6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa 2.1.1 Defenisi Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae= di depan; vias = jalan). Jadi yang dimaksud ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum (Wahyu, 2013). (Fauziyah, 2012) mengatakan bahwa Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi secara abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau didaerah fundus uteri (Fadlun, 2011). Plasenta previa merupakan implantasi plasenta yang dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan ibu. Darah retroplasenter, merupakan darah sirkulasi janin namun secara tidak langsung perdarahan yang terjadi pada kehamilan harus mendapatkan perhatian khusus (Manuaba, 2010). UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
15
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa 2.1.1 Defenisirepository.sari-mutiara.ac.id/125/4/CHAPTER II.pdfPlasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae= di
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plasenta Previa
2.1.1 Defenisi
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (prae= di depan;
vias = jalan). Jadi yang dimaksud ialah plasenta yang implantasinya tidak normal,
rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum (Wahyu,
2013).
(Fauziyah, 2012) mengatakan bahwa Plasenta Previa adalah keadaan dimana
plasenta berimplantasi secara abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh
karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim,
atau didaerah fundus uteri (Fadlun, 2011).
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta yang dapat menimbulkan
perdarahan yang membahayakan ibu. Darah retroplasenter, merupakan darah sirkulasi
janin namun secara tidak langsung perdarahan yang terjadi pada kehamilan harus
mendapatkan perhatian khusus (Manuaba, 2010).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
7
2.1.2 Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa misalnya bekas operasi
rahim (bekas sesaratau operasi mioma, sering mengalami infeksi rahim (radang
panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, kelainan bawaan rahim.
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baik
vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilan pendek
2. Mioma uteri
3. Koretasi yang berulang
4. Umur lanjut
5. Bekas seksio sesarea (Wahyu, 2013).
Letak plasenta biasanya umumnya didepan atau dibelakang dinding uterus,
agak keatas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologi karena permukaan bagian
atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
Ditempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar
(sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat
terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang
interviller diatas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari
300 ml tiap menit pada kehamlan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonggot-jonggot
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
8
selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili
tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya
ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat,
mengandun fogosit—fogosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan
lebih mendekati lapisan troboplast.
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Implantasi plasenta di
segmen bawah rahim dapat disebabkan :
a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi janin.
c. Villi korealis pada korion leave yang persisten (Fauziah, 2012).
2.1.3 Faktor Resiko Plasenta Previa:
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa yaitu umur,
banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas), hipoplasia endometrium,
korpus luteum bereaksi lambat, tumor-tumor (seperti mioma uteri, polip
endometrium, dan manual plasenta, kehamilan kembar, serta riwayat plasenta previa
sebelumnya.
a. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kejadian plasenta previa juga sering
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
9
terjadi pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang
kurang subur (Fauziyah, 2012).
Ibu dengan usia lebih tua risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih besar
pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di bawah usia 20
tahun. Diduga risiko plasenta previa meningkat dengan bertambahnya usia ibu,
terutama setelah usia 35 tahun. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius
perdarahan pada periode trimester ketiga. Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali
pada usia ibu lebih dari 35 tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada usia diatas 35
tahun karena endometrium yang kurang subur dapat meningkatkan kejadian plasenta
previa. Peningkatan usia ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis
pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang
lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat. Padaibu yang berusia
muda pun risiko plasenta previa dapat terjadi karena hipoplasia endometrium, dimana
endometrium belum siap menerima hasil konsepsi (Abdat, 2010).
b. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah. Plasenta
previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang baru sekali melahirkan (primipara).
Paritas 1-3 merupakan paritas lebih dari 3 dapat menyebabkan angka kematian ibu
tinggi (Fauziyah, 2012).
Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan jumlah paritas, yaitu:
Primipara (seorangwanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali),
Multipara (seorang wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
10
dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali), dan Grandemultipara (seorang
wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali) (Manuaba, 2010).
c. Riwayat kehamilan sebelumnya
Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, keguguran,
bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, persalinan dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), bayi lahir mati, cedera dalam uterus atau jalan lahir yang
ditimbulkan oleh proses kehamilan dan persalinan terdahulu dapat berakibat buruk
pada kehamilan yang sedang dialami (Fauziyah, 2012).
2.1.4 Tanda dan Gejala
1. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan trimester ketiga.
1. Pada ibu
Bergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok.
2. Pada janin
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
11
Turunnya bagian bawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim (Fauziyah, 2012).
2.1.5 Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serat menipis.
Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena perobekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti
pada plasenta letak normal (Wahyu, 2013).
2.1.6 Klasifikasi
Ada beberapa grade dari plasenta previa, yaitu:
1. Plasenta previa totalis, dimana ostium internum tertutup seluruhnya oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, dimana ostium uteri internum sebagian ditutupi oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, dimana bagian tepi dari plasenta berada di pinggir
dari ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah, dimana plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim,
tetapi tepi dari plasenta tidak mencapai ostium uteri internum, namun berada di
dekatnya (Fauziyah, 2012).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
12
Gambar 2.1 Bentuk Letak Plasenta Previa
2.1.7 Diagnosis
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vagina berwarna merah segar tanpa rasa
nyeri pada kehamilan lebih 20 minggu dan berlangsung tanpa sebab.
