6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diuraikan secara garis besar pengertian sistem pelabuhan pariwisata marina serta dijelaskan teori yang dipakai guna pendekatan penyelesaian masalah penelitian ini. 2.1 Sistem Transportasi dan Destinasi Wisata Transportasi dan perjalanan dapat dibahas tanpa mempertimbangkan pariwisata, tetapi pariwisata tidak dapat berkembang tanpa perjalanan. Transportasi merupakan bagian integral dari industri pariwisata. Perkembangan pariwisata ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan dalam transportasi. Daya saing pariwisata sangat tergantung pada daya saing sistem transportasi dan jasa perjalanan. Untuk menganalisis permintaan transportasi, Manheim (1979 : 13) perlu meninjaunya dari 3 variabel utama dari sistem transportasi total yang saling berinterrelasi yaitu: T, sistem transportasi sebagai representasi dari berbagai elemen transportasi; A, sistem aktivitas sebagai representasi dari kegiatan pariwisata; apa yang dapat dilihat (something to see), apa yang dapat dilakukan (something to do), apa yang dapat dibeli (something to buy) di Daerah Tujuan Wisata (Destinasi) yang dikunjungi dan F, pola aliran transportasi sebagai representasi dari pergerakan barang dan orang menurut asal - tujuannya. Pola arus lalu lintas (F) sangat dipengaruhi oleh sistem transportasi (T) dan sistem aktivitas. Namun sebaliknya pola aliran yang terjadi juga dapat mempengaruhi perubahan sistem aktivitas melalui sifat pelayanannya dan sumber daya yang digunakan dalam memberikan pelayanan tersebut. Demikian juga dengan sistem transportasi yang dapat berubah untuk mengantisipasi pola aliran transportasi yang terjadi, misalnya dengan membangun pelabuhan pariwisata yang baru. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pariwisata dan transportasi merupakan dua sisi dari proses manajemen yang sama, khususnya dalam karakteristik tujuan wisatawan yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Agar efektif, strategi ini membutuhkan suatu pendekatan yang
30
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi dan ... II FIX.pdf · meningkat maka arus ikut meningkat sehingga sarana dan prasarana ... jasa transportasi antar pulau untuk masyarakat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan diuraikan secara garis besar pengertian sistem
pelabuhan pariwisata marina serta dijelaskan teori yang dipakai guna pendekatan
penyelesaian masalah penelitian ini.
2.1 Sistem Transportasi dan Destinasi Wisata
Transportasi dan perjalanan dapat dibahas tanpa mempertimbangkan
pariwisata, tetapi pariwisata tidak dapat berkembang tanpa perjalanan.
Transportasi merupakan bagian integral dari industri pariwisata. Perkembangan
pariwisata ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan dalam transportasi.
Daya saing pariwisata sangat tergantung pada daya saing sistem transportasi dan
jasa perjalanan.
Untuk menganalisis permintaan transportasi, Manheim (1979 : 13) perlu
meninjaunya dari 3 variabel utama dari sistem transportasi total yang saling
berinterrelasi yaitu: T, sistem transportasi sebagai representasi dari berbagai
elemen transportasi; A, sistem aktivitas sebagai representasi dari kegiatan
pariwisata; apa yang dapat dilihat (something to see), apa yang dapat dilakukan
(something to do), apa yang dapat dibeli (something to buy) di Daerah Tujuan
Wisata (Destinasi) yang dikunjungi dan F, pola aliran transportasi sebagai
representasi dari pergerakan barang dan orang menurut asal - tujuannya. Pola arus
lalu lintas (F) sangat dipengaruhi oleh sistem transportasi (T) dan sistem aktivitas.
Namun sebaliknya pola aliran yang terjadi juga dapat mempengaruhi perubahan
sistem aktivitas melalui sifat pelayanannya dan sumber daya yang digunakan
dalam memberikan pelayanan tersebut. Demikian juga dengan sistem transportasi
yang dapat berubah untuk mengantisipasi pola aliran transportasi yang terjadi,
misalnya dengan membangun pelabuhan pariwisata yang baru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pariwisata dan transportasi
merupakan dua sisi dari proses manajemen yang sama, khususnya dalam
karakteristik tujuan wisatawan yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan
wisatawan. Agar efektif, strategi ini membutuhkan suatu pendekatan yang
7
terintegrasi yang mengkombinasikan pariwisata, transport dan perencanaan tata
guna lahan dan meliputi tidak hanya angkutan umum lokal dan angkutan pribadi,
tetapi juga semua organisasi yang lain dan steakholder yang berkontribusi
terhadap pengembangan daerah tujuan wisata (destinasi) sehingga meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan. Interelasi dari ke tiga variabel tersebut dapat dilihat
pada gambar 2.1.
