Top Banner
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Pembedahan 2.1.1.1. Pengertian Pembedahan Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh dan terdiri dari tiga fase yaitu praoperatif, intra operatif, dan pasca operatif. Tiga fase ini secara bersamaan disebut fase perioperative (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011) Tiga fase dalam proses pembedahan: 1. Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke meja operasi. Aktifitas keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain mengkaji klien, mengidentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau actual, merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan memberikan penyuluhan praoperatif untuk klien dan orang terdekat klien. 2. Fase intra operatif dimulai saat klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir ketika klien masuk ke unit perawatan pasca operatif (PACU), yang juga disebut ruang pasca anastesi atau ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang termasuk kedalam fase ini antara lain berbagai prosedur khusus yang dirancang untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan terapeutik yang aman untuk klien dan tenaga kesehatan. 3. Fase pasca operatif dimulai saat klien masuk ke ruang pasca anastesi dan berakhir ketika luka telah bener-benar sembuh. Selama fase pasca perioperative, tindakan keperawatan antara lain mengkaji respon klien (fisiologik dan psikologik) terhadap pembedahan, melakukan intervensi untuk memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberi penyuluhan dan memberikan dukungan kepada klien dan orang terdekat, dan
31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

Apr 09, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Pembedahan

2.1.1.1. Pengertian Pembedahan

Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana

pada tubuh dan terdiri dari tiga fase yaitu praoperatif, intra operatif,

dan pasca operatif. Tiga fase ini secara bersamaan disebut fase

perioperative (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011)

Tiga fase dalam proses pembedahan:

1. Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan

pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan ke

meja operasi. Aktifitas keperawatan yang termasuk dalam fase

ini antara lain mengkaji klien, mengidentifikasi masalah

keperawatan yang potensial atau actual, merencanakan asuhan

keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan memberikan

penyuluhan praoperatif untuk klien dan orang terdekat klien.

2. Fase intra operatif dimulai saat klien dipindahkan ke meja

operasi dan berakhir ketika klien masuk ke unit perawatan pasca

operatif (PACU), yang juga disebut ruang pasca anastesi atau

ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang termasuk kedalam

fase ini antara lain berbagai prosedur khusus yang dirancang

untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan terapeutik

yang aman untuk klien dan tenaga kesehatan.

3. Fase pasca operatif dimulai saat klien masuk ke ruang pasca

anastesi dan berakhir ketika luka telah bener-benar sembuh.

Selama fase pasca perioperative, tindakan keperawatan antara

lain mengkaji respon klien (fisiologik dan psikologik) terhadap

pembedahan, melakukan intervensi untuk memfasilitasi proses

penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberi penyuluhan

dan memberikan dukungan kepada klien dan orang terdekat, dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

9

merencanakan perawatan dirumah. Tujuannya adalah membantu

klien mencapai status kesehatan yang paling optimal (Kozier, Erb,

Berman, & Snyder, 2011). Peran perawat selama fase pasca operatif

sangat penting terutama untuk pemulihan klien. Anastesi

menghambat kemampuan klien untuk berespon terhadap stimulus

lingkungan dan untuk membantu mereka sendiri. Selain itu,

pembedahan itu sendiri dapat menyebapkan trauma pada tubuh

dengan mengganggu mekanisme protektif dan homeostatis.

2.1.1.2. Komplikasi Pasca Operasi

Setelah melakukan tindakan pembedahan ternyata terdapat

beberapa komplikasi yang terjadi. Beberapa komplikasi yang terjadi

pasca operasi menurut Potter & Parry, 2007:

1. Sistem Pernapasan

1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan

ditahannya sekresi mucus. Tanda dan gejalanya antara lain

peningkatan frekuensi pernapasan, dipsnea, demam, dan

adanya batuk yang produktif. Atelectasis disebabpkan oleh

ekspansi paru yang tidak adekuat. Anestesi, analgesik dan

posisi yang tidak dimobilisasi menyebabkan ekspansi paru

tidak maksimal

2) Peneumonia merupakan peradangan pada alveoli yang

disebabkan oleh proses infeksi, karena buruknya ekspansi

paru yang disertai oleh penumpukan sekresi

3) Hipoksia merupakan konsentrasi oksigen dalam darah arteri

yang tidak adekuat. Tanda gejalanya antara lain dispnea,

tekanan darah tinggi, takikardi dan sianosis. Desebabkan oleh

agens anestesi dan analgesic. Peningkatan retensi mukus

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

10

2. Sistem Sirkulasi

1) Embolus merupakan potongan thrombus yang terlepas dan

bersirkulasi di dalam pembuluh darah sehingga menempel

pada pada pembuluh darah lain.

2) Thrombus merupakan terbentuknya bekuan darah yang

menempel pada dinding bagian dalam vena atau arteri yang

dapat menyumbat lumen pembuluh darah

3. Sistem Gastrointestinal

1) Distensi abdomen merupakan retensi udara didalam usus.

Tanda dan gejalanya antara lain meningkatnya lingkar perut

dan terdengar bunyi timpani, klien mengeluh perut terasa

penuh, distensi abdomen disebabkan oleh peristaltic usus

yang melebar akibat anestesi, manipulasi usus atau

imobilisasi.

