Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskal Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Dalam literatur klasik, terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai kebajikan fiskal, terutama menurut teori Keynes dan tiori klasik tradisional (Nopirin, 2000). Pada prinsipnya Keynes berpendapat bahwa kebijakan fiskal lebih besar pengaruhnya terhadap output daripada kebijakan moneter. Hal ini didasarkan atas pendapatnya bahwa, pertama elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga kecil sekali (extrim-nya nol) sehingga kurva IS tegak. Kebijakan fiskal yang ekspansif akan menggeser kurva IS kekanan sehingga output meningkat. Sedangkan ekspansi moneter dengan penambahan jumlah uang beredar pada kurva IS yang tetap tidak akan berpengaruh terhadap output. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan moneter. Universitas Sumatera Utara
36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Feb 03, 2018

Download

Documents

dinhcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kebijakan fiskal

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan

kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan

dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang

berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan

daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah

output. Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta

menurunkan output industri secara umum. Dalam literatur klasik, terdapat beberapa

perbedaan pandangan mengenai kebajikan fiskal, terutama menurut teori Keynes dan

tiori klasik tradisional (Nopirin, 2000). Pada prinsipnya Keynes berpendapat bahwa

kebijakan fiskal lebih besar pengaruhnya terhadap output daripada kebijakan

moneter. Hal ini didasarkan atas pendapatnya bahwa, pertama elastisitas permintaan

uang terhadap tingkat bunga kecil sekali (extrim-nya nol) sehingga kurva IS tegak.

Kebijakan fiskal yang ekspansif akan menggeser kurva IS kekanan sehingga output

meningkat. Sedangkan ekspansi moneter dengan penambahan jumlah uang beredar

pada kurva IS yang tetap tidak akan berpengaruh terhadap output. Hal ini

menunjukkan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif dibandingkan dengan

kebijakan moneter.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

2.2 Jenis Kebijakan Fiskal

Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi

dua yaitu Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kebijakan Fiskal Kontraktif. Kebijakan

Fiskal Ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan

kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan

dan pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional

gap adalah suatu kondisi dimana output potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan

dengan output Actual ( ). Pada saat terjadi kontraksional gap ini kondisi

perekonomian ditandai oleh tingginya tingkat pengangguran dimana >

.

Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran

pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun

mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T)

terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan

bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau selisih pajak (∆T) turun maka

akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik

dari (Y1) menjadi (Yf).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Gambar 2.1. Kurva kebijakan fiskal ekspansif

Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara

menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan

untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah

untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik

anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang

mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat

munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output

potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual ( ). Adapun

mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak (T)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal kontraktif

diagram sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kurva kebijakan fiskal kontraktif

Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G)

turun atau selisih pajak (∆T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat

kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

2.3 Alat Analisis Kebijakan fiskal melalui IS Curve

2.3.1 Teori IS Curve

Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi

oleh suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu.

Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari semua permintaan

akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi penawarannya adalah

semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.

Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan

yang muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan “investasi” dan

“tabungan”. Dalam sistem ekonomi tertutup, identitas output agregat merupakan

penjumlahan konsumsi rumah tangga, konsumsi perusahaan dan konsumsi

pemerintah, yaitu:

GICY (2.1)

Y = output riil agregat,

C = konsumsi riil rumahtangga,

I = konsumsi riil perusahaan, dan

G = konsumsi riil pemerintah.

Fungsi konsumsi riil rumahtangga dan konsumsi riil perusahaan masing-masing

adalah

]),[( RTYCC (2.2)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

],[ RYII (2.3)

Y - T = pendapatan disposable riil, dan

R = tingkat bunga nominal.

Hubungan persamaan (2.1), (2.2) dan (2.3) menjelaskan output riil agregat,

yaitu:

GRYIRTYCY ],[]),[( (2.4)

Fungsi konsumsi riil rumahtangga dalam bentuk linier dari pendapatan

disposable dan tingkat bunga nominal: C = 0 + 1 [Y-T] - 2 R. Demikian juga

fungsi konsumsi riil perusahaan adalah dalam bentuk linier dari pendapatan

disposable dan tingkat bunga nominal: I= 0 + 1 Y - 2 R. Oleh sebab itu output riil

agregat ekonomi tertutup berubah menjadi:

])([1

122100

11

RTGY

],,[ TGRY (2.5)

Persamaan (2.5) menjelaskan keseimbangan pasar barang, dimana

keseimbangan output riil agregat [Y] ditentukan oleh tingkat bunga nominal [R],

konsumsi riil pemerintah [G] dan pajak pendapatan riil [T]. Persamaan (2.5)

menjelaskan bahwa kemiringan atau slope dari kurva IS adalah negatip, artinya

respons output riil agregat [Y] terhadap tingkat bunga bunga nominal [R] adalah

negatip.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

2.3.2 Derivasi Is Secara Grafis dan Matematis

Secara grafis fungsi IS dapat dilihat sebagai berikut :

AE2=C+I(r2)+G

Y2 Y Y1

R2

R1

R

AD/AS

AE1=C+I(r1)+G

Y1 Y2

E2

E1

45

IS

E1

E2

Gambar 2.3. Kurva IS pendekatan 2 diagram

1. Pada tingkat bunga pada R1 maka kurva permintaan agregat adalah pada

kurva a + bY + e – f.R1, maka pendapatan nasional equilibrium pada Y1.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

2. Titik E1 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a +

bY + e – f.R1 dan garis 45o.

