6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perkerasan Pengertian Perkerasan Jalan merupakan salah satu elemen sengat berpengaruh dalam fasilitas kelancaran pergerakan lalu lintas, yang dimana berfungsi dalam kenyamanan berkendara. 2.2 Konstruksi Perkerasan Jalan Lentur (Flexible Pavement) Konstruksi Perkerasann Jalan Lentur (Flexible Pavement) adalah sebuah perencanaan yang sifatnya memakai komposisi berjenis aspal dengan lapisan permukaan atas dan memiliki bahan agregat sebagai lapisan aspal menurut Gambar 2.1. D1 Lapis Permukaan D2 Lapis Pondasi D3 Lapis Pondasi Bawah Gambar 2.1. Susunan Lapis Perkerasan Jalan Lentur (Sumber : Departemen Pekerjaan Umum SKBI – 2.3.26. 1987) 2.1.1 Lapis Permukaan Fungsi lapisan permukaan antara lain : a. Permukaan perkerasan yang merupakan sebagai penompang atau penahan beban yang melintas. b. Lapisan atas yang memiliki agregat kerapatan untuk mengatasi masuknya air dalam melindungi keawetan perkerasan. c. Sebagai lapisan aus yang merupakan lapisan atas permukaan yang pada hakikatnya sama dengan komposisi untuk lapisan bawah yang memiliki
32
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perkerasan 2.2 ...eprints.umm.ac.id/51369/4/BAB II.pdf · secara maksimal waktu pelaksanaan tambahan. 2.3 Konstruksi Rabat Beton jalan Rabat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perkerasan
Pengertian Perkerasan Jalan merupakan salah satu elemen sengat
berpengaruh dalam fasilitas kelancaran pergerakan lalu lintas, yang dimana
berfungsi dalam kenyamanan berkendara.
2.2 Konstruksi Perkerasan Jalan Lentur (Flexible Pavement)
Konstruksi Perkerasann Jalan Lentur (Flexible Pavement) adalah sebuah
perencanaan yang sifatnya memakai komposisi berjenis aspal dengan lapisan
permukaan atas dan memiliki bahan agregat sebagai lapisan aspal menurut Gambar
2.1.
D1 Lapis Permukaan
D2 Lapis Pondasi
D3 Lapis Pondasi Bawah
Gambar 2.1. Susunan Lapis Perkerasan Jalan Lentur
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum SKBI – 2.3.26. 1987)
2.1.1 Lapis Permukaan
Fungsi lapisan permukaan antara lain :
a. Permukaan perkerasan yang merupakan sebagai penompang atau penahan
beban yang melintas.
b. Lapisan atas yang memiliki agregat kerapatan untuk mengatasi masuknya air
dalam melindungi keawetan perkerasan.
c. Sebagai lapisan aus yang merupakan lapisan atas permukaan yang pada
hakikatnya sama dengan komposisi untuk lapisan bawah yang memiliki
7
kekuatan yang lebih tinggi. Pengguna jenis beraspal diperlukan agar lapisan
dapat menyerap air, disuatu sisi lapisan aus juga dapat mengaliri tegangan -
tegangan tarik, dapat diartikan meningkatkan daya dukung lapisan terhadap
beban beban roda yang ada.
2.1.2 Lapis Pondasi
Adapun fungsi lapisan pondasi sebagai berikut :
a. Sebagai bagian lapisan perkerasan yang di bawah lapisan permukaan untuk
menahan beban roda.
b. Sebagai lapisan pembantu dalam menahan beban lapisan permukaan.
Bahan komposisi dalam lapis pondasi harus kuat dan tahan lama agar dapat
menahan beban-beban roda. Untuk merencanakan lapisan pondasi, diperlukan
adanya penelitian terlebih dahulu untuk dipertimbangkan sehingga perencanaan
lapisan pondasi sesuai dengan beban yang akan melintas.
2.1.3 Lapisan Pondasi bawah
Adapun Fungsi lapisan pondasi bawah sebagai berikut :
a. Lapisan penting sebagai perkerasan yang paling bawah lapisan dasar pada
perkerasan untuk menahan beban roda.
b. Untuk menghemat pengguna bahan material yang relatife lebih murah agar
lapisan – lapisan yang berlebihan mengurangi tebal lapisannya.
c. Untuk merawat dan mengatasi masuknya tanah dasar kedalam lapisan pondasi
agar lebih awet.
d. Lapisan yang di paling bawah untuk menahan beban beban yang diatasnya .
Hal ini berhubung dengan kondisi daya dukung tanah dasar yang lemah dalam
menahan roda – roda atau dengan alat – alat besar dalam kondisi pengaruh cuaca di
damija yang memaksa harus segera menutup tanah dasar.