2) Mual dan muntah merupakan gejala pengosongan lambung

yang tidak tepat atau adanya stimulasi kimia dari pusat

muntah. Mual muntah disebabkan oleh distensi abdomen,

obat-obatan, makan atau minum sebelum peristaltic kembali

4. Sistem Ginetourinaria

1) Retensi urin merupakan akumulasi urine didalam kandung

kemih yang terjadi secara involunter akibat hilangnya tonus

otot, tanda dan gejalanya antara lain klien tidak mampu

berkemih, dan distensi kandung kemih. Ini terjadi dalam 3

sampai 6 hari setelah pembedahan. Retensi urin disebabkan

oleh pengaruh anestesi dan analgesik dan narkotik

5. Sistem Integumen

1) Dehisensi luka merupakan terpisahnya tepi luka dari garis

jahitan. Tanda dan gejala dehisensi luka antara lain

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

11

meningkatnya drainase dan menampakkan jaringan yang ada

dibawahnya, biasanya terjadi 6-8 hari setelah pembedahan

2.1.2. Konsep Anastesi

2.1.2.1. Definisi Anestesi

Anestesi merupakan suatu prosedur atau tindakan wajib yang

dilakukan sebelum tindakan operasi. Anestesi adalah suatu keadaan

narkosi, analgesia, relaksasi, dan hilangnya reflek (Smeltzer & Bare,

2011).

Menurut Koezier at al (2011) anestesi dibagi menjdi dua yaitu:

1. Anestesi umum atau general anahstesi

2. Anastesi regional (lokal. epidural, spinal)

2.1.2.2. Jenis Anestesi

Anestesi digolongkan menjadi anestesi umum dan regional. Agens

anestesi biasanya diberikan oleh ahli anestesi atau perawat anestesi.

1. Anestesi umum adalah menghilangkan semua sensasi dan

kesadaran. Dibawah pengaruh anestesi umum, reflex protektif

seperti batuk. Anestesi umum bekerja dengan memblok pusat

kesadaran diotak sehingga terjadi amnesia (kehilangan memori),

analgesia (insesibilitas terhadap nyeri), hypnosis (tidur palsu), dan

relaksasi (mengurangi ketegangan pada beberapa bagian tubuh).

Anestesi umum biasanya diberikan melalui infus intravena atau

inhalasi gas memalui masker atau memalui selang endotrakea

yang dimasukkan kedalam trakea (Koezier, 2011). Anestetik

umum menghasilkan anestesi karena dihantarkan ke otak pada

tekanan parsial yang tinggi. Jumlah anestetik yang relative besar

harus diberikan selama induksi dan pada awal fase rumatan karena

anestetik itu diresirkulasi dan ditimbun dalam jaringan tubuh. Saat

tempat tersebut menjadi jenuh, dibutuhkan jumlah agens anestetik

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

12

yang lebih kecil untuk mempertahankan anestesi karena

equilibrium atau mendekati equilibrium telah tercapai antara otak,

darah,dan jaringan lain (Smeltzer & Bare, 2011).

2. Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikan agens

anastetik disekitar saraf sehingga area yang dipersarafi oleh saraf

ini teranastesi. Efeknya bergantung pada jenis saraf yang terlibat.

Serabut motorik adalah serabut yang besar dan mempunyai selaput

mealin yang tertebal. Serabut simpatis adalah serabut terkecil dan

mempunyai selaput yang minimal. Serabut sensorik termasuk

menengah. Dengan demikian, anastetik lokal memblok saraf

motorik yang paling lambat dan saraf simpatis yang paling cepat.

Suatu anastetik tidak dapat dikatakan sudah hilang sampai ketiga

sistem (motoric, sensorik, dan otonom) tidak lagi dipengaruhi oleh

anestetik (Smeltzer & Bare, 2011). Ada beberapa teknik anastesi

regional yang digunakan diantaranya:

1) Anestesi topikal diberikan langsung kekulit atau membrane

mukosa, permukaan kulit yang terbuka, luka, dan luka bakar.

Agens topical yang paling sering digunakan adalah lidokain

dan bezokain.

2) Anestesi lokal diinjeksikan ke area tertentu dan digunakan

untuk prosedur pembedahan minor seperti penjahitan luka kecil

atau prosedur biopsy.

3) Blok saraf adalah teknik menginjeksikan agen anestetik ke

dalam dan sekitar saraf atau kelompok kecil saraf yang

memberikan sensasi ke area kecil pada tubuh. Blok mayor

melibatkan berbagai saraf atau pleksus (blok pleksus brakialis

menimbulkan anestesi lengan), blok minor melibatkan saraf

tunggal ( saraf fasial).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

13

4) Blok intravena paling sering digunakan untuk prosudur-

prosedur yang melibatkan lengan, pergelangan tangan, dan

tangan. Torniket oklusif dipasang pada ekstermitas untuk

mencegah infiltrasi dan absorbs agens intravena yang

diinjeksikan di luar ekstermitas yang terlibat.

5) Anestesi spinal atau disebut juga blok subaraknoid, prosedur

ini memerlukan tindakan pungsi lumbal 2 (L2) dan sekrum

(S1). Agens anestetik diinjeksikan kedalam ruang subaraknoid

disekitar korda spinalis. Anestesi spinal dibagi menjadi tiga

golongan yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Anestesi spinal

rendah biasanya digunakan pada pembedahan area rectum

perineum, anestesi spinal sedang digunakan pada pembedahan

perbaikan hernia dan apendiktomi, dan anestesi spinal tinggi

digunakan pada pembedahan seksio sesaria.

6) Anestesi epidural adalah injeksi agen anestesi ke dalam ruang

epidural, area didalam kolumna spinalis, tetapi di luar dura

mater (Kozier, Erb, Berman Audrey, & Snyder, 2011)

2.1.3 Konsep Post Operatif Nausea Vomitus (PONV)

2.1.3.1 Post Operatif Nausea Vomitus (PONV)

Post Operatif Nausea Vomitus (PONV) merupakan salah satu

masalah yang sering terjadi pada pasien yang telah menjalankan

tindakan pembedahan, terutama pada pasien dengan anestesi umum.

Nausea atau rasa mual merupakan perasaan ingin muntah. Keluhan

ini dapat terjadi tanpa diikuti oleh muntah atau dapat mendahului dan

disertai gejala muntah. Lintasan saraf yang spesifik untuk rasa mual

belum diketahui, tetapi peningkatan salivasi, penurunan aktivitas

fungsional lambung, dan perubahan motilitas usus halus berkaitan

dengan mual. Rasa mual juga dapat distimulasikan oleh pusat yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

14

lebih tinggi di dalam otak (Kowalak, 2017). Mual dapat disebabkan

oleh impuls iritasi yang datang dari traktus gastrointestinalis, impuls

yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion

sickness, atau impuls dari korteks serebri untuk memulai muntah.