3. Titik E1 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik dari

titik E1 pada diagram pertama dengan garis R1 pada diagram kedua.

4. Bila tingkat bunga pada R2, maka kurva permintaan agregat adalah pada

kurva a + bY + e – f.R2, pendapatan nasional equilibrium pada Y2.

5. Titik E2 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a +

bY + e – f.R2 dan garis 45o.

6. Titik E2 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik dari

titik E2 pada diagram pertama dengan garis R2 pada diagram kedua.

7. Dengan menghubungkan titik E1 dan E2 pada diagram kedua, didapatkan

kurva IS.

Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan

melalui perubahan–perubahan pada variabel pengeluaran pemerintah (G) dan pajak

(T) yang terkait dengan kebijakan fiskal.

Dengan menggunakan perpotongan Keynesian untuk melihat bagaimana

perubahan-perubahan lain dalam kebijakan fiskal menggeser kurva IS. Karena

kenaikan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak akan memperbesar

pendapatan dan menggeser kurva IS keluar atau kekanan. Menurut Mankiw (2000),

dan Glahe, Fred R. (1977), besarnya perubahan pendapatan (Y) sebagai akibat

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

perubahan pengeluaran pemerintah atau penurunan pajak adalah sebesar

multipliernya. Secara grafik maka pergeseran tersebut dapat dilihat sebagai berikut

Gambar 2.4. Kurva Pergeseran Kurva IS

Kenaikan dalam pengeluaran pemerintah (G) menggeser kurva IS dari IS0 ke

IS1. Kenaikan pengeluaran pemerintah meningkatkan pengeluaran yang

direncanakan. Pada tingkat bunga tertentu, pergeseran dalam pengeluaran yang

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

direncanakan sebesar ∆G menyebabkan kenaikan dalam pendapatan nasional Y

sebesar ∆G / (1 – MPC) sehingga kurva IS bergeser ke IS1 (lihat gambar 2.4)

Secara matematis pergeseran kurva IS maka dapat dihitung sebagai berikut :

GRITYCY )()(

),( RYEY

Dengan syarat

0Y

E

YE 0E

rER

Perhitungan deferensial dari dua persamaan diatas adalah sebagai berikut :

01

)1(

r

E

Y

E

y

r

rY

rY

rY

E

E

R

Y

REYE

REYEY

REYEY

RYY

Dari turunan diatas maka dapat dilihat hubungan tingkat suku bunga terhadap

pendapatan maka kurva IS berslope negatif. Hal ini menunjukan jika tingkat suku

bunga (R) meningkat maka akan menurunkan tingkat pendapatan.

Pergeseran kurva IS secara matematis dilihat hubungan antara Pendapatan agregat

dengan Pengeluaran agregat

GRTYEY

GRITYCY

),,(

)()(

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Perhitungan deferensial dari dua persamaan diatas adalah sebagai berikut :

01

1

)1(R

E

Y

E

0

0

y

Y

E

Y

G

GYE

GRYY

Dari turunan persamaan pendapatan agregat diatas maka dapat disimpulkan

bahwa disaat pengeluaran pemerintah naik maka pendapatan agregat akan naik dan

menggeser kurva IS kekanan begitu juga sebaliknya disaat pengeluaran pemerintah

turun maka pendapatan agregat juga turun sehingga akan menggeser kurva IS kekiri.

2.4 Teori Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan

ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui

pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan

agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output

keseimbangan. Ahli ekonomi klasik mempunyai pendapat bahwa kebijakan moneter

lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan fiskal. Pada perkembangannya, dengan

munculnya kaum monetarist yang pada dasarnya beraliran klasik, perbedaan pendapat

dengan noe-kaynesian tidak lagi berkisar pada lereng kurva IS dan LM ini. Demikian

juga perbedaannnya tidak se extrim diatas. Kaum monetarist juga mengakui bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

kebijakan fiskal dapat mempengaruhi pendapatan nasional, hanya saja kebijakan

moneter lebih besar serta dapat di perkirakan dan lebih cepat efeknya.

Kerangka umum yang sering dipergunakan dalam menganalisis interaksi

simultan antara permintaan dan penawaran baik pada pasar barang dan pasar uang

adalah kerangka IS-LM. Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan

moneter dan fiskal mampu mempengaruhi tingkat pendapatan atau output (Mankiw,

2000; Mishkin, 2004). Bagi bank sentral yang merupakan otoritas moneter,

kebijakan yang ia pilih bergantung pada target, kondisi aktual perekonomian,

kapasitas kebijakan dan pertimbangan tentang efektivitas kebijakan tersebut.

Kebijakan moneter ini ditentukan secara terpusat oleh Bank Indonesia. Meskipun

dalam formulasi kebijakannya Bank Indonesia sudah mempertimbangkan aspek

regional, namun respon agen dan dampak pada masing-masing region tersebut sangat

mungkin berbeda, dan ini sangat bergantung pada kondisi empirik masing-masing

daerah.

2.5 Jenis Kebijakan Moneter

Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi

dua yaitu Kebijakan Moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan

Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang

yang beredar. pada saat munculnya kontraksional gap. Berikut grafik kebijakan

moneter ekspansif. Dari gambar dibawah dapat dilihat kondisi awal penawaran uang

(Ms1) dan tingkat suku bunga adalah kurva (R1). Pada kurva R1 tingkar suku bunga

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

yang peka terhadap pengeluran adalah I=(a+Ip), rencana pengeluaran agregat menjadi

AEp(R1) dan Produk Domestik Bruto adalah (Y1).

Gambar 2.5. Kebijakan Moneter Ekspansif

R

R

R

MS1 MS2

L(R, Y1)

R

E

Y1Y

AEp

AEp ( )

Y=E

Y

LM

LM2

I1 M/P I=(a+IpI

)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Selain itu kurva PDB pada Y1 membantu menetukan posisi kurva permintaan

uang pada kurva L(R, Y1) dimana besama-sama dengan kurva (Ms1) menentukan

tingkat suku bunga (R1). Ketika Ms1 meningkat menjadi Ms2 maka tingkat suku

bunga turun karena pendapatan dan pengeluaran naik menjadi menjadi (R1), AEp

(R1) dan Y1.

Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka

mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat

(tight money policy).

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan

moneter, yaitu antara lain Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi

pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau

membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah

jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun,

bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat

berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain

diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau

singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto adalah pengaturan

jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank

umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus

meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga

demi membuat uang yang beredar berkurang.

Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Rasio cadangan wajib

adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana

cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah

uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang

beredar, pemerintah menaikkan rasio.

Himbauan Moral (Moral Persuasion) Himbauan moral adalah kebijakan

moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi himbauan

kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit

untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar

dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk

memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

2.6 Alat Analisis Kebijakan Fiskal Melalui LM Curve

2.6.1 Teori LM Curve

Model LM menjelaskan keseimbangan permintaan dan penawatan uang.

Rumah tangga memerlukan atau memegang uang sebagai aktiva yang berfungsi

sebagai alat tukar, pengukur nilai dan penyimpan nilai. Model keseimbangan

permintaan dan penawaran uang adalah

),( RYLP

M (2.6)

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Pada nilai [MP] tertentu, persamaan (2.6) menjelaskan bahwa respons output

riil agregat [Y] terhadap tingkat bunga nominal [R] adalah positip karena hubungan

stok uang [M] dengan tingkat bunga nominal [R] adalah negatip. Jika model

keseimbangan pasar uang adalah M/P = 0 + 1 Y - 2 R maka skedul LM adalah Y =

-(0/1) + (2/1) R + (1/1) M/P atau secara umum: y = [R, M/P].

Hubungan Y dengan R pada stok uang tertentu menjelaskan kurva LM dengan

dengan kemiringan positip. Artinya respons output riil agregat [Y] terhadap tingkat

bunga nominal [R] adalah positip atau peningkatan tingkat bunga akan meningkatkan

output riil agregat pada keseimbangan pasar uang. Hubungan antara tingkat bunga

dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar uang dinyatakan dengan Kurva LM.

Teori preferensi likuiditas menyatakan bahwa tingkat bunga menyesuaikan untuk

menyeimbangkan penawaran dan permintaan untuk aset perekonomian yang paling

likuid, yaitu uang. Jika M menyatakan penawaran uang dan P menyatakan tingkat

harga, maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan uang riil. Teori preferensi

likuisditas mengasumsikan adanya penawaran uang riil tetap. Penawaran uang M

adalah variabel kebijakan eksogen yang dipilih oleh bank sentral. Tingkat harga P

juga merupakan variabel eksogen dalam model ini (dianggap tingkat harga adalah

tertentu (given) karena model IS-LM menjelaskan jangka pendek ketika tingkat harga

adalah tetap).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

2.6.2 Derivasi LM Secara Grafis dan Secara Matematis

Secara grafis fungsi LM dapat dilihat sebagai berikut :

R

Y Y2 Y1

M/P

R1

R2

R

L2

LM

E

E2

R1

R2 E2

E1

L1

Gambar 2.6. Kurva LM pendekatan 2 diagram

1. Penawaran uang merupakan garis tegak lurus (M/P1).

2. Pada penghasilan tertentu ada permintaan uang, kurva permintaan uangnya

adalah L1 = kY – h.R.

3. Perpotongan kurva permintaan uang (M/P1) dan penawaran uang (L1) terletak

pada titik E1 dan menentukan tingkat bunga R

4. Apabila pendapatan bertambah maka kurva permintaan terhadap uang

menjadi L2 dan memotong kurva penawaran uang pada E2 sehingga jadi R2

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

5. Titik Y1 penghasilan yang bersifat Given kedua tingkat bunga R yang

terbentuk pada diagram sebelah kiri permintaan dan penawaran, kemudian

karena penghasilan naik yaitu menjadi Y2, maka permintaan terhadap uang

menjadi L2 yang menghasilkan tingkat bunga R2 maka terbentuk kurva LM.

kurva IS.

Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan

melalui perubahan pada variabel tingkat suku bunga dan pendapatan yang terkait

dengan kebijakan moneter. Pergeseran kurva LM dapat dilihat pada gambar 2

berikut :

Gambar 2.7. Kurva Pergeseran Kurva LM

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Keterangan : r adalah tingkat suku bunga, Y adalah pendapatan nasional, M/P adalah

money supply, L(R, Y) adalah permintaan uang.

Penurunan dalam penawaran uang akan menggeser kurva LM dari LM0 ke LM1 yang

berakibat terhadap kenaikan tingkat suku bunga dalam tingkat pendapatan nasional

tertentu.

Secara matematis maka pergeseran kurva LM dapat dihitung sebagai berikut

MS=Md atau Ls=Ld sehingga

Maka persamaan kurva LM juga dapat ditulis dalam bentuk :

Perhitungan deferensial dari dua persamaan diatas adalah sebagai berikut :

0

0)/(

)/(

)/(

r

Y

rY

L

L

Y

R

PM

RLYLPM

RR

LY

Y

LPM

M/P merupakan intersept dengan sumbu tegak, sedangkan h/k merupakan slope

(kecuraman) kurva positif, disaat tingkat suku bunga turun maka pendapatan juga

akan turun.

M0hk, ; hRkY

P

P

MkY

hR

1

0.1

khY

R

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

2.7 Model Permintaan Agregat

Persamaan (2.5) menjelaskan perilaku skedul IS dari rumahtangga dan

perusahaan dan persamaan (2.6) menjelaskan perilaku permintaan uang sebagai

aktiva atau skedul LM. Kombinasi (2.5) dan (2.6) menjelaskan model permintaan

agregat, yaitu:

),,( TGRY dan ),(/ RYLPM

TG

P

MYY ,, (2.7)

Dari (2.7) ditunjukkan bahwa respons output riil agregat terhadap stok uang

riil dan konsumsi riil pemerintah adalah positip dan respons terhadap pajak riil adalah

negatip. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hubungan output riil agregat

terhadap tingkat harga umum adalah negatip, menjelaskan skedul permintaan agregat

[AD]. Pada kurva IS yang tetap, peningkatan harga akan menurunkan stok uang riil

sehingga skedul LM semakin rendah dan sebaliknya. Dari (2.7) diketahui tiga faktor

yang dapat mempengaruhi permintaan agregat, yaitu M, G dan T. Peningkatan stok

uang [M] pada tingkat harga umum yang tetap akan meningkatkan skedul LM

sehingga skedul AD naik. Sebaliknya penurunan stok uang [M] pada tingkat harga

umum yang tetap akan menurunkan skedul LM sehingga skedul AD turun

Peningkatan pajak pendapatan riil pada tingkat harga umum yang tetap akan

menurunkan skedul IS sehingga skedul AD turun, dan sebaliknya penurunan pajak

pendapatan riil pada tingkat harga umum yang tetap akan meningkatkan skedul IS

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

sehingga skedul AD naik Oleh sebab itu perubahan kebijakan fiskal dan moneter

akan merubah skedul AD.

Dari (2.7) diketahui tiga faktor yang dapat mempengaruhi permintaan

R LM: [M0/P0] LM: [M1/P0] LM: [MP1] IS y P AD0 P0 P1 AD1 Y

Gambar 2.8. Kurva Permintaan Agregat

2.8 Analisis Maksimum Model IS dan LM

Individu atau rumahtangga bertujuan untuk memaksimumkan utilitas dari

memegang uang. Stok uang riil yang dipegang individu atau rumah tangga digunakan

untuk konsumsi dan lesure sehingga fungsi utilitas rumah tangga untuk memegang

uang sampai waktu tak terhingga adalah

...),(),(),( 222

11 tttttt lculculcu (2.14)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Kendala rumahtangga pada periode [t] ditunjukkan oleh hubungan lesure

R IS LM:[M/P0] LM:[M/P1] W/P nd ns y P AS0 AS1 n AD y y y n 450 y

Gambar 2.9. Kurva Analisis Maksimum Model IS dan LM

dengan konsumsi riil dan stok uang riil, yaitu:

lt = (ct, mt) (2.15)

Dimana respons lesure terhadap konsumsi riil adalah negatip [c < 0 ] dan

respons terhadap uang kas riil adalah positip [m > 0]. Persamaan (2.15) menjelaskan

bahwa jumlah waktu lesure dan waktu bekerja adalah tetap. Pada konsumsi tertentu,

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

waktu bekerja akan berkurang apabila waktu lesure dan stok uang riil bertambah.