Hubungan interaksi dari ketiga sub sistem di atas adalah apabila aktifitas
meningkat maka arus ikut meningkat sehingga sarana dan prasarana juga harus
ditingkatkan. Dalam penelitian ini yang menjadi sistem transportasi adalah sistem
naik turun penumpang kapal boat.
Sistem Transportasi
(T)
Sistem Aktivitas
(T)
Arus Lalu-lintas
(Flow F)
Gambar 2.1 Keterkaitan Sistem Transportasi
Sumber : Manheim Dalam (Nyoman Budiartha R.M 2010)
Pola alir yang berlaku adalah pola alir searah, dimana saat penumpang
turun dari kapal tidak dilakukan kegiatan muat ke kapal sampai proses penurunan
penumpang selesai dan sebaliknya juga demikian.
2.1.1 Peranan Transportasi Laut
Peranan transportasi laut bagi Indonesia yang merupakan negara
kepulauan yang memiliki 17.508 pulau, sejak dahulu kala sangat penting artinya.
Sejarah mencatat kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit tumbuh dan jaya
karena didukung oleh armadanya yang kuat. Negara kepulauan yang terdiri dari
ribuan pulau dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dimana
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya tersebar disegenap
8
wilayahnya, dimana perwujudan wawasan nusantara merupakan komitmen
nasional, sehingga angkutan laut mempunyai peran yang penting bagi kegiatan
sosial ekonomi. Persatuan Indonesia dan kesatuan ekonomi Negara kepulauan ini
hanya dapat dipertahankan dan dilestarikan oleh transportasi yang terintegrasi,
regular, handal, efisien dan terjangkau. Tanpa itu kita membiarkan Indonesia
hanya sebagai kumpulan pulau-pulau yang dipisahkan secara geografis oleh
beragam etnik dan suku bangsa.
Pelayaran antar-pulau memainkan peran penting dalam menyediakan
sarana dasar transportasi pada pulau kecil seperti pulau Lembongan. Pentingnya
jasa transportasi antar pulau untuk masyarakat terpencil dan ekonomi pulau kecil
serta masalah untuk mencapai viabilitas komersial dan tingkat minimum
keamanan tidak dapat dipaksakan. Pemerintah kabupaten, provinsi maupun
pemerintah pusat selama ini telah mendorong sektor swasta untuk menyediakan
layanan, perlu mengambil tindakan untuk memfasilitasi pengembangan armada
domestik lebih sehat dan mendorong serta mendukung sektor swasta dalam
penggantian kapal yang sudah tua.
2.1.2 Jaringan Transportasi
Jaringan transportasi merupakan bagian dari konektivitas domestik yang
diharapkan mampu menghubungkan masyarakat pedesaan, perkotaan (kota,
kabupaten, dan provinsi), pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di dalam satu pulau
atau di dalam satu koridor ekonomi. Pada tahun 2025, secara Nasional diharapkan
jaringan infrastruktur transportasi massal baik darat (kereta api) maupun air (short
sea shipping) yang menjadi tulang punggung harus sudah terbangun sehingga
akan mengikat kuat interkoneksi antara kawasan-kawasan industri, perkotaan, dan
pedesaan. Titik simpul logistik yang penting untuk dikembangkan adalah
pelabuhan laut, bandar udara, terminal, pusat distribusi, pusat produksi, dan
kawasan pergudangan yang harus terintegrasi dengan jaringan jalan raya, jalan tol,
jalur kereta api, jalur sungai, jalur pelayaran dan jalur penerbangan. Dengan
kondisi ini diharapkan daya saing produk nasional meningkat, serta kebutuhan
bahan pokok dan strategis masyarakat dapat dipenuhi dengan jumlah yang sesuai
dan harga terjangkau.
9
Sistem jaringan transportasi yang dimaksud adalah sistem jaringan jalan
raya, kapal laut dan kapal udara, berfungsi menghubungkan sentra-sentra produksi
ke sentra sentra/ node konsumsi. Dari segi fungsinya jalan raya meliputi jalan
lokal, jalan kolektor, dan jalan arteri. Sedangkan dari segi manajemennya jalan
raya meliputi jalan desa, jalan kabupaten, jalan provinsi dan jalan negara.
Dalam menunjang perkembangan wilayah gugus pulau Nusa Penida,
sistem transportasi sangat memegang peranan yang penting, sehingga
penyediaan/pengembangan sarana dan prasarana perhubungan dalam suatu
wilayah harus memadai dalam arti dapat menampung dan menunjang kelancaran
aktivitas pergerakan yang ada dalam daerah itu sendiri maupun hubungannya
dengan daerah lain.
Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan
mempunyai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan,
frekuensi, dan lain-lain. Pelayanan transportasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan akan pergerakan menyebabkan sistem transportasi tersebut tidak
berguna (mubazir). Ciri ini membuat analisis dan peramalan kebutuhan akan
pergerakan menjadi semakin sulit (Ofyar Z. Tamin 1997)
Salah satu tantangan utama dalam studi pengembangan model transportasi
laut pulau-pulau kecil di Bali adalah mengidentifikasi kaitan antara transportasi
dan Kawasan Sentra Produksi (KSP) serta derajat ketergantungan pergerakan
penumpang antar dan intra gugus. Bagaimana suatu rancangan fasilitas
transportasi laut mampu melayani pertumbuhan permintaan yang terjadi akibat
pertumbuhan kawasan gugus pulau dan dapat mendukung peningkatan wisatawan
dan akses yang menjadikan water front yang memiliki daya tarik dan
menguntungkan dari sisi finansial. Pendekatan perencanaan ini dibutuhkan tidak
hanya untuk alasan keindahan, tetapi yang lebih penting lagi adalah untuk alasan
ekonomi. Selanjutnya dampak dari adanya pelabuhan, tidak hanya terbatas pada
industri pelabuhan itu sendiri, tetapi juga harus dilihat derajat ketergantungan
pelabuhan terhadap industri pariwisata secara keseluruhan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian regional.
10
2.1.3 Perwilayahan Pelayanan Jasa Transportasi Laut
Penentuan Struktur Ruang tidak bisa dilepaskan dari kondisi transportasi
wilayah. Transportasi wilayah menentukan tingkat aksesibilitas wilayah.
Aksesibilitas adalah daya hubungan antar zona yang wujudnya berupa fasilitas
transportasi dalam arti luas, meliputi jaringan transportasi, yakni kapasitas
terminal (pelabuhan), jaringan jalan, dan jaringan pelayanan meliputi:
ketersediaan wahana/armada (moda angkutan), biaya wajar, layanan andal, dan
jaringan trayek. Selain itu, frekuensi dan kecepatan layanan dapat mengakibatkan
jarak yang jauh seolah-olah menjadi lebih dekat. Peningkatan aksesibilitas berarti
mempersingkat waktu dan lebih meringankan biaya perjalanan.
Daerah Tujuan Wisata (DTW), hanya memiliki makna bagi
pengembangan wilayah apabila mudah dikunjungi, artinya memiliki tingkat
keterhubungan (aksesibilitas) tinggi, berada pada jalur jaringan transportasi yang
mampu menunjang kepariwisataan. Aksesibilitas adalah kemudahan bergerak dari
satu daerah kedaerah lain dan sebaliknya. Destinasi akan membentuk suatu
jaringan kepariwisataan dan hanya bila jaringan pelayanan transportasi dapat
mendukung keberadaan dan fungsinya.
2.2 Pelabuhan dan Fungsinya
Menurut peraturan pemerintah nomor 11 tahun 1983, pelabuhan adalah
tempat berlabuh dan/atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan lainnya,
menaikan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan hewan serta
merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi (Nyoman Budiartha RM
2015).
Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian pelabuhan mencangkup
pengertian sebagai prasarana dan sistem, yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan
kerja terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas
tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, untuk terselenggaranya bongkar muat
serta turun naiknya penumpang, dari suatu moda transportasi laut (kapal) ke moda
transportasi lainnya atau sebaliknya.
Selanjutnya menurut Undang-undang Republik Indonesia No.17 Tahun
2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
11
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan dan antarmoda transportasi.
Beberapa ketentuan umum yang terkait dengan pelabuhan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundangan antara lain:
1. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.
2. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani
kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di
laut atau di sungai.
3. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban
arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan
keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta
mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap
memperhatikan tata ruang wilayah.
4. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem kepelabuhanan yang
Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan
antar moda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
5. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pengaturan ruang ke pelabuhan
nasional yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan
hierarki pelabuhan secara nasional yang merupakan pedoman dalam
penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan
pelabuhan.
12
6. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur
kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang
dan kendaraan beserta muatannya.
7. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan
pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung
untuk kegiatan pelabuhan.
8. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling
daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk
menjamin keselamatan pelayaran.
9. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa
peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.
10. Kepelabuhanan adalah meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan
dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau barang,
keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan atau antar moda
transportasi serta mendorong perekonomian nasional dan daerah.
11. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem kepelabuhanan
yang memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk
Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra dan
antar moda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
2.2.1 Fasilitas-Fasilitas Pelabuhan
Untuk bongkar muat barang maupun penumpang agar aman, nyaman,
lancar dan ekonomis seperti yang disebutkan diatas, diperlukan fasilits-fasilitas
bangunan teknik untuk melayani kapal-kapal baik sewaktu masih diperairan
maupun setelah kapal-kapal bersandar di dermaga. Masalah pelabuhan adalah hal-
hal yang menyangkut hubungan antara kapal, muatan, dan jasa kepelabuhan.