Bagaimanapun juga, muntah kadang kadang terjadi tanpa sensasi

prodromal dari mual, yang mengidentifikasi bahwa hanya bagian-

bagian tertentu dari pusat muntah yang berhubungan dengan sensasi

mual (Guyton, 1994).

Vomitus atau muntah merupakan ekspulsi isi lambung yang

disemburkan keluar. Otot lambung memberikan kekuatan untuk

menyemburkan isi lambung. Bagian fundus lambung serta sfingter

gastroesofageal mengadakan relaksasi dan kontaksi diafragma serta

otot dinding perut yang kuat meningkatkan tekanan intra abdomen.

Keadaan ini yang dikombinasikan dengan kontraksi annulus pilorik

lambung akan memaksa isi lambung masuk ke dalam esofagus.

Kemudian peningkatan tekanan intratorakal menggerakan isi lambung

dari esofagus ke mulut (Kowalak, 2017).

2.1.3.2. Patofisiologi (PONV)

Muntah dikontrol oleh dua buah pusat di dalam medulla oblongata

pusat, muntah dan zona pemicu kemoreseptor (chemoreceptore trigger

zone, CTZ). Pusat muntah memulai muntah yang sebenarnya. Pusat ini

di stimulasi oleh traktus GI dan pusat yang lebih tinggi di dalam

batang otak serta korteks serebri dan CTZ. CTZ itu sendiri tidak dapat

menginduksi muntah. Berbagai stimulus dan obat, seperti apomorfin,

levodopa, digitalis, toksin bakteri, radiasi, dan kelainan metabolisme

dapat mengaktifkan zona tersebut. Zona yang sudah diaktifkan itu akan

mengirim impuls saraf ke pusat muntah dalam medulla oblongata

(Kowalak, 2017).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

15

Patofisiologi dari muntah bersifat kompleks dan melibatkan

beberapa organ. Pusat muntah bilateral terletak di medulla oblongata,

dekat dengan traktus solitarius setinggi nukleus motoris dorsalis dari

vagus. Serabut afferent dari saluran gastrointestinal (terutama

serotoninergik), faring, medisatinum, pusat visual, bagian vestibular

nervus cranial ke-8 (terutama histaminergik) dan dari “trigger zone”

kemoreseptor (dopaminergik) dapat merangsang pusat muntah. Impuls

motorik dihantarkan dari pusat muntah melalui nervus cranialis ke

saluran pencernaan bagian atas, dan melalui syaraf spinal ke diafragma

dan otot-otot abdominal. “Trigger zone” kemoreseptor pada ventrikel

ke 4 memiliki peran khusus untuk mengawali muntah. Diafragma dan

otot-otot abdominal. “Trigger zone” kemoreseptor pada ventrikel ke 4

memiliki peran khusus untuk mengawali muntah. Mekanisme pasti

yang menyebabkan mual dan muntah tidak diketahui. Muntah selama

kemoterapi diinduksi dengan meningkatnya pelepasan serotonim

intestinal (merangsang reseptor 5HT3), kemudian merangsang pusat

muntah melalui afferat vagal. Mekanisme tersebut dapat menjelaskan

keefektifan antagonis reseptor 5HT3 untuk terapi pada periode awal,

tetapi tidak efektif pada periode lanjut. Muntah setelah pemberian

morfin atau apomorfin dimediasi oleh “trigger zone” kemoreseptor

pada ventrikel ke 4.(Apfel CC, Truner MR, 2006 dalam Eddy

Harijanto, 2010)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

16

Gambar 2.1

Alur Proses Terjadinya Mual Muntah sumber : (Kowalak, Welsh, Mayer, 2007)

Secara patofisiologi, mual dan muntah disebabkan oleh stimulus

pusat muntah ( berada di medulla oblongata yang tersusun oleh

formasi retukularis nukleus traktus solitaries) baik secara langsung

atau tidak langsung melalu salak satu atau lebih dilokasi berikut:

1. Traktus gastrointestinal

Renggangan mekanis (misalnya stasis atau obstruksi

gastrointestinal dan lesi mukosa gastrointestinal (misalnya paparan

radiasi, kemoterapi, erosi) serta obat obatan dan toksin dapat

menstimulasi neuro-reseptor di traktus abdominal. Selanjutnya

melalui nervus vagus dan splanknikus nervus glosofaringeal,

impuls ini dikirim ke pusat muntah.

Otot otot abdomen dan diafragma berkontraksi

Gerakan peristaltik terbalik mulai terjadi dan menyebab kan isi usus mengalir balik kedalam lambung serta

menimbulkan distensi lambung

Lambung mendorong diafragma kearah kavum toraks sehingga terjadi kenaikan tekanan intratorakal

Tekanan ini memaksa sfingter esofagus bagian atas untuk terbuka, glottis menutup, dan palatum mole menyekat

nasofaring

Tekanan tersebut juga memaksa isi lambung melewati sfingter untuk disemburkan keluar melalui mulut

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

17

2. Sistem vestibuler

Pergerakan atau gangguan di labirin akan memicu neuro-reseptor

di sistem vestibuler, selanjutnya sinyal dikirim ke pusat muntah

sehingga menimbulkan respon mual muntah.

3. Zona pencetus kemoreseptor (CTZ)

Obat-obatan, produk metabolit dan toksin bakteri dapat

menstimulasi neuro-reseptor dizona pencetus kemoreseptor, yang

selanjutnya memicu pusat muntah

4. Pusat muntah yang lebih tinggi ialah di korteks dan thalamus

kecemasan, iritasi meningeal dan tekanan intrakranial akan

merangsang pusat muntah (Cahyono S. B., 2014).

Pada saat reseptor diaktivasi, maka pusat muntah mengirimkan

signyal melalui lintasan eferen melalui saraf kranialis V,VII,IX,X dan,

XII ( nervus vagus dan saraf simpatis) menyebabkan timbulnya respon

mual atau muntah akibat kontraksi otot perut dan diafragma.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

18

Gambar 2.2

Patofisiologi mual dan muntah sumber : (Daniel Eb, 2010 dalam JB Suharjo, 2014)

2.1.3.3. Etiologi PONV

Ada berbagai penyebab yang dapat memicu rasa mual muntah:

1. Gangguan saraf pusat

2. Viseral (usus dan peritoneal)

3. Infeksi

4. Endokrin dan metabolic

5. Mual muntah pasca operasi

6. Mual muntah pada pasien kanker stadium lanjut

7. Muntah pasca kemoterapi

Mual muntah pasca operasi atau yang sering disebut PONV juga

disebabkan oleh beberapa factor diataranya (Black & Hawks, 2014):

Korteks dan Thalamus (Kecemasan, Nyeri)

Vestibuler Reseptor H1 Reseptor M1

Traktus Gastrointestinal Reseptor 5-HT3

Pusat Muntah Reseptor hisitamine (H1) Reseptor asetilkolin (M1) NK 1 (neurokinin) substance

p Reseptor serotonin (5-HT3)

Zona Pencetus Kemoresepto Reseptor mu/Kappa

Opioid Reseptor NK1 Reseptor dopamine

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

19

1. Faktor klien

1) Usia

Usia juga mempengaruhi terjadinya ponv pada penelitian

Sholihah A dkk menyebutkan bahwa pada rentan usia 18-24

tahun angka kejadian PONV sebanyak 6,25%, pada rentan usia

25-39 tahun angka kejadian PONV sebanyak 4,17%, pada rentan

usia 40-54 tahun angka kejadian PONV sebanyak 11,46%,

kemudian pada rentang usia 55-65 tahun angka kejadian PONV

sebanyak 5,21%.

2) Jenis kelamin

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sholihah A dkk

menyebutkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi terjadinya

kejadian PONV. Jenis kelamin wanita yang mengalami PONV

sebanyak 18,75% sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang

mengalami PONV sebanyak 8,33%.

3) Obesitas

BMI [Body Mass Index; BMI = BB (kg) : TB2 (m)] > 30 lebih

mudah terjadi PONV karena terjadi peningkatan tekanan

intraabdominal. Selain itu membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk menghilangkan agen anestesi larut lemak. Pasien obesitas

juga memiliki volume residual gaster yang lebih besar dan lebih

sering terjadi refluks esofagus.

4) Jenis anestesi

Jenis anestesi juga mempengaruhi kejadian PONV berdasarkan

data yang didapat dari Sholihah A dkk, 2010 bahwa pasien bedah

dengan anestesi umum yang mengalami PONV sebanyak

18,75% sedangkan pasien bedah dengan anestesi regional

sebanayak 8,33%

5) Nyeri yang tidak terkontrol

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

20

Pusat muntah yang lebih tinggi yaitu dikorteks dan thalamus

dimana korteks dan thalamus pusat pengatur rasa cemas dan

nyeri (Cahyono S. B., 2014)

6) Riwayat mabuk saat berkendara

pasien dengan pengalaman motion sickness dan PONV

sebelumnya, memiliki reflek yang baik untuk menghasilkan

mual dan muntah. PONV 2x lebih sering terutama 24 jam

pertama (Wibowo, 2009)

2. Tipe pembedahan

Bedah mulut, bedah THT, bedah abdominal (usus), bedah

ginekologi major berisiko menyebabkan PONV sebesar 58%, bedah

tiroidektomi menyebabkan PONV sebesar 63-84% dan bedah

ortopedi, tidak hanya tipe pembedahan yang dapat mempengaruhi

PONV, lama pembedahan juga dapat mengakibatkan PONV.

Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan

maka peluang kenjadian PONV juga semakin besar (Wibowo,

2009)

3. Medikasi

1) Antikolinesterase

2) Etomidat

3) Isofluran

4) Nitrit oksida

5) Pentotal

6) Propofol

7) Anestesi regional diatas level spinal T5

2.1.3.4. Dampak PONV

Kejadian nausea vomitus dapat menimbulkan hal-hal negatif, baik

bagi pihak Rumah Sakit maupun pihak pasien. Pihak Rumah Sakit

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

21

akan mengalami pemborosan sumber daya, peningkatan biaya

operasional, dan bahkan kehilangan kepercayaan dari pasien.

Sementara dampak negatif dari pihak pasien antara lain ( Silbernagl,

2006 dalam Andry Wibowo, 2009) :

1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat berdampak

lebih lanjut ke dehidrasi, hiponatremi, ruptur esofagus,

kerenggangan jahitan, dan dehiscence, perdarahan, hipertensi.

2. Isi lambung yang dimuntahkan dapat menyumbat jalan napas dan

mengakibatkan asfiksia, hipoksia, dan hiperkapnia. Apabila terjadi

aspirasi paru, maka asam lambung yang masuk akan menyebabkan

pneumonia aspirasi (sindroma Mendelson) dengan gejala: sesak

napas, syok, sianosis, suara ronkhi basah pada kedua paru, edema

paru. Sebagian besar pasien meninggal karena gagal jantung dan

paru.

3. Asam lambung yang sampai ke mulut dapat menyebabkan

terkikisnya email gigi dan inflamasi mukosa mulut. Selain itu dapat

pula terjadi Mallory Weiss Syndrome di mana terjadi laserasi linier

pada mukosa perbatasan esofagus.

