5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian ini studi literatur merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa jurnal, buku, majalah, artikel, atau dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut : 1. Evaluasi Tata Kelola Sistem Informasi Akademik Berbasis COBIT 5 di Universitas Pendidikan Ganesha (Lanang, Aditya, Benyamin, & Irya : 2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kematangan tata kelola teknologi informasi (TI) dalam penerapan layanan sistem informasi akademik (SIAK) di Universitas Pendidikan Ganesha. Metode yang digunakan adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif menggunakan instrumen kuesioner, wawancara, dan studi dokumen. Fokus penelitian ini pada beberapa domain COBIT 5 meliputi EDM4, APO7, dan BAI4. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kematangan tata kelola teknologi informasi dalam layanan sistem informasi akademik di Universitas Pendidikan Ganesha adalah 2,79 berada dalam tingkat 3 yang bermakna bahwa pengelolaan teknologi informasi dilakukan secara established. Kekurangan pada penelitian ini adalah belum melakukan evaluasi tata kelola TI dalam layanan SIAK Undiksha dengan COBIT 5 domain yang berbeda [2]. 2. Desain Tata Kelola Sampah Menuju Smart City Menggunakan Paradigma Model Prototype Berbasis Green Technology (Tri Suswanto Saptadi, Ferdinandus Sampe, Phie Chyan: 2019) Penelitian ini bertujuan untuk memberikan evaluasi dalam meningkatkan pelayanan melalui kontribusi Teknologi Informasi (TI) dengan membuat tata kelola sampah dalam rangka Kota Makassar menuju smart city. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan paradigma model prototype berbasis green technology.
22
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian ini studi literatur merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti untuk melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa
jurnal, buku, majalah, artikel, atau dokumen yang relevan dengan permasalahan
yang dikaji. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut :
1. Evaluasi Tata Kelola Sistem Informasi Akademik Berbasis COBIT 5 di
Universitas Pendidikan Ganesha (Lanang, Aditya, Benyamin, & Irya :
2015)
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kematangan tata
kelola teknologi informasi (TI) dalam penerapan layanan sistem informasi
akademik (SIAK) di Universitas Pendidikan Ganesha.
Metode yang digunakan adalah metode campuran kuantitatif dan
kualitatif menggunakan instrumen kuesioner, wawancara, dan studi dokumen.
Fokus penelitian ini pada beberapa domain COBIT 5 meliputi EDM4, APO7,
dan BAI4.
Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kematangan tata kelola
teknologi informasi dalam layanan sistem informasi akademik di Universitas
Pendidikan Ganesha adalah 2,79 berada dalam tingkat 3 yang bermakna
bahwa pengelolaan teknologi informasi dilakukan secara established.
Kekurangan pada penelitian ini adalah belum melakukan evaluasi tata kelola
TI dalam layanan SIAK Undiksha dengan COBIT 5 domain yang berbeda [2].
2. Desain Tata Kelola Sampah Menuju Smart City Menggunakan Paradigma
Model Prototype Berbasis Green Technology (Tri Suswanto Saptadi,
Ferdinandus Sampe, Phie Chyan: 2019)
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan evaluasi dalam
meningkatkan pelayanan melalui kontribusi Teknologi Informasi (TI) dengan
membuat tata kelola sampah dalam rangka Kota Makassar menuju smart city.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan paradigma model prototype berbasis green technology.
6
Paradigma model prototype memiliki lima tahap yaitu communication, quick
plan, modeling quick design, construction of prototype, dan deployment
delivery and feedback [3].
3. Rancang Bangun Aplikasi Pemesanan Air Bersih Berbasis Android
Dengan Menggunakan Model Prototype (Mariano Do Rosario Pinto,
Wahyu Widodo, Andy Rachman: 2020)
Penelitian ini memiliki focus untuk melakukan rancang bangun
aplikasi untuk memesan air bersih dengan menggunakan android. Aplikasi
yang dibuat bertujuan agar user/pengguna dari kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS) provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk dapat membeli
produk air bersih.
