5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) 2.1.1 Taksonomi Tanaman Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha Spesies : Jatropha gossypifolia L. Gambar 2.1Daun Jatropha gossypifolia L. (silva et al, 2017) 2.1.2 Morfologi Jatropha gossypifolia Jatropha gossypifoliaL. adalah tanaman semak dengan daun berwarna merah.Daun tersusun bergantian sepanjang batang dan bisa berwarna hijau terang, hijau gelap, merah tua atau merah keunguan terang tergantung pada biotep, varietas atau kematangan daun.Daun terdiri atas 3-5 lobus dengan panjang antara 16-19 cm dan lebar 10-13 cm. Batang jarak merah tebal dengan rambut kelenjar yang kasar. Kulit batangnya tipis berwarna hijau atau merah ketika muda dan batangnya berubah menjadi putih saat sudah tua. Batang dapat mengeluarkan getah berair yang sangat lengket.Jatropha gossypifolia L. memiliki system akar dangkal yang berdaging dengan empat akar lateral pendek yang kuat dan akar tersier yang halus (Bebawi, 2017).
25
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Jarak ...eprints.umm.ac.id/41829/3/BAB II.pdf · 2.1.4 Kandungan Senyawa Tanaman . ... Ekstrak pada dosis oral 500 mg/kg dan 1000
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Jarak Merah (Jatropha gossypifolia)
2.1.1 Taksonomi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossypifolia L.
Gambar 2.1Daun Jatropha gossypifolia L. (silva et al, 2017)
2.1.2 Morfologi Jatropha gossypifolia
Jatropha gossypifoliaL. adalah tanaman semak dengan daun berwarna
merah.Daun tersusun bergantian sepanjang batang dan bisa berwarna hijau terang,
hijau gelap, merah tua atau merah keunguan terang tergantung pada biotep,
varietas atau kematangan daun.Daun terdiri atas 3-5 lobus dengan panjang antara
16-19 cm dan lebar 10-13 cm. Batang jarak merah tebal dengan rambut kelenjar
yang kasar. Kulit batangnya tipis berwarna hijau atau merah ketika muda dan
batangnya berubah menjadi putih saat sudah tua. Batang dapat mengeluarkan
getah berair yang sangat lengket.Jatropha gossypifolia L. memiliki system akar
dangkal yang berdaging dengan empat akar lateral pendek yang kuat dan akar
tersier yang halus (Bebawi, 2017).
6
Bunga Jatropha gossypifolia L.berwarna merah muda sampai ungu gelap
dibagian luar kelopak bunga, dengan pusat kuning terang.Bunga jantan berbentuk
corong dengan diameter 6-9 mm. Bunga betina sangat mirip dengan bungan
jantan tapi memiliki ukuran yang lebih besar, dengan diameter hingga 9 mm.
terdiri atas 8 benang sari yang menyatu menjadi tabung yang tersusun bebas
dengan dua tingakatan antera yang tidak sama panjangnya. Ada 3 antera yang
berukuran besar di tingkat atas dan 5 yang berukuran kecil dibagian bawah.Butir
serbuk sari berbentuk bulat dengan warna kuning cerah dan memiliki lapisan
lengket, beminyak. Buah terdiri dari 3 lobus (trilokular), berbentuk bulat dan
berwarna hijau terang dan akan berubah warna menjadi hijau pucat atau cokelat
saat matang. Saat biji tanaman dibelah akan terlihat lapisan yang berwarna putih
tipis (Bebawi, 2017)
2.1.3 Habitat dan Distribusi
Jatropha gossypifolia L. dikenal luas sebagai tanaman “bellyache bush”
dan merupakan tanaman obat tradisional yang digunakan untuk berbagai macam
pengobatan.Tanaman ini tersebar luas di negara-negara tropis, subtropis, dan
daerah kering seperti Afrika dan Amerika.Di negara Brazil, tanaman ini banyak
tumbuh didaerah Amazon, Catinga, dan hutan Atlantik.Jarak merah juga tersebar
luas di beberapa negara bagian utara, timur laut, selatan dan tenggara.Jarak merah
sangat mudah beradaptasi dengan berbagai lingkungan terutama iklim basah/
musim kering seperti di Australia Utara, dimana tanaman ini juga dapat tumbuh di
daerah dataran rendah seperti tepi aliran sungai.Jatropha gossypifolia L. tidak
dapat bertahan hidup di daerah yang tidak ada sinar matahari, karena tanaman
jarak merah membutuhkan sinar matahari untuk tetap bertahan hidup dan berbuah
lebih lama (Bebawi, 2017)