Apabila individu atau rumah tangga menggunakan semua fasilitas aktiva produktif

maka produksi agregat berubah menjadi:

],[ 1 ttt knfy (2.16)

Dimana f(kt-1) menjelaskan fungsi produksi agregat individu atau

rumahtangga. Fungsi produksi agregat individu atau rumah tangga mengakibatkan

perubahan kendala anggaran rumahtangga menjadi:

tttttttt mmkkcvkf 1111 ]1[)( (2.17)

dimana:

vt = transfer pemerintah kepada individu atau rumahtangga, dan

t-1 = Pt-1 Pt-2 = tingkat inflasi periode [t - 1].

Masalah rumahtangga adalah menentukan ct, kt, lt dan mt dengan cara

memaksimalkan fungsi tujuan (2.14) dengan kendala (2.15) dan (2.17).

Penurunan konsumsi sekarang [ct] berarti juga penurunan permintaan stok

uang riil sekarang [mt]. Penurunan konsumsi sekarang akan menurunkan skedul IS

dan peningkatan stok uang riil akan meningkatkan skedul LM, sehingga permintaan

agregat turun dan tingkat harga umum naik. Penurunan permintaan agregat dan

peningkatan tingkat harga umum akan menurunkan konsumsi riil rumahtangga dan

konsumsi riil perusahaan. Proporsisi ini membuktikan bahwa analisis utilitas

maksimal sesuai dengan analisis IS dan LM.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

2.9 Koordinasi Kebijakan Dalam Jangka Panjang dan Jangka Pendek

Beberapa hasil studi telah melahirkan beberapa kajian baru tentang koordinasi

kebijakkan fiskal dan moneter. Dalam jangka panjang (Hagen dan Mundshenk, 2003)

terget kebijakan moneter yang dibuat bank sentral adalah untuk mengendalikan

tingkat inflasi tanpa memikirkan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu kebijakan

pengeluaran pemerintah dalam kebijakan fiskal suatu negara bertujuan untuk

meningkatkan output kepada sektor swasta dan sektor publik tetapi tidak dalam

tingkat output dan mendistribusikan output kepada sektor swasta dan sektor publik

dalam jangka panjang, bank sentral akan dapat mencapai sasaran kebijakannya yaitu

stabilitas harga, tanpa bertentangan dengan kebijakan fiskal. Pemerintah dapat

menggunakan alternatif kebijakan fiskal cocok dan sesuai yang dibutuhkan negara

saat itu. Pada posisi tersebut, tidak diperlukan adanya koordinasi antara kebijakan

fiskal dan kebijakan moneter.

2.10 Efektivitas Kebijakan Moneter dan Fiskal

Para ekonom telah lama memperdebatkan apakah kebijakan moneter atau

fiskal yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap permintaan agregat. Menurut

model IS-LM jawaban atas pertanyaan ini tergantung parameter dari kurva IS dan

LM.

Efektivitas Kebijakan fiscal dilihat dari kurva IS

Y=C(Y-T)+I(R)+G (1)

Y=[a+b(Y-T)]+(c-dr)+G (2)

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Y-bY=(a+c)+(G-bT)-dR (3)

+ + + (4)

Persamaan diatas menunjukan kurva IS secara aljabar. Persamaan ini

menyatakan tingkat pendapatan (Y) pada tingkat bunga (R) serta kebijakan fiskal (G)

dan (T) berapa pun. Dengan mempertahankan kebijakan fiscal tetap, semakin tinggi

tingkat bunga, semakin rendah tingkat pendapatan. Kurva IS menggambarkan

persamaan ini untuk nilai-nilai yang berbeda dari (Y) dan (R) berdasarkan nilai tetap

dari (G) dan (T). Dari persamaan ini bisa diverifikasi kurva IS

1. Koefisien bunga negatif, kurva iS akan miring ke bawah; tingkat bunga lebih

tinggi mengurangi pendapatan.

2. Karena koefisien belanja pemerintah adalah positif, kenaikan belanja

pemerintah akan mengeser kurva IS ke kiri

3. Koefisien pajak adalah negatif kenaikan pajak akan mengeser kurva IS ke kiri

Koefisien tingkat bunga,-d/(1-b), menunjukan kecuraman atau datarnya kurva

IS. Jika investasi sangat sensitive terhadap tingkat bunga, maka d menjadi besar, dan

pendapatan juga sangat sensitive terhadap tingkat bunga. Dalam kasus ini, perubahan

kecil pada tingkat bunga menyebabkan perubahan besar dalam pendapatan kurva IS

lebih datar. Sebaliknya, jika investasi tidak sangat sensitif terhadap tingkat bunga, d

menjadi kecil, dan pendapatan juga tidak sangat sensitif terhadap tingkat bunga.

