Top Banner
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes 2.1.1 Definisi Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, 2005). Luka diabetes terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak ditangani dengan manajemen yang baik, hal itu akan berlanjut menjadi ulkus bahkan dapat diamputasi (Prabowo, 2007). 2.1.2 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka. Pada pasien dengan diabetik, sering kali mengalami gangguan pada sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini berhubungan dengan gangguan sensasi saraf terutama pada bagian tubuh perifer atau yang dikenal dengan “diabetic peripheral neuropathy(Tanenberg, 2009). Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang berdampak pada sistem saraf autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot, kelenjar dan organ visceral. Dengan adanya gangguan pada saraf autonom menyebabkan terjadinya perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah. Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, dan atau
30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

Mar 10, 2019

Download

Documents

ngoque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Luka Diabetes

2.1.1 Definisi

Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena

adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro,

2005). Luka diabetes terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan

pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak ditangani dengan

manajemen yang baik, hal itu akan berlanjut menjadi ulkus bahkan dapat

diamputasi (Prabowo, 2007).

2.1.2 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis

Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi

terjadinya luka. Pada pasien dengan diabetik, sering kali mengalami gangguan

pada sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini berhubungan dengan gangguan sensasi

saraf terutama pada bagian tubuh perifer atau yang dikenal dengan “diabetic

peripheral neuropathy” (Tanenberg, 2009). Efek sirkulasi inilah yang

menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan diabetik neuropati yang

berdampak pada sistem saraf autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot, kelenjar

dan organ visceral. Dengan adanya gangguan pada saraf autonom menyebabkan

terjadinya perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah.

Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian

antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, dan atau

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

10

untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada neuropati autonomi

ini akan menyebabkan kulit menjadi kering, anhidrosis, yang memudahkan kulit

menjadi rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan

mengningkatkan risiko untuk terjadinya gangren. Dampak lain adalah karena

adanya neuropati perifer yang mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor

yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa tekanan, nyeri, dan perubahan

temperatur (Suriadi, 2004; Tanenberg, 2009). Hilangnya sensasi nyeri, suhu, dan

tekanan yang biasanya terjadi pada kaki juga menjadi faktor risiko yang memicu

terjadinya luka, sehingga berisiko tinggi infeksi dan terjadinya amputasi (Rowe,

2014).

Infeksi pada penderita DM terjadi karena kondisi hiperglikemia merusak

respon immunologi, hal ini menyebabkan leukosit gagal melawan patogen yang

masuk, selain itu iskemia menyebabkan penurunan suplai darah yang

menyebabkan antibiotik juga tidak efektif sampai pada luka (Suriadi, 2007).

Lobmann et al. (2005), menerangkan hubungan gangguan fungsi sel,

ketidakseimbangan inflamasi, protease, sitokin, dan faktor pertumbuhan (growth

factor). Dijelaskan bahwa pada kaki diabetes terjadi peningkatan apoptosis

fibroblas, dan penurunan proliferasi sel fibroblas, dan reaksi inflamasi

memanjang, terbukti dengan adanya neutrofil granulosit dalam jumlah besar di

dalam luka. Neutrofil granulosit mensekresi sitokin proinflamasi terutama TNF-α

dan interleukin-1 β (IL-1β). Kedua sitokin ini merangsang sintesa matrix

metaloprotease (MMP), menyebabkan degradasi matrik protein dan faktor

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

11

pertumbuhan sehingga penyembuhan luka menjadi terputus dan tidak

terkoordinasi.

2.1.3 Klasifikasi Luka Diabetes

Luka diabetes menurut Wagner dapat dibedakan kedalam lima grade, yaitu

(Clayton dan Elasy, 2009):

- Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa melibatkan jaringan bawah kulit

- Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang/pembentukan abses

- Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomyelitis

- Grade 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki, dengan tanpa

selulitis

- Grade 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

2.1.4 Fase Penyembuhan Luka

Fase penyembuhan luka terdiri dari empat fase, yaitu (Orsted et al, 2004;

Rothenberg, 2013; Velnar, Bailey, dan Smrkolj, 2009):

a. Fase Hemostasis

Setelah terjadi kerusakan jaringan kulit pada saat luka, trombosit berperan

dalam penutupan dari kerusakan pembuluh darah. Pembuluh darah itu

sendiri akan mengalami penyempitan dalam merespon cedera, tapi spasme

ini akhirnya akan rileks. Trombosit mengeluarkan zat vasokontriksi untuk

membantu proses ini, namun peran utamanya adalah untuk membentuk

bekuan darah stabil untuk menutup pembuluh darah yang rusak. Trombosit

diaktifkan dan mengeluarkan glikoprotein perekat yang memicu agregasi

trombosit. Trombosit juga megeluarkan faktor-faktor yang berinteraksi dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

12

merangsang kaskade pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang

pada gilirannya memulai pembentukan fibrin dari fibrinogen. Jaring fibrin

memperkuat agregat trombosit menjadi bekuan hemostatik stabil (Orsted et

al, 2004; Rothenberg, 2013).

Akhirnya, trombosit juga mengeluarkan faktor pertumbuhan, sebagai salah

satu faktor pertama dalam memulai langkah penyembuhan selanjutnya.

Faktor pertumbuhan ini melibatkan neutrofil dan monosit (memulai tahap

berikutnya penyembuhan luka), merangsang sel-sel epitel dan fibroblas.

Hemostasis terjadi dalam beberapa menit dari cedera awal kecuali pada

pasien yang memiliki gangguan pembekuan.

b. Fase Inflamasi

Secara klinis, inflamasi (fase kedua penyembuhan luka) bermanifestasi

sebagai eritema, bengkak, dan hangat, sering timbul nyeri atau dikenal

dengan istilah ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Fase ini biasanya

berakhir hingga 4 hari pasca luka terjadi. Respon inflamasi menyebabkan

pembuluh darah mengalami kebocoran, melepaskan plasma dan neutrofil ke

jaringan sekitarnya. Neutrofil memfagosit debris dan mikroorganisme serta

menyediakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi. Selama proses

pencernaan bakteri dan selular debris, neutrofil mati dan melepaskan enzim

intraseluler ke matriks sekitarnya yang kemudian mencerna jaringan. Fibrin

kemudian mengalami pemecahan sebagai respon pembersihan dimana

produk hasil degradasinya merangsang sel berikutnya yang terlibat dalam

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

13

proses tersebut seperti fibroblas dan sel epitel. Hal ini diperantarai oleh mast

cell lokal (Orsted et al, 2004; Rothenberg, 2013).

Penyembuhan luka memerlukan koordinasi aktivitas dan hubungan antar sel

yang baik. Sel berhubungan satu sama lain melalui protein terlarut yang

disebut sitokin dan faktor pertumbuhan. Sitokin dan faktor pertumbuhan

tersebut dikeluarkan oleh suatu sel dan berikatan dengan reseptor pada sel

target. Ketika sitokin berikatan dengan sel target, ia menstimulasi migrasi

sel. Disisi lain faktor pertumbuhan menstimulasi sel target untuk membelah

dan memproduksi atau mensintesis sel baru sampai mengeluarkan substansi

seperti kolagen yang diperlukan dalam pembentukan matriks ekstraselular.

Matriks ekstraselular juga berperan aktif dalam penyembuhan luka dengan

interaksi sel-sel melalui reseptor bernama integrin, merangsang aktivasi

platelet, migrasi epitel dan pergerakan fibroblas. Monosit di sirkulasi

berdiferensiasi menjadi makrofag setelah sel tersebut keluar dari pembuluh

darah dan melakukan kontak dengan matriks ekstraselular (Orsted et al,

2004; Rothenberg, 2013).

c. Fase Proliferasi

Fase proliferasi dimulai sekitar 4 hari setelah terjadinya luka dan biasanya

berlangsung sampai hari ke 21 pada luka akut, tergantung pada ukuran luka

dan kesehatan pasien. Hal ini ditandai dengan angiogenesis, deposisi

kolagen, pembentukan jaringan granulasi, kontraksi dan epitelisasi luka.

Secara klinis, proliferasi ditandai oleh berwarna kemerahan pada jaringan

atau kolagen di dasar luka dan melibatkan penggantian jaringan kulit dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

14

kadang-kadang subdermal jaringan pada luka yang lebih dalam, serta

kontraksi luka. Dalam fase ini pertumbuhan lapisan luar pembuluh darah

kapiler dan sel-sel endotel. Proses ini disebut angiogenesis. Sel keratinosit,

yang bertanggung jawab untuk epitelisasi (Orsted et al, 2004; Rothenberg,

2013).

Dalam penyembuhan luka, sel-sel di bawah pengaruh faktor pertumbuhan

membelah untuk menghasilkan sel-sel baru, yang bermigrasi ke tempat luka

di bawah pengaruh sitokin. Ada keseimbangan antara MMP dan TIMPs

sehingga terdapat pertumbuhan jaringan baru. Pada luka kronik, sebaliknya,

di mana fase penyembuhan terhenti, pembelahan sel dan migrasi ditekan,

terdapat sitokin inflamasi dan MMP yang tinggi dan, rendahnya tingkat

TIMPs dan faktor pertumbuhan. Respon ini adalah karakteristik dari

keadaan inflamasi kronik. Ini mungkin disebabkan oleh peningkatan jumlah

bakteri, adanya jaringan nekrotik, iskemia kronik atau trauma berulang.

Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah

terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai faktor

pertumbuhan yang dibentuk oleh makrofag dan trombosit (Orsted et al,

2004; Rothenberg, 2013).

d. Fase Remodelling

Proses penyembuhan luka melibatkan remodeling dan penataan kembali

jaringan luka dari jaringan kolagen untuk menghasilkan tensil dengan

kekuatan yang lebih besar. Sel-sel utama yang terlibat dalam proses ini

adalah fibroblas. Fase remodeling bias memerlukan waktu hingga dua tahun

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

15

setelah luka terjadi. Selama fase ini fibrin dibentuk ulang, pembuluh darah

menghilang dan jaringan memerkuat susunannya. Remodelling mencakup

sintesis dan pemecahan kolagen (Orsted et al, 2004; Rothenberg, 2013).

Tabel 1. Fase Penyembuhan luka

Fase Penyembuhan

Luka

Waktu Sel yang Berperan Fungsi atau

Aktivitas

Hemostasis Segera Platelet Pembekuan darah

Inflamasi Hari 1-4 Neutrofil

Makrofag

Fagositosis

Proliferasi (granulasi

dan kontraksi)

Hari 4-21 Makrofag

Limfosit

Angiosit

Neutrosit

Fibroblas

Keratinosit

Membentuk kembali

kerusakan jaringan

Memperbaiki kembali

fungsi kulit

Penutupan luka

Remodelling

(Maturasi)

Hari 21-2 tahun Fibrosit Meningkatkan

kekuatan tensil

Sumber: Orsted et al, 2004; Velnar, Bailey, dan Smrkolj, 2009

Indikator penyembuhan luka dilihat dari kontinuitas lapisan kulit dan

kekuatan jaringan kulit sehingga mampu melakukan aktivitas normal. Meskipun

proses atau fase penyembuhan luka sama bagi setiap orang, namun hasil yang

dicapai tergantung dari kondisi biologis masing-masing individu, lokasi, luasnya

luka dan penatalaksanaan luka itu sendiri. Seorang yang muda dan sehat akan

mencapai proses yang lebih cepat dibandingkan dengan yang mengalami masalah

kekurangan gizi, dan disertai oleh penyakit sistemik seperti DM (Purwaningsih,

2014).

Pada penderita DM, apabila kadar glukosa dalam tubuh tidak terkendali

akan menyebabkan abnormalitas leukosit sehingga fungsi kemotaksis di lokasi

radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bekterisid menurun

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

16

sehingga apabila ada mikroorganisme pada luka akan sulit untuk dimusnahkan

oleh fagosistosis-bakterisia intraseluler. Kondisi hiperglikemia merupakan media

pertumbuhan bakteri yang subur, sehingga kondisi ini meningkatkan risiko

terjadinya infeksi. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetik, yaitu kuman

aerobik Staphylococcus atau Streptococcus serta kuman anaerobik seperti

Clostridium perfringens, Clostridium novy, Clostridium septikum (Riyanto, 2007).

Pada DM, terjadi peningkatan mediator-mediator inflamasi, memicu

respon inflamasi, menyebabkan inflamasi kronik, namun keadaan ini dianggap

sebagai inflamasi derajat rendah, karena hiperglikemia sendiri menimbulkan

ganggguan mekanisme pertahanan seluler. Inflamasi dan neovaskularisasi penting

dalam penyembuhan luka, tetapi harus sekuensial, self-limited, dan dikendalikan

secara ketat oleh interaksi sel-molekul. Pada DM respon inflamasi akut lemah dan

angiogenesis terganggu sehingga terjadi gangguan penyembuhan luka (Tellechea

et al, 2010).

Menurut Schultz dan Mast, luka kronik dapat dicirikan dengan adanya

penurunan aktivitas mitogenesis (fibroblas, keratinosit, dan sel endotel vaskular),

peningkatan sitokin pro-inflamasi (seperti TNFa, IL-1β, dan TGF-β1),

ketidakseimbangan aktivitas protease (peningkatan aktivitas MMP dan penurunan

aktivitas TIMP), penurunan sitokin yang meningkatkan proliferasi (EGF dan

TGF-β), penurunan proliferasi dan migrasi fibroblas, perubahan fenotif fibroblas,

penurunan sintesis kolagen dan peningkatan produksi ROS dan NO

(Purwaningsih 2014).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

17

Proses proliferasi juga akan sulit diprediksi pada pasien DM dikarenakan

sel basal keratinosit pada luka kronik sulit diaktivasi oleh tubuh. Selama proses

proliferasi berlangsung, sel-sel akan bermigrasi ke dalam matriks sementara dan

fibroblas luka memperoleh fenotipe kontraktil yang akan merubah menjadi

miofibroblas. Tipe sel ini memainkan peran utama dalam kontraksi luka (Werner

dan Groce, 2003).

Selain adanya mekanisme penyembuhan luka tingkat selular yang bekerja

dalam tubuh, jangka waktu penyembuhan luka juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang dapat mengurangi efisiensi penyembuhan, seperti area sekitar luka

yang kurang higienis, efek samping dari pengobatan, gangguan vaskularissi pada

luka berupa kondisi yang hipoksia, kebiasaan mengkonsumsi alkohol atau

merokok, dan kurangnya suplai nutrisi. Penyembuhan luka juga akan dipengaruhi

oleh faktor seperti infeksi bakteri yang menghasilkan biofilm, kadar kalium, dan

cairan luka. Adanya biofilm pada dasar luka dapat menghambat aktivitas

fagositosis neutrofil polimorfonuklear (polimorphonuclear neutrophil/PMN).

Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeuroginosa. Manifestasi klinis akibat adanya hambatan tersebut, yaitu proses

inflamasi akan berlangsung lama dan kerusakan jaringan baru saat memasuki fase

proliferasi (Guo dan DiPietro, 2010).

Penelitian lain menyebutkan ion kalium (K+) dalam sel dapat menghambat

proliferasi yang berkaitan erat dengan respon fisiologis dari sel limfosit.

Hambatan kalium juga akan menyebabkan aktivasi sel terganggu dan akan

menimbulkan efek imunosupresif (Pardo, 2004). Sementara, pada cairan yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

18

dihasilkan dari luka kronik sangat berisiko menghambat proses proliferasi sel

fibroblas baru karena cairan bersifat apoptosis atau mengandung jaringan mati.

Cairan yang mengandung jaringan mati ini akan menghambat konsistensi migrasi

dari hormon faktor pertumbuhan dan sitokin. Hal ini menyebabkan pemanjangan

fase inflamasi dan memperlama proses penyembuhan luka (Moffat, Martin, dan

Smithdale, 2007)

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka secara umum adalah

faktor intrinsik, yaitu (Purwaningsih, 2014):

a. Usia Pasien. Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan

penyembuhan jaringan. Semakin tua usia maka jaringannya akan semakin

kurang lentur.

b. Nutrisi. Pada proses penyembuhan luka faktor nutrisi sangat penting. Pada

pasien yang mengalami penurunan tingkat diantaranya serum albumin, total

limposit dan transferin adalah merupakan resiko terhambatnya proses

penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka tidak hanya dipengaruhi oleh

protein saja, vitamin A, E, dan C juga mempengaruhi dalam proses

penyembuhan luka. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan

berkurangnya makrofag yang konsekuensinya rentan terhadap infeksi,

retardasi epitelialisasi, dan sistesis kolagen. Defisiensi vitamin E

berpengaruh terhadap produksi kolagen. Sedangkan defisiensi vitamin C

dapat menyebabkan kegagalan fibroblas untuk memproduksi kolagen,

mudahnya terjadi ruptur pada kapiler dan rentan terhadap infeksi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

19

c. Hipovolemia. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi

dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

d. Hematoma. Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka

secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika

terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat

diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

e. Edema. Adanya edema dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen

karena adanya gerakan peningkatan tekanan interstisial pada pembuluh.

f. Insufisiensi Oksigen Jaringan. Diakibatkan karena adanya gangguan fungsi

organ paru, kardiovaskular, ataupun karena adanya vasokonstriksi setempat.

Selain itu terdapat juga faktor ekstrinsik, yaitu (Purwaningsih, 2004;

Suriadi, 2004):

a. Perawatan Jaringan. Cedera dan lambatnya penyembuhan dapat terjadi

karena perawatan jaringan yang kasar.

b. Teknik Pembalutan Tidak Tepat. Pembalutan yang terlalu kecil dapat

dimungkinkan terjadinya invasi mikroorganisme. Sedangkan pembalutan

yang terlalu ketat akan mengakibatkan pengurangan suplai oksigen dan

nutrisi ke jaringan

c. Benda Asing. Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan

menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat.

Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan leukosit (sel darah

putih), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan

nanah (“Pus”).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

20

d. Medikasi Steroid. Medikasi steroid dapat menyamarkan adanya infeksi

dengan mengganggu proses inflamasi normal.

e. Antikoagulan. Penggunaan antikoagulan pada luka dapat menyebabkan

hemoragi.

f. Psikososial. Berbagai jenis faktor psikosial dapat memberikan efek

merugikan pada penyembuhan luka seperti buruknya pemahaman dan

penerimaan terhadap program pengobatan atau kecemasan yang berkaitan

dengan perubahan pada pekerjaan, penghasilan, hubungan pribadi dan body

image.

2.1.6 Manajemen Luka Diabetes

Manajemen luka diabetes merupakan tanggung jawab multidisplin. Tim

yang terlibat dalam manajemen luka diabetes antara lain perawat, dokter,

podiatris, dan perawat spesialis diabetes untuk merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi hasil perawatan (Potter dan Perry, 2006).

Tujuan manajemen luka diabetes adalah menjaga kerusakan lebih lanjut

dan memaksimalkan kualitas hidup selanjutnya. Intervensi untuk mencapai tujuan

ini adalah dengan melakukan edukasi preventif, dan menjalankan program yang

ditetapkan. Manajemen luka diabetes nonsurgical terdiri dari menjaga moist pada

lingkungan luka, debridement jaringan nekrotik, mengurangi tekanan pada area

luka, meningkatkan kekuatan otot pada ekstremitas (Hess, 2002). Pengelolaan

luka diabetes berhubungan dengan pengurangan penekanan, pengendalian infeksi,

perbaikan iskemia dan menjaga lingkungan luka yang dapat meningkatkan proses

penyembuhan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

21

Pengurangan penekanan pada area luka dengan mengistirahatkan dan

mengelevasikan ekstremitas harus dilakukan sesegera mungkin. Cara yang

digunakan adalah dengan menggunakan alat bantu jalan, misalnya dengan

menggunakan kruk, walker atau kursi roda. Selanjutnya adalah pengendalian

infeksi. Pada umumnya luka diabetes mengalami infeksi mikroorganisme

sehingga harus dilakukan kultur luka. Kultur luka yang harus dilakukan adalah

kultur luka bagian dalam akan menunjukkan hasil yang lebih reliable terhadap

kondisi luka. Dengan kultur antibiotik yang diberikan akan lebih sensitif.

Selanjutnya, perawatan luka. Perawatan luka yang diberikan pada pasien harus

dapat meningkatkan proses penyembuhan luka. Pembersihan luka dilakukan

minimal dua kali dalam sehari. Perawatan yang bersifat memberi kehangatan dan

lingkungan yang moist pada luka (Sartika, 2008). Balutan luka yang bersifat

lembab dapat memberikan lingkungan yang mendukung sel untuk melakukan

suatu proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya trauma atau kerusakan

ulangan yang memperparah kondisi luka. Kondisi luka yang lembab pada

permukaan luka dapat meningkatkan proses perkembangan perbaikan kondisi

luka, mencegah dehidrasi jaringan dan nekrosis sel. Kondisi ini juga dapat

meningkatkan interaksi antara sel dan faktor pertumbuhan (Carolina, 2014).

2.1.7 Kriteria Penyembuhan Luka

Push Score (length x widht, tissue type, exudate amount) adalah salah satu

acuan dalam identifikasi proses penyembuhan luka. Luka dikatakan mengalami

proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon inflamasi akut terhadap

cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi (Morison, 2004).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

22

Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang,

jaringan luka semakin membaik (NPUAP, 2009).

2.2 Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.)

2.2.1 Deskripsi dan Taknosonomi Tanaman

Tanaman kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis Linn.) merupakan

anggota tanaman yang dikelompokkan dalam family Malvaceae. Tanaman ini

tumbuh sebagai tanaman perdu hijau.

Tanaman kembang sepatu tumbuh di

daerah dataran rendah sampai

pegunungan. Tanaman kembang sepatu

dengan nama ilmiah Hibiscus rosa

sinensis Linn. dideskripsikan pertama

kali oleh Linneaeus pada tahun 1753.

Deskripsi Linneaeus merujuk pada

tanaman dengan tipe bunga double

berwarna merah, yang ditemukan di sekitar bangunan kuil di Cina. Beers dan

Howie (1990) menjelaskan bahwa kata pertama penunjuk spesies yaitu rosa

memiliki arti mawar, dan kata kedua penunjuk spesiesnya (sinensis), memiliki arti

berasal dari Cina. Dengan demikian, secara istilah, tanaman ini diartikan sebagai

bunga Hibiscus mawar yang berasal dari Cina (Hajar, 2011).

Gambar 1. Tanaman Kembang

Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

23

Tanaman ini memiliki berbagai nama lain di berbagai negara diantaranya

tanaman mawar china, dasani, gudhal, gurhal, jaba, joba, mandaar, sadaphool,

senicikobia, japaphool, japa, japakusam, jasum, jasunt, jaswand, jia pushpa,

kante, mandasa, sambathoo chedi, senitoa dan yaloyalo. Adapun taksonomi

tanaman kembang sepatu adalah sebagai berikut (Kumar dan Singh, 2012;

Pekamwar S.S et al, 2013).

a. Kingdom: Plantae

b. Subkingdom: Tracheobionta – (Vascular plants)

c. Super division: Spermatophyta – (Seed plants)

d. Division: Magnoliophyta –(Flowering plants)

e. Class: Magnoliopsida – (Dicotyledons)

f. Subclass: Dilleniidae

g. Order: Malvales

h. Family: Malvaceae

i. Genus: Hibiscus

j. Species: Hibiscus rosa-sinensis Linn.

Tanaman ini dapat mencapai tinggi kurang lebih tiga meter, dengan

karakteristik batang bulat, berkayu, keras, diameter kurang lebih sembilan

sentimeter, berwara ungu ketika muda dan setelah tua berwarna putih dengan

cokelat melintang (Iqbal dan Sulistyorini, 2014). Kembang sepatu memiliki akar

silindris dengan panjang 5-15 cm dan diameter dua sentimeter. Akar memiliki

rasa manis. Bunga kembang sepatu terdiri dari 5 kelopak, berwarna merah dengan

diameter sekitar tiga inci. Selain warna merah juga terdapat warna putih, orange,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

24

kuning dan merah muda. Buah jarang terbentuk, berukuran panjang tiga

sentimeter berbentuk kapsul (Nwachukwu dan Mbagwu, 2007)..

Tanaman kembang sepatu memiliki daun yang sederhana, alternate,

stipulate, petiolate atau multifoliate. Daun tunggal, dengan ujung yang runcing,

pangkal tumpul, tepi bergerigi kasar, tulang daun menjari, anjang 10-16 cm, lebar

5-11 cm, daun berwarna hijau (Nwachukwu dan Mbagwu, 2007). Bagian tanaman

kembang sepatu yang dapat digunakan antara lain bunga, daun dan akarnya

(Kumar dan Singh, 2012). Penggunaan daun kembang sepatu sebagai alternatif

dalam mengatasi masalah kesehatan masih rendah. Dalam masyarakat umum,

tanaman asli daerah tropis dan sub-tropis ini secara luas dibudidayakan sebagai

tanaman hias ataupun dijadikan tanaman pagar pembatas (Siregar dan Nurlela,

2011).

2.2.2 Kandungan Kimia dan Khasiat Daun Kembang Sepatu dalam Proses

Penyembuhan Luka

Daun kembang sepatu mengandung kandungan bioaktif seperti glikosida,

steroid, triterpens, fenol, flavonoid, saponin dan tannin. Komponen fenol total

pada daun kembang sepatu setara dengan 48,4 mg catechol /g berat kering dan

flavonoid setara dengan 24,26 mg quercetin /g berat kering (Faten et al, 2012;

Patel et al, 2012). Kandungan lainnya adalah cyanidin, kalsium oksalat, tiamin,

riboflavin, niasin, asam malvalat, alkaloid, asam askorbat dan β-Sitosterol (Kate

dan Lucky, 2010; Patel et al, 2012; Pekamwar et al, 2013).

Berbagai penelitian menunjukkan daun kembang sepatu dapat

dimanfaatkan dalam bidang kesehatan diantaranya mengatasi androgenic alopecia

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

25

, memperbaiki fungsi ginjal , mengurangi keasamaan lambung dan penanganan

ulkus peptikum , obat demam pada anak-anak, obat batuk dan obat sariawan (Kate

dan Lucky, 2009; Mandade et al, 2011; Pac et al 2014).

Terkait dengan penyembuhan luka, ekstrak daun kembang sepatu memiliki

aktivitas sebagai antidiabetes. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sachdewa

(2001) yang menemukaan bahwa ekstrak daun kembang sepatu dengan dosis 250

mg/Kg memiliki aktivitas hipoglikemik setara dengan tolbutamide. Penelitian

sejenis juga dilakukan oleh Moqbel et al. (2011) yang menyatakan bahwa ekstrak

daun kembang sepatu memiliki efek insulinotropik alami dan agen hipoglikemik.

Daun kembang sepatu memiliki aktivitas antifungi terhadap Rhizoctonia

solani hingga 34,50%, aktivitas anti-inflamasi, merangsang pertumbuhan rambut,

analgesik, antipiretik, anatibakteri dan anatioksidan. Flavonoid memiliki efek

antimikroba, antivirus, anti-ulcerogenic, anti-neoplastik, antioksidan,

antihepatotoksik, antihipertensi, hipolipidemik, dan aktivitas anti-inflamasi.

Aktivitas anti-inflamasi flavonoid terjadi di kedua fase inflamasi yaitu fase

proliferasi dan eksudatif (Rathee et al, 2009). Penelitian telah menunjukkan

bahwa efek ini disebabkan penghambatan enzim yang terlibat dalam biosintesis

prostaglandin (misalnya, lipoksigenase, fosfolipase, dan siklooksigenase)

(Manthey, 2000). Flavonoid memiliki kemampuan immunomodulator yang dapat

mengaktivasi makrofag (Titisanti, 2005). Makrofag yang aktif berfungsi untuk

melakukan fagositosis, memproduksi TNF, perbaikan jaringan (fibroblast

stimulating factor, fibrinectin, kolagenase), sitokin dan memproduksi hormon

pertumbuhan. Hormon pertumbuhan bertanggung jawab atas terjadinya inflamasi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

26

dan proses mitogen fibroblas yang penting dalam proses penyembuhan luka serta

berperan pada reepitelisasi dan angiogenesis. Efek perlindungan dari flavonoid

dalam sistem biologikal adalah kapasitasnya untuk mentransfer elektron kepada

radikal bebas, mengikat katalis logam, mengaktifkan antioksidan enzimatik,

mengurangi radikal α-tocopherol, dan menghambat oksidase (Heim et al, 2002).

