandungan asam amino dalam satuan per

gram N (nitrogen), tabel ini telah dikonversi ke mg per 100 gram daun untuk

memudahkan.

Sumber : Hakim Bey, All Things Moringa, 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

9

2.1.4 Kegunaan

Daun kelor dapat bermanfaat sebagai antibakteri, infeksi, infeksi saluran

kemih, virus Ebstein Barr (EBV), virus herpes simplek (HSV-1), HIV/AIDS,

cacingan, bronkhitis, luka eksternal/tukak, demam, gangguan hati, antitumor,

kanker prostat, radioprotektif, antianemia, antihipertensi, diabetes, diuretik,

hipokolestemia, tiroid, hepatorenal, radang usus besar, diare, disentri, gastritis,

rematik, sakit kepala, antioksidan, defisiensi karotenoid, zat besi, protein,

vitamin/mineral, laktasi, antiseptik, dan tonik (Tejas et al., 2012).

2.1.5 Pemanfaatan Kelor

Di Indonesia, khususnya di kampung atau pedesaaan, pohon kelor banyak

ditanam sebagai pagar hidup, berfungsi selain sebagai tanaman penghijau juga

sebagai tanda batas tanah atau ladang kepemilikan seseorang. Selama ini, daun

kelor muda banyak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran oleh sebagian besar

penduduk kampung atau desa (Simbolon et al., 2008).

Selain itu, tanaman kelor juga dikenal luas di lingkungan pedesaan sebagai

tanaman obat berkhasiat; dengan memanfaatkan seluruh bagian tanaman ini,

mulai dari daun, kulit batang, biji hingga akarnya. Akar kelor dicampur dengan

kulit akar pepaya digiling dan dihancurkan; campuran ini banyak digunakan

sebagai obat luar (balur) untuk penyakit beri-beri dan sejenisnya. Daunnya

ditambah dengan kapur sirih, merupakan obat kulit seperti kurap, yang digunakan

dengan cara digosokkan. Sementara sebagai obat oral (diminum), rebusan akar

dan daun kelor ampuh sebagai obat rematik, epilepsi (ayan), skorbut (kekurangan

vitamin C), gangguan atau infeksi saluran kemih (melancarkan buang air kecil),

bahkan sampai penyakit kelamin “gonorrhea” pula. Biji kelor tua bersama dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

10

kulit jeruk dan buah pala, akan dapat dicampur sebagai “spiritus moringae

compositus” yang digunakan sebagai stimulans (obat perangsang), stomachikum

(obat sakit perut), hingga diuretikum (Simbolon et al., 2008).

2.2 Mineral

Mineral merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun

fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro

dan mineral mikro. Mineral makro adalah unsur yang dibutuhkan tubuh dalam

jumlah lebih dari 100 mg/hari, sedangkan mineral mikro adalah unsur yang

dibutuhkan kurang dari 100 mg/hari. Yang termasuk mineral makro adalah

natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium, sedangkan yang termasuk

mineral mikro, seperti besi (Almatsier, 2004).

2.2.1 Kalsium

Tubuh kita mengandung lebih banyak kalsium daripada mineral lain.

Diperkirakan 2% berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg terdiri dari

kalsium. Meskipun pada bayi kalsium hanya sedikit (25-30 g), setelah usia 20

tahun secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1.200 g kalsium dalam

tubuhnya. Sebagian besar terkonsentrasi dalam tulang rawan dan gigi, sisanya

terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak (Winarno, 1992). Peningkatan

kebutuhan akan kalsium terjadi pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan

menyusui. Jumlah kalsium yang dianjurkan per hari untuk anak-anak adalah 300-

400 mg, remaja 600-700 mg, dewasa 500-800 mg, dan ibu hamil dan menyusui

sebesar 1200 mg (Almatsier, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

11

Peranan kalsium dalam tubuh pada umumnya dapat dibagi dua, yaitu

membantu membentuk tulang dan gigi serta mengukur proses biologis dalam

tubuh. Kalsium yang berada dalam sirkulasi darah dan jaringan tubuh berperan

dalam berbagai kegiatan, di antaranya untuk transmisi impuls syaraf, kontraksi

otot, penggumpalan darah, pengaturan permeabilitas membran sel, serta keaktifan

enzim (Winarno, 1992).

2.2.2 Kalium

Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam

pengaturan keseimbangan cairan tubuh. Sebanyak 95% kalium berada di dalam

cairan intraseluler. Kalium merupakan bagian essensial semua sel hidup, sehingga

banyak terdapat daam bahan makanan. Kekurangan kalium karena makanan

jarang terjadi, sepanjang seseorang cukup makan sayuran dan buah segar

(Almatsier, 2004).

Kalium penting bagi sistem saraf, kontraksi otot, ikut dalam pelepasan

insulin, dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Anjuran konsumsi kalsium

adalah 2000 mg/hari. Kekurangan kalium dapat menyebabkan lemah otot,

kembung, dan detak jantung tidak normal (Murdiati dan Amaliah, 2013).

2.2.3 Magnesium

Hampir 60% magnesium dalam tubuh terdapat pada tulang, 26% dalam

otot, dan sisanya ada dalam jaringan lunak serta cairan tubuh. Magnesium

memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus sistem enzim di dalam

tubuh (Almatsier, 2004). Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 g

magnesium, 50-60% daripadanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat

dalam cairan intraseluler (Tan dan Rahardja, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

12

Magnesium mengaktivasi banyak sistem enzim (misalnya alkali fosfatase,

leusin aminopeptidase) dan merupakan kofaktor yang penting pada fosforilasi

oksidatif, pengaturan suhu tubuh, kontraktilitas otot, dan kepekaan saraf (Dewoto,

2011). Di samping itu, magnesium berperanan penting pada metabolisme kalsium

dan juga diperlukan untuk sintesa protein yang terdapat dalam tulang. Penting

pula bagi absorpsi kalsium dan kalium. Kebutuhan seharinya diperkirakan 450-

500 mg (WHO), yag diperoleh dari makanan (Tan dan Rahardja, 2008).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom

Metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) mendasarkan pada prinsip

absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang

gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang

gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu

atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan

menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom

pada keadaaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-

unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara

analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak

tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok

untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas

deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya

sedikit. Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh

atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau ultraviolet.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

13

Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan atom sama saja dengan

spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk

spektrum, cara pengerjaan sampel, dan peralatannya (Gandjar dan Rohman,

2007).

Menurut Harris (2007), sistem peralatan spektrofotometer serapan atom

dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow

cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat

dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).

2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan

dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan

asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu

Lampu

Katoda

Berongga

Nyala

Monokromator Detektor Amplifier

Readout

Analit Sampel

dalam beaker

Gas pembakar

Udara

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

14

sampel menjadi uap atom-atom yaitu : dengan nyala (flame) dan dengan tanpa

nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman, 2007).

a. Nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan

menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada cara

spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari

tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang

digunakan, misalkan untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800oC;

gas alam-udara 1700oC; asetilen-udara 2200

oC; dan gas asetilen-dinitrogen oksida

(N2O) sebesar 3000oC. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah

campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi

(Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit seperti tungku yang

dikembangkan oleh Masmann. Sejumlah sampel diambil sedikit (untuk sampel

cair diambil hanya beberapa µL, sementara sampel padat diambil beberapa mg),

lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan

sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan

ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada

fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga

sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis

kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

15

Sistem pemanasan dengan tanpa nyala ini dapat melalui 3 tahap yaitu :

pengeringan (drying) yang membutuhkan suhu yang relatif rendah; pengabuan

(ashing) yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan

matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis; dan pengatoman

(atomising) (Gandjar dan Rohman, 2007).

3. Monokromator

Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih

panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Di samping sistem optik,

dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan

radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Gandjar dan

Rohman, 2007).

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui

tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton

(photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi

yaitu : (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi

kontinyu; dan (b) yang hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi

(Gandjar dan Rohman, 2007).

5. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah

terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

16

dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan

absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi

banyaknya sampel yang mencapai nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni

matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar/gas

pengoksidasi. Sifat-sifat tersebut adalah : viskositas, tegangan permukaan, berat

jenis, dan tekanan uap (Gandjar dan Rohman, 2007).

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang

terjadi di dalam nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas di dalam

nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia yaitu :

a. Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna disebabkan terbentuknya

senyawa-senyawa yang bersifat refraktorik (sukar diuraikan di dalam nyala

api) (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Ionisasi atom-atom di dalam nyala dapat terjadi jika suhu yang digunakan

untuk atomisasi terlalu tinggi. Prinsip analisis dengan SSA adalah mengukur

absorbansi atom-atom netral yang berada dalam keadaan azas. Jika terbentuk

ion maka akan mengganggu pengukuran absorbansi atom netral karena

spektrum absorbansi atom-atom yang mengalami ionisasi tidak sama dengan

spektrum atom dalam keadaan netral (Gandjar dan Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

17

3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang

dianalisis; yakni absorbansi molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam

nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non-atomic absorption)

Penyerapan non-atomik dapat disebabkan adanya penyerapan cahaya oleh

partikel-partikel padat yang berada di dalam nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004). Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis adalah sebagai berikut :

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu :

- Metode simulasi

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu

bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan

hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang

sebenarnya) (Harmita, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

18

- Metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode

yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah baku dengan konsentrasi

tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan

divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa

penambahan sejumlah baku. Persen perolehan kembali ditentukan dengan

menentukan berapa persen baku yang ditambahkan ke dalam sampel dapat

ditemukan kembali (Harmita, 2004). Menurut Ermer dan Miller (2005), suatu

metode dikatakan teliti jika nilai recoverynya antara 80-120%. Recovery dapat

ditentukan dengan menggunakan metode standar adisi.

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara

berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang

memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang

dilakukan. Nilai simpangan baku relatif dikatakan memenuhi kriteria seksama dan

teliti jika RSDnya tidak lebih dari 2% (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang

hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya kmponen

lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52053/4/Chapter...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Sampel 2.1.1 Sejarah Daun Kelor Lowell

19

d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,

menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit

dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang

dapat ditetapkan secara cermat, seksama, dan dalam linearitas yang dapat diterima

(Harmita, 2004).

e. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

f. Ketangguhan metode (ruggedness)

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh

dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti

laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll.

Ketangguhan metode ditentukandengan menganalisis beningan suatu lot sampel

yang homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan

kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan

prosedur dan parameter uji yang sama (Harmita, 2004).

g. Kekuatan (Robustness)

Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat

perubahanmetodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon

analitik dan efek presisi dan akurasi (Harmita, 2004).

Universitas Sumatera Utara