Kapal memerlukan tempat bersandar di dermaga dan memerlukan berbagai
pelayanan selama di pelabuhan. Muatan memerlukan jasa terminal di pelabuhan
13
dalam proses peralihan dari kapal ke angkutan darat. Pelabuhan menyediakan
jasa-jasa bagi kapal dan muatan agar tidak terjadi hambatan dalam pelayaran
kapal dan arus barang serta arus penumpang. Dalam memberikan jasa-jasa,
pelabuhan memiliki beberapa fasilitas/prasarana, yaitu dermaga, terminal, gudang,
lapangan penimbunan, navigasi dan telekomunikasi, peralatan bongkar muat, serta
perkantoran.
Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain adalah (Nyoman Budiartha RM and
Arnatha 2000)
a. Untuk Melayani Kapal
Pelayanan kapal dimulai dari kapal masuk ke perairan pelabuhan, berada di
kolam pelabuhan, ketika akan bersandar di tambatan, sampai saat kapal
meninggalkan pelabuhan. Dalam rangka menjaga keselamatan kapal, penumpang
dan muatannya sewaktu memasuki alur pelayaran menuju dermaga atau kolam
pelabuhan untuk berlabuh, maka untuk pelabuhan tertentu dengan kapal-kapal
tertentu harus dipandu oleh petugas pandu yang disediakan oleh Pelabuhan.
Pemerintah telah menetapkan perairan-perairan yang termasuk dalam kategori
perairan wajib pandu, perairan pandu luar biasa dan perairan di luar batas perairan
pandu. Untuk mengantar petugas pandu ke/dan kapal diperlukan peralatan kapal
yang disebut kapal pandu. Terhadap kapal yang keluar masuk pelabuhan dan
mempunyai kapal berukuran GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) atau lebih.
Beberapa fasilitas untuk melayani kapal di pelabuhan adalah:
1. Telekomunikasi,
2. Perambuan (benda-benda terapung, baik yang bersinar mupun yang tidak),
3. Penerangan pantai (mercusuar untuk menentukan posisi kapal),
4. Kolam pelabuhan,
5. Penangkis gelombang,
6. Pemanduan,
7. Kapal tunda,
8. Dermaga,
9. Air,
10. Bahan bakar,
11. Repair,
14
12. Pintu pelabuhan,
13. Fasilitas untuk kapal-kapal berputar (turning bazin),
14. Pelampung untuk menambatkan kapal dan sebagainya.
Untuk Barang dan Penumpang Jenis peralatan bongkar muat yang
digunakan di pelabuhan sangat tergantung kepada jenis barang yang akan
dibongkar/muat. Secara umum jenis barang dimaksud dikelompokkan menjadi 3
jenis yaitu:
1. Barang yang dikemas dengan petikemas, yang semakin banyak digunakan
karena kecepatan bongkar muat yang tinggi sehingga mengurang waktu
dan biaya yang rendah.
2. Barang umum (general cargo), yang mulai ditinggalkan karena kecepatan
bongkar muat yang lambat serta dibutuhkan biaya yang besar, tetapi
pelayaran rakyat masih tetap menggunakan pendekatan ini.
3. Barang curah (kering/cair).
Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan adalah:
a. Gudang (open atau closed storage),
b. Terminal penumpang, terminal barang, terminal peti kemas,
c. Alat-alat bongkar muat (forklift, crane, phonton crane, dan lain-lain),
d. Tempat parkir,
e. Kereta api,
f. Gudang khusus untuk bahan-bahan kimia,
g. Dan sebagainya
b. Untuk Umum :
1. Bangunan jalan
2. Tenaga listrik (penerangan)
3. Pemadam kebakaran
4. Tenaga kerja
5. Dan sebagainya
c. Jasa Pemerintah :
1. Keamanan
2. Kesehatan
3. Imigrasi/bea cukai
15
4. Karantina
5. Dan sebagainya
Pelayanan pelabuhan penyeberangan dapat dilakukan apabila fasilitas
pelabuhan penyeberangan telah siap untuk dioperasikan. Fasilitas pelabuhan
terdiri dari fasilitas daratan berupa fasilitas pokok yang merupakan fasilitas yang
harus dimiliki oleh pelabuhan dan fasilitas penunjang untuk mendukung
operasionalisasi pelabuhan.
a. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi:
1. Terminal penumpang untuk keperluan menunggu sebelum keberangkatan
kapal, perpindahan antar moda transportasi perairan pedalaman dengan
angkutan jalan serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
umum.