8
2.1.4 Tanah Dasar
Ketahanan pada daerah perkerasan jalan yang sensitife dari pengaruh daya
dukung tanah dasar. Pada permasalahan ini melibatkan tanah asli antara lain :
a. Deformasi yang terjadi bersifat tetap dikarenakan adanya transformasi
permanen yang datang dari berbagai jenis tanah yang diakibatkan oleh roda
yang melintas pada perkerasan.
b. Mencegah terjadinya sifat penyusut dari tanah yang disebabkan oleh perubahan
kadar air.
c. Daya dukung Tanah yang bersifat jenis tanahnya yang tidak sama dengan tanah
yang tidak rata, pada dasarnya tanah diakibatkan karena sifat, kadar ataupun
akibat perencanaan.
Pembebanan lalu lintas kendaraan diakibatkan oleh roda kendaraan yang melintas
pada permukaan yang menggunkana agregat berbutir kasar yang tidak dipadatkan
secara maksimal waktu pelaksanaan tambahan.
2.3 Konstruksi Rabat Beton jalan
Rabat beton adalah Perkerasan kaku yang tidak terorganisir seperti
perkerasan kaku yang semestinya, perkereasan ini memiliki komposisi yang terdiri
dari semen, pasir dan kerikil tanpa adanya tulangan dan aspal sebagai lapis
permukaan menurut Gambar 2.2
Gambar 2.2. Susunan Lapis Perkerasan Rabat Beton
(Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Pd- T – 2003)
9
2.3.1 Pondasi Bawah
Lapisan Pondasi bawah dapat diperbesar maksimal 60 cm ke luar bahu
jalan perkerasan beton semen. Untuk tanah yang bersifat lempung dan sejenisnya
dapat dilakukan pertimbangan khusus dengan penambahan campuran beton dan
menetukan perlebaran lapisan Pondasi dengan mempetimbangkan tegangan
pengembangan yang akan timbul. Tebal Pondasi bawah minimum yang
disarankan pada Gambar 2.3 dan CBR tanah dasar efektif didapat dari Gambar
2.4 sedangkan nilai koefisien gesekan pada Tabel 2.1
Gambar 2.3. Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Beton Semen
(Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Pd- T – 2003)
Gambar 2.4. CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah
(Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Pd- T – 2003)
10
Tabel 2.1. Nilai Koefisien Gesekan Pemecah Ikatan (µ)
No Lapis Pemecah Ikatan Koefisien Gesekan (µ)
1 Lapis resap ikat aspal di atas permukaan pondasi
bawah 1,0
2 Laburan parafin tipis pemecah ikat 1,5
3 Karet kompon (A chlorinated rubber curing
compound) 2,0
(Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Pd- T – 2003)
2.3.2 Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar dapat dihasilkan melalui pemeriksaan CBR
dengan pengambilan sampel dilakukan dalam penentuan kualitas tanah perkerasan.
2.4 Lalu Lintas
2.4.1 Jumlah Jalur dan Distribusi Kendaraan (C)
Jalur rencana adalah daerah yang milik jalan untuk memisahkan arah dalam
berkendara. Jika batasan jalan tidak didapatkan dalam damija yang diperoleh pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkeras
Lebar Perkerasan (Lp) Jumlah Lajur (m)
Lp < 5,50 m 1 Lajur
5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 2 Lajur
8,25 m ≤ Lp < 11,25 m 3 Lajur
11,25 m ≤ Lp < 15,00 m 4 Lajur
15,00 m ≤ Lp < 18,75 m 5 Lajur
18,75 m ≤ Lp < 22,00 m 6 Lajur
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum SKBI – 2.3.26. 1987)
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang
lewat pada jalur rencana ditentukan menurut Tabel 2.3 :
11
Tabel 2.3 Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Jumlah Lajur
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur
2 lajur
3 lajur
4 lajur
5 lajur
6 lajur
1,00
0,60
0,40
-
-
-
1,00
0,50
0,40
0,30
0,25
0,20
1,00
0,70
0,50
-
-
-
1,00
0,50
0,475
0,45
0,425
0,40
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum SKBI – 2.3.26. 1987)
2.4.2 Lalu Lintas Harian Rencana
Lalu lintas harian rencana, ditentukan hasil analisis perhitungan dari data
volume lalu lintas harian terkini, atau 2 tahun sebelumnya. Untuk perkerasan lentur
dinyatakan dalam Lintas Ekivalen Rencana (LER), dan untuk menentukan yang
dipikul oleh lalu lintas rencana terhadap perkerasan rabat beton semen yang
disimpulkan berdasarkan banyaknya sumbu kendaraan niaga (commercial
vehicle), yang sama dalam bentuk sumbu yang ada pada lajur rencana selama
umur rencana. Bentuk sumbu dalam proses pelaksanaan terdiri atas :
- Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
- Sumbu tunggal roda ganda (STRG).
- Sumbu tandem roda ganda (STdRG).
- Sumbu tridem roda ganda (STrRG).
2.4.3 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Angkak Ekivalen (E) masing – masing golongan beban sumbu (setiap
kendaraan) ditentukan menurut rumus pada Tabel 2.4