Metode yang digunakan yaitu model prototype, dipilihnya metode
tersebut dikarenakan model prototype menjadikan pengguna turut untuk ikut
serta dalam pembuatan aplikasi. Pengguna ikut serta dalam pembuatan
aplikasi dengan cara memberikan keterangan keterangan yang dibutuhkan
dalam aplikasi yang dibuat sehingga dapat sesuai dengan keinginan dari
pengguna [4].
4. Pengembangan Aplikasi Web Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dengan
Model Prototyping (Erfina Latuconsina, Bayu Priyambadha, Herman
Tolle: 2019)
Penelitian ini berfokus untuk melakukan pengembangan aplikasi
website untuk mengelola alokasi dana desa. Hal tersebut bertujuan
mempermudah proses pengawasan penggunaan alokasi dana desa dikarenakan
semua laporan keuangan, laporan pemakaian dana dan kegiatan desa akan
diinputkan ke website dan dapat langsung dicek oleh pengawas keuangan.
Metode yang digunakan dalam pembangunan website pengelolaan
alokasi dana desa yaitu model prototyping. Manfaat menggunakan
prototyping maka dapat dilihat bagaimana rancangan tampilan dari sistem
perangkat lunak yang akan dibuat dan menemukan solusi untuk permasalahan
sistem [5].
7
5. Mapping IT Governance to Software Development Process : From COBIT
5 to GI-Tropos GI-Tropos (Vu H A Nguyen, Manuel Kolp, Yves Wautelet,
& Samedi Heng : 2018)
Penelitian ini menyajikan tentang memetakan prinsip prinsip tata kelola
TI dari kerangka kerja COBIT 5 kepada perangkat lunak yang didorong oleh
persyaratan persyaratan seperti GI Tropos mengusulkan tata kelola dan
manajemen aturan untuk pengembangan perangkat lunak.
Pada penelitian ini menggunakan metode EDM (Evaluate, Direct, and
Monitoring), perbedaannya dengan penelitian ini adalah metode yang
digunakan yakni dengan menggunakan metode DSS dengan COBIT 2019 [6].
8
Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya
KATEGORI
PENELITIAN SEBELUMNYA
Noor Maya
(2020)
Lanang,
Raditya,
Benyamin &
Irya
2015
Tri Suswanto Saptadi,
Ferdinandus Sampe,
Phie Chyan
2019
Mariano Do
Rosario Pinto,
Wahyu Widodo,
Andy Rachman
2020
Erfina
Latuconsina,
Bayu
Priyambadha,
Herman Tolle
2019
Nguyen, Manuel,
Yves, & Samedi
2018
Judul
Evaluasi tata
kelola teknologi
informasi dengan
framework
COBIT 5 di
kementerian
esdm
(studi kasus pada
pusat data dan
teknologi
informasi esdm)
Desain Tata Kelola
Sampah Menuju
Smart City
Menggunakan
Paradigma Model
Prototype Berbasis
Green Technology
(studi kasus pada
pusat data dan
teknologi informasi
kota Makassar)
Rancang Bangun
Aplikasi
Pemesanan Air
Bersih Berbasis
Android Dengan
Menggunakan
Model Prototype
(studi kasus pusat
data dan teknologi
informasi
kabupaten TTS)
Pengembangan
Aplikasi Web
Pengelolaan
Alokasi Dana
Desa Dengan
Model
Prototyping
Mapping IT
Governance to
Software
Development
Process : From
COBIT 5 to GI-
Tropos GI-Tropos
Implementasi
sistem penilaian
kapabilitas tata
kelola TI
berbasis
framework
COBIT 2019
menggunakan
metode
prototyping
Metode
COBIT 5
domain EDM4,
APO7, dan BAI4
Model Prototype Model Prototype Model
Prototyping
COBIT 5 dengan
domain EDM
COBIT 2019
dengan domain
BAI
Objek
Penelitian
Sistem informasi
akademik di
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Sistem informasi di
Kota Makassar
Sistem informasi di
Kabupaten Timor
tengah Selatan
(TTS)
Sistem informasi
alokasi dana desa
Memetakan tata
kelola TI &
kendala perangkat
lunak
Tata Kelola TI
di IT Telkom
Purwokerto
9
Tabel 2.1 ini merupakan rangkuman dari data jurnal yang telah dijelaskan di
atas sebagai referensi. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk tabel agar dapat
mempermudah dalam membaca dan menggali informasi lebih dalam mengenai
penelitian ini.
2.2 Landasan Teori
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang relevan dengan
pembuatan makalah, sebagai berikut :
2.2.1 Metode Prototyping
Prototype adalah versi awal dari sistem perangkat lunak yang digunakan
untuk menunjukkan konsep, coba opsi desain, dan cari tahu lebih lanjut tentang
masalah dan kemungkinannya solusi. Pengembangan prototype yang cepat dan
iteratif sangat penting sehingga membutuhkan pengendalian biaya dan pemangku
kepentingan sistem dapat bereksperimen dengan prototype di awal proses perangkat
lunak.
Gambar 2. 1 Metode Prototyping
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa metode prototyping dibagi menjadi tiga yaitu
dimulai dengan mendengarkan kebutuhan dan masukan dari pengguna kemudian
membangun perancangan sistem (mockup) lalu yang terakhir akan ada pengujian
sistem oleh pengguna, penjelasan lebih lengkap sebagai berikut:
10
1. Listen to customer paradigma prototyping dimulai dengan pengumpulan
persyaratan. Pengembang dan pelanggan bertemu dan menentukan tujuan
keseluruhan untuk perangkat lunak, mengidentifikasi persyaratan apapun
yang diketahui, dan garis besar area di mana definisi lebih lanjut wajib.
2. Build or revise mockup, "desain cepat" kemudian terjadi. Desain cepat
berfokus pada representasi aspek-aspek perangkat lunak yang akan terlihat
oleh pelanggan
3. Customer test drive mockup, mockup yang sudah dibangun pengembang
kemudian dilakukan proses kroscek oleh pelanggan apakah sistem sudah
mencakup batasan persyaratan yang sudah ditentukan di awal [7].
2.2.2 Pengertian Sistem
Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur yang saling
berhubungan untuk melakukan suatu kegiatan menyelesaikan suatu sasaran
tertentu. Sistem juga dapat dikatakan sebagai seperangkat komponen yang saling
berhubungan dan saling bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan, terdiri dari
unsur-unsur dan masukan (input), pengolahan (process), serta keluaran (output).
Jika dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan manfaat dalam
mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat dipastikan bukan bagian
dari sistem [8][9].
2.2.3 IT Governance
IT Governance merupakan istilah yang menguraikan bagaimana suatu
organisasi mengendalikan dan mengurus sumber daya TI dengan
mempertimbangkan TI dalam pengawasan, monitoring, kendali, dan petunjuk
terhadap sumber daya TI dan bagaimana TI diterapkan di dalam entitas yang akan
mempunyai suatu dampak yang besar terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan
strategis suatu organisasi. Menurut ISACA (2000) , IT Governance adalah struktur
yang terbentuk, hubungan dan proses untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan cara menambahkan
nilai melalui penyeimbangan antara resiko dan hasil pada TI dan prosesnya [6].
2.2.4 Tata Kelola Teknologi Informasi
Dijelaskan bahwa Tata kelola TI merupakan bagian dari pengelolaan
perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari kepemimpinan dan struktur
11
organisasi dari proses yang ada untuk memastikan kelanjutan organisasi dan
pengembangan strategi serta tujuan organisasi. Tata kelola perusahaan merupakan
juga dapat dikatakan sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan entitas-
entitas pada suatu perusahaan. Berdasarkan definisi tata kelola TI dari IT
Governance Institute (ITGI) dikemukakan bahwa tata kelola teknologi informasi
adalah tanggung jawab dari dewan direksi dan manajemen eksekutif, oleh
karenanya tata kelola teknologi informasi harus merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari tata kelola perusahaan.
Ketergantungan bisnis akan suatu teknologi informasi telah membuatnya
tidak dapat menyelesaikan isu tata kelola perusahaan tanpa adanya pertimbangan
terhadap teknologi informasi. Sebagai gantinya teknologi informasi dapat
mempengaruhi peluang strategi dan menghasilkan kritik atas perencanaan strategis
yang telah dibuat [10].
Tata kelola teknologi informasi memiliki beberapa tools, salah satunya adalah
COBIT. Control Objective for Information and Related Technology atau yang lebih
dikenal dengan COBIT merupakan suatu panduan standar praktik manajemen
teknologi informasi. Standar COBIT dikeluarkan oleh IT Governance Institute
(ITGI) yang merupakan bagian dari ISACA. Berdasarkan permasalahan yang
dihadapi, penelitian akan berfokus kepada domain BAI (Build, Acquire and Asses)
[11].
Pengelolaan TI yang baik akan menjamin efisiensi dan pencapaian kualitas
layanan yang baik bagi tujuan organisasi. Dengan adanya tata kelola TI di sebuah
organisasi maka diharapkan dapat menjamin bahwa semua kegiatan bidang TI
memang ditujukan untuk mendukung tercapainya tujuan dari organisasi tersebut
[12].
2.2.5 Pengertian COBIT
Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) telah
menjadi standar global untuk IT Governance, dibuat oleh ISACA dan ITGI pada
tahun 1996 [8]. COBIT pertama kali dirilis pada tahun 1996 yaitu COBIT versi 1.
Pada tahun 1998, versi 2 dirilis dengan penambahan Management Guidelines. Pada
tahun 2000, versi 3 dirilis. Pada bulan Desember tahun 2005, versi 3 dirilis dan pada
bulan Mei tahun 2007, versi 4.1 yang merupakan revisi dirilis. COBIT 5 dirilis pada
12
bulan Juni tahun 2012. COBIT 2019 ini merupakan COBIT terbaru yang telah
dirilis pada bulan April tahun 2019. COBIT sendiri adalah kerangka IT Governance
yang ditujukan kepada manajemen, staf pelayanan TI, control departement, fungsi
audit dan lebih penting lagi bagi 7 pemilik proses bisnis (business process owners),
untuk memastikan confidentiality, integrity dan availability data serta informasi
sensitif dan kritikal [13].
COBIT (Control Objective for information related Technology)
mengintegrasikan praktik-praktik yang baik dalam mengelola teknologi Informasi
(TI) dan menyediakan kerangka kerja untuk tata kelola TI yang dapat membantu
pemahaman dan pengelolaan dan pengelola risiko serta memperoleh keuntungan
terkait dengan TI. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan COBIT.
a. Penyelarasan yang lebih baik, berdasarkan pada fokus bisnis.
b. Dapat dipahami oleh manajemen tentang hal yang dilakukan TI.
c. Tanggung jawab dan kepemilikan yang jelas didasari orientasi proses.
d. Dapat diterima secara umum di antara pihak ketiga dan pembuat aturan.
e. Berbagi pemahaman antara pihak yang berkepentingan, didasarkan pada
sebuah bahasa yang sama.
f. Pemenuhan kebutuhan sebagai pelengkap COSO (Committee of
Sponsoring Organisations of the Treadway Commission) untuk
lingkungan kendali TI [14].
2.2.6 Framework
Saat ini penggunaan framework pada implementasi tata kelola organisasi atau
instansi dibutuhkan dalam mencapai tujuan, beberapa framework yang biasa
digunakan dalam implement tata kelola seperti ISO 27000, COBIT (Control
Objectives for Information and Related Technology), ITIL (Information
Technology Infrastructure Library), dan masih ada framework lainnya yang biasa
digunakan dalam mengelola sebuah organisasi atau perusahaan. Pemilihan
framework yang tepat untuk penyelesaian suatu permasalahan merupakan salah satu
faktor utama dalam peningkatan kinerja layanan TI dalam suatu organisasi maupun
instansi.
Framework COBIT dipilih dikarenakan COBIT memiliki cakupan tata kelola
yang lebih luas dibandingkan dengan framework yang lain. Pemilihan kerangka
13
kerja COBIT tidak hanya cakupan yang luas namun juga disebabkan oleh beberapa
faktor lain yang menjadi keunggulannya dibanding dengan framework yang lain
yaitu
a. memiliki konsep searah dengan pengelolaan perusahaan
b. mempunyai definisi yang cukup, rinci, dan terarah untuk pengelolaan
sebuah perusahaan
c. mempunyai konsep keterkaitan kausal yang erat, sehingga lebih mudah
untuk mengarahkan perusahaan dari sasaran teknis ke strategis dan
sebaliknya serta mampu menelusuri masalah dari lingkup yang besar ke
lingkup yang kecil [15].
2.2.7 Audit
Audit sistem informasi (SI) dan teknologi informasi (TI) merupakan suatu
proses pengumpulan dan evaluasi bukti untuk menentukan apakah sistem informasi
dapat melindungi aset dan teknologi informasi yang ada telah memelihara integritas
data sehingga keduanya dapat berfokus pada pencapaian tujuan bisnis yang efektif
dengan menggunakan sumber daya secara efektif serta efisien. Karena itu, aktivitas
audit perlu dilakukan dalam mengukur dan memastikan kesesuaian pengelolaan
baik sistem maupun teknologi informasi dengan standar yang berlaku pada suatu
organisasi atau perusahaan, sehingga perbaikan dapat dilakukan dengan lebih
berfokus kepada rangka perbaikan yang berkelanjutan. Audit teknologi informasi
merupakan salah satu bentuk audit operasional, namun saat ini audit teknologi
informasi sudah dikenal sebagai satuan jenis audit tersendiri yang memiliki tujuan
utama untuk dapat meningkatkan tata kelola IT.
Beberapa alasan penting mengapa audit SI/TI perlu dilakukan, antara lain
adalah karena:
1. Kerugian Akibat Kehilangan Data
2. Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan
3. Risiko Kebocoran Data
4. Penyalahgunaan Komputer
5. Kerugian Akibat Kesalahan Proses Perhitungan
6. Tingginya Nilai Investasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak.
14
Auditing adalah suatu proses evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem,
proses, atau produk. Tahap auditing diterapkan guna menghilangkan segala keragu
raguan yang ada pada suatu perusahaan terhadap sistem, proses, atau produk yang
telah diterapkan didalam perusahaan.
Auditing memiliki bidangnya sendiri-sendiri, mulai dari teknologi informasi,
akuntansi, lingkungan, keuangan, dan sebagainya. COBIT merupakan salah satu
framework yang sering digunakan oleh para auditor terutama auditor teknologi
informasi. Ini karena COBIT dapat dipakai sebagai alat yang komprehensif untuk
menciptakan tata kelola teknologi informasi pada suatu perusahaan [16].
2.2.8 Prinsip Kerja COBIT 2019
Sumber: ISACA, 2019
Gambar 2. 2 Prinsip Kerja COBIT 2019
Pada COBIT 2019 seperti pada gambar 2.2 memiliki tujuh enabler sebagai
komponen tata kelola TI, yaitu sebagai berikut.
1. Proses
2. Struktur Organisasi
3. Prinsip – prinsip, kebijakan dan kerangka kerja
4. Informasi
5. Kultur, etik, dan kebiasaan
6. SDM, keterampilan dan kompetensi
7. Layanan, infrastruktur dan aplikasi.
15
Beberapa obyektif baru yang terdapat pada COBIT 2019 yang belum ada