BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unsur-unsur seni rupa Semua hasil karya manusia apakah hasil karya tersebut sengaja diciptakan dengan kesadaran keindahan atau tidak, semestinya memiliki nilai keindahan walau sekecil apapun nilai keindahannya. Terlebih lagi untuk bentuk karya seni, murni dan desain harus mengutamakan nilai keindahannya, sebab jika kurang memiliki nilai keindahan berarti bukan karya seni atau karya desain yang baik, (Sadjiman 2005: 3). Karya seni rupa mulanya terbentuk dari unsur-unsur seni rupa, yang satu sama lain saling berhubungan, sehingga merupakan suatu kesatuan hubungan antara lain : 2.1.1 Titik Menurut Sadjiman, (2009: 94) secara umum dimengerti bahwa suatu bentuk disebut sebagai titik karena ukurannya yang kecil, dikatakan kecil karena objek tersebut berada pada area yang luas dan manakala dengan objek yang sama dapat dikatakan besar apabila diletakan pada area yang sempit, sedangkan menurut Georges Seurat, titik adalah salah satu elemen dalam seni rupa yang paling kecil, dan merupakan elemen paling dasar dalam seni rupa. Apabila suatu titik ditarik akan menjadi suatu garis, dan titik apabila diolah secara luas akan menjadi suatu bidang. Titik mempunyai peran yang sama dengan elemen seni yang lain seperti garis dan warna. penggunaan titik biasanya pada bagian-bagian yang terkecil dalam suatu karya seni. Misalkan dalam lukisan manusia titik digunakan pada bagian datail wajah, mata, dan dalam lukisan pemandangan. Penggunaan titik biasanya dipakai pada bagian pohon, daun, tanah dan batu-batuan. Menurut Sadjiman, (2005 : 70) dalam seni lukis ada suatu aliran yang disebut dengan pointilis, melukis atau menggambar dengan teknik titik-titik ini disebut dengan pointilisme.
22
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unsur-unsur seni rupaeprints.ung.ac.id/847/6/2013-2-88210-544409007-bab2-10012014101805.pdf · 2.1 Unsur-unsur seni rupa Semua hasil karya manusia apakah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unsur-unsur seni rupa
Semua hasil karya manusia apakah hasil karya tersebut sengaja diciptakan dengan
kesadaran keindahan atau tidak, semestinya memiliki nilai keindahan walau sekecil apapun
nilai keindahannya. Terlebih lagi untuk bentuk karya seni, murni dan desain harus
mengutamakan nilai keindahannya, sebab jika kurang memiliki nilai keindahan berarti bukan
karya seni atau karya desain yang baik, (Sadjiman 2005: 3).
Karya seni rupa mulanya terbentuk dari unsur-unsur seni rupa, yang satu sama lain
saling berhubungan, sehingga merupakan suatu kesatuan hubungan antara lain :
2.1.1 Titik
Menurut Sadjiman, (2009: 94) secara umum dimengerti bahwa suatu bentuk disebut
sebagai titik karena ukurannya yang kecil, dikatakan kecil karena objek tersebut berada pada
area yang luas dan manakala dengan objek yang sama dapat dikatakan besar apabila diletakan
pada area yang sempit, sedangkan menurut Georges Seurat, titik adalah salah satu elemen
dalam seni rupa yang paling kecil, dan merupakan elemen paling dasar dalam seni rupa.
Apabila suatu titik ditarik akan menjadi suatu garis, dan titik apabila diolah secara luas akan
menjadi suatu bidang.
Titik mempunyai peran yang sama dengan elemen seni yang lain seperti garis dan
warna. penggunaan titik biasanya pada bagian-bagian yang terkecil dalam suatu karya seni.
Misalkan dalam lukisan manusia titik digunakan pada bagian datail wajah, mata, dan dalam
lukisan pemandangan. Penggunaan titik biasanya dipakai pada bagian pohon, daun, tanah dan
batu-batuan. Menurut Sadjiman, (2005 : 70) dalam seni lukis ada suatu aliran yang disebut
dengan pointilis, melukis atau menggambar dengan teknik titik-titik ini disebut dengan
pointilisme.
Pointilisme kemudian menjadi suatu aliran dalam seni lukis yang menggunakan teknik
titik menitik. Suatu karya hasil susunan pecahan-pecahan kaca atau keramik yang terlihat
sebagai susunan titik-titik disebut muzaik. Bisa juga membuat muzaik tiruan dengan sobekan-
sobekan kertas pada permukaan yang mengandung lem. Kalau kita mengatur pasir, kerikil,
atau batu-batu, sesungguhnya perbuatan menyusun titik-titik, (Sadjiman 2005: 70).
