9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan Pertanian Kata extend adalah kata dasar dari extension, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti memperluas atau penyuluhan. Ketika seorang petugas lapangan memberikan penyuluhan kepada petani peternak, berarti sedang berusaha untuk meningkatkan atau meluaskan pengetahuan petani peternak tentang sesuatu yang baru (inovasi). Petugas lapangan akan berusaha mengkomunikasikan inovasi tersebut sejelas-jelasnya kepada petani peternak ibarat memberikan “suluhan” atau “obor” Menurut Kelsey dan Hearne (1955) penyuluhan adalah bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to help themselves). Dalam proses penyuluhan petani peternak agar mampu menolong dirinya sendiri dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha, guna meningkatkan pendapatan dalam mewujudkan kesejahteraan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkugan. Upaya memberikan pengetahuan kepada masyarakat petani peternak berarti upaya untuk melakukan hal-hal yang sifatnya masih asing dan baru. Dengan demikian penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang bersifat nonformal di luar sistem sekolah yang biasa meningkatkan
34
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan Pertanian · perubahan sikap, perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan perubahan tindakan. Pada umumnya komunikasi persuasif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan Pertanian
Kata extend adalah kata dasar dari extension, jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia berarti memperluas atau penyuluhan. Ketika seorang petugas
lapangan memberikan penyuluhan kepada petani peternak, berarti sedang
berusaha untuk meningkatkan atau meluaskan pengetahuan petani peternak
tentang sesuatu yang baru (inovasi). Petugas lapangan akan berusaha
mengkomunikasikan inovasi tersebut sejelas-jelasnya kepada petani peternak
ibarat memberikan “suluhan” atau “obor” Menurut Kelsey dan Hearne (1955)
penyuluhan adalah bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka
dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to help
themselves). Dalam proses penyuluhan petani peternak agar mampu menolong
dirinya sendiri dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan
sumber daya lainnya, untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha, guna
meningkatkan pendapatan dalam mewujudkan kesejahteraan, dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkugan.
Upaya memberikan pengetahuan kepada masyarakat petani peternak
berarti upaya untuk melakukan hal-hal yang sifatnya masih asing dan baru.
Dengan demikian penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan
yang bersifat nonformal di luar sistem sekolah yang biasa meningkatkan
10
pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif, guna
meningkatkan pendapatan keluarga dan kesejahteraan hidupnya.
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) menyebutkan peranan penyuluh
pertanian menjadi semakin strategis dalam memfasilitasi proses pemberdayaan
petani dan keluarganya. Kegiatan penyuluhan pertanian bukan lagi kegiatan
pendidikan tetapi pemberdayaan petani dan keluarganya untuk bersedia merubah
perilaku yang meliputi : 1) rasionalisme dalam pengambilan keputusan usahatani
berdasarkan pada kondisi pasar. 2) efisiensi pengolahan usahatani disertai
kemitraan petani nelayan dengan pihak swasta. 3) menumbuhkembangkan
ketahanan pangan dan gizi bagi petani dan keluarga.
Dalam proses penyuluhan pertanian, keberhasilan akan dapat dicapai jika
penyuluh mampu memilih materi sesuai dengan sasaran, disertai dengan
pemilihan metode yang tepat tanpa mengabaikan kebutuhan dari masyarakat
petani. Keberhasilan dalam penyelenggaraan program penyuluhan pertanian
merupakan bagian dari pembangunan pertanian.
2.2 Metode Penyuluhan
Pengertian metode penyuluhan adalah cara penyampaian materi
penyuluhan oleh penyuluh kepada petani beserta anggota keluarganya baik
secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu
menggunakan inovasi baru (Kusnadi 2011).
11
Tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah :
1) Meningkatkan efektivitas penyuluhan, sesuai kebutuhan dan kondisi
sasarannya.
2) Tepat dan berhasil guna.
3) Menimbulkan perubahan yang dikehendaki.
Sebelum menerapkan metode penyuluhan pertanian, penyuluh harus
memahami prinsip - prinsip dalam memilih metode yang tepat.
Prinsip dalam memilih metode penyuluhan pertanian meliputi:
1) Pengembangan untuk berpikir kreatif, melalui penyuluhan harus mampu
menghasilkan petani yang dengan upayanya sendiri mampu mengatasi
masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan kreativitasnya untuk
memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus
menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya
2) Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat;
setiap individu sangat mencintai profesinya, karena tidak suka diganggu serta
selalu berperilaku sesuai dengan pengalamannya sendiri dan kenyataan yang
dihadapi sehari-hari. Oleh sebab itu, penyuluhan sebaiknya dilaksanakan
dengan menerapkan metode yang dilaksanakan di lingkungan pekerjaan
penerima manfaatnya. Hal ini dimaksudkan agar:
a) Tidak banyak mengganggu kegiatan rutinnya.
b) Penyuluh dapat memahami betul keadaan penerima manfaat,
termasuk masalah yang dihadapi, potensi, serta peluang untuk perbaikan
mutu hidup mereka.
12
c) Penerima manfaat dapat mengetahui contoh nyata tentang masalah, potensi
serta peluang yang dapat ditemukan di lingkungan pekerjaannya sendiri,
sehingga mudah dipahami dan diresapi serta diingat.
3) Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya; sebagai makhluk sosial,
setiap individu akan selalu berperilaku sesuai dengan kondisi lingkungan
sosialnya atau akan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perilaku orang-
orang di sekitarnya. Karena itu kegiatan penyuluhan akan lebih efisien jika
diterapkan hanya kepada beberapa warga masyarakat, terutama yang diakui
oleh lingkungannya sebagai panutan yang baik.
4) Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat; hubungan pribadi
yang akrab antara penyuluh dengan penerima manfaat, merupakan syarat
untuk memperlancar kegiatan penyuluhan itu sendiri, karena
dengan keakraban akan tercipta suatu keterbukaan dalam mengemukakan
masalah dan menyampaikan pendapat.
5) Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan; penyuluhan adalah upaya
untuk mengubah perilaku penerima manfaat, baik pengetahuan, sikap atau
keterampilan, dengan demikian metode yang diterapkan harus mampu
merangsang penerima manfaat untuk selalu siap terkait dengan sikap, pikiran
dan dengan suka hati atas kesadaran atau pertimbangan nalarnya sendiri
melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri,
keluarga dan masyarakatnya.
13
Metode penyuluhan dapat digolongkan menurut:
2.2.1 Teknik komunikasi
Metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasinya digolongkan
menjadi
1) Komunikasi langsung (direct communication / face to face communication)
contoh: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah,
telepon/HP, kursus tani, demonstrasi, karyawisata, pameran;
2) Komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan
melalui perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk
cetakan, poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.
2.2.2 Jumlah Sasaran
Penggolongan metode penyuluhan pertanian menurut A.H Mounder
(1972) dalam Kusnadi (2005) berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai
adalah sebagai berikut:
1. Perorangan; penyuluhan berhubungan langsung dengan sasaran, seperti
kunjungan rumah, kunjungan ke lahan usaha tani, kunjungan kantor, surat
menyurat, hubungan telepon dan magang.
2. Kelompok; penyuluhan berhubungan dengan sekelompok orang untuk
menyampaikan pesannya seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, widya
wisata/karya wisata, kursus tani, temu karya, temu lapang, temu usaha,
mimbar sarasehan, perlombaan dan pemutaran slide
14
3. Massal; penyuluhan menjangkau sasaran yang banyak, antara lain rapat
umum, siaran melalui radio, televisi, pertunjukan kesenian, penyebaran bahan
tertulis, dan pemutaran film.
2.2.3 Indera Penerima
Metode penyuluhan berdasarkan indera penerima dari sasaran digolongan
menjadi :
1) Metode penyuluhan pertanian yang diterima oleh indra penglihatan, contoh:
poster, film, pemutaran slide
2) Metode penyuluhan pertanian yang diterima oleh indera pendengaran, contoh:
siaran TV/radio, pidato, ceramah, hubungan telepon
3) Metode penyuluhan pertanian yang diterima oleh gabungan beberapa indera,
contoh : demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV, pameran.
2.3 Teknik Penyuluhan
Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti
keprigelan atau keterampilan. Keberhasilan dalam suatu aktivitas penyuluhan
sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang digunakan oleh komunikator.
Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap teknik-teknik
komunikasi di dalam menyampaikan dan menyajikan pernyataan-pernyataan
penyuluhan.
Pengertian tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas
penyuluhan dalam setiap kegiatannya, agar penyampaian materi penyuluhan
dapat efektif dalam menjangkau sasaran khalayak, dalam proses komunikasi
bahwa unsur arus balik merupakan aspek yang sangat penting untuk mengukur
15
sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau respon dari khalayak
sasaran. Bila pesan komunikasi memperoleh tanggapan dari khalayak, maka
dapat dikatakan bahwa apa yang disampaikan itu telah mencapai sasaran karena
pesan yang diterimanya dapat dimengerti dan dipahami. Menurut Effendy (1986),
bahwa sifat hakikat dari komunikasi adalah understanding atau memahami,
sehingga tak mungkin seseorang melakukan kegiatan tertentu tanpa terlebih
dahulu mengerti apa yang diterimanya. Oleh karna itu agar pesan dapat dipahami
dan dimengerti, maka diperlukan keterampilan atau keahlian tertentu dalam
mengelola komunikasi dengan kata lain seseorang komunikator harus menguasai
teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.
