6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis merupakan tanaman buah yang berasal dari hutan tropis di kawasan asia tenggara. Manggis dikenal sebagai "Queen of Fruits" karena kandungan xanton pada kulit buah manggis tidak ditemukan pada buah-buahan lain. Di daerah Asia Tenggara, kulit buah manggis telah lama digunakan untuk pengobatan (Chaverri et al., 2008; Yatman, 2012). Bagian buah dan pohon manggis dapat dilihat pada gambar 2.1. (a) (b) Gambar 2.1 Garcinia mangostana L. (Hadriyono, 2011) Keterangan: (a) Buah Manggis; (b) Pohon Manggis 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Menurut Hutapea (1994), klasifikasi tanaman manggis adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta
17
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manggis (Garcinia mangostana L.) 2.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis merupakan tanaman buah yang berasal dari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manggis (Garcinia mangostana L.)
Manggis merupakan tanaman buah yang berasal dari hutan tropis di kawasan
asia tenggara. Manggis dikenal sebagai "Queen of Fruits" karena kandungan
xanton pada kulit buah manggis tidak ditemukan pada buah-buahan lain. Di
daerah Asia Tenggara, kulit buah manggis telah lama digunakan untuk
pengobatan (Chaverri et al., 2008; Yatman, 2012). Bagian buah dan pohon
manggis dapat dilihat pada gambar 2.1.
(a) (b)
Gambar 2.1 Garcinia mangostana L. (Hadriyono, 2011) Keterangan: (a) Buah Manggis; (b) Pohon Manggis
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Menurut Hutapea (1994), klasifikasi tanaman manggis adalah sebagai berikut:
dari ekstraksi bahan alami, contohnya vitamin C dan vitamin E (Utami, 2014).
10
Palakawong et al. (2010), menyatakan bahwa ekstrak air kulit buah manggis
mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50
adalah 5,94 mg/mL. Mardawati
et al. (2009), menyatakan bahwa semua fraksi pelarut dari ekstrak kulit manggis
memiliki aktivitas antioksidan yang besar dengan nilai Inhibiton Concentration
50% (IC50) kurang dari 50, dimana ekstrak metanol nilai IC50
sebesar 8,00 mg/L,
ekstrak etanol 9,26 mg/L dan ekstrak etil asetat sebesar 29,48 mg/L.
2.2 Maserasi
Penyarian merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang
tidak dapat larut dengan pelarut cair, sehingga zat aktif akan berada dalam cairan
pelarut tersebut (Dewi, 2013). Salah satu cara penyarian simplisia adalah teknik
maserasi. Keuntungan cara penyarian menggunakan teknik maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana serta mudah diusahakan.
Sedangkan kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama, penyariannya
kurang sempurna dan pelarut ekstraksi yang digunakan lebih banyak (DepKes RI,
1986; Dewi, 2013).
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut
ekstraksi dan disertai dengan pengadukan. Pengadukan bertujuan untuk meratakan
konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia sehingga derajat perbedaan
konsentrasi sekecil-kecilnya antara larutan didalam sel dengan larutan diluar sel
tetap terjaga (Dewi, 2013). Pemilihan pelarut ekstraksi dilakukan berdasarkan
kelarutan dari zat aktif yang diinginkan atau menggunakan prinsip "like dissolves
like", dimana senyawa polar akan larut dalam pelarut polar sedangkan senyawa
11
nonpolar akan larut dalam senyawa nonpolar (Seidel, 2008). Pelarut ekstraksi
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar. Peristiwa tersebut terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (DepKes RI, 1986).
Pelarut ekstraksi yang umum digunakan adalah etanol. Etanol memiliki
indeks polaritas sebesar 5,2. Etanol dalam ekstraksi dapat meningkatkan
permeabilitas dinding sel simplisia sehingga proses ekstraksi menjadi lebih efisien
dalam menarik komponen polar hingga semi polar (Seidel, 2008). Etanol memiliki
titik didih yang rendah yaitu 78,5°C sehingga mudah untuk diuapkan. Etanol tidak
beracun dan tidak berbahaya (Myers and Rusty 2007; Ramadhan dan Haries,
2010). Etanol memiliki kelarutan yang tinggi dan bersifat inert sehingga tidak
bereaksi dengan komponen lainnya (Susanti dkk., 2012). Etanol dengan
konsentrasi 20% keatas sulit untuk ditumbuhi kapang dan kuman. Selain itu,
etanol dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan, selektif dalam
menghasilkan jumlah senyawa aktif yang optimal dan panas yang diperlukan
untuk pemekatan lebih sedikit sebab etanol mudah untuk diuapkan (Depkes RI,
1986).
2.3 Ekstrak
Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan
cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar
12
pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI, 1979). Ekstrak disari
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Dewi, 2013).
2.4 Masker Gel Peel Off
Masker wajah adalah sediaan kosmetik untuk perawatan kulit wajah. Masker
wajah memiliki manfaat sebagai pemberi kelembaban, mengembalikan tekstur
kulit, memberi nutrisi pada kulit, melembutkan kulit, membersihkan pori-pori
kulit, mencerahkan warna kulit, mengendurkan otot-otot wajah dan
menyembuhkan jerawat (Irawati dan Sulandjari, 2013; Utami, 2014). Salah satu
jenis masker wajah adalah masker gel peel off (Shai et al., 2009).
Masker gel peel off merupakan masker yang terbuat dari bahan polimer
seperti polivinil alkohol dan bahan seperti lateks dan senyawa karet alam (Shai et
al., 2009). Dibandingkan dengan sediaan masker lain seperti pasta dan serbuk,
masker gel peel off memiliki beberapa keunggulan yaitu, dapat menimbulkan efek
dingin akibat lambatnya penguapan air pada kulit, tidak menghambat fungsi
fisiologis kulit khususnya respiration sensibilis karena tidak membentuk lapisan
lilin yang melapisi permukaan kulit secara kedap serta tidak menyumbat pori-pori
kulit, memungkinkan pemakaian pada bagian tubuh yang berambut, daya sebar
dan daya lekat baik, serta mampu melepaskan zat aktif dengan baik (Lieberman
and Banker, 1989; Voigt, 1994). Masker diaplikasikan pada permukaan kulit
dengan cara dioleskan, ditunggu mengering, mengeras dan membentuk lapisan
13
tipis, fleksibel serta transparan biasanya 15-30 menit kemudian dikelupas seperti
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Cara Menggunakan Masker Gel Peel Off (Shai et al., 2009). Keterangan: (A) Sepotong kain kasa yang dibasahi dengan akuades ditempatkan pada wajah; (B)
Masker gel peel off dioleskan di atas kasa; (C) Setelah waktu pengaplikasian selesai
masker diangkat dengan cara dikelupas.
Sukmawati (2013) dan Evrilia (2014), telah memformulasikan kulit buah
manggis menjadi sediaan masker gel peel off dengan memanfaatkan kandungan
antioksidan didalamnya. Utami (2014), telah melakukan pengujian aktivitas
antioksidan ekstrak etanol 96% kulit buah manggis dari sediaan masker gel peel
off yang dibandingkan dengan standar vitamin C. Dari penelitian Utami (2014),
diperoleh hasil dimana aktivitas antioksidan masker gel peel off ekstrak kulit buah
manggis lebih besar dan berbeda signifikan dibandingkan dengan standar vitamin
C (P<0,05). Nilai IC50 masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis adalah
17,90±0,06 g/mL dan IC50 vitamin C adalah 20,58±0,11 g/mL.
2.5 Hidroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC)
HPMC merupakan turunan dari metilselulosa berupa serbuk granul atau
berserat, berwarna putih atau putih krem, tidak berbau dan tidak berasa. HPMC
14
memiliki titik lebur pada suhu 190-200°C dan larut dalam air dingin dan
membentuk larutan koloid kental. HPMC praktis tidak larut dalam air panas,
kloroform, etanol 95%, dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan
diklorometana, campuran metanol dan diklorometana, serta campuran air dan
etanol. HPMC digunakan sebagai agen pengemulsi, agen pensuspensi, dan
sebagai agen penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep (Rowe et al.,
2009).
Larutan HPMC stabil pada pH 3-11 dan dapat disimpan dalam wadah tertutup
baik, di tempat sejuk dan kering. HPMC digunakan sebagai gelling agent dalam
sediaan gel pada konsentrasi 5-15% (Voigt, 1994). Pada konsentrasi 2-4% HPMC
dapat berfungsi sebagai agen peningkat viskositas (Wade and Waller, 1994). Jika
diformulasikan sebagai sediaan gel, HPMC akan menghasilkan sediaan yang
stabil, jernih, pH netral dan viskositas sediaan besar (Niyogi et al., 2012).
HPMC merupakan bahan pembentuk hidrogel yang baik karena HPMC
merupakan polimer hidrofilik yang dapat mengembang terbatas dalam air.
Hidrogel merupakan jaringan tiga dimensi rantai polimer hidrofilik yang
disatukan oleh ikatan kimia atau ikatan fisika yang dapat mengembang dalam
lingkungan berair. Hidrogel memiliki sifat yang tidak mudah mengiritasi sehingga
sangat cocok digunakan pada permukaan kulit (Lieberman and Banker, 1989).
HPMC didispersikan dalam air dan didiamkan selama 30-60 menit kemudian
disimpan pada suhu rendah akan membentuk gel (Voigt, 1994). Mekanisme
pembentukan gel dari HPMC terjadi dalam dua tahap yang berlangsung terus-
menerus. Tahap pertama yang terjadi adalah hidrasi. Hidrasi terjadi pada suhu
15
rendah dimana akuades akan mulai berdifusi masuk ke dalam partikel-pertikel
padat HPMC. Tahap kedua adalah dehidrasi karena adanya peningkatan suhu.
Pada peningkatan suhu, makromolekul akan kehilangan air dalam partikelnya
(Sannino et al., 2009; Suyudi, 2014).
Izzati (2014), telah melakukan uji sifat fisika kimia gel ekstrak kulit buah
manggis dengan menggunakan HPMC yang didispersikan dalam akuades sebagai
gelling agent. Formula dengan HPMC 3% menghasilkan sediaan dengan rentang
5600-16200 cPs, dimana viskositas sediaan tersebut tidak memenuhi syarat
viskositas masker gel peel off yang baik yaitu 2000-4000 cPs (Garg et al., 2002).
Struktur kimia HPMC dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur Kimia HPMC (Rowe et al., 2009). Keterangan: R = H, CH3, atau CH3CH(OH)CH2
2.6 Viskositas dan Rheologi Pseudoplastis
Viskositas adalah pengukuran daya tahan/hambatan suatu larutan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas suatu cairan, maka semakin besar pula gaya
per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
kecepatan geser tertentu (rate of shear) (Martin et al., 1993). Pada cairan non-
16
Newton, rate of shear dan shearing stress tidak memiliki hubungan linear,
viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan
(Martin et al., 1993).
Sifat alir (rheologi) berasal dari bahasa Yunani yaitu mengalir (Rheo) dan
logos (ilmu). Pengetahuan tentang rheologi bahan akan sangat berperan dalam
menghasilkan produk yang baik, serta untuk optimasi proses yang akan
berpengaruh pada penerimaan produk oleh konsumen. Kemudahan mengalir dari
suatu cairan sangat ditentukan oleh viskositas dari zat cair tersebut. Dalam
kosmetik, sistem dispersi seperti emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat
menunjukkan sifat alir yang termasuk golongan non-Newton. HPMC memiliki
sifat alir tidak dipengaruhi oleh waktu, yaitu rheologi pseudoplastis. Rheologi
pseudoplastis dimiliki oleh polimer-polimer yang berada dalam larutan. Kurva
aliran ini melalui titik (0,0), sehingga rheologi pseudoplastis tidak memiliki yield
value. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear
(Handojo, 2011). Kurva rheologi pseudoplastis dapat dilihat pada gambar 2.4.
17
(a) (b)
Gambar 2.4 Kurva Rheologi Pseudoplastis (Martin et al., 1993). Keterangan: (a) Meningkatnya tekanan geser (shearing stress) akan menyebabkan
peningkatan laju geser (rate of shear); (b) Viskositas akan menurun dengan
meningkatnya laju geser (rate of shear).
2.7 Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel off
Evaluasi sediaan masker gel peel off meliputi evaluasi fisika dan evaluasi
kimia. Evaluasi fisika terdiri dari pengujian organoleptis, pengujian homogenitas,
pengujian viskositas, pengujian daya sebar, pengujian daya lekat, pengujian waktu
sediaan mengering dan pengujian sineresis. Evaluasi kimia terdiri dari pengujian