2.1.4 Kandungan Senyawa Tanaman Jatropha gossypifolia L.
Berbagai senyawa kimia yang ada di dalam jarak merah telahbanyak
diteliti, beberapa literatur telah melaporkan adanya beberapa kandungan senyawa
kimia antara lain asam lemak, gula, alkaloida, asam amino, coumarins, steroid,
flavonoid, lignan, protein, saponin, tannin, dan terpenoid (Silva et al, 2014).
7
Tabel II. 1Kandungan Senyawa Jatropha gossypifolia L.
Bagian tanaman Klasifikasi Senyawa
Batang
Coumarin-lignoids - Arylnaphthalene
lignin
- Gadain
- Jatrophan
Flavonoid, fenol,
saponin, tannin
Daun
Alkaloida - Ricinine
Cardiac glycoside - Apigenin
- Isovitexin
- Orientin
Falvonoid - Vitexin
- Isovitexin
Fenol, Steroid, Saponin
Akar
Alkaloida
- 2α-
Hydroxyjatrophone
- 2β-Hydroxy-5,6-
isojatrophone
- 2β-
Hydroxyjatrophone
Diterpen - Citlalitrione
- Falodone
- Jatropholone A
- Jatropholone B
- Jatrophone
Flavonoid, fenol,
saponin, tannin
Biji
Ester - asam arakidat
- asam kaprilat
- asam laurat
- asam linoleat
- asam miristat
Asam lemak - asam palmitat
- asam risinoleat
- asam sterat
- asam vernolat
Serat, flavonoid, fenol,
protein, saponin, tannin
-
(Silva et al, 2014).
8
2.1.5 Manfaat tanaman Jatropha gossypifolia L
Jatropha gossypifolia L telah terbukti secara ilmiah memiliki aktivitas
sebagai antiradang, antidiare, antipiretik, antimikroba, antidiabetes, dan
antihemorrhagics.Berdasarkan penelitian Bhagat et al, bahwa ekstrak methanol
daun dari Jatropha gossypifolia L memiliki aktivitas anti-inflamasi akut dan
kronik sistemik yang signifikan. Ekstrak pada dosis oral 500 mg/kg dan 1000
mg/kg, mampu menghambat edema pankreas karagenan akut pada tikus dan pada
dosis oral 50 mg/kg dan 100mg/ kg menghambat pembentukan granuloma pellet
katun kronis pada tikus (Silva et al, 2014).
2.1.6 Tinjauan Aktivitas Antibakteri Tanaman Jatropha gossypifolia
Tanaman Jatropha gossypiifolia secara umum memiliki aktivitas
antibakteri, antijamur, antiparasit, dan antiviral.Senyawa terisolasi J.
gossypiifoliayang berfungsi sebagai antimikroba adalah dari makotiklik diterpene
jatrophenone, yang memberikan aktivitas antibakteri in vitro yang signifikan
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Hasil uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan berbagai pelarut pada
saat proses ekstraksi, yaitu pelarut petroleum ester, kloroform, alkohol. Uji
antibakteri dilakukan pada bakteri Gram positif dan Gram negatif dengan kontrol
positif ampisilin (Dhale & Birari, 2010).
Tabel II. 2 Antibakteri ekstrak daun Jatropha gossypifolia dengan berbagai
pelarut.
No Mikroorganisme Konsentrasi
(mg/ml)
Zona hambat (mm)
Petroleum
eter
kloroform alkohol Ampisilin
(+)
1 Escherichia sp (-) 50
100
8
6
10
8
11
8
14
2 Pseudomonas sp
(-)
50
100
6
5
7
5
12
9
15
3 Staphylococcus
sp (+)
50
100
5
4
8
7
18
15
23
4 Bacillus sp (+) 50
100
8
6
9
8
12
11
20
(Dhale & Birari, 2010)
9
2.2 Tinjauan Umum Tanaman Alpukat ( Persea americana )
2.2.1 Taksonomi Tanaman
Kedudukan tanaman alpukat dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifiksikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill
Gambar 2.2Daun Persea americana (Maya et al, 2017)
2.2.2 Morfologi
Tanaman alpukat termasuk tanaman pohon berkayu yang tumbuh
menahun (pe-rennial).Batang berlekuk-lekuk serta berdaun rimbun. Daunnya
tumbuh tunggal, bertangkai dengan panjang 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di
ujung ranting, bentuknya jorong hingga bundar telur memanjang, ujung dan
pangkal runcing, bagian tepi kadang agak menggulung ke atas, berbentuk
menyirip, panjang sekitar 10-20 cm, dengan lebar 3-10 cm. Daun muda berwarna
kemerahan dan berambut rapat, daun tua berwarna hijau dan gundul (Chandra,
2013).
Buah alpukat berbentuk bulat sampai lonjong, dengan kulit buah licin
berbintik kuning dengan ketebalan 1-1,5 mm, pangkal buah tumpul atau
meruncing, tergantung jenis dan varietas. Buah yang masih muda akanberwarna
hijau muda dan setelah tua berubah menjadi hijau tua atau hijau kemerah-
10
merahan. Daging buah berwarna kuning atau kuning kehijauan, berbentuk lunak
dan tebal.Setiap buah alpukat hanya memiliki satu biji yang berbentuk jorong
dengan ukuran 6-7,5 cm. Biji alpukat berbentuk biji tunggal berukuran besar yang
di kelilingi daging buah yang lunak. Keping biji berwarna putih kemerahan.
(Chandra, 2013) .
Bunga tersusun dalam tandan yang tumbuh pada ujung-ujung
ranting.Struktur bunga berkelamin dua dan penyerbukannya dibantu oleh lebah
madu karena bunganya mempunyia nektar dan staminod yang berfungsi sebagai
alat pemikat serangga.Proses pembuahan alpukat terjadi padasaat mekarnya bunga
yang terjadi dua kali dalam dua hari berturut-turut. Setiap bunga memiliki
berfungsi sebagai bunga betina pada hari pertama saat bunga sedang mekar, dan
berfungsi sebagai bunga jantan pada hari kedua saat bunga tersebut sedang mekar.
Didaerah dataran tinggi dengan suhu antara 5°-15°C, sifat bunga yang mekar dua
kali akan hilang dan hanya mekar sekali saja sehingga penyerbukan akan lebih
sempurna. Hal tersebut menyebabkan tanaman alpukat yang berada didataran
tinggiakanlebih produktif karena putik dan tepung sari matang dalam waktu yang
bersamaan (homogami) (Hendro, 2007).
2.2.3 Habitat dan Distribusi Geografis
Tanaman ini berasal dari sekitar kawasan Chiapas-Guatemala dan
Honduras.Tanaman ini diseba luaskan oleh para pedagang ke seluruh dunia, baik
di daerah tropik maupun subtropik.Tanaman alpukat di Indonesia lebih dominan
sebagai tanaman pekarangan. Beberapa daerah di Indonesia penghasil terbesar
buah alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi
Selatan, dan Nusa Tenggara (Ketty, 2017).Tanaman alpukat dipercaya sejak lama
sebagai slah atu sumber pengobatan terbaik Masyarakat Cina.Alpukat digunakan
sebagai obat tradisional untuk mengatasi sembelit, paru-paru, penuaan, hingga
memelihara peredaran darah didalam tubuh.
2.2.4 Kandungan Senyawa Alpukat
Tanaman alpukat memiliki beberapa senyawa aktif yang terdapat di daun
antara lain flavonoid, quersetin, dan polifenol, saponin, tannin. Flavonoid dalam
tubuh manusia memiliki fungsi sebagai antibiotik, memiliki mekanisme kerja
dengan cara mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus
11
(Dwi dkk, 2016). Hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan oleh Maryati
menyatakan bahwa daun alpukat mengandung senyawa metabaloit sekunder
flavonoid, tannin katekat, kuinon, saponin dan steroid/ triterpenoid. Alpukat
mengandung asam linoleat dan asam oleat, dimana kedua senyawa tersebut dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol. Senyawa L-glutathione pada alpukat
juga dapat membantu meredakan serta memperbaiki kesehatan usus yang rusak
(Ketty, 2017).
Tabel II. 3Kandungan Senyawa Persea americana L.
Zat gizi Kadar per 100 gram
Air 73,23 g
Energi 670 kJol (160 kcal)
Karbohidrat 8,53 g
Lemak 14,66 g
Protein 2 g
Vitamin B 0,067 mg (5%)
Vitamin C 10 mg (17%)
Vitamin E 2,07 mg
Vitamin K 21,0 mcg
(USDA National Nutrient Database for Standard Reference, 2011)
Tabel II. 4 Senyawa Kimia Daun Alpukat (Persea americana) per 100 gram
Senyawa kimia Kadar per 100 gram
Saponin 1,29±0,08
Tannin 0,68±0,06
Flavonoid 8,11±0,14
Glikosida Sianogenik 0,06±0,02
Alkaloida 0,51±0,21
Fenol 3,41±0,64
Steroid 1.21±0,14
(Arukwe dkk, 2009)
12
Tabel II. 5 Kandungan Mineral Daun Alpukat (Persea americana) per 100 gram
Mineral Kadar per 100 gram
Sodium 80,42±9,12
Calcium 56,13±3,31
Magnesium 75,60±13,31
Phosphorus 48,98±5,50
Potassium 148,92±0,12
Zinc 7,12±2,62
Magnesium 4,84±0,13
Copper 5,71±1.26
(Arukwe dkk, 2009)
2.2.5 Manfaat Tanaman Alpukat (Persea americana)
Tanamanalpukatdapatberkhasiat sebagai obat tradisional.Hampir semua
bagian dari tanaman ini berfungsi sebagai sumber obat-obatan.Bagian tanaman
alpukat yang paling banyak memiliki khasiat adalah bagian daunnya, tetapi bagian
buah juga memiliki kandungan gizi yang tinggi.Penggunaan ekstrak daun alpukat
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi secara signifikan,
menurunkan kadar glukosa darah serta dapat menurunkan kadar ureum dan
kreatinin pada ginjal (Nur, 2015).
Daun alpukat (Persea americana) memiliki rasa yang pahit dan berkhasiat
sebagai diuretik selain itu juga berkhasiat untuk menyembuhkan kencing batu,
darah tinggi, dan sakit kepala. Daun yang dibuat teh dapat menyembuhkan nyeri
saraf, nyeri lambung, bengkak saluran pernapasan dan haid tidak teratur (Dwi et
al, 2016)
2.2.6 Tinjauan Aktivitas Antibakteri Tanaman Alpukat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji alpukat
(Persea americana) mempunyai daya hambat antibakteri terhadap Enterococcus
faecalis pada konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80%, masing-masing dengan
diameter zona hambat sebesar 2,32 mm, 4,32 mm, 5,92 mm dan 6,30 mm dan
menggunakan kontrol positif khlorheksidin 2% terbentuk diameter zona hambat
13
sebesar 12,25 mm. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji one
way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji tukey. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol biji alpukat memiliki
efektivitas dan konsentrasi optimum ekstrak etanol biji alpukat 80% terhadap
pertumbuhan Enterococcus faecalis (Asri, 2014).
Pengujian zona hambat dilakukan dengan menggunakan ekstrak etil asetat
daun alpukat, memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan S.aureus
dengan konsentrasi 15%, 20%, 25%, dan 35% memiliki diameter zona hambat
yang dihasilkan oleh masing-masing konsentrasi sebesar 7,18; 8,11; 9,15;11,25;
12,45 mm (Cut dkk 2016).