2. Penimbangan kendaraan bermuatan untuk mengendalikan kelebihan
muatan serta untuk mengetahui besar muatan yang diangkut dengan kapal
perairan pedalaman.
3. Jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way).
4. Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa seperti loket
penjualan tiket.
5. Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker) untuk keperluaan kapal.
6. Instalasi air, listrik dan telekomunikasi.
7. Akses jalan dan/atau jalur kereta api.
8. Fasilitas pemadam kebakaran.
9. Tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal.
b. Fasilitas Penunjang
Instalasi penunjang yang dimaksudkan di sini adalah instalasi yang
menunjang kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan yang meliputi:
1. Instalasi listrik dalam hal ini biasanya digunakan PLN, kecuali PLN tidak
mampu menyediakan listrik bagi pelabuhan karena letak yang jauh dari
jaringan PLN ataupun tidak mempunyai kapasitas yang mencukupi
2. Instalasi air yang dapat disediakan oleh PAM milik pemerintah daerah
ataupun swasta
16
3. Instalasi pengumpulan, pengolahan limbah yang bisanya dikelola oleh
pelabuhan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
Sedang fasilitas penunjang pelabuhan penyeberangan meliputi:
1. Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa
kepelabuhanan seperti kantor perwakilan perusahaan pelayaran.;
2. Tempat penampungan limbah, dan pengolahan limbah;
3. Fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan;
4. Areal pengembangan pelabuhan;
5. Fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan pos/klinik
kesehatan).
2.2.2 Klasifikasi Pelabuhan
Selain itu pelabuhan dapat pula diklasifikasikan/dilihat dari berbagai
bidang, misalnya dari segi konstruksinya, segi perdagangan, dari jenis muatan
yang dibongkar dan dimuat atau dari macam pungutan jasanya. Untuk jelasnya
disini kita berikan klasifikasi pelabuhan sebagai berikut:
a. Klasifikasi menurut Konstruksinya :
1. Pelabuhan Alam :
Adalah pelabuhan yang terlindung dari alam (angin topan, badai dan
gelombang) tanpa harus dibangun fasilitas-fasilitas pelabuhan seperti
pbangunan penangkis gelombang. Bentuk pelabuhan termasuk pintu
pelabuhan dan lokasi fasilitas navigasi menjamin keamanan dan
kenyamanan kapal untuk manuver dan bongkar muat barang, penumpang
serta keperluan akomodasi kapal. Pelabuhan alam biasanya berlokasi
diteluk, muara pasang surut dan muara sungai. Contoh pelabuhan alam
adalah New York, San Fransisco dan Rio de Janeiro. Di Indonesia,
pelabuhan-pelabuhan seperti ini misalnya ada di Sabang, Pelabuhan
Benoa, Pelabuhan Lembar dan lain-lain.
2. Pelabuhan Semi Alam :
Pelabuhan yang berada di teluk kecil atau muara sungai yang terlindung
pada dua sisi oleh tanjung dan dibutuhkan hanya bangunan pelindung pada
pintu masuknya. Hampir sama dengan pelabuhan alam, hanya pada
17
pelabuhan semi alam bentuk site pelabuhannya lebih diutamakan.
Contohnya pelabuhan Plymouth adalah lokasi pelabuhan alam namun
pelabuhan menjadi lebih aman setelah dibangun pemecah gelombang pada
pintu masuknya sehingga pelabuhan tersebut menjadi pelabuhan semi
alam demikian juga dengan pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya
Indonesia.
3. Pelabuhan Buatan :
Pelabuhan yang mempunyai fasilitas bangunan pemecah gelombang untuk
melindungi pelabuhan atau kolam pelabuhan dari pengaruh gelombang.
Sebagian pelabuhan-pelabuhan di dunia adalah pelabuhan buatan dan di
Indonesia contohnya adalah Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
b. Klasifikasi menurut fungsi/jenis pelayanannya:
1. Pelabuhan dagang, hampir semua pelabuhan di Indonesia.
2. Pelabuhan militer, Ujung Surabaya.
3. Pelabuhan ikan, Perigi, Bagan Siapi Api.
4. Pelabuhan minyak, Dumai. Pangkalan Brandan.
5. Pelabuhan industri, Petrokimia Gresik.
6. Pelabuhan turis, Benoa Bali.
7. Pelabuhan untuk menghindari gangguan alam (topan, gelombang) yang
biasanya terjadi di Jepang.
8. Pelabuhan umum
c. Klasifikasi menurut jenis pungutan jasa :
1. Pelabuhan yang diusahakan
2. Pelabuhan yang tidak diusahakan
3. Pelabuhan otonom
4. Pelabuhan bebas
Sedangkan fungsi pelayanan transportasi adalah menyediakan akses dan
fasilitas tersebut, seperti pelabuhan dan kapal (cruise, kapal layar, boat, dsb.) agar
keinginan tersebut dapat terlaksana menjadi suatu aktivitas. Bentuk aktivitas
tersebut dapat tercermin pada maksud perjalanan dan pola perjalanan. Oleh karena
itulah dalam analisis transportasi informasi mengenai maksud perjalanan dan pola
perjalanan menjadi sangat penting.
18
Model umum penawaran (supply) ditujukan untuk mencari / mendapatkan
total kapasitas angkut atau kapasitas terpasang yang harus disediakan. Pemodelan
penawaran merupakan fungsi dari jumlah armada, kapasitas angkut dan jarak yang
ditempuh [Stopford Martin (1988) dalam (Pupella 2007)]
S = f ( Jumlah Kapal x Kapasitas Angkut x Jarak Pelayaran)
S = f ( Q ) ...............................................................................................
Dimana:
Q = E.fo + E.fr +
Ef = Nk x P
P = LF x Cp x Rtrip
T = Tsea + Tport
Dimana:
S = Total penawaran terhadap barang (ton)
Q = Total kapasitas angkut yang dibutuhkan (DWT)
Efo= Kapasitas armada kapal yang telah ada (DWT)
Efr = Kapasitas armada kapal yang direncanakan (DWT)
Ʃs = Permintaan yang tidak dilayani (ton)
Nk = Jumlah kapal (unit)
P = Kapasitas angkut per tahun (ton)
Cp = Kapasitas angkut per unit (ton)
LF = Faktor muatan (Load factor)
Rtrip = Total trip kapal per tahun
Z = Waktu kapal tidak beroperasi (jam)
T = Waktu yang dibutuhkan kapal per trip (jam)
Tsea = Waktu yang dibutuhkan kapal dalam pelayaran (jam)
Vs = Kecepatan kapal (knot)
Tport = Waktu yang dibutuhkan kapal di pelabuhan (jam)
19
2.3 Pelabuhan Marina
Pelabuhan marina adalah pelabuhan khusus yang disediakan untuk kapal
pesiar yang dilengkapi dengan prasarana yang dibutuhkan. Infrastruktur yang
potensial adalah hal yang paling penting untuk menarik wisatawan. Pelajaran
yang dapat diambil dari tulisan-tulisan yang telah ada adalah ketika menguji
potensi dari daerah marine resort di negara maju. Memahami pasar yang relatif
berkembang dan dapat terus berkembang disebutkan kuncinya adalah potensi dari
daerah marina. Langkah pertama dalam menentukan kelayakan dari suatu site bagi
pengembangan marina adalah dengan menentukan kelayakan daerah tersebut
secara keseluruhan. Masing-masing harus menentukan jenis dan aktivitas
pelayaran dan pariwisata yang paling mendukung bagi lingkungan dan daerah di
sekitar area tersebut untuk meningkatkan pariwisata bagi wisatawan asing atau
kegiatan berwisata bagi wisatawan domestik dalam rangka peningkatan minat
wisatawan domestik.
Harus selalu diingat bahwa kapal-kapal layar akan selalu mencari
pelabuhan atau dermaga dengan rute perjalanan yang mudah selama 5-7 jam. Jika
ada kemungkinan lain untuk berlayar dengan waktu yang lebih lama maka harus
ada alasan yang menarik bagi wisatawan untuk menikmati fasilitas yang ada. Pada
pengembangan area yang setingkat lebih jauh, pada port of call yang terisolasi
akan sangat dibutuhkan penyediaan bahan bakar dan bengkel perbaikan selain dari
penyediaan berbagai hal yang menyenangkan.
Nusa Lembongan disamping selalu dikunjungi oleh kapal-kapal kecil
dengan bobot lebih kecil dari 7 GT juga dikunjungi oleh kapal-kapal wisata dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Namun, sampai sekarang belum
tersedianya fasilitas pelabuhan yang mendukung peningkatan ini. Untuk itu perlu
adanya lokasi/resort yang dapat melayani peningkatan jumlah kapal, penumpang,
dan barang. Salah satu fasilitas yang populer saat ini adalah marine resort.
Sementara fasilitas wisata pantai masih menjadi hal yang baru bagi
negara-negara berkembang, tetapi hal tersebut juga telah menjadikan hal yang
layak untuk dikembangkan bagi sektor industri pelabuhan. Kedua kasus tersebut
dapat saling melengkapi. Seperti pembangunan fasilitas yang belum ada, tetapi
banyak diminati seperti perlengkapan fasilitas wisata atau fasilitas perdagangan
20
pada marine resort yang saling melengkapi dan saling menguntungkan.