2.1.3.5. Penatalaksanaan PONV

Menurut Qudsi, A.S., & Dwi Jatmiko, 2015 Pemberian antiemetik

tidak ada yang efektif sepenuhnya untuk mencegah PONV. Cara kerja

antiemetik yaitu menghambat reseptor yang berkaitan dengan emesis.

Oleh karena itu dilakukan pendekatan multimodal dengan cara

pemberian anestesi regional dan menghindari pemberian obat

emetogenik. Biaya dan efek samping obat harus diperhatikan dalam

pemberian terapi farmakologis pencegahan mual dan muntah (Qudsi &

Jatmiko, 2016).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

22

Berbagai obat antiemetik yang dapat digunakan untuk mengatasi

mual muntah pasca operasi antara lain :

1. Antagonis Reseptor 5-HT3

Ondansetron merupakan salah satu jenis antagonis reseptor 5-HT3.

Sejak diperkenalkan pada awal 1990an, obat ini dan antagonis

reseptor 5-HT3 lainnya telah menjadi beberapa dari obat yang

paling banyak digunakan untuk mengatasi emesis yang diinduksi

oleh kemoterapi. Senyawa lain dari golongan ini antara lain

granisetron (kytril), dolasetron (anzemet), dan tropisetron. Reseptor

5-HT3 terdapat di beberapa daerah kritis yang terlibat dalam proses

muntah, meliputi aferen vagus, NTS ( yang menerima sinyal dari

aferen vagus), dan daerah postrema itu sendiri. Serotonin

dilepaskan oleh sel eterokromafin diusus halus sebagai respons

terhadap senyawa kemoteraupetik dan dapat menstimulasi aferen

vagus (melalui reseptor 5 HT3) untuk menginisiasi reflex muntah.

Senyawa- senyawa ini paling efektif dalam mengobati mual akibat

kemoterapi dan dalam mengobati mual muntah akibat penyinaran

abdomen bagian atas. Ondansetron, dolasetron, dan granisetron

memiliki efikasi yang sama dalam kondisi tersebut. Obat-obat ini

juga efektif untuk mengatasi hiperemesis kehamilan juga untuk

mual muntah pasca operasi, walaupun tidak terlalu sering

digunakan, tetapi tidak efektif untuk mabuk perjalanan. Namun obat

obatan jenis ini memiliki efek samping bagi yang menggunakan

seperti konstipasi atau diare, sakit kepala, serta pusing. Golongan,

obat- obat ini terbukti menyebebkan sedikit perubahan

elektrokardiografi, tetapi efek ini dianggap tidak bermakna secara

klinis dalam kebanyakan kasus.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

23

2. Antagonis Reseptor Dopamin

Domperidon merupakan antagonis reseptor D2 lainnya dengan efek

antimual dan prokineik. Keuntungan utamanya dibandingkan

metoklopramid adalah efek samping terhadap SSP yang lebih kecil

karena penetrasinya yang buruk kedalam otak. Efeknya dalam hal

ini kompleks, tetapi mekanisme kerja utamanya adalah antagonisme

reseptor dopamine D2 di CTZ. Dibandingkan metoklopramid atau

ondansetron, obat-obat ini memiliki efektivitas yang berbeda beda

pada muntah akibat kemoterapi kanker. Disisi lain, obat-obat ini

juga memiliki aktivitas antihistamin dan antikolinergik, yang

bermanfaat untuk bentuk mual muntah lain seperti mabuk

perjalanan.

3. Antihistamin

Antagonis reseptor H1 histamin terutama bermanfaat untuk mabuk

perjalanan dan muntah pasca operasi. Senyawa ini bekerja pada

eferen vestibula dan batang otak. Siklizin, hidroksizin,

prometasizin, ranitidine merupakan contoh golongan ini.

4. Senyawa Antikolinergik

Antagonis reseptor muskarinik yang paling umum digunakan adalah

skopolamin (hoisin). Kegunaan utama senyawa ini adalah untuk

pencegahan dan pengobatan mabuk perjalanan, walaupun obat ini

telah terbukti juga memiliki sejumlah aktivitas dalam muntah dan

mual pascaoprasi (Gilman, 2017)

2.1.3.6. Penilaian PONV

PONV dapat berlangsung dalam beberapa menit, jam dan hari. Hal

ini tergantung dari kondisi pasien. Adapun tahapannya sebagai

berikut :

Tahap awal = 2 sampai 6 jam pasca operasi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

24

Tahap lanjut = 24 atau 48 jam pasca operasi

Kejadian PONV dinilai pada skala 5 nilai menurut (Pang dkk dalam

Qudsi, A.S., & Dwi Jatmiko, 2015 sebagai berikut :

0 = tidak mual dan tidak rnuntah.

1 = mual kurang dari l0 menit dan atau muntah hanya sekali, tidak

membutuhkan pengobatan.

2 = mual menetap lebih dari 10 menit dan atau muntah 2 kali dan

tidak membutuhkan pengobatan.

3 = mual menetap lebih dari 10 menit dan atau muntah lebih dari

2 kali dan membutuhkan pengobatan.

4 = mual muntah membandel yang tidak berespon dengan

pengobatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kim, Choi, Chin, Lee,

Kim, dan Noh (2017) menyatakan bahwa alat ukur yang digunakan

untuk mengukur mual muntah pasca operasi ialah RINVR. RINVR

terdiri dari delapan buah pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan yang

subjektif dan objektif. Instrument ini memiliki nilai reliabilitas dan

validitas dengan Cronbach’ alpha sebesar 0,912- 0,968, Spearman’s

coefifcients: 0,692-1,000, P < 0,0001, dan Weighted kappa: 0,932-

1,000. Dalam pengukuran menggunakan instrument RINVR total skor

terkecil 0 dan total skor tertinggi 32. Katagorinya ialah skor 0=

normal, skor 1-8= mual muntah ringan, skor 9-16= mual muntah

sedang, skor 17-24= mual mintah berat, dan skor 25-32= mual muntah

sangat berat. Perhitangan menggunakan instrument ini dilakukan pada

6 jam setelah pasien menjalankan operasi (Kim, Choi, Chin, Lee, Kim,

& Noh, 2007)

\

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

25

2.1.4. Konsep Terapi Komplementer

2.1.4.1 Terapi Komplementer

Terapi komplementer merupakan sebuah terapi secara tradisonal

non-farmakologi. Terapi komplementer merupakan sebuah bentuk

terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah

keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, beban, dan

jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al, 2004 dalam widyatuti,2008).

