10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud disini adalah kajian terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini, khusunya berhubungan dengan perencanaan paket wisata. Hasil-hasil dari penelitian tersebut akan diuraikan secara singkat yang selanjutnya penjelasan tersebut akan dijadikan pedoman untuk melengkapi penelitian ini. Penelitian Swadarma (2003) tentang Pengembangan Potensi Air Terjun Les Sebagai Obyek Wisata di Desa Les Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng, menyatakan bawha air terjun les sangat potensial dikembangkan sebagai obyek wisata alam dengan kelebihan-kelebihanya sehingga keberadaan obyek wisata dapat ditonjolkan. Jalur lintas menuju air terjun bisa di kembangkan sebagai jalur tracking. Akan tetapi ternyata ada kendala dalam pengembangan potensi yaitu kurang tersedianya sumber daya manusia, modal, sarana pendukung, promosi, dan pengelola yang belum memiliki organisasi yang jelas. Jadi penelitian ini lebih menitik beratkan pada pengembangan potensi air terjun. Adapun persamaanya bahwa penelitian ini sama – sama meneliti tentang wisata tracking, menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan fokus penelitian diatas menitik beratkan pada pengembanagan potensi air terjun sebagai objek wisata. Sedangkan
23
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya II.pdf · Jalur lintas menuju air terjun bisa di kembangkan sebagai jalur tracking. Akan tetapi ternyata ada kendala dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud disini adalah kajian
terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini, khusunya
berhubungan dengan perencanaan paket wisata. Hasil-hasil dari penelitian tersebut
akan diuraikan secara singkat yang selanjutnya penjelasan tersebut akan dijadikan
pedoman untuk melengkapi penelitian ini.
Penelitian Swadarma (2003) tentang Pengembangan Potensi Air Terjun Les
Sebagai Obyek Wisata di Desa Les Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng,
menyatakan bawha air terjun les sangat potensial dikembangkan sebagai obyek
wisata alam dengan kelebihan-kelebihanya sehingga keberadaan obyek wisata dapat
ditonjolkan. Jalur lintas menuju air terjun bisa di kembangkan sebagai jalur tracking.
Akan tetapi ternyata ada kendala dalam pengembangan potensi yaitu kurang
tersedianya sumber daya manusia, modal, sarana pendukung, promosi, dan pengelola
yang belum memiliki organisasi yang jelas. Jadi penelitian ini lebih menitik beratkan
pada pengembangan potensi air terjun.
Adapun persamaanya bahwa penelitian ini sama – sama meneliti tentang
wisata tracking, menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan studi kepustakaan.
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan fokus penelitian diatas menitik
beratkan pada pengembanagan potensi air terjun sebagai objek wisata. Sedangkan
11
penelitian ini pada perencanaan kemasan paket wisata tracking di kecamatan Marga
Kabupaten Tabanan.
Penelitian lainya, dilakukan oleh sumarna (2011) tentang “Perencanaan
Produk Ekowisata Desa Subaya Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli”. Pada
penelitian diatas dikatakan bahwa potensi ekowisata yang terdapat di Desa subaya
adalah potensi sosial dan potensi ekologis. Penyusunan perencanaan produk
ekowisata Desa Subaya dianalisis dengan menentukan zonasi kegiatan dan
menentukan jalur wisata. Kemudian merumuskan kegiatan wisata yang akan
dituangkan dalam rumusan paket produk ekowisata dengan didukung rencana teknis
pelayanan produk ekowisata. Setelah itu, merumuskan program pengembangan yang
melibatkan masyarakat sesuai dengan kriteria masing – masing produk ekowisata.
Kesamaan penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriftif dan sama –
sama mengambil judul perencanaan. Perbedaan dalam penelitian diata adalah
penentuan responden untuk masyarakat dilakukan secara propotional startified
random sampling sedangkan penelitian ini menggunakan purposive sampling. Fokus
penelitian diatas menitikberatkan pada identifikasi potensi ekowisata di Desa Subaya,
menentukan perencanaan produk ekowisata berbasis pelibatan masyarakat lokal Desa
Subaya. Sedangkan fokus penelitian ini memiliki potensi wisata khususnya wisata
tracking yang akan di rencanakan di Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Spears dan Rosenbaun (2012) tentang “The
Package Tourist : A Japanese And American Perspective”. Pada penelitian ini
diungkap adanya perbedaan – perbedaan di kemasan paket wisata antar wisatawan
Amerika dan Jepang. Tujuan penelitian ini untuk mengisi kekosongan dalam suatu
12
literatur pemasaran pariwisata. Adapun perbedaan penelitian ini mengambil
responden dengan jumlah 800 responden Amerika dan Jepang yang berlibur di
Honolulu, Hawai. Data tersebut menunjukan 54 kali lebih banyak wisatawan jepang
menggunakan paket wisata dari pada wisatawan Amerika. Wisatawan Amerika lebih
memilih terlibat dalam kegiatan rekreasi dan ikut serta dalam kegiatan budaya selama
tinggal di Hawai. Sedangkan wisatawan Jepang cenderung melakukan wisata belanja.