Penyediaan kombinasi perlengkapan fasilitas tersebut di atas dapat
membangkitkan sektor ekonomi dan juga untuk penyebaran/pemerataan
infrastruktur dan biaya perawatan.
Pendekatan perencanaan ini membutuhkan tidak hanya dari segi
keindahan, tetapi yang paling penting adalah dari segi ekonomi. Kesalahan teknis
dalam penentuan tempat untuk aktivitas di air dapat dengan mudah berakhir
dengan kegagalan akibat anggaran biaya pembangunan, menyebabkan biaya yang
lebih besar, keterlambatan dan kompromi yang menghasilkan ketidaksesuaian
dengan keinginan. Dari titik pandang pengembang, hanya satu keinginan adalah
memperkecil biaya. Oleh karena itu, sering sekali pendekatan ini tidak hanya
kurang bijaksana tetapi berakhir sebagai salah satu keputusan yang paling mahal.
Oleh karena itu konsep perencanaan dengan melakukan penyelidikan awal
yang profesional adalah sangat penting. Bagaimana merancang fasilitas rekreasi
marina yang dapat mendorong peningkatan wisatawan dan akses, membuat
sebagian besar daya tarik hari ini semakin meningkat dengan waterfront dan
menawarkan manfaat dalam peningkatan imbalan keuangan
2.3.1 Layout Umum Pelabuhan Marina
Perancangan suatu marina dan komposisinya, tentu saja, sangat tergantung
pada tempat dan kondisi daerahnya. Satu keharusan mendapatkan pemahaman
menyeluruh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
perancangan suatu marina dan komposisinya, tentu saja, sangat tergantung pada
tempat dan kondisi daerahnya. Satu keharusan mendapatkan pemahaman
menyeluruh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan fasilitas,
termasuk diantaranya, bagaimanapun tidak terbatas pada, golongan wisatawan
atau wisatawan yang saat ini sering pergi ke daerah tersebut atau yang dapat
terpikat dengan adanya peningkatan fasilitas bangunan, fasilitas dan layanan yang
tersedia, material konstruksi, infrastruktur di darat dan sumber daya operasi; jarak
terhadap fasilitas marina lainnya; dan cuaca, geofisika dan kondisi lingkungan. Fasilitas, termasuk diantaranya, bagaimanapun tidak terbatas pada, golongan wisatawan atau wisatawan yang saat ini sering pergi ke daerah tersebut atau yang dapat terpikat dengan adanya peningkatan fasilitas bangunan,
Infrastruktur existing atau infrastruktur potensial adalah luar biasa
pentingnya. Untuk daya tarik wisatawan mancanegara, fasilitas bandara, serta
21
daya tarik maskapai penerbangan, umumnya memegang peranan penting dalam
mensukseskan dari suatu tempat. Untuk daya tarik wisatawan mancanegara dan
domestik, kemampuan untuk mencapai fasilitas itu adalah paling penting. Jauh-
dekatnya jarak dari pusat populasi, walau penting, biasanya waktu tidak sepenting
waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tujuan marine resort baik dari bandara
atau pusat populasi penduduk lokal.
Fungsi total fasilitas seharusnya tidak hanya untuk Port of Call dan
pangkalan untuk explorasi lebih lanjut, tetapi sebagai tempat untuk non-boater
untuk juga memiliki atau menikmati pantai. Menentukan dan mengintegrasikan
desain yang tepat untuk mengakomodasi tujuan-tujuan yang berbeda akan sangat
tergantung pada lokasi dan jenis wisatawan. Fasilitas yang berorientasi wisata di
Bali, seperti lokasi pelabuhan Sanur, desainya akan mengarah pada peningkatan
infrastruktur dan fungsi pelabuhan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke
Bali. Pengembangan dan fungsi sangat berbeda dengan fasilitas di Carribbean,
demikian juga dengan operasional di Hawai atau di Australia.
Sejumlah pelajaran yang dapat dipelajari dari daerah ini apabila
mempertimbangkan potensi marine resort di negara-negara berkembang.
Pemahaman pasar yang relatif potensial memahami pasar relatif potensial pada
marina yang sudah adalah kunci keberhasilan marina. Langkah pertama adalah
kesepakatan dalam menentukan pantas tidaknya daerah tersebut untuk
pengembangan marina dan sifat sumber daya perairan yang tersedia. Kita harus
menentukan apa saja kegiatan kapal/boat dan wisatawan dapat melakukan
kegiatan di dalam daerah Bali dan di daerah pelabuhan tersebut. apakah untuk
melayani boat jarak dekat atau membutuhkan tempat untuk melakukan wisata
dengan jarak yang cukup jauh. Apakah tujuannya untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan mancanegara atau meningkatkan kesempatan untuk rekreasi ataukah
untuk menanggapi peningkatan kemakmuran penduduk pribumi.