Dalam kasus ini perubahan besar pada tingkat bunga menyebabkan perubahan kecil

dalam pendapatan: kurva IS relatif curam. Demikian pula, kemiringan kurva IS

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

tergantung pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal b. semakin besar

mengkonsumsi marginal semakin besar perubahan pendapatan yang disebabkan

tingkat bunga. Alasannya adalah bahwa akan menimbulkan pengganda yang besar

atas perubahan investasi. Semakin besar pengganda, semakin besar dampak

perubahan investasi terhadap pendapatan dan kurva IS menjadi mendatar.

Kecenderungan mengkonsumsi marginal b juga menentukan sejauh mana

perubahan kebijakan fiskal menggeser kurva IS . Koefisien G. 1/(1-b), adalah

pengganda belanja pemerintah dalam perpotongan Keynesian. Demikian pula,

koefisien T,-b/(1-b), adalah pengganda pajak dalam perpotongan Keynesian. Semakin

besar kecenderungan mengkonsumsi marginal, semakin besar pengganda, dan

semakin besar pergeseran kurva IS yang berasal dari perubahan kebijakan fiskal.

Efektivitas Kebijakan fiskal dilihat dari Kurva LM

Untuk melihat efektivitas kebijakan fiskal dapat diuraikan secara aljabar dari

persamaan sebagai berikut

M/P=L(r, Y) (1)

L(r, Y)=eY-f r (2)

Dimana e dan f adalah angka lebih besar dari nol. Nilai e menentukan berapa besar

permintaan uang meningkat ketika pendapatan naik. Nilai f menentukan berapa

banyak permintaan uang turun ketika tingkat bunga naik. Ekuillibrium pasar uang

sekarang dijelaskan dengan

M/P =eY- f r (3)

R=(e/f)Y-(1/f)M/P (4)

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

Persamaan ini memberi kita tingkat bunga yang menyeimbangkan pasar uang

untuk setiap nilai pendapatan dan keseimbangan berdasarkan riil. Kurva LM

menggambarkan persamaan ini untuk nilai Y dan R yang berbeda berdasarkan nilai

M/P yang tetap. Dari koefisien pendapatan (e/f) dapat menentukan kurva LM curam

atau datar. Jika permintaan uang tidak sangat sensitif terhadap tingkat pendapatan,

maka e adalah kecil. Dalam kasus ini, hanya diperlukan perubahan kecil dalam

tingkat bunga untuk mengurangi kenaikan kecil dalam permintaan uang yang

disebabkan oleh perubahan pendapatan ; kurva LM relatif datar. Demikian pula, jika

kuantitas uang yang diminta tidak sangat sensitive terhadap tingkat bunga, f adalah

kecil. Dalam kasus ini, pergeseran pada permintaan uang yang disebabkan oleh

perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan besar pada tingkat bunga

ekuillibrium; kuva LM relatif Curam.

Dalam melihat efektivitas kebijakan kita membandingkan pada tiga daerah

yaitu daerah klasik, intermediate range dan daerah keynes. Daerah liquidity trap

merupakan daerah yang idenya pertama sekali dikemukan oleh Keynes. Keynes

menganggap ada satu daerah pada kurva LM yang memiliki tingkat bunga yang

sangat rendah dan tidak mungkin turun lagi. Daerah ini yang disebut daerah liquidity

trap. Situ daerah klasik memili kurva LM yang tegak lurus. Hal ini dikarenakan

pemahaman kaum klasik bahwa teori permintaan uang, permintaan uang tidak

dipengaruhi oleh suku bunga. Menurut paham ini, permintaan uang dipengaruhi oleh

pendapatan. Karena tidak ada hubungannya dengan suku bunga, maka kurva LM

bentuknya tegak lurus. Daerah intermediate range adalah daerah yang menunjukan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

kurva LM dipengaruhi oleh suku bunga. Untuk melihat keefektifan ekonomi dapat

kita lihat pada gambar berikut:

IS0

IS1 IS0

IS1 IS0

IS1

R

Y Y0 Y1 Y0a

Gambar 2.10. Kurva Efektivitas Kebijakan Fiskal

Y0c=Y1d Y1b

Gambar (2.10) menunjukkan apabila kurva IS bergeser ke kanan berarti

kebijakan fiskal ekspansif. Jika kita perhatikan pada masing-masing daerah,

kebijakan fiskal sangat efektif pada daerah keynesian dan efektif pada daerah

intermediate range. Hal ini terlihat dari besarnya perubahan keseimbangan

pendapatan nasional didaerah keynesian. Sementara itu, kebijakan fiskal sama sekali

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

tidak efektif pada daerah klasik. Ketika ada kebijakan fiskal, keseimbangan

pendapatan nasional tidak berubah.

R

IS3 LM0 LM1

IS2

IS1

y1 y2 y4 y3 y5 y

Gambar 2.11. Kurva Efektifitas Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang ekspansif ditandai dengan bergeser kurva LM

dari Ke . Apabila dibandingkan pada ketiga daerah maka kebijakan moneter

sangat efektif didaerah klasik dan efektif pada daerah intermediate. Sementara itu,

kebijakan moneter sama sekali tidak efektif pada daerah keynesian.