Peneliti berupaya membedakan demografis dan konsumsi antara paket wisata yang
digunakan oleh wisatawan Amerika dan Jepang.
Persamaan dengan penelitian di atas yakni sama – sama membahas paket
wisata yang nantinya akan dipasarkan ke wisatawan. Perbedaanya dilihat dari
penelitianya tentang perspektif wisatawan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
yakni mengenai perencanaan paket wisata, khususnya di Kecamatan Marga
Kabupaten Tabanan.
Tinjauan sebelumnya oleh David L Edgell Sr. And Jason R. Swanson (2013).
“Tousism Policy And Planning Yesterday, Today And Tomorrow” penelitian ini
membahas mengenai bagaimana perencanaan paket wisata yang di buat dalam tiga
hari yaitu kemaren, sekarang dan besok. Selain itu pada penelitian ini membahas
bagaimana strategi perencanaan suatu paket wisata yang benar sehingga dapat
menarik minat wisatawan untuk membeli paket wisata tersebut
Persamaan penelitian ini yakni sama – sama membicarakan paket wisata yang
akan dipasarkan ke wisatawan. Sedangkan perbedaanya dilihat dari cara perencanaan
paket wisata yang dibuat dalam tiga hari dan dalam penelitian ini hanya sehari
13
Penelitian lainya dilakukan oleh Kane dan Zink (2004) tentang “Package
Adventure Tours : Markers In Serious Leisure Careers”. Pada penelitian diatas
dikatakan bahwa pengalaman yang kompleks pada wisata petualangan di eksplorasi
melalui atribut dan kualitas waktu luang. Penelitian tersebut didasarakan pada
partisipasi, percakapan dan wawancara mendalam kepada wisatawan yang datang dan
menggunakan jasa tour ke Pulau Selatan, Selandia Baru. Analisis yang digunakan
adalah analisis kualitatif dengan hasil dari catatan dan transkrip wawancara dan
percakapan mengungkapkan interprestasi pengalaman – pengalaman peserta dan
pemahamannya tentang pengalaman pada wisata petualangan ini. Fokus penelitian
diatas terletak pada atribut rekreasi dalam tantangan demi keselamatan dan keamanan
wisatawan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman paket wisata adventure
dapat menjadi nilai yang berarti dalam menjalani karir di bidang rekreasi.
Adapun kesamaan dari penelitian ini yakni sama – sama meneliti tentang
wisata adventure, menggunakan teknik analisis data kualitatif dan menentukan
informan melalui wawancara secara mendalam. Sedangkan, perbedaanya dapat
dilihat dari fokus penelitianya yang menitik beratkan pada penilaian atau kualitas
keselamatan dan keamanan wisatawan. Fokus penelitian yang akan digunakan pada
penelitian ini mengenai pengemasan paket wisata tracking.
14
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Potensi Wisata
Kepariwisataan sebagai manifestasi dari potensi wisata adalah segala
atraksi yang dimiliki suatu wilayah atau riilnya objek wisata. Jadi, potensi wisata
yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menjadi andalan daya tarik wisatawan
untuk dikunjungi di suatu tempat. Daya tarik tersebut sengaja menonjolkan yang
bermakna sebagai atraksi wisata yang bersifat atraktif. Hal ini berarti potensi
wisata merupakan identifikasi dari atraksi wisata. Atraksi wisata (tourist
attraction) adalah semua yang menjadi daya tarik dan mengapa wisatawan
tertarik untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, termasuk di antaranya :
1. Natural attraction seperti pemandangan dan segi geografis dari suatu daerah
tujuan wisata.
2. Cultural attraction seperti sejarah dan cerita rakyat, religi, seni dan kegiatan
khusus.