Apa yang diharapkan pelaut dari marina, adalah serangkaian layanan yang
diberikan dalam lingkungan yang menyenangkan:
Tempat tinggal yang memadai dari laut lepas
Layanan Docking: pemeliharaan kapal berkala pada harga dan waktu
perbaikan yang wajar.
22
Tambatan dan pengamatan dari kapal
Penyimpanan kapal kecil untuk sementara di darat pada halaman
terbuka atau gudang
Parkir mobil yachtsmen ini
Perbaikan insedentil Cepat
Pemasaran kapal baru dan bekas
Jasa administrasi ataupun swasta (kantor pelabuhan, prakiraan cuaca,
pabean, klub, kebutuhan medis, dll).
Pilihan lokasi untuk marina, jika tidak didikte oleh fasilitas rekreasi yang
harus diintegrasikan dalam proyek baru, harus berdasarkan hasil dari
pertimbangan maritim dan nautical, dengan maksud untuk menyederhanakan sifat
alam sehubungan dengan pekerjaan yang harus dilakukan serta untuk menurunkan
biaya. Hal ini juga harus bergantung pada pertimbangan lingkungan pelabuhan ke
dalam semua perkembangan lain yang sedang berlangsung atau sedang
direncanakan di darat, harus dipastikan.
Untuk tujuan perencanaan induk, faktor yang paling penting biasanya
menyangkut kondisi gelombang. Disepanjang pantai terbuka, marina umumnya
harus dilindungi oleh pemecah gelombang. Di daerah yang lebih terlindungi,
sistem lain dapat dipertimbangkan, misalnya pemecah gelombang mengapung.
Pelabuhan sering terdiri dari sebuah pelabuhan luar di mana gelombang
masih agak kasar, dan pelabuhan baik inner terlindung di mana tempat berlabuh
yang sebenarnya berada. Ketika kisaran pasang surut kecil, pelabuhan dapat
dirancang untuk memberikan kedalaman yang cukup untuk menjaga perahu tetap
mengapung. Ketika rentang pasang surut besar, sering diterima oleh umum bahwa
tempat berlabuh menjadi kering, jika tidak kunci pelayaran yang relatif mahal
harus disediakan.
Kondisi akses ke pelabuhan harus dipertimbangkan dengan cermat.
Layout, tentu saja, harus memastikan perlindungan yang memadai dari saluran
masuk (entrance channel) terhadap aksi gelombang dan terhadap pendangkalan.
Selanjutnya, layout harus sedemikian rupa sehingga perahu kecil tanpa mesin
dapat masuk atau meninggalkan pelabuhan, Yang menyiratkan bahwa saluran
harus cukup lebar untuk taktik, setiap kali diperlukan. Selain itu, gerakan kapal
23
harus mampu bergerak tanpa masalah yang tidak semestinya, bahkan selama jam
sibuk. Terutama mengingat padatnya lalu lintas di sebagian besar pelabuhan
mesin diperlukan untuk kapal-kapal. Uraian diatas menyiratkan bahwa saluran
masuk harus berorientasi benar, dan harus memiliki lebar 40 m atau lebih.
2.3.2 Kapal
Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut
(sungai dan sebagainya) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil.
Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci.
Sedangkan dalam istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang merupakan kapal
yang lebih besar dan sedangkan boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya kapal
dapat membawa perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran
sebenarnya dimana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-
undang dan peraturan atau kebiasaan setempat. Di Indonesia kapal-kapal yang
berukuran dibawah 7 GT pengurusan ijin operasinya cukup di wilayah kabupaten
atau kota. Kapal-kapal yang melayani rute gugus pulau disamping tersedia kapal
penyeberangan milik pemerintah dan kapal pariwisata milik swasta, sebagian
besar adalah perahu layar dilengkapi mesin 20 sampai 120 PK dan Speed Boat
dengan mesin 500 sampai 900.
1. Pengertian Karakteristik Kapal
Tonase kotor (gross tonnage), disingkat GT adalah perhitungan volume
semua ruang yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume
ruangan tertutup yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta
semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak paling atas (superstructure).
Daya muat adalah berat muatan yang biasa dimuat dalam kapal sampai
batas garis muatan atau kapal tenggelam sampai pada batas garis muatan
Brotto Register Ton (BRT) = gross tonnage yaitu jumlah isi kapal
seluruhnya.
Netto Register Ton (NRT) merupakan berat brutto dikurangi isi muatan
seperti bahan bakar, ruang mesin, tangki air. Jadi NRT adalah ruang yang dapat