2.11 Penelitian Terdahulu

Romer dan Romer (2007), meneliti tentang pengaruh perubahan pajak dan

level pajak terhadap variable ekonomi makro yang mendasarkan pada ukuran

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

guncangan fiskal. Hasil temuan dari penelitian ini adalah bahwa kenaikan pajak

merupakan kebijakan yang bersifat kontraksi terhadap perekonomian. Pengaruhnya

sangat signifikan dan merugikan bagi perekonomian, karena efek perubahannya lebih

besar dari pada perubahan tingkat pajak itu sendiri. Efek yang paling besar pengaruh

negatifnya adalah pajak yang berhubungan dengan investasi

Chun (2006), meneliti tentang pengaruh kebijakan fiskal terhadap tingkat

tabungan nasional di korea dengan menggunakan model life – cycle menemukan

bahwa dalam jangka panjang ketidakseimbangan dalam anggaran belanja akan

menurunkan tingkat tabungan nasional di Korea.

Penelitian Bania dkk (2006), untuk melihat hubungan antara pajak,

pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di US menemukan bahwa

penerimaan pajak yang selanjutnya digunakan untuk penegluaran pemerintah yang

produktif dalam hal ini, pendidikan, dan infrastruktur berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan model non linear dan

mengadopsi teori endogenous dari Robert Barro.

Kustepeli (2005), meneliti dan menganalisis tentang efektifitas kebijakan

fiscal dalam konteks hipotesis crowding out kebijakan fiscal yang dilakukan oleh

pemerintah Turkey. Penelitian tersebut menggunakan kointegrasi johansen yang

menghasilkan bahwa pendapat Keynes dan pendapat neokalsik tentang akibat dari

kebijakan fiscal yang diambil oleh pemerintah Turkey berlaku terjadi di Turki. Ketika

terjadi peningkatan pada pengeluaran pemerintah ditemukan crowding out terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

investasi swasta. Disimpulkan bahwa defisit angaran menimbulkan crowding out efek

terhadap investasi swasta.

Maryatmo (2004), melaukan penelitian yang bertujuan untuk mengamati

dampak dari kebijakan deficit anggaran yang dilakukan oleh pemrintah terhadap

variable makro ekonomi secara umum dan khususnya variable moneter dalam jangka

panjang dan jangka pendek. Penelitian ini menggunakan spesifikasi model rasional

ekspektasi yang memungkinkan pengambil keputusan untuk mencegah efek – efek

yang lain.

Model tersebut mengkonstruksi 8 persamaan jangka panjang dan delapan

persamaan jangka pendek dan 12 persamaan identitas. Pengestimasian menggunakan

metode two stage least square hasil penelitian menunjukkan bahwa deficit anggaran

mempengaruhi tingkat suku bunga dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dan

defisit anggaran juga berpengaruh terhadap nilai tukar dan tingkat harga.dalam jangka

panjang hasil uji causal memperlihatkan bahwa nilai tukar dan tingkat harga

mempunyai efek yang berkebalikan dengan defisit anggaran.

Adapun Gupta et al. (2002) melakukan studinya dengan kasus 39 negara

ESAF dan PRGF dengan kurun waktu 1990-2000. Studi tersebut lebih dimaksudkan

untuk mengetahui apakah fiskal adjustment dan perbaikan komposisi pengeluaran

pemerintah memiliki manfaat baik bagi pertumbuhan ekonomi di negara-negara

miskin. Sumber pembiayaan pemerintah juga diamati di sini dengan dilatarbelakangi

kenyataan bahwa selama ini studi-studi yang ada belum memperhatikan apakah

defisit yang dibiayai dari luar negeri memiliki perbedaan dampak terhadap

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

pertumbuhan dibandingkan defisit yang dibiayai dengan sumber-sumber dana dalam

negeri.

Selain menemukan bahwa komposisi pengeluaran pemerintah yang lebih

produktif penting artinya bagi pertumbuhan dan pencapaian fiskal adjustment yang

berkelanjutan, Gupta et al. (2002) juga menyebutkan bahwa komposisi pembiayaan

defisit juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

negara-negara miskin. Namun, berbeda dengan temuan Aschauer di atas, Gupta et al.

justru menemukan bahwa pembiayaan defisit anggaran pemerintah dari sumber-

sumber domestik lebih merugikan pertumbuhan ekonomi daripada pinjaman luar

negeri.

Turnovsky (2000), meneliti tentang hubungan antara kebijakan fiskal dan

output di Amerika Serikat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah OLS.

Penelitiannya menemukan bahwa kebijakan fiskal tidak memiliki dampak terhadap

keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Tingkat pertumbuhan

yang lambat memberikan kenyataan bahwa kebajikan fiskal hanya berpengaruh pada

jangka pendek pada masa transisi. Kenaikan variabel instrumen fiskal dalam jumlah

yang relatif besar tidak terlalu berpengaruh besar terhaap output.