2.1.2 Garis
Menurut Sadjiman, (2009: 96) garis merupakan suatu bentuk yang berukuran kecil
tetapi memanjang. Kaligrafi merupakan garis hasil goresan yang merupakan garis nyata.
Contohnya goresan yang lembut, lincah, luwes, kadang-kadang kuat, lembut dan manis. Garis
bisa lancar, terputus-putus, bisa beruas,terang, sopan, budiman, kabur dan tak bertujuan.
Keligrafi merupakan garis hasil goresan yang merupakan garis nyata, adalah contoh
garis yang lembut, lincah, luwes, kadang-kadang kuat, lembut, manis, gemulai lembut, ringan
tertegun-tegun, meleset lancar, dan gempal. Kaligrafi adalah contoh suatu simbol emosi yang
diekspresikan dalam goresan berirama, yang berkualitas tinggi, (Sadjiman 2005: 71).
Bagi kebanyakan orang, garis lurus mendorong rasa kaku, ketegasan, kebenaran, dan
ketelitian. Garis lurus adalah positif, langsung, keras, kuat, tegar, teguh hati dan tidak kenal
kompromi. Garis lengkung ramping-ringan adalah fleksibel, harmonis, kalem, feminim,
terang, sopan, budiman, tetapi terasa malas, kabur dan tak bertujuan, (Sadjiman 2005: 71).
Pengertian garis menurut (Lilian Gareth 2011) mendifinisikan garis sebagai
sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan
sosoknya disebut dengan garis. Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang
membekaskan jejaknya sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa
mempergunakan pensil, pena, dan kuas. Bagi seni rupa garis memiliki fungsi fundamental,
sehingga diibaratkan jantungnya seni rupa. Garis sering pula disebut dengan kontur, sebuah
kata yang samar dan jarang dipergunakan (Anonim, 2011).
Pentingnya garis sebagai elemen seni rupa, sudah terlihat sejak dahulu kala. Nenek
moyang manusia jaman dulu. Menggunakan garis ini sebagai media ekspresi seni rupa di
gua-gua. Mereka menggunakan garis ini untuk membentuk obyek-obyek ritual mereka.
Selain berupa lukisan, nenek moyang manusia juga menggunakan garis sebagai media
komunikasi, seperti huruf paku peninggalan bangsa Phoenicia (abad 12-10 Sm) yang berupa
goresan-goresan. Disamping potensi garis sebagai pembentuk kontur, garis merupakan
elemen untuk mengungkapkan gerak dan bentuk. Baik bentuk dua dimensi maupun tiga
dimensi. Suasana garis dalam hubungannya sebagai elemen seni rupa, garis memiliki
kemampuan untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi
karena proses stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat disekitar kita,
yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Sebagai contoh adalah bila kita melihat garis ‘S’,
atau yang sering disebut ‘Line of beauty maka kita akan merasakan sesuatu yang lembut,
halus dan gemulai. Perasaan ini terjadi karena ingatan kita mengasosiasikannya dengan
bentuk-bentuk yang dominan dengan bentuk lengkung seperti penari atau gerak ombak di
laut, (Anonim : 2012).
Karakter garis merupakan bahasa rupa dari unsur garis, baik untuk garis nyata maupun
garis semu. Bahasa garis ini sangat penting dalam penciptaan karya seni untuk menciptakan
karakter yang diinginkan. Bentuk tugu misalnya dapat diterjemahkan ke dalam bentuk garis
vertikal, bangunan rumah yang mendatar dapat diterjemahkan kedalam bentuk garis
mendaftar. Brikut ini beberapa karakter garis tersebut, (Sadjiman 2005: 80).
a. Garis horisontal
Garis horisontal atau garis mendatar air mengasosiasikan cakrawala laut mendatar,
pohon tumbang orang/mati dan lain-lain benda yang panjang mendatar. Garis horisontal
memberi karakter terkenal, damai, pasif dan kaku. Melambangkan ketenangan, kedamaian
dan kemantaban,(Sadjiman 2005: 80).
b. Garis vertikal
Garis vertikal atau garis tegak ke atas mengasosiasikan benda- benda yang berdiri tegak
lurus seperti batang pohon, orang beridri, tugu dan lain-lain, mengesankan keadaan tak
bergerak, suatu yang meleset menusuk langit mengesankan agung, jujur, tegas, cerah, cita-
cita/pengharapan. Garis vertikal memberikan karakter keseimbangan, megah, kuat, tetapi