Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian Morfologi Kajian morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya, bentuk bahasanya, pengaruh perubahan bentuk bahasa pada fungsi dan arti kata, serta mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan keitairon dan morfem disebut keitaiso. Morfem ( keitaiso ) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak dapat dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih Dalam konsep ini morfologi dilihat sebagai studi yang mempermasalahkan struktur kata. Dengan berkembangnya aliran strukturalis dan generatif doktrin pemisahan tataran dalam analisis memudar dan selanjutnya berkembang ke arah doktrin keterkaitan tataran pada suatu fokus analisis yang dinyatakan oleh Katamba (1993: 3-16). Dengan demikian analisis morfologis yang dikaitkan dengan aspek- aspek linguistik lain seperti fonologi, sintaksis dan semantik akan memungkinkan kajian fenomena morfologis yang lebih komprehensip. Tambahan lagi menurut Katamba (1993:19) menyatakan bahwa Morfologi adalah suatu "study of word structure" Universitas Sumatera Utara
61

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Dec 31, 2016

Download

Documents

Dung Tien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi

2.1.1. Pengertian Morfologi

Kajian morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang

kata dan proses pembentukannya, bentuk bahasanya, pengaruh perubahan bentuk

bahasa pada fungsi dan arti kata, serta mengidentifikasikan satuan-satuan dasar

bahasa sebagai satuan gramatikal.

Istilah morfologi dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan keitairon dan

morfem disebut keitaiso. Morfem ( keitaiso ) merupakan satuan bahasa terkecil yang

memiliki makna dan tidak dapat dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih

Dalam konsep ini morfologi dilihat sebagai studi yang mempermasalahkan

struktur kata. Dengan berkembangnya aliran strukturalis dan generatif doktrin

pemisahan tataran dalam analisis memudar dan selanjutnya berkembang ke arah

doktrin keterkaitan tataran pada suatu fokus analisis yang dinyatakan oleh Katamba

(1993: 3-16). Dengan demikian analisis morfologis yang dikaitkan dengan aspek-

aspek linguistik lain seperti fonologi, sintaksis dan semantik akan memungkinkan

kajian fenomena morfologis yang lebih komprehensip. Tambahan lagi menurut

Katamba (1993:19) menyatakan bahwa Morfologi adalah suatu "study of word

structure"

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

kecil lagi. Koizumi (1993:89) menyatakan’keitairon wa gokei no bunseki ga chuusin

to naru’ (morfologi adalah satu bidang ilmu yang meneliti pembentukan kata).

Karena itu tentu saja selalu terkait dengan kata dan terutama sekali dengan morfem).

Batasan dan ruang lingkup morfologi dalam bahasa Jepang yaitu kata (tango),

morfem (keitaiso) dan jenisnya, alomorf (ikeitai), pembentukan kata (gokeisei),

imbuhan (setsuji), perubahan bentuk kata (katsuyoukei), dan sebagainya.

2.1.2. Morfem Bahasa Jepang (Keitaisou)

Salah satu objek yang dipelajari dalam morfologi yaitu morfem. Menurut

Akmajian dkk (1984:58) dalam Ba’dulu dan Herman (2005:7) menyatakan bahwa

morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan kata dalam suatu bahasa yang tidak

dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang bermakna atau yang dapat

dikenal.

Istilah morfem dalam bahasa Jepang disebut keitaisou ( 形態素 ). Menurut

Sutedi (2003:41) bahwa morfem ( keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang

memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi dalam satuan makna yang lebih kecil

lagi dan juga menegaskan akan morfem bahasa Jepang dengan mengatakan bahwa

salah satu keistimewaan morfem bahasa Jepang, yaitu lebih banyak morfem

terikatnya dibanding dengan morfem bebasnya.

Koizumi (1993:90) juga mengungkapkan pengertian dari morfem adalah

satuan bahasa terkecil yang masih mempunyai makna. Satuan bahasa terkecil disini

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

merupakan adanya pelekatan makna khusus dengan ujar yang dihasilkan melalui

proses fonemis).

Pengertian morfem dinyatakan oleh Cahyono (1995:140) bahwa morfem

adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya relatif stabil dan maknanya tidak dapat

dibagi atas bagian bernakna yang lebih kecil. Dalam bahasa Jepang juga demikian.

Misalnya kata ’daigaku’ (universitas) yang terdiri dari dua satuan yaitu ’dai’

dan ’gaku’. Kedua satuan tersebut tidak dapat dipecahkan lagi menjadi satuan yang

lebih kecil yang mengandung makna dan arti. Satuan terkecil dari ’dai’ yang secara

leksikal bermakna’besar’ dan kata ’gaku’ yang secara leksikal bermakna ’belajar atau

ilmu’ yang masing-masing merupakan satu morfem, sehingga kata ’daigaku’ terdiri

atas dua morfem.

Klasifikasi Morfem

Morfem dapat diklasifikasikan atau digolongkan. Akmajian dkk (1984:58)

mengemukakan klasifikasi morfem sebagai berikut :

1. Morfem Bebas, yang terdiri dari kata penuh dan kata fungsi.

2. Morfem Terikat, yang terdiri atas afiks (pengimubahan) dan pangkal terkat,

Afiks terbagi atas : prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran)

Perhatikan contoh berikut ini :

(1) Tanya : kore wa nan desuka? 『これはなんですか。』 (Apakah ini?)

Jawab : hako ( 箱) atau「ハコ」 (kotak)

(2) Tanya : kore wa nan desuka? 『これはなんですか。』 (Apakah ini?)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Jawab : haribako (針箱)atau『ハリバコ』 (kotak jarum)

Pada contoh (1) diatas terdapat kata “hako” (kotak) yang merupakan kata

yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Sedangkan pada contoh (2) terdapat

kata “haribako” (kotak jarum) yang merupakan kata yang berasal dari penggabungan

kata “hari” (jarum) yang merupakan morfem bebas yang juga dapat berdiri sendiri

serta mempunyai arti sendiri, dan kata “hako” (kotak). Kata “hako” 『ハコ』

berubah menjadi bako『バコ』karena perubahan alomorf pada bentuk pengucapan

katanya. Itu mengenai morfem perubahan (alomorf) pada “hako”『ハコ』 berubah

menjadi bako『バコ』, kata “hako”『ハコ』dapat digunakan berdiri sendiri, seperti

dalam pembentukan ucapan. Ucapan adalah merupakan kesinambungan dari suara

yang mengalir keluar dari dan setelah mulut terbuka sampai tertutup lagi. Tetapi pada

bagian (bako) 『バコ』harus ada morfem lain sebelumnya, dan itu dimunculkan

dalam bentuk morfem terikat pada kata haribako『ハリバコ』. Contoh lainnya

seperti boorubaku(ボール箱)yang artinya “kotak bola” yang merupakan bagian

dari bentuk “hako” (箱) atau 「ハコ」.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika

pengucapannya dapat berdiri sendiri, dan tidak dapat dikacaukan, morfem terbagi

atas 2 bentuk bahagian yang besar yaitu : (1) Morfem bebas (Jiyuukeitai, 自由形

態): morfem yang pengucapannya dapat berdiri sendiri. Dan (2) Morfem terikat

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

(Ketsugoukeitai, 結合形態) : morfem yang pengucapannya tidak dapat berdiri sendiri,

dan morfem ini selalu terikat dengan morfem yang lain.

Hal ini juga dikemukakan oleh Koizumi (1993:93) yang membagi morfem

bahasa Jepang berdasarkan bentuknya menjadi dua bahagian :

1. Bentuk bebas (Jiyuukei, 自由形) : morfem yang dilafalkan/ diucapkan secara

tunggal(berdiri sendiri).

2. Bentuk terikat (Ketsugoukei, 結合形) : morfem yang biasanya digunakan dengan

cara mengikatnya dengan morfem lain tanpa dapat dilafalkan secara tunggal

(berdiri sendiri).

Koizumi (1993:95) juga menggolongkan morfem berdasarkan isinya menjadi

dua yaitu :

1. Akar kata (gokan, 語幹) : morfem yang memiliki arti yang terpisah (satu per

satu) dan kongkrit.

2. Afiksasi (setsuji, 接辞) : morfem yang menunjukkan hubungan gramatikal.

Sutedi (2003:44 - 45) berpendapat, dalam bahasa Jepang, selain terdapat

morfem bebas dan morfem terikat, morfem bahasa Jepang juga dibagi menjadi dua,

yaitu morfem isi dan morfem fungsi. Morfem isi (naiyoukeitaiso,内容形態素) adalah

morfem yang menunjukkan makna aslinya, seperti nomina, adverbia dan akar kata

(gokan) dari verba atau adjektiva, sedangkan morfem fungsi (kinoukeitaiso, 機能形

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

態素) adalah morfem yang menunjukan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi

dari verba atau adjektiva, kopula dan morfem pengekpresi kala (jiseikeitiso, 時制形

態素).

Dari kedua tipe diatas, selanjutnya dapat dibagi jenisnya menurut konsfigurasi

bahasa Jepang :

(a) hanya morfem bebas : yama (山) = gunung

(b) morfem bebas + morfem terikat : shiroi (白い) = putih shiro -- i [ シ

ロ .イ]

(c) morfem terikat + morfem terikat : kaite (書いて) = menulis (kai – te)

[カイ.テ]

(d) morfem bebas + morfem bebas : yamamichi ( 山道) = jalan gunung (yama

– michi) [ヤマ.ミチ] merupakan kata majemuk (fukugo, 複合)

Pada bagian (a) pada kata “yama” (ヤマ) yang berarti ‘gunung’ merupakan

penjelasan mengenai morfem bebas. Morfem ini dapat berdiri sendiri dan memiliki

arti sendiri. Pada bagian (b) pada kata “shiro”『白』dari shiroi「白い」yaitu

merupakan morfem bebas karena dapat digunakan berdiri sendiri, Pada kata shiro

「 白 yaitu /i/ ( イ ) pada akhiran yang mengikutinya adalah akhiran yang

menunjukkan suatu pekerjaan dari adjektiva-i (i-keiyoushi), dan selalu memerlukan

morfem yang mendahuluinya. Jadi /i/ (イ) ini disebut morfem terikat.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Pada bagian (c) pada kata kaite 「書いて」 pada /kai/「カイ」dari yaitu

seperti pada kaite「カイテ」dan kaita「カイタ」, muncul bentuk terikat pada kata

kerja bantu kata sambung /te/「テ」dan /ta/「タ」 dan tidak pernah muncul

pengucapan yang pemisahannya hanya dengan kata /kai/「カイ」, serta tidak ada

pada bagian akar kata, dan /kai/「カイ」 ini merupakan morfem terikat. Pada kata

「テ」 /te/ dan「タ」 /ta/ adalah elemen yang ditambahkan pada bentuk kata

sambung dari partikel, ini juga merupakan morfem terikat.

Pada bagian (d) morfem bebas dari kata dan disebut kata majemuk yang

mengikat morfem bebas yang setara. Masing-masing morfem bebas itu berdiri sendiri

dan memiliki arti tersendiri bergabung dan membentuk kata dan arti yang baru. Pada

kata yama「ヤマ」yang memiliki arti ‘gunung’ jika ditambahkan kata michi「ミ

チ」yang memiliki arti ‘jalan’ jika digabungkan menjadi yamamichi (山道)atau

「ヤマミチ」yang artinya menjadi ’jalan pegunungan’. Dalam bahasa Jepang kata

majemuk kebanyakan dibentuk akibat dari penggabungan dari dua atau lebih dari

huruf kanji. Huruf kanji juga dapat dikatakan satu morfem bebas yang berdiri sendiri

dan memiliki arti sendiri.

Tsujimura (1996:141-142), dalam tulisannya yang berjudul An Introduction to

Japanese Linguistics, Morfem derivasional adalah morfem terikat yang dapat

mengubah makna dan atau kategori kata yang dilekatinya. Misalnya, morfem [す-,

su- (telanjang)] dilekatkan pada kata benda (nomina) [あし, ashi (kaki)] menjadi [す

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

あし, suashi (kaki telanjang]. Morfem [す-, su-] tidak mengubah identitas kata yang

dibentuknya, namun mengubah makna kata tersebut. Sementara itu, morfem

infleksional tidak membuat suatu kata baru yang berbeda, seperti yang dilakukan oleh

morfem derivasional. Misalnya dalam bahasa Jepang terdapat morfem yang

menunjukkan kalimat bukan lampau biasanya ditandai dengan morfem [-る, -ru]

dan kalimat lampau ditandai dengan morfem [-た, -ta].

2.1.3. Kata Bahasa Jepang (Tango)

Konsep morfem tidak dikenal oleh para tata bahasawan tradisional, yang

selalu ada dalam tata bahasa tradisional adalah satuan lingual yang disebut kata. Apa

yang disebut kata ini, adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form).

Penelitian dalam bidang kebahasaan atau linguistik akan selalu membahas

mengenai kata. Banyak ahli linguistik meneliti mengenai kata dan didefenisikan

menurut bentuknya, jenisnya dan sebagainya. Verhaar (2001:97) mengatakan bahwa

kata adalah satuan atau bentuk bebas dalam tuturan yang dapat berdiri sendiri, artinya

tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat dipisahkan

dari bentuk - bentuk bebas lainnya di depannya dan dibelakangnya dalam tuturan.

Selain itu Keraf (1984:53) menyatakan adanya perubahan pemakaian kata makna

untuk pengertian dari kata dan menggantinya dengan ide. Dia mengatakan bahwa

kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas

bagian-bagaiannya, dan yang mengadung suatu ide disebut kata.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Ramlan (1987:33) memberi definisi kata merupakan dua macam satuan, yaitu

satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik, kata terdiri dari satu

atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Misalnya kata

belajar terdiri dari tiga suku yaitu be, la, dan jar. Suku /be/ terdiri dan dua fonem,

suku /la/ terdiri dari dua fonem. Dan jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar

terdiri dari tujuh fonem yaitu / b,e,l,a,j,a,r /. Jadi yang dimaksud dengan kata adalah

satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain setiap satuan bebas merupakan

kata.

Kata dalam bahasa Jepang disebut dengan go atau tango. Iwabuchi Tadasu

(1989:105-106) dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2004:136-137) menyebut tango

dengan istilah go. Dia menyebutkan bahwa tsuki, hashira, omoshiroi, rippada, sono,

mettani, shikashi, rareru, dan sebagainya disebut go( 語) atau tango ( 単語).

Go merupakan satuan terkecil di dalam kalimat. Misalnya pada kalimat

‘Hana ga saku’ (bunga berkembang) dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang lebih

kecil akan menjadi hana-ga-saku, bagian-bagian kalimat ini tidak dapat dibagi

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Kalaupun dibagi-bagi lagi akan menjadi

ha-na-ga-sa-ku yang hanya merupakan deretan silabel (onsetsu) yang tidak

mempunyai arti apapun. Go memiliki arti tertentu, diucapkan sekaligus, dan memiliki

arti tertentu. Di dalam sebuah kalimat go secara langsung dapat membentuk sebuah

kalimat (bunsestsu).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Klasifikasi Kata

Kata dapat diklasifikasikan atau dapat dikelompokkan. Menurut Parera

(1994:7) Pengelompokan kelas kata sebuah bahasa pada umumnya dibedakan atas

dua tahap. Pertama klasifikasi primer (pengelompokan pertama) dilakukan

berdasarkan distribusi kata secara sintaksis dan frasal. Dalam hal ini kata-kata

tersebut masih berada dalam keadaan sebagai morfem bebas atau kata yang

bermorfem tunggal. Umpamanya dalam pengelompokan kelas kata bahasa Inggris

berdasarkan distribusinya secara sintaksis dan frasal sebagai berikut : father, man,

boy, sick, good, and, or, because, go, sing dan sebagainya. Kedua yaitu klasifikasi

sekunder (pengelompokan kedua) dilakukan berdasarkan distribusi sintaksis dan

frasal dalam bentuk kata kompleks. Umpamanya pengelompokan kata bahasa

Inggris : boys, books, better, does, dan sebagainya.

Berdasarkan cara-cara pembentukannya, go dapat dibagi menjadi jiritsugo dan

fuzokugo. Jiritsugo yaitu kata (go) yang dapat berdiri sendiri dan dapat menunjukkan

arti tertentu. Yang termasuk ke dalam jiritsugo yaitu kelas kata verba (doushi),

adjektiva (keiyoushi, keiyoudoushi), nomina (meishi), prenomina (rentaishi), adverbia

(fukushi), konjungsi (setsuzokushi), dan interjeksi (kandoushi). Fuzokugo yaitu kata

(go) yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki arti tertentu. Yang termasuk

kedalam fuzokugo yaitu partikel (joushi), dan kopula (jodoushi). Perbedaan antara

jiritsugo dengan fuzokugo yaitu jiritsugo dengan sendirinya dapat membentuk sebuah

kalimat (bunsetsu) walaupun tanpa dibantu tango yang lainnya, sedangkan fuzokugo

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

tidak dapat membentuk kalimat (bunsestsu) kalau tidak dgabungkan dengan

jiritsugo.

Berdasarkan asal usulnya, kata dalam bahasa Jepang terdiri dari wago,

kango, dan gairaigo. Selain itu terdapat juga konshugo yang merupakan kata-kata yang

terdiri dari gabungan beberapa kata dari asal yang berbeda. Secara

harfiah, wago adalah kosakata asli Jepang yang telah ada sebelum masuknya pengaruh

bahasa China ke dalam bahasa Jepang, namun dikatakan juga bahwa ada beberapa

kata wago yang merupakan kosakata yang diserap dari bahasa China. Kango adalah

kosakata yang digunakan dalam bahasa Jepang yang berasal dari China.

Walaupun kango memiliki kesamaan dengan gairaigo sebagai kosakata yang diserap

dari bahasa asing, namun karena wago yang diserap dari bahasa China memiliki

karakteristik tertentu, maka tidak digolongkan ke dalam gairaigo. Pengertian Gairaigo

menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi, (2004:104) adalah kata-kata yang berasal dari

bahasa asing (gaikokugo) yang lalu dipakai sebagai bahasa nasional (kokugo).

Tango (kata) dalam bahasa Jepang dibagi menjadi dua macam,

yaitu tanjungo dan gouseigo. Tanjungo adalah kata yang terdiri dari morfem yang

berbentuk kata tunggal, sehingga secara struktural tidak dapat diuraikan lagi,

contohnya yama, inu dan lain-lain. Sedangkan gouseigo adalah kata yang terdiri dari

beberapa unsur sehingga secara struktural masih dapat diuraikan,

contohnya yamamichi (jalan setapak di pegunungan) yang terdiri dari yama (gunung)

dan michi (jalan). Gouseigo itu sendiri dibagi lagi menjadi dua macam yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

1. Fukugougo,

2.

yaitu kata yang terdiri dari beberapa unsur yang masing-masing

unsur mengandung arti dan dapat berdiri sendiri sehingga secara struktural

dapat diuraikan, misalnya seperti yang telah disebutkan di atas.

Haseigo,

Tango dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya dan jenisnya.

Pengklasifikasian atau pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi

bunrui ( 品詞分類). Hinshi berarti jenis kata (word class, atau part of speech),

sedangkan bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori atau pembagian. Jadi

hinshi bunrui berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristinya

secara gramatikal Menurut Situmorang (2007:8) pembagian kelas kata bahasa Jepang

adalah sebagai berikut:

adalah kata yang terdiri dari dua unsur yaitu unsur dasar dan unsur

infiks. Unsur yang menjadi kata dasar dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti,

sedangkan unsur infiks bila berdiri sendiri tidak memiliki arti. Karena itu unsur

infiks tidak dapat berdiri sendiri.

1. Verba (doushi, 動詞) yaitu kata yang bermakna gerakan, dapat berdiri sendiri,

mengalami perubahaan bentuk/berkonjugasi, dan dapat menjadi predikat dalam

sebuah kalimat.

2. Adjektiva (keiyoushi, 形容詞 ), yaitu kata yang menunjukkan sifat atau

keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan

selalu berakhiran dengan huruf ~i dan dapat menjadi predikat.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

3. Adjektiva (keiyoudoushi, 形容動詞), yaitu kata yang menunjukkan sifat atau

keadaan suatu benda, mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri dan

selalu berakhiran dengan akhiran –da.

4. Nomina (meishi, 名詞), yaitu kata nama, tidak mengalami perubahan bentuk,

dapat berdiri sendiri dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat.

5. Adverbia (fukushi, 副詞), yaitu merupakan kata tambahan, tidak mengalami

perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri , tidak menjadi subjek, tidak menjadi

predikat, dan tidak menjadi objek, dan menerangkan keiyoushi, dan

menerangkan fukushi.

6. Prenomina (rentaishi, 連体詞 ), yaitu kata yang mengikuti benda ( yang

menerangkan benda), tidak mengalami perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri,

dan diikuti kata nama tanpa diantarai kata lain.

7. Konjungsi (setsuzokushi, 接続詞 ), yaitu kata sambung, tidak mengalami

perubahan bentuk, dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, objek, predikat

dalam kalimat. Berfungsi menyanbung dua buah kata, karena untuk

menyambung dua buah kata dalam bahasa Jepang dipergunakan setsuzokujoshi.

8. Kopula (jodoushi, 助動詞 ), yaitu kata bantu sebagai verba, mengalami

perubahan bentuk sama seperti doushi, tidak dapat berdiri sendiri, ada yang

mempunyai arti sendiri dan ada yang menambah makna pada kata lain.

9. Partikel (joushi, 助詞), yaitu kata bantu, tidak mengalami perubahan bentuk,

tidak dapat berdiri sendiri, tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

dalam kalimat, selalu mengikuti kata lain, dan ada yang mempunyai arti sendiri

dan ada juga yang berfungsi memberikan arti pada kata lain.

10. Interjeksi (kandoushi, 感動詞), yaitu kata gerakan perasaan, tidak mengalami

perubahan bentuk, dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat, tidak menjadi

keterangan, tidak menjadi subjek, predikat, dan tidak pula menjadi penyambung

kata atau kalimat. Serta berfungsi untuk mengutarakan rasa terkejut, kaget,

heran, marah, dan sebagai kata-kata salam.

Istilah kata (go, 語) atau (tango, 単語) dalam bahasa Jepang terdiri dari

beberapa kelompok yang dilihat menurut pembentukannya yaitu :

1. Kata Dasar (tanjungo, 単純語)

Misalnya kata orang(hito, 人), makan (taberu, 食べる ), tidur (neru, 寝る)

dan lain lain. Dengan lain kata dasar adalah kata yang mempunyai satu arti dan dapat

berdiri sendiri, tidak mengalami penambahan imbuhan dan perubahan bentuk.

2. Kata Turunan (haseigo, 派生語)

Kata turunan yaitu kata kata yang sudah mengalami perubahan bentuk,

penambahan imbuhan dan proses perubahan ucap. Kata turunan ini dalam bahasa

Jepang terbagi menjadi 3 bagian yaitu,

a. Gejala perubahan pengucapan (hen on genshou, 変音現象)

b. Penamahan imbuhan di awal kata (settouji, 接頭辞 )

c. Penambahan imbuhan di akhir kata(setsubiji, 接尾辞)

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

3. Kata Majemuk (fukugougo, 複合語)

Kata majemuk yaitu kata kata yang mengalami proses pembentukan kata

majemuk, dalam bahasa jepang kata majemuk ini jumlahnya sangat banyak dan

bervariasi. Kata majemuk dalam bahasa Jepang terbagi menjadi :

3.1. Kata Benda Majemuk (fukugou meishi, 複合名詞)

Kata benda majemuk yaitu kata benda yang terbentuk dari gabungan dua

buah unsur kata yang membentuk satu kata benda majemuk. Kata majemuk ini

terbagi lagi menjadi gabungan unsur unsur seperti di bawah ini :

a. Verba + Verba d. Adjektiva + Noun g. Noun Adjektiva +Noun

b. Noun + Verba e. AD + Noun

c. Noun + Noun f. Verba + Noun

3.2. Kata Kerja Majemuk (fukugoudoushi, 複合動詞)

Kata kerja majemuk atau verba majemuk ini sangat bervariasi , merupakan

gabungan dua buah unsur yang membentuk verba majemuk , secara garis besar verba

majemuk ini terbagi menjadi 5 kelompok yaitu :

a. V + V b. N + V c. A + V d. Adv+V e. Imbuhan +V

3.3. Kata Sifat 1 majemuk (fukugo keiyoushi, 複合形容詞 )

Kata sifat atau adjektiva dalam bahasa Jepang terbagi menjadi dua golongan

yaitu : kata sifat I atau adjektiva-I (i-keiyoushi) yang berakhiran /-i/ seperti

atararashii, takai dan lain lain, dan kata sifat golongan II atau adjektiva-na (na-

keiyoushi) yang berakhira /na/ atau /da/, seperti kirei da, shizuka da da lain lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

2.1.4. Teori Morfologi Generatif

Dalam analisis penelitian ini, penulis menggunakan teori morfologi generatif

supaya jangkauan pembicaraan tidak terbatas dan tidak hanya bersifat deskriptif

tradisional. Untuk itu perlu suatu model teoretis yang lebih mutakhir (seperti

Morfologi Generatif) dalam pendekatan terhadap analisis penelitian ini sehingga

menghasilkan pemerian yang lebih komprehensip.

Perhatian para linguis terhadap teori morfologi generatif mulai berkat ajakan

Chomsky pada tahun 1970 melalui tulisannya yang berjudul "Remarks on

Nominalisation". Dalam tulisannya itu ia memaparkan betapa pentingnya bidang

morfologi terutama proses pembentukan kata yang ditinjau dari teori transformasi.

Dardjowijojo (1988:32) mencatat bahwa orang yang pertama kali menaruh minat

yang serius terhadap morfologi generatif adalah Morris Halle dalam papernya yang

berjudul "Morphology in a Generative Grammar" yang disajikan pada Congress of

Linguists di Bologna tahun 1972. Tahun berikutnya karya tersebut diterbitkan dengan

judul "Prolegomena to a Theory of Word Formation". Tulisan Halle memberikan

dampak yang sangat kuat dan diikuti oleh ahli-ahli lain seperti Siegel pada tahun

1974, Botha pada tahun 1974, Boas pada tahun 1974, Lipka pada tahun 1975 dalam

bentuk artikel dan oleh Aronoff pada tahun 1976, serta Scalise pada tahun 1984

dalam bentuk buku.

Secara umum dapat diidentifikasi bahwa di kalangan kelompok orang-orang

yang menekuni bidang morfologi generatif, terdapat 2 pandangan. Kelompok pertama

dipelopori oleh Halle yang berpijak pada asumsi bahwa yang menjadi dasar dari

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

semua derivasi adalah morfem (morpheme-based approach); Asumsi dasar Halle di

tahun 1973 adalah bahwa secara normal penutur bahasa di samping memiliki

pengetahuan tentang kata juga paham tentang komposisi dan struktur kata tersebut.

Dengan kata lain penutur asli dari suatu bahasa mempunyai kemampuan untuk

mengenal kata-kata dalam bahasanya, bagaimana kata itu terbentuk dan sekaligus

bisa membedakan bahwa suatu kata tidak ada dalam bahasanya. Misalnya, penutur

asli bahasa Inggris akan secara intuitif mampu memahami

bahwa look dan careful adalah bahasa Inggris sedangkan lihat dan hati-hati bukan

bahasa Inggris. Ini segera bisa menunjukkan bahwa careful dibentuk dari

penambahan morfem bebas care dengan sufiks –ful.

1.

Tatabahasa merupakan perwujudan formal mengenai apa yang semestinya

dipahami penutur suatu bahasa. Menurut model teoretis Halle morfologi terdiri dari

atas:

List of Morpheme

2.

yakni Daftar Morfem selanjutnya disingkat dengan DM

Word Formation Rules

3.

atau Kaidah Pembentukan Kata yang selanjutnya

disingkat KPK

Filter

4.

atau saringan

Dictionary atau kamus. Ini ditambahkan oleh Halle dua tahun kemudian

sebagai tempat menyimpan morfem yang telah lolos dari KPK dan Saringan.

Dalam komponen DM bisa diketemukan dua macam anggota yakni akar kata

dan berbagai macam afiks baik yang bersifat infleksional maupun derivasional yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

disertai dengan rentetan segmen fonetik dengan beberapa keterangan gramatikal yang

relevan.

Komponen KPK menentukan bagaimana bentuk-bentuk yang ada dalam DM

tersebut diatur. Dalam kaitan ini tugas KPK membentuk kata dari morfem-morfem

yang berasal dari DM. KPK bersama-sama dengan DM menentukan kata yang bena-

benar kata atau bentuk potensial dalam bahasa yakni satuan lingual yang belum ada

dalam realitas tetapi mungkin akan ada karena memenuhi persyaratan. Dengan kata

lain KPK bisa menghasilkan bentuk-bentuk yang memang merupakan kata serta

bentuk-bentuk lain yang sebenarnya memenuhi segala persyaratan untuk menjadi kata

tetapi nyatanya tidak terdapat dalam bahasa tersebut.

Komponen Saringan merupakan wadah untuk menyaring segala ideosinkrasi

sehingga kata-kata yang aktual saja boleh lewat saringan. Terdapat tiga jenis

ideosinkrasi, yakni (1) ideosinkrasi semantik berupa keanehan dalam bidang

semantik, misalnya kata recital dalam bahasa Inggris yang tidak merujuk pada apa

saja yang di "recite", tetapi hanya merujuk pada suatu pertunjukan konser oleh

seorang pemain tunggal dan transmission hanya merujuk pada proses pemindahan

gigi pada mobil, (2) ideosinkrasi fonologis yang berujud ketidaklaziman fonologis

dan (3) ideosinkrasi leksikal yakni keanehan yang menyangkut fakta dalam bahasa di

mana suatu bentuk yang seharusnya ada tetapi nyatanya tidak terdapat dalam bahasa

bersangkutan seperti misalnya bahasa Inggris mengenal kata arrival tetapi tidak

diketemukan dalam bahasa tersebut kata *derival.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Kamus sebagai

Model Teori Morfologi Generatif Morris Halle dalam Ba’dulu & Herman (2005 :31)

tempat menyimpan bentuk-bentuk yang lolos dari saringan

sedangkan bentuk yang tidak berterima tertahan di saringan, Walaupun Halle tidak

menganggap kamus sebagai komponen morfologi namun dari uraiannya nampak jelas

kamus ini merupakan unit yang sama penting dengan ketiga komponen sebelumnya.

Model diatas terdiri atas empat komponen, yaitu : (1) Daftar Morfem (DM),

(2) Kaidah Pembentukan Kata (KPK), (3) Filter, dan (4) Kamus. Cara Kerja model

Halle dapat digambarkan sebagai berikut yang dikutip oleh scalise (1984:31) dalam

Ba’dulu & Herman (2005:31)

DM KPK Filter Kamus

Daftar Morfem Kaidah Pembentukan Filter Kamus

Output Fonologi Sintaksis

1. friend

2. boy

hood

3. recite

al

4. ignore

ation

5. mountain

al

[+penyim-

pangan]

X [-LI]

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Keterangan :

1) Kata friend masuk kamus sebagaimana adanya, yaitu melewati KPK dan filter

tanpa mengalami perubahan. Kata itu harus dicantumkan dalam DM, karena

diperlukan untuk pembentukan kata lain, seperti friendly.

2) Kata boyhood tidak terdapat dalam DM ; yang ditemukan adalah boy dan

hood. Kedua unsur ini digabungkan oleh KPK ; dan hasilnya, yaitu boyhood,

masuk ke dalam kamus tanpa memperoleh sesuatu ciri idiosingkretis; kata itu

bersifat regular dari segi sintaksis dan semantis. Perubahan ciri [-abstrak] dari

pangkal boy menjadi [+abstrak] dalam output dilakukan oleh KPK, menurut

Halle.

3) Kata recital dibentuk secara regular oleh KPK, seperti boyhood, sebelum kata

itu sampai ke kamus, filter memberinya ciri-ciri idiosinkretis tertentu

menyangkut makna (yaitu, ‘performansi seorang solois’).

4) Kata ignoration dibentuk oleh KPK, tetapi diblokir oleh filter, yang

memberinya ciri [-LI]; kata ini dipandang sebagai suatu kata yang ‘mungkin’

tetapi “non-eksisten”, dan karena itu tidak didaftar dalam kamus.

5) Kata mountainal tidak dibentuk oleh KPK, karena –al hanya dapat

dirangkaikan dengan verba menurut kaidah, bukan dengan nomina. Kata ini

merupakan kata yang “tidak mungkin’ dan “non-eksisten’.

Secara diagramatik,

Dardjowijojo (1988:36) mempresentasikan model Halle

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

KELUARAN

Kelompok yang kedua dipelopori oleh Aronoff yang memakai kata dan bukan

morfem sebagai dasar (word-based approach) dikutip dalam Dardjowijojo

(1988:33).Untuk kepentingan ilmu itu sendiri (dalam hal ini linguistik pada umumnya

dan morfologi pada khususnya) berbagai konsep dan model teoretis muthakhir

tersebut perlu diujicobakan atau diaplikasikan pada studi kasus dalam berbagai

bahasa sehingga keunggulan dan kelemahan teori tersebut bisa diidentifikasi serta

selanjutnya bisa dipakai mengungkap atau mengkaji fenomena linguistik khususnya

dalam bidang morfologi suatu bahasa secara lebih tuntas.

Aronoff pada tahun 1976 dalam tulisannya yang berjudul Word Formation

in Generatif Grammar mengajukan hipotesis bahwa bentuk minimal yang dipakai

dalam pembentukan kata didasarkan pada kata bukan morfem. Penolakan konsep

Halle tentang morfem sebagai dasar pembentukan kata didasarkan pada dengan

argumentasi bahwa morfem tidak memiliki makna tetap, dan dalam hal tertentu

morfem tidak memiliki makna sama sekali.

DM KPK SARINGAN KAMUS

FONOLOGI SINTAKSIS

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Aronoff memandang KPK sebagai kaidah yang beraturan yang hanya akan

menurunkan kata yang bermakna dari dasar yang bermakna. Oleh karena itu hanya

kata yang dapat dijadikan unit dasar dalam pembentukan kata. Meskipun demikian

istilah 'kata' sebagai dasar ini harus diartikan sebagai leksem sehingga teori Aronoff

yang dikenal dengan word-based morphology lebih tepat disebut

lexeme-based

morphology.

Sebuah kata baru dibentuk dengan menerapkan kaidah beraturan pada kata

tunggal yang telah ada. Kata baru dan kata yang sudah ada merupakan anggota dari

katagori leksikal utama. Hipotesis yang dikemukakan Aronoff tersebut bertitik tolak

dari sejumlah syarat seperti: (1) sesuai dengan namanya, kata dasarnya haruslah kata

(bukan yang lebih kecil dari kata), (2) kata dasar tersebut haruslah kata-kata yang

benar-benar ada dan kata yang potensial tidak dapat menjadi dasar KPK, (3) KPK

hanya berlaku untuk kata tunggal dalam arti bahwa kata dasar ini bukan berwujud

frase ataupun bentuk terikat, (4) Input dan output dari KPK haruslah menjadi anggota

katagori leksikal yang utama. Dengan demikian kata dalam konteks ini merupakan

bentuk tanpa infleksi.

Di samping tidak memiliki DM seperti model Halle, Aronoff tidak pula

menunjukkan adanya komponen khusus untuk menangani kata-kata yang potensial

dalam bahasa. Walaupun demikian Aronoff (1976:43) memiliki mekanisme lain yang

disebut blocking yang mencegah munculnya suatu kata karena sudah ada kata lain

yang mewakilinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Umumnya tidak ada masalah yang timbul apabila menurunkan suatu kata dari

kata lain melalui KPK. Tetapi kenyataannya cukup banyak contoh dalam bahasa

(Inggris) pada penambahan afiks mensyaratkan adanya perubahan ujud kata dasar

(seperti nominate dan evacuate + -ee menjadi nominee dan evacuee setelah melalui

proses pemenggalan ate) yang perlu ditampung melalui suatu aturan. Dalam kaitan

dengan masalah ini Aronoff (1976:105) mengajukan seperangkat aturan yang

dinamakan Adjustment Rules yang menangani alternasi akibat faktor-faktor lain yang

termasuk dalam komponen leksikal. Kaidah penyesuaian ini terdiri atas (1) aturan

pemenggalan (truncation rule) dengan cara menghilangkan sebuah morfem yang ada

dalam kata dasar ditambah afiks dan (2) aturan alomorfi (allomorphic rules) dengan

menyesuaikan bentuk morfem atau kelas morfem dalam lingkungan di mana morfem

tersebut berada.

Model Aronoff tersebut di atas yang dikutip oleh Scallise (1984:68) dalam

Ba’dulu & Herman (2005:34), sebagai berikut :

Output

Komponen Leksikal

Kamus

KPK

Kaidah Penyesuaian

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Terdapat suatu kesamaan dalam kedua model teoretis morfologi generatif ini.

Baik Halle maupun Aronoff tidak menangani masalah pembentukan kata yang terdiri

dari dua kata atau lebih (compounding). Di samping itu mengenai isi dan kodrat dari

elemen yang ada dalam DM, baik Halle maupun Aronoff mengabaikan bentuk dasar

yang statusnya bukanlah kata (seperti kata prakatagorial juang, temu dan anjur

Menurut Halle dalam Scalise (1984:43) studi morfologi generatif terdiri dari

empat komponen yang terpisah yaitu (1) daftar morfem (list of morphemes) (2)

kaidah pembentukan kata (word formation rules) (3) saringan (filter) dan (4) kamus

(dictionary). Komponen pertama adalah DM yang terdiri dari dua macam anggota

yaitu morfem dan bermacam-macam afiks, baik yang derivasional maupun yang

infleksional. Butir leksikal dalam DM tidak cukup diberikan dalam bentuk urutan

segmen fonetik tetapi harus pula dibubuhi dengan keteranganketerangan gramatikal

yang relevan. Contohnya dalam bahasa Inggris ditemukan morfem write yang harus

dijelaskan sebagai kata verbal, tidak berasal dari bahasa Latin dan konjugasinya

bukan konjugasi yang umum.

dalam

bahasa Indonesia) maupun afiks dan akan memiliki status sebagai kata hanya setelah

diberi afiks. Kajian morfologi generatif terhadap kasus pembentukan VK bahasa

Inggris ini bertumpu pada perpaduan konsep dan model teoretis Halle di tahun 1973

dan Aronoff di tahun 1976.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa kata-kata yang telah dibentuk

di pembentukan kata (KPK) ada yang mengalami proses morfofonologis. Uraian

metode struktural tentang morfofonologis diakhiri dengan penemuan kaidah yang

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

berupa penambahan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, sementara dalam

morfologi generatif proses morfofonologis dimasukkan ke dalam komponen filter

dengan kaidah Struktur Asal (SA), proses asimilasi dan Struktur Lahir (SL). Selain

itu kata-kata yang potensial ada yang diberi idiosinkresi baik idiosinkresi fonologi,

leksikal maupun semantik. Kata-kata tersebut dibentuk dan (akan) dipakai oleh

masyarakat pemakai bahasa sebagai alat komunikasi. Jadi bentuk bunyi apapun yang

digunakan manusia sebagai pengguna bahasa itulah kenyataan bahasa. Hal lain yang

menunjukkan perbedaan antara morfologi generatif dan struktural dapat dilihat pada

adanya komponen ciri-ciri pembeda (distinctive fitures) untuk membedakan kata-kata

yang ditemukan di dalam kamus.

Berdasarkan uraian di atas, teori struktural tidak digunakan pada penelitian ini

karena dianggap tidak mampu lagi mengakomodasi fenomena kebahasaan

pembentukan kata pada saat ini. Hal ini sesuai dengan tujuan morfologi yang

dikatakan oleh Katamba bahwa salah satu tujuan morfologi tidak hanya memahami

dan membentuk kata yang ada (real) dalam bahasa mereka tetapi juga membentuk

kata-kata potensial yang belum digunakan pada saat mereka berujar. Berdasarkan

temuan data dalam penelitian ini, proses pembentukan katanya dibatasi hanya dengan

data morfem (DM) dan kaidah pembentukan kata.

Proses Morfofononologis (Morfofonemik)

Studi mengenai perubahan-perubahan pada fonem disebabkan oleh hubungan

dua fonem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya, disebut morfofonologi atau

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

morfofonemik. Morfofonologi (morfofonemik) adalah terjadinya perubahan bunyi

atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses

afiksasi, proses reduplikasi maupun proses komposisi.

Gejala morfofonemik timbul apabila fonem-fonem yang bersinggungan

menyebabkan perubahan tertentu pada fonem-fonem tersebut. Perubahan bunyi

fonem terjadi oleh pengaruh lingkungan yang dimasuki oleh tiap morfem. Menurut

Parera (1994:41) bahwa perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi

lingkungannya ini, yaitu yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem,

disebut perubahan-perubahan morfofonemik. Tipe-tipe perubahan morfofonemik

yang biasa terjadi dan yang pada umumnya ditujukan untuk memperlancar

pengucapan dikarenakan : (1) asimilasi, (2) disimilasi, (3) elipsis, (4) metatesis, dan

(5) sandi.

Asimilasi adalah perubahan morfofonemik tempat sebuah fonem yang

cenderung lebih banyak menyerupai fonem lingkungannya. Asimilasi dapat terbagi

lagi atas asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Asimilasi progresif ini terjadi jika

bunyi yang mengalami perubahan terletak di belakang bunyi lingkungannya. Dalam

bahasa Turki /gitti/ ‘ia pergi’ berasal dari /git/ + /di/. Bunyi /t/ mempengaruhi bunyi

/d/ sehingga bunyi itu cenderung menyerupakan diri dan terjadi asimilasi bunyi total.

Sedangkan asimilasi regresif terjadi bila bunyi yang mengalami perubahan dan

penyerupaan terletak di depan bunyi lingkungannya. Misalnya pada kata /imperfek/

yang berasal dari /in/ + /perfek imperfek.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Disimilasi yaitu perubahan morfofonemik yang terjadi karena fonem seakan-

akan menjauhi persamaan dengan fonem sekitarnya. Dengan kata lain terjadi kelainan

bunyi demi kepentingan kelancaran ucapan. Misalnya, pada kata belajar. Proses ber

+ ajar belajar menunjukkan kelainan itu. Hal ini terjadi karena bunyi /r/ yang

berdekatan cenderung untuk menjadi tidak sama.

Elipsis yaitu perubahan morfofonemik yang terjadi bila dua bunyi yang sama

dalam proses pembentukan kata, salah satu bunyi itu tanggal atau hilang. Misalnya,

pada kata bekerja. Proses ber + kerja bekerja. Terjadi penghilangan bunyi /r/ demi

kelancaran pengucapan.

Metatesis yaitu perubahan dalam urutan fonem-fonem. Metatesis secara

sinkronis jarang terjasi dalam suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata

/lemari/ yang berasal dari bahasa portugis : /almari/

Sandi yaitu proses morfofonemilk yang merupakan proses peleburan atau

sintesis dua fonem vocal atau lebih menjadi satu fonem vocal. Misalnya, pada kata

bhineka diturunkan dari bhina + ika bhineka. Bunyi vokal /a/ bertemu /i/ dan

kemudian melebur menjadi /e/.

2.2. Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Jepang (Gokeisei)

Bahasa yang dibentuk oleh proses morfologis akan membentuk kata-kata

yang secara normal menjadi kata yang beraturan. Pembentukan kata-kata secara

produktif tersebut menggunakan satu atau beberapa proses morfologis. O’Grady dan

Dobrovolsky (1989:100) yang dikutip oleh Ba’dulu dan Herman (2005:30)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

menyatakan bahwa ada dua jenis pembentukan kata yang paling umum, yaitu, (1)

derivasi dan (2) pemajemukan. Keduanya menciptakan kata-kata dari morfem-

morfem yang ada. Derivasi adalah suatu proses, pembentukan suatu kata baru dari

suatu pangkal, biasanya melalui penambahan suatu afiks. Derivasi juga merupakan

suatu proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru (menghasilkan kata-

kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda), dalam pembentukan derivasi

bersifat tidak dapat diramalkan (unpredictable). Pemajemukan adalah suatu proses

yang mencakup penggabungan dua kata (dengan atau tanpa afiks) untuk

menghasilkan suatu kata baru

Koizumi (1993:160) mengemukakan bahwa ada beberapa tipe pembentukan

kata dalam bahasa Jepang, dan hal ini tergantung bentuk katanya, ada juga yang dapat

dilihat dengan memegang strukturnya, dan ada juga yang tidak terlalu rumit yaitu

dapat dengan menebak susunannya saja. Penentuan struktur secara sintaksis lebih

mudah bagi bahasa yang memiliki banyak perubahan bentuk kata, tetapi bagi bahasa

yang miskin akan perubahan kata, maka harus dilihat dari awal sampai akhir urutan

pembentukan kata. Jadi pembentukan kata tergantung juga sifat dari sebuah bahasa.

Samsuri (1994: 190) menyatakan bahwa proses pembentukan kata (derivasi)

dapat dikatakan juga dengan proses morfemis. Proses morfermis adalah cara

pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem

yang lain. Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah

gokeisei. Proses pembentukan kata pada umumnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

(1) pembubuhan afiks/afiksasi (setsuji), (2) proses pengulangan/reduplikasi (jufuku),

dan (3) proses pemajemukan/komposisi (fukugo).

2.2.1. Afiksasi (Setsuji)

J.D. Parera (1994:18) menyatakan bahwa proses afiksasi merupakan satu

proses yang paling umum dalam bahasa. Proses afiksasi terjadi apabila sebuah

morfem terikat dibubuhkan atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan

lurus. Berdasarkan posisi morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut, proses

afiksasi dapat dibedakan atas (1) pembubuhan depan (awalan atau prefiks), (2)

pembubuhan tengah (sisipan atau infiks), (3) pembubuhan akhir (akhiran atau infiks),

dan (4) pembubuhan terbagi (morfem terikat terbagi atau konfiks).

Lebih lanjut lagi, Verhaar (2001:107), mengatakan bahwa di antara proses

morfemis atau pengimbuhan afiks (afiksasi) yang terpenting adalah afiksasi, yaitu

pengimbuhan afiks yang terbagi atas : prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks yaitu

pengimbuhan yang diletakkan di sebelah kiri kata dalam proses yang disebut dengan

afiksasi, misalnya pengimbuhan kata { men--} yang ada dalam kata : mendapat,

mencuri, mencuci, mengubah dan sebagainya. Contoh lain adalah pengimbuhan kata

{ber--} pada kata : berjalan, bersepeda, bermain dan sebagainya.

Dalam proses pembentukan kata, terdapat proses pengimbuhan dalam bahasa

jepang yang disebut setsuji yang memegang peranan penting. Setsuji menurut Matsuka

Takahashi dan Takubo Yukinori (1995: 62) yaitu adalah suatu unsur yang menyusun

kata (kata jadian), yang merupakan tambahan pada kata dasar (jadian kata dasar) yang

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

berdiri sendiri. Kata yang berada di depan kata dasar disebut settougo dan yang berada

di belakang kata dasar disebut setsubigo". Sedangkan menurut Tokieda Seiki (1955:

583) pengertian Setsuji adalah kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal yang

berdiri sendiri, biasanya digabungkan dengan kata lain dan dilafalkan dalam satu

kesatuan, yang ditambahkan pada susunan kata yang baru.

Setsuji adalah salah satu unsur susunan kata. Biasanya ditambahkan pada kata

lain (kata dasar/goki), tidak berdiri sendiri serta unsur yang membentuk satu kata

dengan diucapkan pada sambungannya. Tambahan lagi menurut Iori dkk (2000:

396) Setsuji

Afiksasi (setsuji) terbagi atas prefiks (settouji), sufiks (setsubiji) dan infiks

(secchuuji). Namun dalam bahasa Jepang afiksasi yang paling dominan adalah prefiks

(settouji) dan sufiks (setsubiji). Dalam bahasa Jepang prefiks disebut dengan settouji

(接頭辞). Prefiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan atau yang dimbuhkan di depan

atau di awal kata. Misalnya: (o kyaku = お客= tamu) , (gokazoku = ご家族=

keluarga), dan lain-lain. Dalam bahasa Jepang sufiks disebut dengan setsubiji (接尾

辞). Sufiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan yang diimbuhkan di sebelah kanan

kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi, misal pemberian akhiran /-an/ pada

kata : tuntutan, makanan, minuman dan sebagainya Contoh dalam bahasa Jepang

yaitu : (Tanaka-san = 田中ーさん = Tuan Tanakan), (kihonteki = 基本的= pada

adalah kata atau bagian yang membentuk inti kata yang melekat pada kata

dasar (goki) dan merupakan bentuk yang menyatakan arti secara tata bahasa dan lain-

lain, serta menunjukkan kata yang tidak berdiri sendiri".

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

dasarnya) dan lain-lain. Infiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan dengan penyisipan

di dalam kata itu, misalnya (patuk - pelatuk, tali- temali, gigi - gerigi). Koizumi

(1993:95) menyatakan bahwa dalam bahasa Jepang infiks disebut dengan (secchuuji).

Infiks dalam bahasa Jepang secara umum kurang terlihat. Namu terlihat pada infiks /-

e-/) dalam contoh kata berikut ini : (miru =見る= melihat) (mieru =見える =

kelihatan) (mi + e + ru). Konfiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan pada

sebagian di sebelah kiri dan sebagian yang lain di sebelah kanan kata, misal

(perbedaan, persatuan, kecurian, kelihatan). Dalam bahasa Jepang tidak terdapat

konfiks.

Menurut Thimothy Vance (1993:1) prefiks (settouji) yang biasanya sering

dipakai antara lain O(お), SOU(総), GO(ご), SAI(再), SHIN(新),

DAI(大), FU(不), ZEN(全) , HI(非), KAKU(各), KYUU(旧),

ME (女), MA(真), MI(未), MU(無).

Menurut Thimothy Vance (1993:29) sufiks bahasa Jepang (setsubiji) yang

sering dipakai antara lain : TEKI(的) , BETSU(別) , BU(部) , BUTSU

(物), BYOU(病), CHOU(調), CHU(中), DAI(代), DAN(団), DO

(度), HI(費), HIN(品), HOU(法), HON (本) , IN(員), JIN(人),

SHO(所), JOU(上), KA(下), KA(家), KA(化), KAN(感), KEN

(圏), KIN(金), RON(論), RUI(類), RYOKU(力), RYUU(流),

SEI(生), SETSU(説), KAI(会), KAI(界), SA (さ), SAN (さん), SHA

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

(者), SHI(士), SHIKI(式), SHIN(心), SOU(層), JOU(場), TAI

(隊), YOU(用), FUU(風), HA(派), ZAI(剤), KOU(工).

Menurut Sugimoto dan Masashi (1994:35), jika dilihat dari segi jenis kata,

setsuji terbagi atas :

1) Setsuji yang berasal dari bahasa Jepang (Wago), yaitu : O(お): (O Sara = お

皿 = piring), GO(ご): (Go Kazoku = ご家族 = keluarga), SA (さ) : (Takasa

= 高さ = tingginya), SAN (さん) : (Tanaka-san = 田中さん = Tuan

Tanaka), HON (本) : (Ippon = 一本= satu batang)

2) Setsuji yang berasal dari bahasa Cina (Kango), yaitu : FU(不): (Fumei = 不

明= tidak jelas). HI(非): (Hisai = 非才= tidak bijaksana), KAKU(各):

(Kakuchi = 各地 = tiap daerah), TEKI(的) : (Rironteki = 理論的 = secara

teoritis), JIN(人)= (Chuugokujin = 中国人= orang Cina), KA(化):

(Risouka = 理想化= idealis), DAI(大): (Daikouzui = 大洪水= banjir besar),

MI(未) : (Mibunseki = 未分析= belum dianalisis), MU(無) =

(Mukeikaku = 無計画= tanpa rencana)

3) Setsuji yang berasal dari bahasa Asing (Gairaigo), yaitu : MAN (マン) : (Eigyo-

man = 栄魚マン= pengusaha), ANCHI(アンチ): (Anchi-kyojin = アンチき

ょじん= anti orang terkemuka), METORU(メトル): (San metoru = 三メト

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

ル= tiga meter), KIROGURAMU(キログラム)= (Ichi kiroguramu = いちキ

ログラム= satu kilogram)

RUPIAH(ルピアー): (Hyaku rupiah = 百ルピアー = seratus rupiah)

Terdapat 11 kelompok atau klasifikasi afiksasi bahasa Jepang tersebut yang

dapat dirinci menurut maknanya yaitu sebagai berikut :

1) Afiks (prefiks) yang menyatakan “negasi” yaitu : fu ( 不)、hi ( 否)、mu ( 無)、

mi (未).

Contoh : (fuseikou = 不 成 功 = tidak berhasil) 、 (hitei = 否 定 =

negatif/menyangkal)、(mukankei = 無関係 = tidak ada hubungan)、(mikon= 未

婚 = belum menikah) .

2) Afiks (prefiks)yang menyatakan “betul-betul , sangat, paling” yaitu : ma (真

~)、dai (大~)、sai (最)

Contoh : (masshiro =真っ白 = betul-betul putih)、(daikirai = 大嫌い = sangat

benci)、(saishingata = 最新型 = model paling baru).

3) Afiks (prefiks) yang menyatakan “lagi, yang” yaitu : sai (再~)

Contoh : (saikakunin = 再確認 = konfirmasi lagi)

4) Afiks (sufiks) yang menyatakan “orang / pelaku” yaitu : jin (~人)、sha (~者)、

ka (~家)、 in (~員)、shi (~師)

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Contoh : (nihonjin =日本人= orang Jepang)、(kenkyuusha = 研究者 = peneliti)、

(ongakuka = 音楽家 = musikus)、 (ginkouin = 銀行員 = pegawai bank)、

(bengoshi = 弁護士pengacara)、(kyoushi = 教師 = pengajar).

5) Afiks (sufiks) yang menyatakan “gaya / ala ” yaitu : shiki (~式)、fuu (~風)

Contoh : (nihonshiki = 日本式 = ala Jepang)、 (wafuu = 和風= gaya Jepang)、

6) Afiks (sufiks) yang menyatakan “tujuan penggunaan” yaitu : muke ( ~向け)、

muki (~向き)、you (~用)

Contoh : (kodomomuke = 子供向け = ditujukan untuk anak)、(kyoushimuki = 教

師向き = ditujukan untuk pengajar)、 (jouseiyou = 女性用 = keperluan untuk

kaum wanita)

7) Afiks (sufiks) yang menyatakan “sedang, waktu / masa,” yaitu : chuu (~中)、ji

(~時)、dai (~代)

Contoh : (benkyouchuu = 勉強中= sedang belajar)、(tsuugakuji = 通学時 =

masa anak-anak)、(40 dai = 40代 = umur 40 – an).

8) Afiks (sufiks) yang meyatakan “kecenderungan” yaitu : ge (~げ)、gachi (~が

ち)、gimi (~気味)、ppoi ( ~っぽい)

Contoh : (kurushige = 苦げ = cenderung lelah), (okuregachi = 遅がち =

cenderung terlambat)、 (kazegimi = 風邪気味 = agak pilek)、(kodomoppoi = 子

供っぽい = kekanak-kanakan)

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

9) Afiks (sufiks) yang menyatakan “biaya” yaitu : chin (~賃)、hi (~費)、kin (~

金)、ryou (~料)、dai (~代)

Contoh : (yachin = 家賃 = biaya sewa rumah)、 (seikatsuhi = 生活費 = biaya

hidup)、(shougakukin = 奨学金 = beasiswa)、(yuusouryou = 郵送料 = biaya

pengiriman)、 (denwadai = 電話代 = biaya telepon).

10) Afiks (sufiks) yang menyatakan “jamak” yaitu : tachi (~たち)、domo (~ども)、

gata (~方)、ra (~ら)、sho (諸~)

Contoh : (gakuseitachi = 学生たち = para siswa/mahasiswa)、(yakunindomo =

役人ども = para pegawai negeri)、 (senseigata = 先生方 = para guru/dosen)、

(warera = 我ら = mereka-mereka)、 (shodaigaku = 諸大学 = semua perguruan

tinggi).

11) Afiks (sufiks) yang lain, yang termasuk di dalamnya antara lain : teki (~的)

yang menyatakan arti ‘”secara”、rashii ( ~らしい) menyatakan arti “menjadi

seperti”

Contoh : (jidouteki = 自動的 = secara otomatis)、(onnarashii = 女らしい =

seperti wanita).

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam proses pembentukan kata, setsuji

memegang peranan penting. Tetapi suatu kata juga dapat dibentuk dengan cara

menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Jepang sekurang-kurangnya ada empat macam yaitu : (1) haseigo, (2)

fukugougo/goseigo, (3) karikomi/shouryaku, dan (4) toujigo.

Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan setsuji

disebut dengan kata kajian (haseigo). Proses pembentukannya bisa dalam formula :

‘settouji + morfem’ atau ‘morfem + setsubiji’. Awalan (O-, GO-, SU-, MA-, KA-,

SUQ-) dapat digolongkan ke dalam settouji, sedangkan akhiran (sa, mi, teki, suru)

termasuk ke dalam setsubiji. Perhatikan contoh di bawah ini :

O- + nomina : o-kuruma (mobil ; yaitu sebuah ungkapan sopan)

o-kyaku (tamu ; yaitu sebuah ungkapan sopan)

GO- + nomina : go-kazoku (keluarga ; yaitu sebuah ungkapan sopan)

go-shuujin (suami ; yaitu sebuah ungkapan sopan)

SU- + nomina : su-gao (wajah asli ; tanpa bedak, dll)

su-ashi (kaki telanjang)

MA- + nomina : ma-gokoro (setulus hati)

ma-mizu (air muni)

KA- + adjektiva : ka-guroi (hitam pekat; yaitu suatu penegas)

ka-bosoi (sangat tipis)

KO- + adjektiva : ko-gitanai (agak kotor)

ko-urusai (agak ribut)

Fungsi settouji O- dan GO- yaitu sebagai penghalus dan digunakan hanya

untuk orang lain. Fungsi settouji SU- untuk menyatakan arti (asli/polos) sehingga

pada kosakata (sude = tangan kosong) yang berasal dari kata (te = tangan) berubah

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

maknanya menjadi (sude = tangan kosong) yang mempunyai makna ‘tidak

menggenggam atau tidak membawa apa-apa. Settouji MA- untuk menyatakan

(kemurnian atau ketulusan), settouji KA- untuk menyatakan arti (sangat), dan KO-

yang menyatakan arti (agak/sedikit). Contoh kata yang merupakan hasil dari

perpaduan antara ‘morfem + setsubiji’ antara lain sebagai berikut :

Gokan dari adjektiva + -SA = nomina : samusa (dinginnya)

takasa (ketinggian)

Gokan dari adjektiva + -MI = nomina: atsumi (ketebalan)

amami (manisnya)

nomina verba + -SURU = verba : benkyousuru (belajar)

undousuru (berolahraga)

nomina + -TEKI = adjektiva : chuushouteki (secara abstrak)

keizaiteki (ekonomis)

Akhiran -SA dan -MI digunakan untuk mengubah adjektiva menjadi nomina,

tetapi tidak semua adjektiva bisa diikuti oleh (-SA) dan (-MI). Begitu pula dengan -

SURU merupakan verba istimewa dalam bahasa Jepang, karena bisa berfungsi

sebagai verba transitif dan juga sebagai verba intransitif. Tidak semua nomina bisa

diikuti oeh -SURU, melainkan terbatas pada nomina yang menyatakan arti suatu

perbuatan atau nomina verba saja. Akhiran -TEKI digunakan untuk mengubah

nomina menjadi adjektiva atau adverbia. Misalnya kata keizaiteki yang berasal dari

kata keizai (ekonomi/perekonomian) yang mendapat akhiran -TEKI yaitu (keizai +

teki) ; (nomina + teki) = adverbia.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Seperti dalam bahasa Indonesia, bahasa jepang juga memiliki kata ulang yang

merupakan hasil reduplikasi dari fonem , suku kata. Stem, akar kata , kata majemuk

dll.

2.2.2. Reduplikasi (Juufuku、重複)

Reduplikasi adalah perulangan morfem dasar baik secara utuh atau sebagiannya

saja, baik tanpa ataupun dengan imbuhan sekaligus.

Beberapa defenisi reduplikasi reduplikasi (juufuku) seperti dalam kamus besar

bahasa Jepang yaitu kata majemuk yang berasal dari pengulangan kata tunggal yang

sama yang berfungsi untuk memperkuat arti, bentuk jamak pengulangan aksi dan

keadaaan serta menunjukkan kesinambungan, misalnya : wareware (kami), dan

akaaka (merah). Sedangkan dalam kamus linguistik reduplikasi yaitu proses dari

hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal, misalnya :

ieie (rumah-rumah).

Cahyono (1995:145-146) mengatakan bahwa reduplikasi adalah pengulangan

bentuk satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi

fonem maupun tidak. Tambahan lagi menurut Chaer (2003:182), mengatakan bahwa

secara umum, reduplikasi merupakan proses morfermis yang mengulang kata dasar,

baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi.

Reduplikasi (Juufuku), yaitu pengulangan kata pada bahasa Jepang. Dalam

bahasa Jepang reduplikasi selain disebut dengan istilah juufuku juga disebut dengan

jougo dan choujo. Jougo adalah kata yang dibentuk dengan mengulang satuan atau

unit morfem yang berupa kata atau satu bagian dari kata tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

1)

Secara umum jougo terbagi atas 3 bagian yaitu :

Kanzen Jougo (完全畳語)

2)

Kanzen Jougo yaitu pengulangan sempurna atau pengulangan seluruh bentuk

dasar tanpa perubahan fonem maupun pengafiksasian. Contohnya : (ieie = rumah-

rumah).

Bubun Jougo (部分畳語)

3)

Bubun Jougo yaitu pengulangan sebagian, contohnya yaitu : (susuru =

menghirup).

Onkoutai Jougo(音交替的畳語)

Onkoutai Jougo yaitu pengulangan berubah bunyi atau pengulangan yang

melibatkan perubahan vokal dan perubahan konsonan. Contohnya : (hitobito =

banyak orang), (samazama = bermacam-macam), dan lain-lain.

1.

Pembagian jougo berdasarkan kelas kata pembentukya yaitu :

2.

Jougo Meishi Dameishi (畳語名詞。代名詞), yaitu pengulangan nomina

dan pronominal. Contohnya : (ieie = rumah-rumah).

3.

Jougo Meishi Dameishi (Rendaku) (畳語名詞。代名詞、連濁) , yaitu

pengulangan nomina dan pronominal dengan perubahan bunyi. Contohnya :

(hitobito = banyak orang).

Jougo Doushi (畳語動詞), yaitu pengulangan verba dengan verba dengan

pengulangan sempurna. Contohnya : (yasumiyasumi = berhenti).

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

4.

5.

Jougo Doushi (bubun jougo) (畳語動詞、部分畳語)), yaitu pengulangan

verba sebagian. Contohnya (susuru = menghirup).

6.

Jougo Keiyoushi (畳語形容詞), yaitu pengulangan adjektiva. Contohnya :

(wakawakashii = kemuda-mudaan).

7.

Jougo Fukushi (畳語副詞) , yaitu pengulangan kelas kata adverbia.

Contohnya : (tokidoki = kadang-kadang).

8.

Jougo Giongo Gitaigo (畳語擬音語擬態語) , yaitu pengulangan bunyi

tiruan suara (anematope). Contohnya yaitu : (dokidoki = ‘deg-deg’).

9.

Jougo Gairaigo (畳語外来語), yaitu pengulangan yang berasal dari kata

atau serapan bahasa asing. Contohnya : (teburuteburu = meja-meja).

Jougo Shuujougo (畳語集畳語), yaitu pengulangan dari kumpulan kata

ulang. Contohnya : (achirakochira =disana-sini).

1)

Koizumi (1993: 108-109) membagi reduplikasi dalam bahasa jepang (jufuku)

menjadi dua bagian, yaitu :

Reduplikasi kata dasar (gokan no juufuku,語幹の重複)

Reduplikasi ini berasal dari pengulangan dari bentuk dasarnya.

2) Reduplikasi Afiksasi (gokan no juufuku to setsuji、語幹の重複と接辞)

Contoh :’hitobito’ (人々)、’yamayama’ (山々).

Reduplikasi ini merupakan pengulangan yang berasal dari akibat mengalami

proses afiksasi (pengimbuhan).

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Contoh : /waka-i/ (若い ) => (waka-waka-shii = 若々しい = kemuda-mudan)

Dalam bahasa Jepang, anomatope juga

1.

merupakan unsur yang mengalami

proses ulangan. Koizumi (1993:108) juga membagi kata ulang (juufuku) yang berasal

dari anomatope atau tiruan bunyi /suara yaitu:

Gitaigo (擬態語)

2.

Gitaigo (擬態語), yaitu bunyi bahasa yang diungkapkan seperti keadaan

bendanya atau bunyi bahasa yang timbul dengan melihat keadaan bendanya.

Cth : (hyu hyu = bunyi angin).

Giongo (擬音語)

Giongo (擬音語 ), yaitu bunyi bahasa atau suara yang menyerupai suara

benda atau hewan. Contoh : (wan wan = suara gonggongan anjing).

2.2.3. Pemajemukan/ Kata Majemuk (Fukugo、複合)

Komposisi yang disebut juga dengan istilah kata majemuk dalam bahasa

Jepang disebut dengan fukugo. Kata majemuk (fukugo) yaitu penggabungan dua buah

kata yang membentuk satu kata baru.

Dalam bahasa Jepang, menurut Koizumi (1993:109) kata majemuk bahasa

Jepang adalah merupakan penggabungan beberapa morfem yang terbagi atas berbagai

variasi. Defenisi yang lain dari kata majemuk (fukugougo atau disebut juga

gouseigo) yaitu kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa ‘morfem

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

isi’. Misalnya : pada kata ‘ama-gasa’ (payung hujan) berasal dari nomina ‘ame’

(hujan) dan nomina ‘kasa’ (payung).

Berikut adalah

a)

komposisi atau kata majemuk bahasa Jepang (fukugo)

berdasarkan kelas kata yang membentuknya:

b)

Nomina (meishi) + Nomina (meishi) (tegami = surat) (te + kami) 手紙

「テ+ガミ」

c)

Nomina(meishi) + Verba (doushi) (bonodori = tarian bon) (bon + odori )

ボン踊り「ボン+オドリ」

d)

Nomina (meishi) + Adjektiva (keiyoushi) (nakayoku = akrab) (naka +

yoku) 仲良く「ナカ+ヨク」

e)

Verba (doushi) + Nomina (meishi) (iriguchi = pintu masuk) ( iri + guchi)

入り口 「イリ+グチ」

f)

Verba (doushi) + Verba (doushi) (hikidasi = laci) (hiki + dashi) 引き出

し「ヒキ+ダシ」

g)

Verba (doushi) + Adjektiva (keiyoushi) (torinikui = sulit diambil) (tori +

nikui) 取り難い 「トリ+ニクイ」

h)

Adjektiva (keiyoushi) + Nomina (meishi) (wakamono = anak muda) (waka

+ mono) 若者「ワカ+モノ」

Adjektiva (keiyoushi) + Verba (doushi) (yasuuri = Obral) (yasu + uri) 安

売り「ヤス+ウリ」

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

i) Adjektiva (keiyoushi) + Adjektiva (keiyoushi) (kireizuki = suka kebersihan)

(kirei + suki) 綺麗好き「キレイ+ズキ」

1. Hubungan pelengkap (

Dalam bahasa Jepang, Nomura (1992:185) juga membagi komposisi atau

kata majemuk (fukugo) menjadi 3 polayaitu :

a) Nomina (meishi) + Adjektiva (keiyoushi) ( irojiro = warna putih) (iro +

jiro) 色白「イロ+ジロ」

hosokukankei, 補足関係), yaitu pada :

b) Nomina (meishi) + Verba (doushi) (higure = matahari terbenam) (hi +

gure) 日暮れ「ヒ+グレ」

2. Hubungan penerang (

Adjektiva (keisyoushi) + Verba (doushi) (hayaoki = bangun cepat) (haya

+ oki) 早起き「ハヤ+オキ」

shuushokukankei, 修飾関係), yaitu pada :

Verba (doushi) + Verba (doushi) (tachiyomi = membaca sambil berdiri)

(tachi + yomi) 立ち読み 「タチ+ヨミ」

Adjektiva (keiyoushi) + Nomina (meishi) (marugao = wajah bulat) (maru

+ gao) 丸顔「マル+ガオ」

Verba (doushi) + Nomina (meishi) (uchikizu = luka memar) (uchi + kizu)

うち傷 「ウチ+キズ」

Nomina (meishi) + Nomina (meshi (hondana = rak buku) (hon + dana) )

本棚「ホン+ダナ」

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

3. Hubungan perlawanan (

Nomina (meishi) + Nomina (meishi) (ashikoshi = kaki dan pinggang)

(ashi + koshi) 足腰「アシ+コシ」

tairitsukankei, 対立関係), yaitu pada :

Verba (doushi) + Verba (doushi) (urikai = jual beli) (uri + kai) 売り買

い「ウリ+カイ」

Adjektiva (keiyoushi) + Adjektiva (keiyoushi) (sukikirai = suka tak suka)

(suki + kirai) 好き嫌い 「スキ+キライ」

Menurut Sutedi (2003:46) fukugougo atau gouseigo merupakan kata yang

terbentuk dari penggabungan beberapa buah morfem isi. Beberpa contohnya yang

lain yaitu sebagai berikut :

a) Dua buah morfem isi

Nomina (meishi) + nomina (meishi) (hondana = rak buku) (hon + dana)

本棚 「ホン+ダナ」

b) Morfem isi + imbuhan (setsuji)

Nomina (meishi) + verba (doushi) (Tokyo iki = pergi) (tokyo + iki) 東

京行き「トウキョ+イキ」

Verba (doushi) + nomina (meishi) (yakiniku = daging bakar) (yaki +

niku) 焼肉「ヤキ+ニク」

Verba(doushi) + verba (doushi) = verba (doushi) (urikiru = habis terjual)

(uri + kiru) 売り切る 「ウリ+キル」

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Verba + verba = nomina = (kashidashi = rental) (kashi+ dashi) 貸し出

し「カシ+ダシ」

Cara pembentukan kata majemuk yang lainnya, yaitu ‘shouryaku/karikomi’

dan ‘toujigo’. Karikomi merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis) dari

kosakata aslinya, sedangkan toujigo merupakan singkatan huruf pertama yang

dituangkan dalam huruf alfabet (romaji). Perhatikan contoh berikut :

a) Contoh Karikomi/Shouryaku :

Terebishon terebi (TV)

Paasonaru konpyuuta pasokon (komputer pribadi)

Tokyou daigaku toudai (Universitas Tokyou)

b) Contoh Toujigo

Nippon Housou Kyoukai NHK (siaran TV Jepang)

Water Closet WC (kamar kecil)

2.3. Perubahan Bentuk Kata Dalam Bahasa Jepang (Katsuyoukei)

Jenis perubahan adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang hampir sama

dengan jenis perubahan verba, tetapi tidak ada perubahan ke dalam bentuk bentuk

perintah (meireikei). Ini hal yang wajar karena adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa

Jepang, yaitu kata yang berfungsi untuk menunjukkan keadaan, keinginan, sifat, atau

perasaan, maupun permintaan yang diakhiri dengan huruf /i/ dan /na/ atau /da/.

Dimana dalam bentuk meireikei merupakan sebagai bentuk perintah atau menyuruh

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

sudah dianggap menyatakan suatu keadaan dari suatu keinginan dari sesuatu perasaan

seseorang kepada orang lain.

Dalam bahasa Jepang i-keiyoushi memiliki akhiran-i (gobi-i) dan na-keiyoushi

memiliki akhiran-na (gobi-na). Bagian yang mengalami perubahan dalam i-keiyoushi

yaitu fonem /i/ (い), sedangkan pada na-keiyoushi yang disebut juga keiyoushi-da,

yang mengalami perubahannya adalah /da/ (だ).

Kata-kata yang termasuk dalam i-keiyoushi dapat membentuk kalimat

(bunsetsu) walaupun tanpa bantuan kelas kata lain. Setiap kata yang termasuk i-

keiyoushi selalu diakhiri silabel /i/ (い ) dalam bentuk kamusnya, dapat menjadi

predikat, dan dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain dalam suatu

kalimat. Kelas kata ini mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat.

Kata-kata ’yuumei’ yang makna leksikalnya terkenal, ’kirai’ yang makna

leksikalnya benci, dan ’kirei’ yang makna leksikalnya cantik atau bersih atau indah,

seringkali kata-kata tersebut dianggap i-keiyoushi karena kata-kata tersebut

berakhiran silabel /i/ (い). Tetapi kata-kata tersebut termasuk dalam na-keiyoushi

karena dalam bentuk kamusnya berakhiran silabel /na/ (な) yaitu yuumei-na, kirai-na,

dan kirei-na.

Dalam bahasa Jepang perubahan bentuk kata yaitu terjadi pada kelas kata

verba (doushi) , adjektiva (keiyoushi) dan kopula (joudoushi) disebut konjugasi

(katsuyou). Dalam penelitian ini akan dibahas perubahan bentuk kata atau konjugasi

mengenai adjektiva ( keiyoushi). Menurut Masao (1989:150) di dalam katsuyoukei

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

terdapat enam macam perubahan yaitu sebagai berikut : Mizenkei ( 未然形 ),

Ren’youkei (連用形), Shuushikei (終止形), Rentaikei (連体形), Kateikei (仮定形)

dan Meireikei (命令形 ). Keenam macam perubahan bentuk ini memiliki pola

perubahan tertentu sesuai dengan fungsi kata sifatnya.

1. Mizenkei (未然形)

Mizenkei yaitu menyatakan bahwa aktivitas atau tindakannya belum dilakukan

atau belum dilakukan atau belum terjadi sampai sekarang. Bentuk ini diikuti fonem

/u/. Misalnya pada bentuk i-keiyoushi pada kata mijikai miijikarou. Pada bentuk

na-keiyoushi pada kata kirei na kirei darou.

2. Ren’youkei (連用形)

Renyoukei yaitu menyatakan kemajuan atau kelanjutan suatu aktivitas. Oleh

karena bentuk ini pun dapat diikuti yougen. Bentuk ini diikuti ’ta’, ’aru’, tau ’naru’.

Misalnya pada bentuk i-keiyoushi pada kata chiisai chisaku naru, chisakatta. Pada

bentuk na-keiyoushi pada kata kirai na kirai datta, kirai de aru, kirai ni naru.

3. Shuushikei (終止形)

Shuushikei yaitu menyatakan bentuk dasar adjektiva (keiyoushi) yang dipakai

sewaktu mengakhiri ujaran. Pada bentuk i-keiyoushi akan tetap berakhiran /i/ (い),

sedangkan pada bentuk na-keiyoushi akan berakhiran /da/ (だ). Misalnya pada bentuk

i-keiyoushi pada kata mazui mazui. Pada bentuk na-keiyoushi pada kata yuumei na

yuumei da.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

4. Rentaikei (連体形)

Rentaikei yaitu bentuk yang diikuti taigen seperti kata toki. Bentuk dasar

ataupun bentuk kamus pada adjektiva (keiyoushi) nya diikuti kata ’toki’. Misalnya

pada bentuk i-keiyoushi pada kata takai takai toki. Pada bentuk na-keiyoushi pada

kata shizuka na shizuka na toki.

5. Kateikei (仮定形)

Kateikei yaitu menyatakan bentuk pengandaian, merupakan bentuk yang

diikuti oleh ’ba’. Pada bentuk i-keiyoushi akan menggunakan bentuk ’kereba’

sedangkan pada bentuk na-keiyoushi akan menggunakan bentuk ’naraba’. Misalnya

pada bentuk i-keiyoushi pada kata muzukashii muzukashiikereba. Pada bentuk na-

keiyoushi pada kata yuumei na yuumei naraba.

6. Meireikei (命令形)

Meireikei yaitu menyatakan

perubahan bentuk menyuruh atau bentuk

perintah. Dalam adjektiva tidak banyak mengalami perubahan bentuk dan biasanya

tetap ada dalam bentuk asalnya atau bentuk kamusnya. Seperti telah disampaikan

diatas bahwa adjektiva sendiri sudah merupakan suatu kelas kata yang menyatakan

keadaan atau keinginan seseorang. Namun kelas kata lain seperti dalam kelas kata

verba terdapat perubahan bentuk meireikei, contohnya seperti : (ike = 行け= pergi),

(damare = だまれ!= diam) dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

2.4. Adjektiva/Kata Sifat Bahasa Jepang (Keiyoushi)

2.4.1. Pengertian Adjektiva/Kata Sifat Bahasa Jepang (Keiyoushi)

Adjektiva (keiyoushi) adalah salah satu jenis kata yang mengutarakan

atau mengungkapkan perasaan (psikis), perasaan yang dimiliki manusia, keadaan, dan

kesan penilaian terhadap sifat sesuatu yang berkaitan dengan orang, benda atau suatu

hal, serta keadaan makhluk hidup dan manusia

Shadan Houjin (1990:448) juga menjelaskan bahwa adjektiva (keiyoushi)

merupakan salah satu jenis kata. Kesan dan pertimbangan terhadap semua yang tidak

bersifat watak dan keadaan suatu peristiwa, keadaan seseorang, dan lain-lain.

Menunjukkan perasaan emosi, rasa, dan lain-lain yang dimiliki oleh seseorang

dengan bahasa yang mengaplikasikan kata sifat dan termasuk pada kata yang dapat

menjadi predikat.

. Menurut Kitahara dalam Sudjianto

dan Ahmad Dahidi (2004:154). Adjektiva (keiyoushi) adalah kelas kata yang

menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dan keiyoushi dengan sendirinya dapat

menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk .

Menurut Situmorang (2007:28) jika dilihat dari huruf kanjinya, kata Keiyoushi

( 形容詞) terdiri dari tiga buah huruf kanji, yaitu :

形 = yang dibaca Kei yang berarti bentuk, rupa, corak atau potongan.

容 = yang dibaca You yang berarti lukisan, perumpamaan, kiasan atau ibarat.

詞 = yang dibaca Shi yang berarti kata

Menjadi : keiyoushi = 形容詞 = kata bentuk keadaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Adjektiva mempunyai kata keterangan yang mengikutinya. Kata yang dapat

menerangkan adjektiva disebut dengan shushokugo. Kata keterangan yang dapat

menerangkan adjektiva yaitu sebagai berikut :

1) Adjektiva dapat diberikan keterangan perbandingan, seperti : Sukoshi = すこし=

sedikit, chotto = ちょっと, ikuraka = いくらか = beberapa, donokurai = どの

くらい = berapa, seberapa, onajikurai =同じくらい= hampir sama. Contohnya :

chotto muzukashii =ちょっと難しい=sedikit sulit.

2) Adjektiva dapat diberikan keterangan penguat, seperti : Totemo = とても= sangat,

hijou ni = 非常に = sangat, hontou ni = 本当に= benar-benar, kanari = かなり

= lumayan, sugoku =すごく= benar-benar, motto = もっと= lebih . Contohnya :

totemo kanashii = とても悲しい= sangat sedih.

3) Adjektiva dapat diberikan kata keterangan untuk mengingkari sesuatu hal dengan

kata ingkar tidak yang biasanya dipakai untuk bentuk negatif /-nai/. Kata

keterangan yang mengikuti adjektiva dalam bentuk ingkar yang memiliki arti

tidak seperti : Amari = あまり, sonnani = そんなに, zenzen = ぜんぜん,

mattaku = まったく. Contohnya : zenzen itakunai = ぜんぜん痛くない = tidak

sakit

Adjektiva (keiyoushi) dalam bentuk prenomina (sebagai pewatas) berakhiran

dengan akhiran /i/ (い) dan /na/ (な). Adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang ada

dua macam golongan yaitu adjektiva I yang berakhiran huruf-i atau /i/ (い) disebut

Universitas Sumatera Utara

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

dengan i-keiyoushi dan adjektiva II yang berakhiran- /na/ (な) atau /da/ (だ

Adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang merupakan kelas kata yang dapat berdiri

sendiri dan memiliki makna sendiri. Adjektiva (keiyoushi) bahasa Jepang merupakan

kelas kata yang dapat mengalami perubahan bentuk (katsuyoukei) yang disebut

dengan yougen. Perubahan bentuk adjektiva tersebut dikarenakan adjektiva

merupakan kelas kata yang sangat fleksibel dalam pembentukan kata adjektiva itu

sendiri.

) yang

disebut na-keiyoushi atau keiyoudoushi.

Sutedi (2003: 58-59) mengemukakan bahwa jenis perubahan adjektiva

(keiyoushi) dalam bahasa Jepang hampir sama dengan perubahan verba, hanya saja

dalam keiyoushi tidak ada perubahan dalam bentuk meireikei (perintah). Hal ini di

karenakan makna adjektiva (keiyoushi) dalam bahasa Jepang merupakan kata yang

berfungsi untuk menunjukkan keadaan, sifat, atau perasaan yang diakhiri dengan

huruf /i/ atau /da/.

Adjektiva-i (i-keiyoushi) memiliki pembentukan kata, perubahan bentuk kata

dan penempatan posisi dalam kalimat pada tata bahasanya yang kebanyakan sama

dengan verba (doushi) sedangkan adjektiva-na (na-keiyoushi) hampir mirip dengan

nomina (meishi).

Universitas Sumatera Utara

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

2.4.2. Fungsi Adjektiva/Kata Sifat Bahasa Jepang (Keiyoushi)

Menurut Arakawa (1989:39), bahwa fungsi utama kata sifat atau adjektiva

(keiyoushi) dalam bahasa Jepang adalah sebagai atributif dan predikatif. Oleh karena

fungsinya sebagai atributif maupun predikatif dalam kalimat maka pelekatan dan

penggunaannya pun memiliki aturan tertentu dalam tata bahasa Jepang. Pemakaian

kata sifat bahasa Jepang diletakkan di depan kata benda (Hukum MD). Bahasa Jepang

yang juga menggunakan Hukum MD, seperti Bahasa Inggris. Jadi hal ini kebalikan

dari susunan bahasa Indonesia (Hukum DM).

Contoh : 1. Kata sifat atau adjektiva golongan I : 赤いりんご akai ringo (apel

merah), 大きい家 Ookii uchi (rumah besar)

2. Kata sifat adjektiva golongan II: きれいな花 Kireina hana (bunga

indah)

Berikut beberapa fungsi serta penggunaan kata sifat dalam bahasa Jepang :

1. Fungsi Atributif (Sebagai Keterangan Kata Benda)

Dalam hal ini, kata sifat berfungsi untuk menerangkan sifat/keadaan dari kata

benda. Untuk kata adjektiva-i (i-keiyoushi), langsung digabungkan dengan kata benda

yang dimaksud tanpa mengalami prubahan bentuk kamusnya atau perubahan bentuk

asalnya dan tidak menghilangkan akhiran /-i/ nya. Formulanya :

Adjektiva-I + nomina

Universitas Sumatera Utara

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Sedangkan pada adjektiva-na (na-keiyoushi) di antara kata sifat dan kata benda

disisipkan /na/ (

な). Formulanya :

2. Fungsi Predikatif

Jika akan menggunakan dua atau lebih kata sifat dalam sebuah frase yang

menerangkan kata benda, maka bentuk yang digunakan adalah bentuk asli (tidak

mengalami konjugasi).

Taeko Kamiya (2002:12) menyatakan bahwa adjektiva-i (i-keiyoushi), ketika

digunakan sebagai predikat, berfungsi seperti kata kerja. Pada fungsi predikatif,

adjektiva menjadi sebagai penjelasan utama keadaan dari subjeknya. Formulanya :

3. Fungsi Menjelaskan Verba (doushi)

Kata sifat atau adjektiva digunakan sebagai kata keterangan untuk

menjelaskan kata kerja, kata sifat dan kata keterangan. Untuk adjektiva-i (i-

keiyoushi), bentuk adverbial (kata keterangan) diperoleh dengan mengubah huruf

akhir /i/ menjadi /ku/ dan

Adjektiva-na (な) + nomina

Nomina wa/ga + adjektiva + desu/da Nomina は/が + adjektiva + desu/da

Adjektiva-i –/ku/ + verba Adjektiva いーく + verba

Universitas Sumatera Utara

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Sedangkan untuk adjektiva-na (na-keiyoushi), dengan menambahkan /ni/

setelah adjektivanya. Formulanya :

2.4.3. Jenis-Jenis Adjektiva Bahasa Jepang (Keiyoushi)

2.4.3.1. Adjektiva golongan I/Adjektiva– i (I-Keiyoushi)

Adjektiva-i (i-keiyoushi) merupakan kelas kata sifat golongan I. Menurut

Kitahara (1995:82) bahwa adjektiva-i (i-keiyoushi) sering disebut juga keiyoushi yaitu

kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan sendirinya menjadi

predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk.

Setiap kata yang termasuk i-keiyoushi selalu diakhiri /i/ (い). Dalam bentuk

kamusnya, adjektiva-i (i-keiyoushi) dapat menjadi predikat, dan juga dapat menjadi

kata keterangan yang menerangkan kata lain dalam sebuah kalimat. Adjektiva-i (i-

keiyoushi) selalu diakhiri hiragana /i/ (い) seperti /ii/, /ai/, /oi/, /ui/. Akhiran /i/ (い)

Ini adalah okurigana yaitu bagian yang akan berubah-ubah pada saat terjadi konjugasi

adjektivanya. Contohnya : muzukashii (sulit/sukar/susah), chisai (kecil), omoshiroi

(menarik), dan warui (jelek/buruk).

Adjektiva-i (i-keiyoushi) biasanya selalu berakhiran /i/ (い ), namun ada

beberapa adjektiva-na (na-keiyoushi) yang diakhiri /i/ (い) seperti misalnya yumei

(mimpi), kirai (benci), dan kirei (cantik, indah, bersih). Contohnya pada kata kirei na

Adjektiva-na--/ni/ + verba Adjektiva なーに + verba

Universitas Sumatera Utara

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

(cantik, indah, bersih yang ditulis dalam hiragananya 「きれい (な)」. Cara

membedakannya yaitu adjektiva-na yang diakhiri 「い」 dan umumnya ditulis

dengan hiragana: 「きれい」 dan 「嫌い」. Adjektiva-na (na-keiyoushi) lain yang

diakhiri 「い」 biasanya ditulis dengan kanji jadi dapat dilihat bahwa itu bukan

adjektiva-i (i-keiyoushi). Contohnya, 「きれい」 jika ditulis dengan kanji adalah 「

綺麗 」 atau 「奇麗

1. Ciri-ciri i-keiyoushi

」, dan karena 「い」-nya merupakan bagian dari kanji

「麗」, maka dapat diketahui bahwa itu tidak mungkin merupakan adjektiva-i. Ini

karena inti utama 「い」 pada adjektiva-i adalah memungkinkan dilakukannya

konjugasi tanpa mempengaruhi kanjinya, walaupun berakhiran /i/ (い) tapi tidak

termasuk i-keiyoushi karena dalam bentuk kamusnya berakhiran /da/ (だ).

a) Dapat berdiri sendiri.

b) Menunjukkan sifat atau keadaan sesuatu benda.

c) Mempunyai perubahan bentuk (konjugasi).

d) Selalu berakhiran /i/.

e) Dapat menjadi predikat.

2. Jenis-jenis i-keiyoushi

Menurut Shimizu (2000:46) i-keiyoushi dibagi menjadi dua macam yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

1. Zokusei keiyoushi yaitu kelompok i-keiyoushi yang menyatakan sifat atau keadaan

secara objektif. Misalnya : takai (tinggi; mahal), nagai (panjang), hayai (cepat),

omoi (berat), akai (merah) dan sebagainya.

2. Kanjou keiyoushi, yaitu kelompok i-keiyoushi yang menyatakan perasaan atau

emosi secara subjektif. Misalnya : ureshii (senang), kanashii (sedih), kowai

(takut) dan sebagainya.

Menurut Situmorang (2007:28) Keiyoushi atau I-Keiyoushi dibagi menjadi

tujuh jenis dilihat dari artinya, yaitu:

1) Keiyoushi yang mengutarakan bentuk benda. Contoh :(marui = 丸い= bulat ,

(shikakui = 四角い= persegi empat) , (hosoinagai = 細長い = panjang kurus/

sempit) , (hiratai = 平たい= datar) , (surudoi = 鋭い = tajam).

2) Keiyoushi yang mengutarakan jumlah atau volume benda. Contoh : (ooki = 大き

い= besar , 小さい = kecil) , (komakai = 細かい = halus, mendetail) , (nagai =

長い = panjang) , (atsui= 厚い = tebal).

3) Keiyoushi yang menunjukkan sifat benda. Contoh : (katai = 固い= keras),

yawarakai = 柔らかい= lembek/ lembut) , (atsui = 熱い= panas) , (shiroi = 白

い= putih) , (akai = 赤い= merah).

4) Keiyoushi yang berhubungan dengan mutu. Contoh : (warui = i悪い= jelek) ,

(utsukushii = 美しい = cantik), (konomashiii = 好ましい = suka, menarik hati) ,

(kitanai = 汚い= kotor) , (omoshiroi = 面白い = menarik).

Universitas Sumatera Utara

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

5) Keiyoushi yang berhubungan dengan nilai benda. Contoh : (subarashii = 素晴ら

しい= hebat) , (yasashii = 優し い = baik hati ), (ikameshii = 厳しい = keras,

sungguh-sungguh), (mutsumajii = 睦まじい= ramah, bersahabat).

6) Keiyoushi yang berhubungan dengan nilai bunyi-bunyian . Contoh : (yakamashii

= 喧しい= riuh, bising), (sawagashii = 騒がしい = gaduh, riuh).

7) Keiyoushi yang mengutarakan makna gerakan. Contoh : (hayai = 早い =

kencang), (osoi = 遅 = lambat, pelan-pelan) , (noroi = のるい = pelan-pelan)

2.4.3.2. Adjektiva Golongan II/ Adjektiva–na/-da (Na -Keiyoushi/Keiyoudoushi)

Adjektiva-na atau adjektiva-da (na-keiyoushi/keiyoudoushi) merupakan

kelas kata sifat golongan II. Iwabuchi (1989:96) menyatakan bahwa na-keiyoushi

sering disebut juga keiyoudoushi (yang termasuk jenis jiritsugo) yaitu kelas kata yang

dengan sendirinya dapat membentuk sebuah kalimat (bunsetsu), dapat berubah

bentuknya (termasuk jenis yougen), dan bentuk shuushikei-nya berakhir dengan (だ)

da atau desu (です ). Oleh karena perubahannya mirip dengan verba (doushi)

sedangkan artinya mirip dengan adjektiva (keiyoushi), maka kelas kata ini diberi

nama keiyoudoushi.

Adjektiva-na atau adjektiva-da (na-keiyoushi/keiyoudoushi) pada

dasarnya berperilaku seperti nomina. Satu perbedaan utamanya adalah adjektiva-na

dapat memodifikasi nomina yang mengikutinya dengan menyelipkan /na/「な」 di

Universitas Sumatera Utara

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

antara adjektiva dan nominanya yang disebut adjektiva-na. Contohnya, ’shizuka na

hito’ = 静かな人

Terbalik dengan bahasa Indonesia, pada bahasa Jepang disebutkan sifatnya

dulu sebelum bendanya. Lalu, /na/「な」 dapat dianggap seperti "yang" pada bahasa

Indonesia: yang berfungsi menghubungkan benda dan sifatnya. Hanya saja, dalam

bahasa Indonesia seringkali dapat ”membuang yang" (misalnya "orang pendiam")

tanpa ada perubahan arti, pada bahasa Jepang adjektiva-na

= Orang yang pendiam.

selalu

Selain memodifikasi nomina menggunakan /na/「な」 , dapat dikatakan

bahwa "suatu nomina" bersifat "suatu adjektiva" dengan menggunakan partikel topik

atau identifikasi, mengikuti pola [nomina] [partikel] [adjektiva]. Contohnya adalah

’hito wa shizuka’「

membutuhkan /na/

「な」. Sedangkan dalam terjemahan bahasa Indonesia kata "yang" dapat diabaikan.

人 は 静か 」. Ini pada dasarnya sama dengan menyatakan

keadaan benda. Namun, karena tidak mungkin "suatu adjektiva" menjadi "suatu

nomina", maka tidak dapat mengatakan [adjektiva] [partikel] [nomina] (misalnya

tidak mungkin kata ’shizuka na hito’ (静かな人 = Orang yang pendiam) menjadi

’shizuka ga hito’「静か が 人

Na-keiyoushi sering disebut keiyoudoushi yaitu kelas kata yang dengan

sendirinya dapat membentuk sebuah kalimat (bunsetsu), dapat berubah bentuk dan

」adalah salah). Ini cukup jelas karena, misalnya,

seseorang mungkin saja bersifat pendiam, tapi mengatakan bahwa sifat pendiam

adalah orang tidaklah masuk akal.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

bentuk shuushikei –nya berakhiran /da/ ( だ

Pada adjektiva-na (na-keiyoushi) terdapat kata keterangan yang dapat

menerangkan atau menjelaskan bentuk dari kata sifat. Seperti : (taihen = 大変な =

sangat susah), (totemo = とても= sangat, sekali), (chotto = ちょっと= Agak/sedikit),

(amari = あまり= tidak begitu) yang diikuti pola kalimat negatif), (tabun = たぶん=

mungkin).

) atau /desu/ ( で す ). Karena

perubahannya mirip dengan doushi sedangkan artinya mirip dengan keiyoushi,

sehingga kelas kata ini disebut keiyoudoushi.

Pada adjektiva-na (na-keiyoushi) ada juga yang terbentuk akibat reduplikasi

seperti : いろいろな(iroiro na = macam-macam), さまざまな (samazama na =

macam-macam), ざらざらな(zarazara na = kasar), dan lain-lain.

1. Ciri-ciri na-keiyoushi atau keiyoudoushi

a) Dapat berdiri sendiri.

b) Menunjukkan sifat atau keadaan sesuatu benda.

c) Mempunyai perubahan bentuk (konjugasi).

d) Selalu berakhiran /na/ atau /da/

e) Dapat menjadi predikat.

2. Jenis-jenis na-keiyoushi

Menurut Shimizu (2000:46-47) na-keiyoushi dibagi menjadi dua macam yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

1. Keiyoudoushi yang menyatakan sifat, misalnya : shizuka da (sepi), kirei da (cantik,

indah, bersih), sawayaka da (segar), akiraka da (jelas), sakan da

(makmur/populer), kenkooteki da (sehat), dan sebagainya.

2. Keiyoudoushi yang menyatakan perasaan, misalnya : iya da (tidak senang),

zannen da (menyesal), yukai da (senang), fushig ida (aneh), suki da (suka), kirai

da (benci), heiki da (tenang/tidak memperhatikan) dan sebagainya.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memperoleh referensi dari penelitian-penelitian

terdahulu yang telah ditulis dan diteliti oleh para peneliti linguistik umum maupun

peneliti dan pembelajar ilmu bahasa Jepang yang memiliki relevansi dalam kajian

penelitian yang akan diteliti oleh penulis.

Penelitian mengenai Linguistik bahasa Jepang banyak diteliti khususnya oleh

Hirai Masao (1989), Shimizu (2000), Kitahara (1995), Hamzon Situmorang (2007),

Sutedi Dedi (2003), Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2004), dan Adriana Hasibuan

(2003) yang kemudian mereka banyak memuat penelitiannya ke dalam buku-buku

maupun artikel dan jurnal.

Para peneliti di atas banyak menuangkan ide, pendapat maupun teori yang

menjadi acuan dalam penelitian ini. Peneliti mengambil beberapa penelitian terdahulu

yang menjadi acuan dasar munculnya suatu masalah fenomena kebahasaan yang

secara spesifik khususnya masalah fenomena kebahasaan pada adjektiva bahasa

Jepang yang diteliti khususnya bagi para pembelajar bahasa Jepang dari Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi 2.1.1. Pengertian ...

Berikut penelitian terdahulu yang menjadi ide peneliti untuk mengambil tema pokok

bahasan baru mengenai pembentukan kata dan perubahan bentuk kata pada adjektiva

bahasa Jepang.

1. Analisis Morfologi Verba Bahasa Jepang oleh Adriana Hasibuan (2003)

Penelitian ini menjelaskan proses morfologis kelas kata verba (doushi) dalam

bahasa Jepang. Peneliti menguraikan proses morfologis kelas kata verba mulai dari

kata kerja I, II dan III.

2. Afiks (suffiks) Bahasa Jepang yang Menyatakan “Orang” oleh Renariah (2005)

Peneliti meneliti afiksasi khusnya sufiks yang menyatakan ”orang”, kemudian

mengelompokkannya menjadi beberapa bagian dan menganalisis pembentukannya.

3. Afiksasi Bahasa Bali :Sebuah kajian morfologi Generatif’ oleh I Wayan Simpen

(2008)

Artikel ini membahas mengenai proses pengafiksasian yang terdapat dalam

bahasa Bali kemudian menguraikan pembentukannnya dengan menggunakan teori

morfologi generatif.

4. Analisis Makna Kata Chiisai, Komakai dan Kuwashii dalam Kalimat Bahasa

Jepang (Ditinjau dari Segi Semantik) oleh Khairina Iasha (2010)

Penelitian ini membahas secara spesifik salah satu jenis adjektiva-i (i-

keiyoushi) yaitu kata chisaii, komakai, dan kuwashii yang memiliki kesamaan makna

pada penggunaannya dalam kalimat. Setelah itu peneliti meninjau kajian makna dari

kata sifat tersebut ditinjau dari semantiknya.

Universitas Sumatera Utara