Hafer, Haslag dan Jones (2002), meneliti tentang hubungan antara kebijakan

moneter, jumlah uang beredar, dan output di Amerika Serikat. Metodologi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode OLS dengan menggunakan data tahun

1961 – 1982 dan 1961 – 2000. Penelitian ini terdiri dari tiga kajian. Yang pertama

yaitu melihat hubungan antara kebijakan moneter dan output dengan mengestimasi

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

persamaan output gap dimana tingkat pembiayaan bank sentral menjadi instrumen

kebijakan moneter. Yang kedua yaitu mengestimasi pengaruh jumlah uang beredar

(M0,M1.M2) dengan mempengaruhi tingkat bunga terhadap output. Hasil estimasi

memperlihatkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara tingkat pembiayaan bank

sentral terhadap output kurun waktu tahun 1961 – 1982. Namun tercatat tidak

signifikan pada data tahun 1982 hingga tahun 2000. Penelitian ini juga menemukan

hubungan yang signifikan antara lag jumlah uang riil dan output gap pada tahun 1961

– 1982, namun juga tidak signifikan pada tahun 1982 – 2000.

Albatel (2003), meneliti tentang hubungan antara kebijakan pemerintah

(kebijakan moneter dan kebajikan fiskal) dan output di Arab Saudi. Metodologi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kointegrasi dan error correction model

dengan menggunakan data tahun 1964 – 1998. hasil penelitian memperlihatkan

terhadap hubungan kointegrasi antara kebijakan pemerintah (kebijakan fiskal dan

moneter), liberalisasi perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi di Arab Saudi.

Variabel pengeluaran pemerintah (kebijakan fiskal) dan jumlah uang beredar

(kebijakan moneter) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil

statistik menukung adanya pemikiran bahwa aktivitas pemerintah (investasi

pemerintah) akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan perkapita. Begitu juga

dengan kebijakan pemerintah baik secara fiskal maupun moneter memiliki efek

permanen terhadap output rill. Semenjak kenaikan harga minyak tahun 1973, Arab

Saudi terus meningkatkan pengeluarannya. Namun fluktuasi harga minyak

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

menyebabkan pemerintah harus meningkatkan defisit anggaran dan mengurangi

pengeluaran untuk aktivitasnya.

Giavazzi (2003), meneliti tentang koordinasi antara kebijakan fiskal dan

kebijakan moneter di Brazil. Hasil studinya memperlihatkan bahwa resiko kredit

dapat menjadi pusat mekanisme dimana bank sentral yang menargetkan inflasi dapat

kehilangan kendali atas terjadinya inflasi itu sendiri. Dengan kata lain, terjadinya

perpindahan dominasi fiskal. Ketidakteraturan kebijakan fiskal dapat menyebabkan

efektivitas kebijakan moneter menjadi berkurang. Misalnya kebijakan peningkatan

tingkat bunga malah menyebabkan inflasi tidak menurun. Perekonomian Brazil jatuh

pada tingkat keseimbangan yang buruk ketika kebijakan fiskal mengurangi efektivitas

kebijakan moneter ( terjadi crowding out ). Namun dalam jangka panjang, kebijakan

fiskal ini dapat mengembalikan kondisi kembali normal, terjadi kestabilan EMBI

spread, kestabilan nilai tukar, inflasi, dan utang pemerintah, dan pertumbuhan

ekonomi.

Hagen dan Mundschenk (2003), meneliti tentang koordinasi antara

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter di EMU (Economic and Monetary Union di

Eropa). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada jangka panjang kebijakan

moneter dapat mencapai kestabilan harga tanpa bertentangan dengan kebijakan fiskal.

Bank Sentral dapat menetapkan tingkat inflasi tanpa mempengaruhi output terhadap

individu dan keseluruhan masyarakat. Namun pada jangka pendek, ada konflik

potensial antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Jika Bank Sentral hendak

mencapai stabilitas harga, kebijakan fiskal pemerintah harus berjuang untuk menekan

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

permintaan agregat, dan peningkatan output. Dalam jangka pendek, kebijakan ini

cenderung berbiaya tinggi, sehingga inflasi sulit ditekan. Disini perlu keseimbangan,

dimana Bank Sentral dapat mempengaruhi agregat demand dan pemerintah dapat

mempengaruhi agregat supply.

2.12 Hipotesis Penelitian

Dari uraian teori dan penelitian terdahulu diatas, maka dapat disusun hipotesis

sebagai berikut :

1. Pajak (instrumen kebijakan fiskal) berpengaruh negatif terhadap Produk

Domestik Bruto di Indonesia

2. Pengeluaran pemerintah (instrumen kebijakan fiskal) berpengaruh positif

terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia

3. Jumlah uang beredar (instrumen kebijakan moneter) berpengaruh positif

terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kebijakan fiskalrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28120/4/Chapter II.pdf · Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter dan

48

2.13 Kerangka Pemikiran Dari uraian di atas dapat dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :

GOV

TAX

M1

R

PDB

M1

Gambar 2.12. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara