BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah ilmu spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang bertujuan agar para pekerja dan masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha prevensif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit umum (Suma’mur, 1967). Status kesehatan seseorang, menurut Blum ditentukan oleh empat faktor yakni : a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik, atau anorganik, logam berat atau debu), biologis (virus, bakteri, mikroorganisme lain) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan dan pekerjaan). b. Perilaku, yang meliputi : sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.
37
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kesehatan Kerjadigilib.unila.ac.id/6691/36/BAB II.pdf · Alat Pelindung Diri 2.4.1 Pengertian Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah ilmu spesialisasi dalam ilmu kesehatan yang
bertujuan agar para pekerja dan masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan
usaha-usaha prevensif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta penyakit umum
(Suma’mur, 1967).
Status kesehatan seseorang, menurut Blum ditentukan oleh empat faktor
yakni :
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik, atau
anorganik, logam berat atau debu), biologis (virus, bakteri,
mikroorganisme lain) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan dan
pekerjaan).
b. Perilaku, yang meliputi : sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.
12
c. Pelayanan kesehatan yang meliputi : promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi.
d. Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi
sebaliknya pekerjaan juga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan
kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian juga status kesehatan
pekerja yang sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya, pekerja yang sehat
memungkinkan tercapainya hasil kerja baik bila dibandingkan dengan pekerja
yang terganggu kesehatannya (Suma’mur, 1967).
Pada tahun 1950 satu komisi bersama ILO dan WHO menyusun
definisi kesehatan kerja. Menurut komisi tersebut kesehatan kerja adalah
merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial
pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya dan layanan tersebut
memerlukan peran serta para manejer dan serikat kerja. Sejumlah kaum
professional terlibat dalam bidang ini seperti Dokter, Ahli Higene Kerja, Ahli
Toksiologi, Ahli Mikrobiologi, Ahli Ergonomi, Perawat, Sarjana Hukum, Ahli
Labotarium, Ahli Epidemiologi, dan Insinyur Keselamatan (Suma’mur, 1967).
Sedangkan tujuan kesehatan kerja menurut Suma’mur adalah sebagai
berikut:
a. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
13
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat
kerja.
c. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatgandaan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
e. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga
manusia.
f. Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan.
g. Dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk industri.
2.2. Dasar Hukum Pengaturan K3 di Indonesia
2.2.1. Undang-undang No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja
Di dalam UU No.1 tahun 1951 tentang Kerja, mengatur tentang
jam kerja, cuti tahunan, cuti hamil, cuti haid bagi pekerja wanita,
peraturan tentang kerja anak-anak, orang muda, dan wanita, persyaratan
tempat kerja, dan lain-lain. Dalam Pasal 16 ayat 1 UU No. 1 Tahun
1951 yang menetapkan, bahwa “Majikan harus mengadakan tempat
kerja dan perumahan yang memenuhi syarat-syarat kebersihan dan
Kesehatan”.
Undang-undang No. 2 tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja,
Undang-Undang Konpensasi Pekerja (Workmen Compensation Law)
14
Undang-undang ini menentukan penggantian kerugian kepada buruh
yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
2.2.2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Dan
Undang- undang Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970
dan menggantikan Veilligheids Reglement pada Tahun 1910 (Stb.
No. 406).
Mengatur tentang syarat-syarat keselamatan kerja, kewajiban
dari pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap undang-undang ini
dan juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Selain Undang-undang tentang Keselamatan Kerja, Pemerintah
telah mengeluarkan regulasi guna mendukung Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
2.2.3. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek
Peraturan ini mengandung empat pokok program, yakni :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
b. Jaminan Kematian
c. Jaminan Hari Tua
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
15
2.3. Konsep Dasar Perilaku
2.3.1. Pengertian Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati. Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku
adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung.
2.3.2. Bentuk Perilaku
Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010)
membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tingkat
pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2007), tercakup
dalam 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
16
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek.
17
2. Sikap
Masih menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap
terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
a. menerima (receiving), yaitu sikap dimana seseorang atau subjek
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
b. menanggapi (responding), yaitu sikap memberikan jawaban atau
tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi
c. menghargai (valuing), yaitu sikap dimana subjek atau seseorang
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus.
Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
atau mempengaruhi orang lain merespon
d. bertanggungjawab (responsible), sikap yang paling tinggi
tindakannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang
diyakininya (Notoatmodjo 2007).
3. Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
18
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
2.3.3. Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness : orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu
2. Interest : orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation : orang mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya
4. Trial : orang mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption : orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,
2007).
2.3.4. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan (health behaviour) adalah respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit,
dan faktor-faktor yang memengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti
lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu
19
perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua
yakni (Notoatmodjo, 2010) :
1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Contoh :
makan dengan gizi seimbang.
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk
memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya.
2.3.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal (lingkungan). Salah satu teori yang terkenal tentang terbentuknya
perilaku adalah ”Teori Precede-Procede” (1991), yaitu teori yang
dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis sejak tahun 1980
(Notoadmojo, 2010).
PRECEDE : Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation. Precede adalah merupakan fase
diagnosis masalah. Sedangkan PROCEDE : Policy, Regulatory,
Organizational Construct in Educational and Environmental Development,
adalah merupakan arahan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi
pendidikan (promosi) kesehatan. Apabila Precede merupakan fase diagnosis
masalah, maka Proceed adalah merupakan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi Promosi Kesehatan (Maine, 2001).
20
2.4. Alat Pelindung Diri
2.4.1 Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri yang disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. Alat pelindung diri wajib diberikan perusahaan kepada para
pekerjanya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan diberikan
secara cuma-cuma. Pengusaha dan pengurus wajib memasang rambu-
rambu peringatan mengenai kewajiban memakai alat pelindung diri di
tempat kerja (Permenaker pasal 1 dan 2, 2010).
Pengusaha dan pengurus harus melakukan manejemen dalam
penggunaan APD pada pekerjanya. Hal tersebut meliputi:
a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan
/kenyamanan pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan (Permenaker, 2010).
21
2.4.2 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia tahun 2010, ada beberapa jenis alat pelindung diri, diantaranya:
a. Alat pelindung kepala
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan
lain-lain.
b. Alat pelindung mata dan muka
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata