10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Mardianty Pongtuluran. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik pembelian terhadap perilaku konsumen di Carrefour Panakkukang Square. Serta untuk mengetahui pengaruh strategi komunikasi pemasaran terhadap perilaku pembeli pada konsumen Carrefour Panakkukang Square. Data dalam penelitian di dapatkan melalui wawancara mendalam dengan 4 orang informan yaitu Pak Yudha seorang karyawan swasta, Pak Armin seorang aktivis LSM, Ibu Rizky Ardiana seorang pegawai BUMN, dan Ibu Wahidah Syamsu seorang ibu rumah tangga, serta melakukan observasi dan studi kepustakaan (library research). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif, dimana teknik analisis data secara deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Carrefour Panakkukang Square berhasil menerapkan keempat karakteristik pembelian yaitu produk, harga dan kualitas serta situasi untuk memepngaruhi perilaku konsumen agar dapat melakukan transaksi pembelian di Carrefour Pnakkukang Square. Selain itu, dapat dikatakan bahwa pengaruh strategi komunikasi pemasran terhadap perilaku memebeli pada konsumen Carrefor Panakkukang Square sangatlah berhasil untuk mempengaruhi konsumen, khususnya dalam hal sales promotion (promosi penjualan) dan Point Of Purchase Communication (Komunikasi d tempat pembelian).
47
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULUrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/192/BAB II... · nilai tambah dari barang dan jasa yang dibuat oleh ... bergantung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mardianty Pongtuluran. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaruh
karakteristik pembelian terhadap perilaku konsumen di Carrefour Panakkukang
Square. Serta untuk mengetahui pengaruh strategi komunikasi pemasaran terhadap
perilaku pembeli pada konsumen Carrefour Panakkukang Square. Data dalam
penelitian di dapatkan melalui wawancara mendalam dengan 4 orang informan
yaitu Pak Yudha seorang karyawan swasta, Pak Armin seorang aktivis LSM, Ibu
Rizky Ardiana seorang pegawai BUMN, dan Ibu Wahidah Syamsu seorang ibu
rumah tangga, serta melakukan observasi dan studi kepustakaan (library
research). Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif
kualitatif, dimana teknik analisis data secara deskriptif melalui pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Carrefour Panakkukang Square
berhasil menerapkan keempat karakteristik pembelian yaitu produk, harga dan
kualitas serta situasi untuk memepngaruhi perilaku konsumen agar dapat
melakukan transaksi pembelian di Carrefour Pnakkukang Square. Selain itu, dapat
dikatakan bahwa pengaruh strategi komunikasi pemasran terhadap perilaku
memebeli pada konsumen Carrefor Panakkukang Square sangatlah berhasil untuk
mempengaruhi konsumen, khususnya dalam hal sales promotion (promosi
penjualan) dan Point Of Purchase Communication (Komunikasi d tempat
pembelian).
11
Penelitian lain dilakukan oleh Lia Natalia yaitu untuk untuk menguji
pengaruh dari lokasi, kelengkapan produk, kualitas, produk, harga, pelayanan,
kenyamanan dalam berbelanja dan promosi secara bersama maupun secara parsial
terhadap minat konsumen untuk berbelanja dan untuk menganalisis variabel
manakah yang paling dominan dalam memengaruhi minat konsumen untuk
berbelanja. Populasi penelitian adalah para pengunjung Giant Hypermarket yang
berada di Kota Bekasi Barat. Sampel penelitian sebanyak 100 responden.
Prosedur pencarian responden dilakukan berdasarkan accidential sampling. Data
penelitian merupakan data primer, dengan kuesioner sebagai instrument
penelitian, yang kemudian diolah dengan perhitungan SPSS. Metode analisis data
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, secara bersama-sama variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas
produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi berpengaruh
terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Secara parsial variabel lokasi,
kelengkapan produk, kualitas produk, harga dan promosi berpengaruh terhadap
minat konsumen untuk berbelanja, sedangkan variabel pelayanan dan kenyamanan
tidah berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Sedangkan
variabel yang paling dominan terhadap minat konsumen untuk berbelanja adalah
promosi.
2.2 RETAIL
Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis, diambil dari kata retailer yang berarti
“memotong menjadi kecil-kecil”. Menurut Gilbert, retail adalah “semua usaha
12
bisnis yang mengarahkan secara langsung kemampuan pemasarannya untuk
memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa
sebagai inti dari distribusi” (2003 : 6). Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris –
Indonesia retail dapat di artikan sebagai “eceran”.
Terkadang orang-orang berpikir bahwa retailing hanya penjualan produk di
toko, namun retailing juga mencakup penjualan jasa seperti praktek dokter,
tukang cukur rambut, dan tempat penyewaan DVD. Retail juga dapat berarti
kegiatan usaha yang menjual produk dan jasa secara langsung kepada konsumen
tanpa melalui perantara.
Perusahaan membutuhkan jasa retailer karena retailer dapat menciptakan
nilai tambah dari barang dan jasa yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Mereka
juga memfasilitasi distribusi barang dan jasa dari pabrik ke konsumen. Penciptaan
nilai tambah dari retailer disebabkan karena retailer dapat (levy : 2009) :
a. Menyediakan berbagai macam jenis barang dan jasa
Karena retailer mengambil barang dari berbagai jenis perusahaan, maka
konsumen dapat mencari bermacam-macam jenis barang di toko retail.
Keanekaragaman jenis barang dan jasa dapat meningkatkan keinginan
konsumen berbelanja di toko tersebut.
b. Menjual dalam jumlah yang sedikit
Untuk mengurangi biaya transportasi, perusahaan mengirim barang ke
retailer dalam jumlah yang besar. Selanjutnya retailer yang akan
membaginya dalam jumlah yang lebih sedikit yang kemudian baru akan
dijual ke konsumen. Konsumen dapat membeli dalam jumlah yang lebih
sedikit dan perusahaan juga dapat menefisiensikan biaya akan distribusi ke
13
konsumen dengan tidak harus mendistribusikan barang dengan jumlah
kuantitas yang sedikit.
c. Menyimpan inventory
Retailer dapat menyimpan barang dengan kuantitas yang cukup agar
konsumen dapat membelinya ketika dibutuhkan. Konsumen dengan
keterbatasan ruang penyimpanan akan kesulitan apabila membeli barang
dalam jumlah banyak seperti daging atau makanan beku. Oleh karena itu,
konsumen tetap dapat menyimpan dalam jumlah sedikit karena mengetahui
bahwa retailer memiliki stok barangnya.
d. Menyediakan jasa penjualan
Retailer menyediakan jasa penjualan seperti penggunaan kartu kredit, hal ini
memungkinkan konsumen untuk membeli barang pada saat ini dan
membayarnya di akhir bulan. Retailer juga memperlihatkan produk yang
membuat konsumen dapat melihat bahkan mencobanya sebelum membeli.
Toko adalah tempat dimana konsumen melakukan pembelian yang terencana
maupun yang tidak terencana (Tirmizi et al, 2009). Toko ini menjual
puluhan bahkan ratusan jenis barang setiap hari, dan konsumen membeli
barang tersebut dengan sebagian dari pendapatan mereka. Konsumen
bergantung kepada pendapatan dan waktu yang mereka keluarkan dalam
melakukan pembelian. Hal ini membuat konsumen akan melakukan
pembelian terencana, apabila konsumen melakukan pembelian secara tidak
terencana maka dapat dikategorikan sebagai pembelian impusif.
14
2.2.1 Tipe-Tipe Retail
Retail dapat dibagi menjadi berbagai jenis, hal yang paling sederhana
untuk membaginya adalah dengan melihat retail mix. Retail mix atau dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai bauran retail adalah empat elemen yang
retailer gunakan untuk menemenuhi kebutuhan konsumen (Levy, 2009).
Keempat elemen itu adalah:
a. Tipe dari barang dagangan (merchandise)
Berbagai jenis barang dagangan membedakan tipe dari retail yang ada,
contoh dari barang dagangan adalah pakaian, sepatu, barang elektronik,
makanan, perhiasan, koper, alat olahraga, dan produk kecantikan
b. Variasi dan jenis barang dagangan (variation and assortment)
Variasi adalah jumlah kategori barang yang retailer sediakan, sedangkan
jenis barang dagangan (assortment) adalah jumlah jenis yang berbeda di
dalam kategori barang dagangan.
c. Jasa yang disediakan
Jasa yang ditawarkan oleh retailer dapat membuat satu retailer berbeda
jenisnya dengan retailer lain. Contoh jasanya adalah penyediaan tempat
parkir, menerima pembayaran dengan kartu kredit, menerima perbaikan,
menerima pengembalian barang, jasa pengiriman, dan jasa membungkus
kado. Terkadang agar konsumen menikmati jasa ini, retailer menuntut
pembayaran.
d. Harga
Harga juga menjadi penentu jenis dan tipe dari retail, harga dapat dibagi
menjadi rendah, rata-rata, dan tinggi. Harga juga dapat berubah apabila
15
terdapat discount atau potongan harga, bisa juga karena ada suatu
kejadian hari atau keadaan khusus seperti lebaran, natal, dan tahun baru.
Dari variabel-variabel diatas maka retail dapat dibagi jenisnya menjadi:
1. Food Retailer
Food retailer terbagi lagi menjadi:
a. Supermarket, adalah toko yang menyediakan makanan seperti sayur
mayur, daging, dan produk yang tidak berupa makanan seperti alat
kecantikan, obat-obatan namun dengan jumlah yang terbatas. Contohnya
adalah HERO
b. Supercenter, adalah toko yang besar (150.000 – 220.000 m2) yang
mengkombinasikan supermarket dengan toko diskon. Contohnya adalah
Hari-Hari
c. Warehouse Club, adalah retailer yang memberikan jenis makanan,
barang kebutuhan sehari-hari, yang terbatas namun dengan harga yang
murah. Biasanya diperuntukan untuk dijual kembali. Contohnya adalah
MAKRO.
d. Convenience Store, adalah toko yang menyediakan jenis barang
dagangan yang terbatas yang dibangun diatas lahan yang luasnya hanya
2000-3000 m2. Contohnya adalah minimarket seperti Alfa.
2. General Merchandise Retailer
Terbagi menjadi:
a. Department Store, adalah retailer yang memiliki banyak jenis dan
kategori dari barang dagangannya, menyediakan pelayanan konsumen,
dan mengatur toko mereka menjadi berbagai macam departemen yang
16
memperlihatkan masing-masing barangnya. Contohnya adalah Metro,
Sogo, dan Debenhams.
b. Full-Line Discount Store, adalah retailer yang menyediakan berbagai
jenis barang dengan harga murah namun terbatas jumlahnya. Toko
diskon menyediakan berbagai jenis barang dari produk lokal sampai
produk internasional. Barang yang dijual tidak terlalu mengikuti fashion,
tidak seperti di department store.
c. Specialty Store, adalah toko yang fokus pada barang yang memiliki
kategori terbatas, toko ini juga menyediakan pelayanan yang sangat
baik. Contoh dari specialty store adalah Victoria‟s Secret, The Gap,
Tiffany & Co. dan Mango.
d. Drugstores, adalah toko yang hanya berkonsentrasi pada penjualan obat
dan alat kesehatan untuk pribadi. Barang di toko obat dapat di beli
dengan bebas namun ada yang memerlukan resep dokter untuk
membelinya. Contoh dari toko ini adalah apotik, century.
e. Category Specialist, adalah toko yang menjual barang dengan kategori
tertentu namun sangat banyak jenisnya. Contohnya adalah Toy „R‟ Us
dimana hanya menjual mainan namun jenisnya sangat banyak sekali.
Contoh lainnya adalah Office 2000 yang hanya menjual alat perkantoran
namun dengan jenis yang beragam.
f. Extreme Value Retailer, adalah toko kecil yang menjual jenis barang
yang terbatas namun dengan harga murah. Barang yang dijual tidak
terlalu banyak jenisnya namun biasanya harga yang ditawarkan sangat
17
murah. Contoh yang pernah ada yaitu Valu$ yang pernah menetapkan
harga di tokonya untuk semua barang hanya Rp.5000.
g. Off-Price Retailer, adalah toko yang menawarkan barang dengan harga
murah namun harga barang tersebut dapat berubah-ubah. Contoh dari
jenis toko ini adalah factory outlet yang sekarang menjamur di Bandung
dan Jakarta.
3. Nonstore Retailer
Nonstore retailer adalah retailer yang tidak memiliki toko, terbagi menjadi:
a. Electronic Retailer, dapat disebut juga online retailer, yaitu format retail
dimana retailer berkomunikasi dengan konsumen dan menawarkan
produk sampai pada prosess pembayaran melalui jasa internet. Contoh
dari tipe retailer ini adalah E-Bay dan Amazon.com.
b. Catalog and Direct-Mail Retailer, yaitu format retail yang tidak
memiliki toko, dimana penjual berkomunikasi ke konsumen melalui
catalog, surat, atau brosur.
c. Direct Selling, yaitu format penjualan dimana tenaga penjual
menghubungi langsung calon konsumen dan bertemu di kantor atau di
rumah calon pembeli. Mendemonstrasikan kelebihan produk yang akan
dijual, menerima pesanan, dan mengirimkan produk yang dipesan.
Contoh dari tipe ini adalah Amway dan Tiansi.
d. Television Home Selling, yaitu penjualan yang dilakukan oleh retailer
melalui media televisi. Contoh yang tepat untuk retailer tipe ini adalah
DRTV yang mempromosikan produknya melalui media televisi yang
dapat dipesan langsung melalui telepon.
18
e. Vending machine Retailing, adalah konsep retail yang menggunakan
mesin untuk menjual produknya. Pembeli hanya perlu memasukkan
sejumlah uang ke dalam mesin sesuai harga barang yang ingin dibeli.
Selanjutnya mesin akan mengeluarkan barang tersebut. Biasanya jenis
barang yang memakai vending machine adalah minuman dan makanan
ringan.
4. Service Retailing
Tipe retail ini adalah toko yang menyediakan jasa kepada konsumen,
contohnya adalah dokter, cukur rambut, tempat les, sekolah, dan tempat fitness.
Namun bukan berarti jenis tipe retail seperti ini hanya khusus jasa saja, mereka
juga menawarkan barang juga walaupun dengan jumlah sedikit. Kita ambil contoh
seperti perusahaan penerbangan, mereka menjual jasa dalam pelayanannya agar
konsumen sampai ditujuan dengan selamat dan puas. Namun mereka juga menjual
merchandise dalam perjalanan, seperti miniatur pesawat, permainan anak, bahkan
kaos.
2.3 STRATEGI PEMASARAN
Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan
dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah
perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah
serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.” Sehingga dalam menjalankan usaha
kecil khususnya diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya.
Karena pada saat kondisi kritis justru usaha kecil lah yang mampu memberikan
19
pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat. Pemasaran Menurut W.Y.Stanton
pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan
tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan
kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Berdasarkan definisi di atas, proses
pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Yang
akhirnya pemasaran memiliki tujuan yaitu :
1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan
perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang
dihasilkan.
2. Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai
kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi
produk, pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen, sampai
pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara cepat.
3. Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk
cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.
Pada umumnya kegiatan pemasaran berkaitan dengan koordinasi beberapa
kegiatan bisnis. Strategi pemasaran ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan
masyarakat
2. Faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik
dan sosial/budaya.
20
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pemasaran : Dari
sudut pandang penjual :
1. Tempat yang strategis (place),
2. Produk yang bermutu (product),
3. Harga yang kompetitif (price), dan
4. Promosi yang gencar (promotion).
Dari sudut pandang konsumen :
1. Kebutuhan dan keinginan konsumen (customer needs and wants),
2. Biaya konsumen (cost to the customer),
3. Kenyamanan (convenience), dan
4. Komunikasi (comunication).
Dari apa yang sudah dibahas di atas ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, bahwa pembuatan produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen
harus menjadi fokus kegiatan operasional maupun perencanaan suatu perusahaan.
Pemasaran yang berkesinambungan harus adanya koordinasi yang baik dengan
berbagai departemen (tidak hanya di bagian pemasaran saja), sehingga dapat
menciptakan sinergi di dalam upaya melakukan kegiatan pemasaran.
2.4 KONSEP DASAR KOMUNIKASI
Terkait dengan penelitian dalam skripsi ini, proses penyampaian pesan dari
manajemen ritel kepada konsumen tidak berjalan dengan sederhana. Untuk
mencapai tujuan, pesan dapat diterima dan dijalankan oleh konsumen. Pihak
manajemen ritel harus menggunakan berbagai macam cara, karena untuk
mengenali perilaku konsumen tidaklah mudah. Kadang mereka terus terang
21
menyatakan kebutuhan dan keinginanya, namun sering pula mereka bertindak
sebaliknya. Mungkin mereka tidak memahami motivasi mereka secara lebih
mendalam, sehingga mereka sering pula bereaksi untuk mengubah pikiran mereka
pada menit-menit terakhir sebelum akhirnya melakukan keputusan pembelian.
Untuk itu, para pemasar perlu mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan
perilakunya dalam berbelanja. Studi seperti ini diperlukan bagi para pemasar
untuk mempersiapkan seperangkat kebijakan pemasarnnya seperti pengembangan
produk beserta ciri-cirinya, harga, saluran distribusi, penyampaian pesan
periklananya dan unsur-unsur dari bauran pemasaran.
Karena pentingnya proses penyampaian pesan terhadap konsumen, kita
harus mempelajari Ilmu Komunikasi yang pada dasarnya bertujuan agar pesan
dari komunikator bisa diterima oleh komunikan, dimengerti dan ditanggapi sesuai
dengan tujuan pesan itu disampaikan. Untuk memahami pengertian komunikasi
sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Lasswell dalam karyanya, Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? (Effendi, 1990: 10)
2.4.1 Pengertian Komunikasi
Ilmu komunikasi sendiri memiliki beberapa definisi oleh para ahli,
diantaranya (Setiadi, 2008: 239-240):
Menurut Cooley komunikasi berarti mekanisme yang mengadakan
hubungan antara manusia dan yang mengembangkan semua lambing dari
22
pikiran, bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan
(space) serta menyediakan tepat waktunya.
Menurut Hovland “Ilmu Komunikasi adalah suatu sistem yang
berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk yang tepat mengenai hal
memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap”.
Sedangkan mengenai komunikasi Carl I. Hovland mengemukakan
“Komunikasi adalah proses dimana seorang individu (komunikator)
mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk
merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan)”.
Albig mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengoperan
lambing-lambang yang berarti di antara individu-individu.
Menurut Berry istilah “communication” berasal dari perkataan latin
“communicate” artinya to talk together, conver, discourse and consult with
another yang kira-kira artinya berunding. Selanjutnya Sir Geral Berry
mengemukakan bahwa dengan komunikasi orang memperoleh pengetahuan,
informasi dan pengalaman, karena itu saling mengerti, percakapan,
keyakinana kepercayaan, dan control sangat diperlukan.
Dari defenisi-defenisi yang penulis uraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep dasar komunikasi meliputi proses, tujuan, akibat dan hasil
komunikasi.
2.4.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau dudukung oleh adanya sumber, pesan,
23
media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga di sebut elemen atau
komponen komunikasi.
Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau
elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa
terciptanya proses komunikasi, cukup didukung tiga unsur, sementara ada
yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang
telah di sebutkan.
Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media