3. Social attraction seperti kebiasaan penduduk, mata pencaharian penduduk,
segi bahasa, dan kesempatan untuk pertemuan sosial.
4. Built attraction seperti bangunan bersejarah dan bangunan berarsitektur
modern (Yoeti, 2002).
Sebuah pemaparan oleh Erlingta Desty Fikriyondha (dalam Oka A. Yoeti,
1998) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya
kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu atraksi (attraction), mudah
dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities).
15
Menurut Cooper dalam Suwena dan Widyatmaja (2010) dengan adanya
wisatawan yang melakukan perjalanan ke suatu daerah tujuan wisata,
memerlukan berbagai kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai
kembali lagi ketempat tinggalnya. Terkait dengan hal tersebut untuk memenuhi
kebutuhan dan pelayanan tersebut harus didukung dengan empat komponen
utama atau yang dikenal dengan istilah 4A yaitu:
a. Attraction ( Atraksi )
Atraksi disebut juga objek dan daya tarik wisata merupakan komponen yang
signifikan dalam menarik wisatawan. Berbagai alasan mengapa wisatawan
datang ke suatu daerah wisata dan yang paling umum adalah untuk melihat
keseharian penduduk setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan
budaya yang unik, atau mempelajari sejarah daerah tersebut. Intinya,
wisatawan datang untuk menikmati hal – hal yang tidak dapat mereka
temukan dalam kehidupan kesehariannya. Apa yang dapat dikembangkan
menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan
(tourism resources).
b. Amenities ( Fasilitas )
Secara umum pengertian fasilitas (amenities) adalah segala macam prasarana
dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan
wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud meliputi: accommodation (
usaha penginapan ), usaha makanan dan minuman, transportasi dan
infrastruktur.
16
c. Access ( Aksesibilitas )
Access diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak
dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Tanpa adanya kemudahan
transferabilitas tidak akan ada pariwisata karena jalan masuk atau pintu masuk
utama ke daerah tujuan wisata merupakan access penting dalam kegiatan
pariwisata seperti: airport, pelabuhan, terminal, dan segala macam jasa
transportasi lainnya menjadi access penting dalam pariwisata.
d. Ancillary Service ( Pelayanan tambahan )
Pelayanan tambahan (ancillary service) atau sering disebut juga pelengkap
yang harus disediakan oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata,
baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang
disediakan termasuk: pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta
api, air minum, listrik, telepon, dan lain – lain) serta mengkoordinir segala
macam aktivitas dan dengan peraturan perundang – undangan baik di objek
wisata maupun di jalan raya.
Dengan demikian, potensi wisata adalah merupakan segala sesuatu yang
ada di suatu daerah/tempat wisata yang dikembangkan menjadi suatu atraksi
wisata sehingga dapat menjadi suatu daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke
daerah tersebut. Daerah tujuan wisata adalah daerah yang karena atraksinya,
situasinya dengan lalulintas, dan fasilitas kepariwisataan menyebutkan tempat
atau daerah tersebut menjadi objek kunjungan wisatawan (Pendit, 1994).
17
Menurut Pendit (1994) menyebutkan potensi wisata adalah segala sesuatu
yang ada di suatu daerah yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
Secara umum potensi wisata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Potensi budaya yaitu potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat,
seperti: adat-istiadat, mata pencaharian, kesenian, dan sebagainya.
2. Potensi alamiah yaitu potensi yang ada di masyarakat yang berupa potensi
fisik, geografi seperti potensi alam.
Menurut Mariotti (dalam Yoeti, 1996) potensi diistilahkan sebagai
attractive spontance yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata
yang merupakan daya tarik agar orang – orang datang berkunjung ke tempat
tersebut. Yoeti (1990) menyatakan bahwa potensi adalah suatu aset yang dimiliki
oleh suatu daerah tujuan wisata atau aspek wisata yang dimanfaatkan untuk
kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya.
Dengan demikian, potensi wisata secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Site Attraction
Site Attraction merupakan suatu tempat yang dijadikan objek wisata seperti:
tempat – tempat tertentu yang menarik, keadaan alam, dan sebagainya.
2. Event Attraction
Event Attraction yaitu suatu kejadian yang menarik untuk dijadikan moment
kepariwisataan seperti: pameran, pesta kesenian, upacara keagamaan,
konvensi dan lain – lain.
18
2.2.2 Tinjauan Tentang Pengembangan Daya Tarik Wisata
Berdasarkan arti katanya, pengembangan berarti membuat sesuatu
menjadi perkembangan, atau bisa juga dikatakan memgembangkanya menjadi
sesuatu yang lebih berguna. Sedangkan pengembangan dalam studi
pengembangan wilayah berarti suatu upaya untuk memajukan atau meningkatkan
sesuatu yang sudah ada. Di tegaskan bahwa pengembangan objek dan daya tarik
wisata mencakup pengembangan produk baru yaitu usaha yang dilakukan secara
sadar dan berencana untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan atau
menambah jenis produk tersebut karena produk tersebut dapat dihasilkan dan
dipasarkan.
Pengembangan suatu daya tarik wisata harus dapat menciptakan produck style
yang baik, dimana di antaranya adalah;
1. Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun di
pelajari.
2. Mempunyai ke khususan dan berada dari daya tarik lainya
3. Tersedia fasilitas wisata
4. Dilengkapi dengan sarana-sarana akomadasi, telekomonikasi
trasportasi dan sarana pendukung lainya
5. Pembinaan produk wisata merupakan usaha meningkatkan mutu
pelayanan dan sebagai unsur produk pariwisata seperti jasa
akomodasi, jasa trasportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel serta
pelayanan di daya tarik wisata. Pembinaan tersebut dilakukan dengan
berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan dan latihan, pengaturan
19
dan pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan agar tercipta iklim
persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan
pelayanan.
6. Pembinaan masyarakat pariwisata
Adapun tujuan pembinaan masyarakat pariwisata adalah sebagai
berikut:
a. Menggalakan pemeliharaan segi-segi positif dari masyarakat
yang langsung maupun tidak langsung yang bermanfaat bagi
pengembangan pariwisata
b. Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan
pariwisata
c. Pembimbing kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata,
pemasaran dan pembinaan masyarakat.
7. Pemasaran terpadu
Dalam pemasaran pariwisaata digunakan prisip-prinsip paduan
pemasaran terpadu yang meliputi :
a. Paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti
atraksi seni budaya, hotel dan restaurant yang ditimbulkan
sehingga mempu bersaing dengan produk wisata lainya.
b. Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada
produk wisata yang melibatkan biro perjalanan,
penerbangan, angkutan darat dan tour operator.
20
c. Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang
baik sehingga dapat memberikan informasi tentang
tersedianya produk yang menarik.
d. Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang di berikan
kepada wisatawan harus baik sehingga produk wisata akan
baik pula.
Kriteria keberhasilan pengembangan objek dan daya tarik wisata harus
mengacu pada berbagai kelayakan diantaranya :
1. Kelayakan Finansial
Study kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial
dari pembangunan objek tersebut.
2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini untuk membangun suatu objek wisata akan
memiliki dampak sosial ekonomi secara regional, dimana
pertimbanganya tidak semata-mata komersial tetapi juga dampak
yang lebih luas
3. Layak Teknis
Pembangunan daya tarik wisata harus disesuakan dengan daya
dukung yang dimiliki daerah tersebut.
Jadi, pengembangan daya tarik wisata merupakan aktifitas untuk daya
tarik dengan menambahkan, atau memajukan dan memperbaiki fasilitas yang
diperlukan dengan mengelolanya dengan baik agar objek tersebut menarik dan
ramai dikunjungi sehingga bermanfaat bagi pemerintah, investor maupun
21
masyarakat lokal. Namun hendaknya pengembangan tersebut harus selalu
berpedoman pada potensi, kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang
dimiliki oleh objek yang dikembangkan serta tidak melampaui daya
dukungannya.
2.2.3 Tinjauan Tentang Perencanaan
Dalam ilmu manejemen menjelaskan bahwa salah satu fungsi pokok
manajemen adalah perencanaan, dimana dalam ilmu manajemen menjelaskan
bahwa fungsi pokok manajemen terdiri dari perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Perencanaan merupakan salah satu fungsi
pokok manajemen yang pertama harus dijalankan. Sebab tahap awal dalam
melakukan aktivitas perusahaan sehubungan dengan pencapaian tujuan organisasi
perusahaan adalah dengan membuat perencanaan.
Definisi perencanaan dikemukakan oleh Erly Suandy (2001:2) sebagai
berikut:
“Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi
(perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas
strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program)
dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan
secara menyeluruh”.
Definisi perencanaan tersebut menjelaskan bahwa perencanaan merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Definisi