Terutama pada multigravida.
2. Pemeriksaaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala diatas
maka kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo: adanya darah dari uteri eksternum
4. USG untuk menentukan letak plasenta: penentuan letak plasenta secara
langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis servikalis, tetapi
pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja operasi.
(Wahyu, 2013).
5. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
Letak Rendah Totalis Parsialis Marginalis
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
13
a. Pemeriksaan palpasi abdomen, antara lain : janin belum cukup bulan,
tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil, letak plasenta di segmen
bawah lahir, dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian
terendah masih tinggi.
b. Denyut jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian
dalam rahim.
c. Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja
operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan
dalam untuk menegakkan diagnosa pasti, mempersiapkan tindakan untuk
melakukan operasi persalinan, hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta
sekitar ostium internum (Norma, 2013).
2.1.8 Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan, plasentitis dan endometris pasca persalinan. Pada janin biasanya
terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti afiksia berat.
Perdarahan post partum dan syok, karena kurang kuatnya kontraksi segmen
bawah rahim, infeksi dan trauma dan uterus serviks.
1) Terjadinya infeksi
2) Laserasi serviks
3) Plasenta akreta
4) Prematuritas atau lahir mati pada bayi
5) Prolaps tali pusar
6) Prolaps plasenta (Wahyu, 2013).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
14
2.1.9 Penanganan
Penderita dengan plasenta previa datang dengan keluhan adanya perdarahan
pervaginam pada kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga. Penatalaksanaan
plasenta previa tergantung dari usia gestasi penderita dimana akan dilakukan
penatalaksanaan aktif yaitu mengakhiri kehamilan, ataupun ekspektatif yaitu
mempertahankan kehamilan selama mungkin.
a. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat syarat terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan yang sedikit kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda inpartu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa.
1. Sectio caesarea.
Prinsip utama dalam melakukan sectio caesarea adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal ataupun tidak mempunyai harapan
hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
15
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan
pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infus oksitosin.
b. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks telah melakukan tamponade
plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak
dilakukan pada janin yang masih hidup.
c. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan perdarahan pada
kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan tidak aktif.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan
yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa
adalah:
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
16
1. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
3. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup (Fauziyah, 2012).
2.2 Hubungan Paritas dan Umur Ibu
2.2.1 Paritas
Menurut (Ilfa,2010), Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh
seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Dan paritas adalah jumlah kehamilan
yang dilahirkan atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang
atau sebelumnya.
Sedangkan menurut Manuaba (2010) paritas atau para adalah wanita yang
pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah: Primipara yaitu wanita yang
telah melahirkan sebanyak satu kali. Multipara yaitu wanita yang telah pernah
melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima
kali. Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima
kali. Paritas 2-3 merupakan paritas pailing aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Lebih tinggi paritas , lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1
dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat dicegah atau dikurangi dengan keluarga berencana (Wiknjosastro,2006).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
17
Menurut penelitian Kurniawan (2015), Ibu yang melahirkan di Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupatenn Aceh Utara tahun 2012-2013 dengan paritas ≥3
memiliki resiko 7 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa dibandingkan ibu
dengan paritas <3.
Menurut penelitian Lestari (2014), di RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung tahun
2011 bahwa ibu yang paritasnya multipara dan grandepara memiliki resiko
mengalami plasenta previa 3 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu primipara.
2.2.2 Umur Ibu
Pada usia yang lebih tua diatas 35 tahun telah terjadi kemunduran fungsi
fisiologi maupun reproduksi secara umum, penurunan daya ingat membuat informasi
yang disampaikan tidak teserap dengan baik, waktu yang dipunyai ibu sedikit karena
kesibukan mengurusi keluarga dan membantu suami mencari nafkah sehingga tambah
lagi apabila ibu tinggal dirumah mertua atau keluarga lain yang membuat banyak
pantangan yang ibu lakukan terutama pantangan makan dan ini tentu mengurangi
kemaksimalan plasenta membentuk dirinya akibatnya akan merugikan bagi bayi.
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada anita hamil dan melahirkan
pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematiam maternal meningkat kembali sesudah
usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2006).
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20
tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
18
endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi
pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang
subur (Fauziyah, 2012).
Menurut penelitian Kurniawan (2015), Ibu yang melahirkan di Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupatenn Aceh Utara tahun 2012 - 2013 yang berusia ≥30
tahun memilik resiko 5 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
pada usia ≤ 30 tahun.
Menurut penelitian Lestari (2014), di RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung
tahun 2011 bahwa ibu dengan umur < 20 tahun dan > 35 tahun mempunyai resiko 4
kali lebih besar terjadi plasenta previa, dibandingkan dengan ibu berumur 20-30