Terapi komplementer sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada

yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi

keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.

Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang

manusia sebagai makhluk yang holistik yaitu bio, psiko, social, dan

spiritual. Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini

beragam sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi

kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara menyeluruh dan

mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan hidup, dan

pengembangan spiritual (Widyatuti, 2008).

2.1.4.2. Macam-Macam Terapi Komplementer

Pada dasarnya terapi komplementer dibagi maenjadi dua yaitu

invasif dan non- invasif, terapi invasive diantaranya (Widyatuti, 2008):

1. Akupunture yang prosedur pengobatannya menggunakan jarum

2. Cupping (Bekam Basah)

Terapi non-invasif diantaranya:

1. Terapi energi

1) Reiki

2) Chikung

3) Tai chi

4) Prana

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

26

5) Terapi suara

2. Terapi biologis

1) Herbal

2) Terapi nutrisi

3) Food combining

4) Terapi jus

5) Terapi urin

6) Hidroterapi colon

3. Terapi sentuhan modalitas

1) Akupresur

2) Pijat

3) Pijat bayi

4) Refleksi

5) Reiki

6) Rolfing

Klasifikasi lain menurut Smith et al ,2004 dalam widyatuti, 2008

bahwa terapi komplementer dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Gaya hidup

1) Pengobatan holistic

2) Nutrisi

2. Botanical

1) Homeopati

2) Herbal

3) Aromaterapi

3. Manipulatif

1) Kiropraktik

2) Akupresure

3) Akupuntur

4) Refleksi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

27

5) Massage

6) Mind-Body (Meditasi, guided imagery, biofeedback, color

healing, hipnoterapi)

2.1.4.3. Peranan Perawat dalam Pemberian Terapi Komplementer

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung

misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi

terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002 dalam widyatuti,

2008). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran

koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat

dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang

merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat

berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan

komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif

(Smith et al.,2004 dalam widyatuti, 2008).

2.1.5. Konsep Body Massage

2.1.5.1. Body Massage

Body massage merupakan salah satu jenis terapi komplementer

yang sering digunakan untuk menangani masalah kesehatan. Body

massage ialah suatu tindakan manipulasi otot-otot dan jaringan dari

tubuh dengan cara menekan, menggosok, getaran atau vibrasi dan

menggunakan tangan, jari tangan atau alat alat manual atau elektrik

untuk memperbaiki kondisi kesehatan (Nurgiwiati,2015 dalam

Sholekah A, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Evitasari W dkk bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

pemberian terapi back massage pada pasien kemoterapi yang

mengalami mual muntah, Selisih rata-rata kelompok intervensi lebih

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

28

besar dengan hasil 3.0909 dibandingkan sesilih rata-rata kelompok

kontrol dengan hasil 1.2727.

2.1.5.2. Mekanisme Body Massage Tubuh Secara Fisiologi

Pemijatan dapat menstimulasi pengeluaran zat kimiawi dalam

tubuh seperti serotonin atau endorphin. Selama pemijatan tubuh akan

mengeluarkan zat kimiawi, dan meningkatkan serotonin dan

dopamine, dan pada saat yang sama tubuh akan mengurangi hormone

Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) sehingga dapat mengurangi

gejala depresi. Selain itu juga pijat dapat menstabilisasikan kadar gula

darah, memperbaiki fungsi pernafasan dan memperbaiki fungsi imun

(Nurgiwiati, 2015).

2.1.5.2. Manfaat Body Massage

Manfaat pemijatan menurut Wayuni et all,2013 dalam Sholekah A,

2016:

1. Meredakan stress

Studi telah menemukan body massage dapat meningkatkan sistem

kekebalan tubuh. Hal ini juga akan meredakan stress. Body

massage juga bias meningkatkan energi, mengurangi rasa sakit

serta meningkatkan kualitas fisik dan mental

2. Relaksasi

Body massage bisa membantu tubuh untuk rileks, mental menjadi

tenang dan mendorong lahirnya ide kreatif. Manfaat rileks ialah

memperbaiki kondisi mental, lebih bias mengatasi takanan,

menumbuhkan sikap positif, dan mendorong kreativitas.

3. Memperlancar fungsi sirkulasi

Dampak jangka panjang dari body massage ialah dapat

memperlancar aliran darah. Tekanan pada saat melakukan body

massage dapat menggerakan dara memalui area yang tersumbat.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

29

Pelepasan ini membuat darah baru mengalir kedalam. Tekanan

dan tarikan pada saat melakukan body massage juga bias

melepaskan asam laktat dari otot dan meningkatkan aliran cairan

limfe yang membawa sampah sisi metabolisme dari otot-otot dan

organ dalam. Hasilnya, tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh

semakin membaik.

4. Menurunkan tekanan darah

Sejumlah studi menunjukkan bahwa body massage yang

dilakukan teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, menurunkan kadar hormone stress kortisol, menurunkan

sumber-sumber depresi dan kecemasan.

5. Mengurangi rasa sakit

Body massage dapat memperbaiki persendian, meningkatkan

aliran darah dan nutrisi ke otot-otot serta jaringan lain.

2.1.5.3. Gerakan Pokok Body Massage

Gerakan-gerakan pokok body massage menurut Satiyem et all,2015

dalam Sholekhah A, 2016:

1. Effleurage (mengusap)

Effleurage (mengusap) adalah gerakan urut mengusap yang

dilakukan secara berirama dan berturut-turut ke atas. Gerakan

mengusap yaitu gerakan ringan dan terus menerus yang dilakukan

dengan ujung jari bagian bawah pada bagian wajah yang sempit,

seperti hidung dan dagu, dan telapak tangan pada bagian wajah

yang lebar seperti dahi dan pipi. Effleurage sering dipakai untuk

muka, leher, kulit kepala, punggung, dada, lengan, dan kaki.

Effleurage memiliki efek sadatif yaitu menenangkan sehingga

selalu digunakan diawal dan diakhir pengurutan. Khasiat gerakan

urut:

a. Menghilangkan secara mekanis sel-sel epitel yang telah mati

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

30

b. Akibat pengusapan terhadap peredaran darah dan getah

bening sehingga:

1) Mempercepat pengangkutan zat zat sampah dan darah

yang mengandung karbondioksida, memperlancar aliran

limfe baru dan darah yang mengandung sari makanan

dan oksigen

2) Pertukaran zat metabolisme disemua jaringan

meningkatkan dan pemberian makanan kepada kulit

dari tubuh yang terjamin.

2. Friction (menggosok)

Gerakan ini memberikan tekanan pada kulit untuk memperlancar

sirkulasi darah, mengaktifkan kelenjar kulit, menghilangkan kerut

dan memperkuat otot kulit. Lakukan pijatan melingkar ringan

pada bagian yang dipijat. Manfaat gerakan Friction yaitu:

a. Berpengaruh terhadap penyembuhan bagian bagian jaringan

yang sakit

b. Merangsang produksi kelenjar lemak yang bermanfaat untuk

kulit kering

c. Friction mempengaruhi peredaran darah dan aktivitas

kelenjar kelenjar dalam kulit

3. Petrisage (memijat atau meremas)

Gerakan ini menggunakan ujung jari dan telapak tangan untuk

menjepit beberapa bagian kulit. Pijitan jenis ini perlu sedikit

tekanan (pressure) yang dilakukan secara ringan dan berirama.

Fulling merupakan suatu bentuk petrisage yang banyak dipakai

untuk memijat lengan. Dengan jari kedua tangan, lengan dipegang

dan satu gerakan memijit dilakukan pada otot. Manfaat gerakan

petrisage ialah:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

31

a. Memperlancar aliran zat-zat dalam jaringan ke dalam

pembuluh darah dan getah bening

b. Darah dan getah bening mengantarkan sari makanan ke

jaringan dan membawa sisa pertukaran zat dari jaringan ke

alat pembuangan. Jika aliran darah dan getah bening tidak

lancer, maka terjadilah penyumbatan yang dapat dihindari

dengan cara peremasan.

4. Pressure (menekan)

Gerakan ini dilakukan dengan kedua ibu jari yang disatukan atau

menggunakan jari-jari tangan yang lain. Caranya adalah

melakukan penekanan pada titik saraf tertentu yang tegang

menggunakan kekuatan jari tangan. Tekanan dilakukan dengan

kekuatan sedang sampai kuat. Gerakan ini berfungsi untuk

melepaskan titik saraf sehingga klien merasa lebih tenang dan

nyaman.

5. Tapotament (mengetuk)

Gerakan ini merupakan gerakan ketukan berturut-turut dengan

cepat, yang dilakukan dengan seluruh tangan atau ujung jari.

Ketukan dilakukan untuk mengembalikan tonus otot-otot yang

kendur. Gerakan mencincang adalah gerakan menepuk yang

dilakukan dengan menggunakan bagian samping luar kedua

tangan, yang ditepukkan pada kulit secara berturut-turut dan

bergantian untun pengurutan punggung, bahu dan lengan. Manfaat

gerakan ini adalah menyegarkan otot-otot, melancarkan peredaran

darah dan getah bening pada tempat yang diurut.

6. Vibration (menggetar)

Vibrasi adalah gerakan menggetar untuk merangsang atau

menenangkan urat saraf dan menghilangkan kerut wajah. Pada

pijatan ini gunakan ujung jari dan telapak tangan untuk

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

32

menggetarkan kulit secara bergantian. Manfaat dari gerakan ini

ialah untuk melemaskan jaringan- jaringan dan menghilangkan

ketegangan.

2.1.6. Konsep Akupresure

2.1.6.1. Akupresure

Akupresure merupakan suatu metode penekanan yang didasarkan

pada pengetahuan bahwa semua organ tubuh manusia dihubungkan

satu sama lain oleh saluran (meridian) yang menjelejahi seluruh

permukaan tubuh untuk menghantarkan energi keseluruh tubuh

(Sunetra,2004 dalam (Juwita, 2015)). Perbedaan akupresure dengan

akupuntur, akupresure dilakukan dengan menggunakan jari tangan

sedangkan akupuntur dengan menggunakan jarum, namun

menggunakan titik tekan yang sama pada meridian organnya (wong,

2011 dalam (Juwita, 2015) ).

2.1.6.2. Cara Penekanan Titik Akupresure

Penekanan atau pemijatan pada titik akupresur dilakukan dengan

mempertimbangkan reaksi “yang“ yaitu reaksi yang menguatkan

energi (qi) sedang yang melemahkan energi (qi) disebut reaksi “yin”.

Reaksi “yang dan “yin” dipengaruhi oleh lamanya penekanan atau arah

penekanan. Penekanan yang bereaksi menguatkan “yang”, dilakukan

sebanyak 30 kali tekanan dengan putaran mengikuti arah jarum jam

atau searah dengan jalannya meridian. Sedangkan penekanan untuk

melemahkan atau menguatkan “yin” dilakukan sebanyak 50 kali,

putaran yang berlawanan dengan jarum jam, berlawanan arah dengan

meridiannya (Sunetra, 2004 dalam (Juwita, 2015) ).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

33

2.1.6.3 Manfaat Akupresure

Akupresure dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit,

penyembuhan, rehabilitasi, menghilangkan rasa nyeri, serta dapat

digunakan untuk mencegah kekambuhan penyakit. Di dalam tubuh

manusia terdapat 12 meridian umum dan dua meridian istimewa yang

memiliki organ-organ dalam tubuh, yang dapat di manipilasi untuk

melancarkan energi (qi), sehingga tubuh menjadi seimbang dan sehat

(Wong,2011 dalam (Juwita, 2015)). Manfaat lain dari akupresure ialah

untuk masalah pencernaan seperti dyspepsia, radang lambung, diare

dan mula muntah. Apabila terdapat keluhan mual maka titik yang

diperhatikan ialah titik BL2O (Pi shu), PC6 (Nei guan), CV12 (Zhong

wan), dan ST36 (Zu san li). Pada titik BL20 terletak dua jari kiri dan

kanan meridian GV, setinggi batas bawah torakal dua belas, pada titik

PC6 terletak dua cun dari pergelangan tangan, pada titik CV12 terletak

4 cun di atas pusar, dan pada titik ST36 terletak tiga cun dari patella

(Hartono, 2012).

2.1.6.4 Mekanisme Tiktik Akupresure BL20

Sejalan dengan waktu dan bertambahnya pengalaman, terapi

pijat kemudian berkembang dalam dua arah. Pijat atau massase yang

termasuk dalam disiplin ilmu fisioterapi dan akupresure yang termasuk

kedalam pengobatan alternative atau komplementer. Akupresure

merupakan perkembangan terapi pijat. BL20 merupakan titik

akupresure yang terletak didaerah punggung yang sejajar dengan

torakal ke 12. Serabut saraf perifer berhubungan dengan otak dan

korda spinalis. Serabut saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf kranial

dan 31 pasang saraf spinal. Saraf spinal terdiri dari 8 pasang saraf

servikal, 12 pasang saraf torakal, 5 pasang saraf lumbal,5 pasaf saraf

sacral, dan satu saraf pasang saraf koksingeal. Pada bagian abdomen

saraf simpatis melewati trunkus simpatikus, saraf simpatikus

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

34

membentuk saraf perifer tersendiri. Saraf simpatis berasal dari torakal

ke V sampai IX membentuk nervus splaknikus mayor yang berasal

dari torakal X, XI,XII membentuk nervus splanikus minor. Saraf

simpatis yang berasal dari torakal V sampai XII mengurus persarafan

semua alat-alat yang berada didalam rongga abdomen termasuk salah

satunya masalah mual muntah (Syaifudin,2013)

Gambar 2.3

Letak Akupresure BL20

Sumber: Hartono, (2012)

2.2. Penelitian Terkait

Penelitian Winda Evitasari dkk, 2017 dengan judul Pengaruh terapi musik

relaksasi meditasi dan back massage terhadap penurunan intensitas mual

muntah pada pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi di

SMC RS Telogorejo. Hasil penelitian didapatkan uji statistic menggunakan

dependent t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p velue 0,00 (p value <

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

35

0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik relaksasi

meditasi dan back massage terhadap penurunan intensitas mual muntah pada

pasien kaker payudara yang sedang menjalani kemoterapi di SMC RS

Telogorejo. Pada penelitian ini peneliti memberikan intervensi selama 5-10

menit. Desain dalam penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan

bentuk rancangan non equivalent control group atau non random control group

pre-post test. Penelitian ini menggunakan 22 responden yang dibagi menjadi 11

kelompok group intervensi dan 11 kelompok kontrol, dengan menggunakan

teknik total sampling.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

36

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.4

Kerangka Teori Sumber: Black&Hawks (2014); Goodman&Gilman (2017); Smith et al ,2004 dalam widyatuti, (2008)

Faktor Klien

PONV Post Operativ

Nausea Vomitus

Tipe Pembedahan Meditasi (anestesi)

Farmakologi Non- farmakologi

Antagonis

Reseptor

Dopamin

Antagonis

Reseptor

5-HT3

Antihistamin Senyawa

Antikolinergik

Massage Akupresure BL20

Akupresure BL20 terletak sejajar dengan torakal ke 12. Saraf simpatis yang berasal dari torakal ke 5 sampai torakal ke 12 mengurus persarafan semua alat-alat yang berada didalam rongga abdomen, termasuk organ yang berpengaruh dalam mual muntah

Menstimulasi pengeluaran zat kimia dalam tubuh seperti serotonin dan endorphin

Nilai PONV menurun

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

37

2.4 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara kensep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2018).

Kerangka konsep pada penelitian yang berjudul ” Pengaruh pemberian

terapi back massage pada titik akupresure BL20 terhadap post operatif nausea

vomitus (PONV) pasca anestesi umum Di RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek

Provinsi Lampung” dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini.

Gamabr 2.5

Kerangka konsep

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan peneliti.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmadjo, 2018). Adapun hipotesis

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Nilai PONV sebelum diberikan terapi back massage pada titik

akupresure BL20 pada pasien pasca anestesi umum pada kelompok

eksperimen

Pemberian terapi back massage

pada titik akupresure BL20

Nilai PONV sesudah diberikan terapi back massage pada titik

akupresure BL20 pada pasien pasca anestesi

umum pada kelompok eksperimen

Nilai PONV sebelum diberikan terapi kompres hangat pada pasien pasca

anestesi umum pada kelompok kontrol

Pemberian terapi kompres hangat

Nilai PONV sesudah diberikan terapi

kompres hangat pada pasien pascanestesi

umum pada kelompok kontrol

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/795/4/BAB II.pdf1. Sistem Pernapasan 1) Atelektasis merupakan kolepsnya alveolus dengan ... “Trigger

38

1. Ada perbedaan nilai PONV sebelum dan sesudah diberikan terapi back

massage bada titik akupresure BL20 pada pasien post operatif nausea

vomitus (PONV) pasca anastei umum pada kelompok eksperimen.