2.3 Tinjauan Tentang Bakteri Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureusmerupakan bakteri yang bersifat aerob dan anaerob
fakultatif, hasil tes katalase positif tahan hidup dalam lingkungan yang
mengandung garam dengan konsentrasi tinggi (halofilik).
2.3.1 Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus
Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Gambar 2.3Staphylococcus aureus (Michael, 2015)
2.3.2 Morfologi dan Identifikasi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang berbentuk bulat atau
kokus, memiliki diameter 0,4-1,2 μm (rata-rata 0,8 μm). Hasil dari pewarnaan
14
yang berasal dari pembenihan padat akanmenghasilkan susunan bakteri yang
bergerombol seperti buah anggur. Sedangkan yang berasal dari pembenihan cair
akan terlihat kuman yang lepas sendiri-sendiri, berpasangan atau rantai pendek
yang pada umumnya terdiri lebih dari empat sel. Dinding sel S.aureusterdiri atas
kapsul pelindung yang kuat, dengan tebal sekitar 20-40 nm. Dibawah dinding sel
terdapat sitoplasma yang tertutupi oleh membran plasma. Peptidoglikan
merupakan komponen utama penyusun dinding sel bakteri, hampir 50% penyusun
dinding sel. Susunan ini membentuk jaringan dinding sel berlapis yang kuat, yang
dapat menahan tekanan osmotik internal yang tinggi dari staphylococcus.
Pada umumnya, pembiakkanStaphylococcus aureus, memerlukan medium
yang mengandung asam amino dan vitamin-vitamin, seperti threonin, asam
nikotinat, dan biotin.Pembiakkan Staphylococcus aureus diperlukan suhu optimal
sekitar 28-38°C atau sekitar 37°C.pH optimal untuk pertumbuhan bakteri S.aureus
adalah sekitar 7,4. Pada umumnya Staphylococcus aureusdapat tumbuh pada
medium yang biasa dipakai di laboratorium bakteriologi, antara lain :
a. Nutrient Agar Plate (NAP)
Medium ini berfungsi untuk mengetahui adanya pembentukkan pigmen dan
S.aureusakan membentuk pigmen berwarna kuning emas. Koloni yang
tumbuh akanberbentuk bulat, berdiameter 1-2 mm, konveks dengan tepi rata,
permukaan mengkilat dan konsistensinya lunak
b. Blood Agar Plate (BAP)
Medium ini sering dipakai dan koloni yang terbentukakan tampak lebih besar,
dan pada galur yang berbahaya biasanya memberikan zona hemolisa yang
jernih disekitar koloni yang mirip dengan koloni Streptococcus β-hemolyticus
(Dzen et al, 2003).
2.4 Tinjauan Escherichia coli
Escherichia coli pertama kali diidentifikasi oleh dokter hewan Jerman,
Theodor Escherich dalam studinya mengenai system pencernaan pada bayi
hewan. Berikut taksonomi dari Escherichia coli :
2.4.1 Takosonomi Escherichia coli
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
15
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Gambar 2.4Escherichia coli (Dennis, 2016)
2.4.2 Morfologi dan Identifikasi
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif, bentuk bulat cenderung
ke batang panjang, terdapat sendiri, berpasang-pasangan dan rangkaian pendek,
bergerak dengan menggunakan flagella, biasanya tidek terbentuk kapsul, tidak
membentuk spora, bersifat aerob dan anaerob fakultatif.E.coli mempunyai peran
yang penting dalam kehidupan sehari-hariyaitu selain sebagai flora normal di usus
besar, E.coli juga menghasilkan kolisinn yang dapat melindungi saluran
pencernaan dari bakteri pathogen. Bakteri Escherichia coliakan berubah menjadi
pathogen apabila pindah habitatnya yang normal kebagian lain dalam inangnya.
Escherichia dianggap sebagai genus dengan hanya satu spesies yang mempunyai
beberapa ratus tipe antigenik.Tipe-tipe ini dicirikan menurut kombinasi yang
berbeda-beda dari antigen 0 (antigen lipopolisakarida somatik di dalam dinding
sel), K (antigen polisakarida kapsul), dan H (antigen flagella). Antigen K dibagi
dibagi menjadi antigen L, A atau B berdasarkan cirri fisiknya yang berbeda-beda
(Ruth, 2009).
Berbagai galur E.coli memiliki peranan penting dalam penyakit gastro
intestinal sedangkan mekanisme patogenik diare karena E.coliyang bervariasi dan
kompleks.Salah satu dari mekanisme patogenik ini adalah dengan melibatkan
produksi berbagai macam senyawa enterotoksin. Beberapa diantaranya
berhubungan dengan penyakit manusia, sementara yang lain berhubungan dengan
16
infeksi pada hewan. Tanpa memandang system hospes, organ sasaran dari
enterotoksin E.coli adalah usus kecil, dan hasilnya berupa diare sebagai akibat
dari pengeluaran carian dan elektrolit(Dzen et al, 2003)
Escherichia coli adalah penyebab utama terjadinya infeksi saluran kemih
dan diperkirakan sekitar 90% Infeksi saluran kemih pada wanita muda disebabkan
oleh E.coli.Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya perbedaan struktur
anatomisnya, kematangan seksual, perubahan traktus urogenitalis selama
kehamilan dan kelahiran, serta karena tumor. Gejala-gejala dari terjadinya Infeksi
saluran kemih antara lain adalah poliuria, disuria, hematuria, dan piuria serta nyeri
panggul berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas (Dzen et al, 2003)
2.5 Tinjauan Tentang Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Berdasarkan
sifat toksisitasnya selektif dibagi menjadi 2 yaitu, ada antimikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal dengan aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisidal.
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau
membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM)
sedangkan kadar minimal untuk membunuh mikroba disebut dengan kadar bunuh
minimal (KBM). Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi dalam
kelompok (Amir dkk, 2009):
1. Mengganggu metabolisme sel mikroba
2. Menghambat sintesis dinding sel mikroba
3. Mengganggu permeabilitas membrane sel mikroba
4. Menghambat sintesis protein sel mikroba
5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
Secara garis besar antimikroba dibagi menjadi dua jenis yaitu yang
membunuh kuman (bakterisidal) dan yang hanya menghambat pertumbuhan
kuman (bakteriostatik). Antibiotik yang termasuk bakterisidal antara lain,
aminoglikosida, kotrimoksazol, sefalosporin dan lain-lain. Sedangkan antibiotik
yang memiliki sifat bakteriostatik, dimana penggunaannya tergantung status
imunologi pasien, seperti klindamisin, kloramfenikol dan lain-lain (Utami, 2011).
17
2.5.1 Antibiotik Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan golongan antibiotik yang aktif melawan bakteri
Gram positif-negatif dalam cakupan yang luas.Antibiotikini berkerja dengan cara
berikatan pada subunit 50S ribosom bakteri dan akan menghambat sintesis protein
pada reaksi peptidil transferase. Kloramfenikol antibiotika yang berspketrum luas,
aktif tidak hanya melawan bakteri tetapi juga terhadap mikroorganisme lainnya
seperti riketsia.Pemberian Kloramfenikol dapat melalui intravena atau
oral.Kloramfenikol diabsorpsi sepenuhnya melalui rute oral karena sifat
lipofiliknya, dan didistribusikan secara laus hingga keseluruh tubuh.
Kloramfenikol dapat memasuki CSF normal dengan mudah.
Kloramfenikol dapat menghambat oksidase fungsi campuran
hepatik.Ekskresi obat tergantung pada konversinya menjadi glukuronida di dalam
hati, yang kemudian diekskresikan oleh tubuh melalui tubulus ginjal.Penggunaan
klinis kloramfenikol terbatas pada infeksi yang membahayakan jiwa karena
kloramfenikol mimiliki efek sampingyang serius.Salah satunya dapat
menyebabkan gray baby syndrome, efek samping ini terjadi pada neonatus jika
dosis regimen kloramfenikol tidak disesuaikan secara tepat.Hal ini terjadi karena
eonatus memiliki kapasitas yang rendah untuk melakukan glukuronilasi terhadap
anatibiotika, dan neonatus mempunyai fungsi ginjal yang belum berkembang
secara maksimal. Oleh sebab itu, neonatus mempunyai kemampuan yang rendah
untuk mengekskresikan obat ini, yang terakumulasi mencapai kadar yang dapat
mengganggu fungsi dari ribosom mitokondria. Hal ini menyebabkan beberapa
keadaan antara lain depresi pernafasan, kolaps kardiovaskuler, sianosis, dan
kematian (Kathy et al, 2009)
Gambar 2.5Kloramfenikol (FI V, 2014)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andrio et al (2015) pada
ekstrak tunikata (Polycarpa aurata) dengan menggunakan metode difusi Kirby
Bauer, kontrol positif menggunakan kloramfenikol dapat menghambat bakteri
18
Staphylococcus aureus dengan rata-rata diameter zona hambat 27,55 mm
sedangkan pada bakteri Escherichia coli 34, 86 mm.
Tabel II. 6 Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak kasar, Fraksi MeOH-
air, fraksi heksana, dan fraksi kloroform Tunikata (Polycarpa aurata)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923
Ulangan
Diameter Zona Hambat (mm) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus
Ekstrak
kasar
Fraksi
n-
heksan
Fraksi
kloroform
Fraksi
methanol-
air
Kotrol
(+)
Kontrol
(-)
A1 7,20 0,00 8,38 0,7 27,00 0,00
A2 5,25 0,00 10,00 2,5 30,30 0,00
A3 8,00 0,00 8,30 1,5 25,35 0,00
Rata-rata 6,81 0,00 8,90 1,60 27,55 0,00
(Andrio et al,2015)
Tabel II. 7Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak kasar, Fraksi MeOH-
air, fraksi heksana, dan fraksi kloroform Tunikata (Polycarpa aurata)
terhadap bakteri Escherichia coli ATCC 25922
Ulangan
Diameter Zona Hambat (mm) terhadap bakteri Escherichia coli
Ekstrak
kasar
Fraksi
n-
heksan
Fraksi
kloroform
Fraksi
methanol-
air
Kotrol
(+)
Kontrol
(-)
A1 6,24 0,00 7,55 0,00 35,00 0,00
A2 6,30 0,00 6,25 0,01 35,35 0,00
A3 6,50 0,00 7,30 0,20 34,23 0,00
Rata-rata 6,34 0,00 7,03 0,07 34,86 0,00
(Andrio et al,2015)
Kontrol positif menunujukkan perbedaan yang nyata, karena menghasilkan
aktivitas antibakteri yang paling besar terhadap bakteri uji dibandingkan kontrol
negatif, ekstrak ataupun fraksi bahan uji.
19
2.5.2 Resistensi Antibiotik
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan
didunia tekait dengan banyaknya kejadian infeksi yang disebabkan oleh bakteri.Di
negara berkembang sekitar 30-80% penderita yang dirawat dirumah sakit
mendapat antibiotik.Dari presentase tersebut 20-65% penggunaannya dianggap
tidap tepat, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah
resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki (Lestari, 2011).Penggunaan
antibiotik yang relatif tinggi dapat menimbulkan berbagai permasalahan dan
merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap
antibiotik.Selain berdampak pada angka morbiditas dan mortalitas juga dapat
memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi
(Permenkes, 2011).
Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri
dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang
seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Sedangkan multiple drugs resistensi
adalah sebagai resistensi yang terjadi terhadap dua atau lebih obat maupun
klasifikasi obat. Sedangkan cross resistensi adalah terjadinya resistensi suatu obat
yang diikuti dengan oabtlain yang belum pernah digunakan (Tripathi, 2003).
Bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik karena bakteri dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan efektivitas dari suatu
antibiotik.Resistensi terjadi akibat adanya mutasi genetik pada bakteri. Saat ini
sudah banyak diketahui mikroba resisten, termasuk methicillin resistant