Teknik penyuluhan adalah cara-cara atau tahap-tahap kegiatan dalam
melaksanakan suatu metode secara terperinci sehingga metode tersebut efektif dan
efisien. Dilain pihak kegiatan penyuluhan pertanian terlibat dalam proses belajar
mengajar karena penyuluhan termasuk dalam sistem pendidikan non formal.
Sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar, dalam penyuluhan pertanian
menghendaki retensi yang tinggi atau efek yang maksimal. Untuk memperoleh
retensi yang tinggi, setiap audien memerlukan belajar yang berulang. Dengan
demikian teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan -
keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata
simbul dan isi pesan untuk menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian
pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.
16
Mengenai teknik komunikasi ini, Effendy (1986) mengatakan bahwa
teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu;
1) komunkasi informatif 2) komunikasi persuasif 3) komunikasi koersif
2.3.1 Teknik Komunikasi Informatif
Teknik komunikasi informatif adalah proses penyampaian pesan yang
sifatnnya “memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang lain.
Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui
papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa.
Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi
adalah searah (one way communication). Oleh karena itu penggunaan teknik
komunikasi informatif dalam kegiatan penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin
menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap
penting diketahui oleh masyarakat luas. Pada teknik komunikasi ini, pihak
komunikan dapat merasa puas karena bertambahnya pengetahuan teknik
komunikasi semacam ini pada umumnya hanya ingin menyentuh ranah kognisi
dari penerima pesan. Effendy (1986), mengatakan bahwa secara etimologis
komunikasi berarti “pemberitahuan”. Jadi, jika seseorang mengatakan sesuatu
kepada orang lain dan orang itu mengerti dan karenanya menjadi tahu, maka
komunikasi terjadi.
2.3.2 Teknik Komunikasi Persuasi
Istilah persuasi atau dalam bahasa inggris “persuation” berasal dari kata
latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak atau
meyakinkan. Suatu proses komunikasi antarpersonal dimana komunikator
17
berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi
penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang
diinginkan komunikator; Effendy (1986), maka persuasif merupakan suatu
tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar melalui media untuk tujuan
perubahan sikap, perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan
perubahan tindakan.
Pada umumnya komunikasi persuasif bertujuan mengubah prilaku,
kepercayaan dan sikap seseorang dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis
maupun sosiologi dari komunikan yang hendak dipengaruhinya, sehingga
bersedia melakukan tindakan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator.
Komunikasi persuasif dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka,
karena komunikator mengharapkan tanggapan/respon khusus dari komunikan,
contoh dalam kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh menyuluh tentang manfaat
teknologi Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sapi bali, penyuluh tersebut
menggunakan cara-cara pendekatan dengan mendatangkan seorang peternak
sukses untuk menceritakan pengalamannya yang sudah menggunakan teknologi
IB pada ternnak sapi balinya. Kehadiran peternak sukses digunakan sebagai
stimulus (S) agar menumbuhkan respon (R) komunikannya yaitu mengikuti jejak
keberhasilan dari peternak sukses tersebut. Pemanfaatan peternak sukses tersebut
merupakan cara persuasif untuk mengadakan sentuhan manusiawi langsung
kepada individu-invidu yang menjadi sasaran komunikasi.
Menurut proses persuasif, pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam
persuasi apabila memiliki kemampuan mengubah secara psikologis minat atau
18
perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan
menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator.
Kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur
psikologis internal individu sehingga hubungan psikomotorik antara proses
internal yang laten (motivasi, sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang
diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator.
Secara sederhana proses persuasi dapat digambarkan sebagaiberikut :
Gambar 2.1 Proses Persuasi
2.3.3 Teknik Komunikasi Koersif
Komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu
tindakan atau kegiatan tertentu. Jadi teknik komunikasi mengandung sangsi
apabila tidak dilaksanakan oleh si penerima pesan dan akan menanggung
akibatnya.
Komunikasi dapat dilakukan dalam bentuk putusan-putusan, instruksi dan
lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung keharusan dan
kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan.
Pesan – pesan
persuasif
Alternatif proses
psikologi yang
laten
Perubahan yang
terjadi dalam wujud
tindakan
19
2.4 Teknik Penyuluhan FGD
Diskusi grup terarah atau Fokus Group Discusion (FGD) secara sederhana
dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan
terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Menurut Henning dan
Coloumbia (1990), diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok
kecil orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara
halus mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal
yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu. Interaksi
antar peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi. Peserta mempunyai
kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan pernyataan,
menanggapi, berkomentar maupun mengajukan pertanyaan. FGD bertujuan untuk
memperoleh masukan maupun informasi mengenai suatu permasalahan yang
bersifat lokal dan spesifik .
Irwanto (2006) menyebutkan FGD perlu dilaksanakan karena tiga alasan
penting yaitu filosofis, metodologis dan praktis. Secara filosofis, FGD perlu
dilaksanakan karena pengetahuan yang diperoleh bersumber dari berbagai sumber
informasi dengan latar belakang pengalaman tertentu, selain itu proses sebuah
diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan yang
diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti dengan responden. Secara
metodologi bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode
survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting,
data kualitatif yang bermutu dapat diperoleh dalam waktu relatif singkat. Selain
itu FGD dapat menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan lokal serta
20
dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai. Sedangkan secara praktis FGD
memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.
FGD disamping sebagai alat pengumpul data juga sebagai alat untuk
meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-check terhadap berbagai
keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang
digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang
sejenis maupun yang bertentangan (Koentjoro ,2005),
FGD berguna untuk 1) memperoleh informasi yang lebih banyak secara
cepat; 2) mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap
dan perilaku kelompok tertentu; 3) menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih
mendalam dan 4) cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.
2.4.1 Persiapan dan Rancangan FGD
Pelaksanaan FGD memerlukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1)
membentuk tim; 2) memilih tempat dan mengatur tempat; 3) menyiapkan
logistik; 4) menentukan jumlah peserta; 5) rekruitmen peserta.
Tahapan-tahapan dalam persiapan dan rancangan FGD adalah :
1. Membentuk Tim
Tim FGD umumnya mencakup :
a) Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih, memahami masalah yang
dibahas serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (keterampilan
substantif), serta terampil mengelola diskusi (keterampilan proses).
b) Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati
jalannya FGD dan membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi
21
(apakah tetap terarah atau keluar jalur), apakah masih ada pertanyaan
penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD yang terlalu pasif
sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.
c) Pencatat proses/notulen, yaitu orang yang bertugas mencatat inti
permasalahan untuk didiskusikan serta dinamika kelompoknya, umumnya
dibantu dengan alat pencatatan berupa komputer atau laptop
d) Penghubung peserta, yaitu orang yang mengenal person, medan,
menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta, biasanya disebut mitra
kerja lokal di daerah penelitian.
e) Penyedia logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD
berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi,
akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata),
alat dokumentasi, dll.
f) Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen
FGD, memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat
dokumentasi, terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung.
g) Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi,
bloker (penjaga keamanan FGD dari gangguan, misalnya anak kecil, preman,
telepon yang selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang
mengawasi, dsb)
2. Memilih dan Mengatur Tempat
FGD dapat dilakukan di mana saja, dengan tetap memperhatikan tempat
yang netral, nyaman, aman, tidak bising, berfentilasi cukup, dan bebas dari
22
gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen, anak kecil, dsb).
Tempat FGD harus memiliki ruang dan tempat duduk yang memadai (bisa lantai
atau kursi). Posisi duduk peserta harus setengah atau tiga perempat lingkaran,
moderator sebagai fokusnya. Jika ruangan tempat FGD dilakukan terdapat pintu
masuk yang depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh
menghadap pintu tersebut, agar peserta tidak terganggu, seperti terlihat pada
gambar dibawah, Irwanto (2006)
Gambar 2.2 Denah tempat FGD
3. Menyiapkan Logistik
Logistik adalah berbagai keperluan teknis sebelum, selama, dan sesudah
FGD terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi
(audio/video), dan kebutuhan-kebutuhan peserta FGD seperti : transportasi;
properti rehat: alat ibadah, konsumsi (makanan kecil atau makan utama), insentif,
akomodasi (jika diperlukan). Pemberian insentif untuk menarik minat peserta,
sebagai ungkapan terimakasih peneliti karena peserta FGD bersedia meluangkan
waktu dan pikiran. Jika perlu, sejak awal dicantumkan dalam undangan mengenai
insentif apa yang akan diperoleh jika datang dan aktif dalam FGD, umumnya