Kemampuan untuk membasmi radikal bebas utamanya disebabkan karena

reaktifitas yang tinggi dari gugus hydroxyl flavonoid dengan reaksi sebagai

berikut ;

F-OH + R. F-O.+ RH

Efek chelating dari flavonoid dengan menetralkan ion besi dari kelebihan

besi dalam sel hepar, sehingga menghambat kerusakan oksidatif.

Kandungan lainnya adalah saponin. Saponin merupakan komponen

sekunder yang ditemukan dalam banyak tanaman dapat berbentuk busa stabil

dalam larutan yang mengandung air, seperti sabun. Secara kimiawi, saponin

sebagai sebuah grup yang meliputi glycosylated steroid, triterpenoids dan steroid

alkaloids. Sebagai antioksidan, saponin mempunyai kekuatan mereduksi, aktivitas

membasmi radikal superoksida, aktivitas mengikat logam, dan antibakteri (Li et

al, 2007). Aktivitas ini berpengaruh pada kontraksi luka dan meningkatkan

kecepatan dalam epitelisasi luka. Daun kembang sepatu juga mengandung tanin.

Berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kerusakan oksidatif DNA dengan

dua cara, yaitu mengikat logam terutama besi dan secara langsung membasmi

radikal bebas. Kandungan triterpen meningkatkan penyembuhan luka dengan efek

astringent dan antimikroba (Ambiyani, 2013). Selain itu efek antioksidan eksogen

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

27

dalam mengurangi dampak ROS dilaporkan merupakan strategi penting dalam

peningkatan proses penyembuhan luka, misalnya asam askorbat. Asam askorbat

juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan

perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen (Naidu, 2003).

2.2.3 Ekstraksi Daun Kembang Sepatu

Ektraksi serbuk kering jaringan tumbuhan dapat dilakukan secara

maserasi, perkolasi, refluks atau sokhletasi dengan menggunakan pelarut yang

tingkat kepolarannya berbeda-beda. Daun kembang sepatu di ekstrak dengan cara

maserasi (Harbone, 1996; Kristanti, dkk.,, 2008).

Maserasi adalah proses perendaman sampel untuk menarik komponen

yang kita inginkan, dengan kondisi dingin diskontinyu. Keuntungan dari maserasi

adalah lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih sedikit dibandingkan perkolasi

dan tidak memerlukan pemanasan, sedangkan kekurangannya adalah waktu yang

dibutuhkan lebih lama. Serbuk simplisia daun kembang sepatu sebanyak 100

gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian direndam dengan etanol 95%

sebanyak 750 ml, ditutup dengan menggunakan alumunium foil dan dibiarkan

selama 5 hari sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari, sampel yang direndam

tersebut disaring dengan kertas saring menghasilkan filtrat 1 dan ampas 1. Ampas

yang ada kemudian direndam kembali dengan etanol 95% sebanyak 250 ml,

ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 2 hari sambil sesekali

diaduk. Setelah 2 hari sampel tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring

menghasilkan filtrat 2 dan ampas 2. Filtrat 1 dan 2 dicampur menjadi satu, lalu

dievaporasi menggunakan rotary evaporator dengan pemanasan 34-40OC dan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

28

dikentalkan dengan waterbath, sehingga diperoleh filtrat kental daun kembang

sepatu. Filtrat ditimbang dan disimpan dalam wadah gelas tertutup sebelum

digunakan (Kairupan, Fatimawali, Lolo, 2014).

2.3 Sediakan Obat Topikal

Kata topikal berasal dari bahasa Yunani, topikos yang artinya berkaitan

dengan daerah permukaan tertentu (Koesoemawati, dkk., 2002). Dalam literatur

lain disebutkan kata topikal berasal dari kata topos yang berarti lokasi atau

tempat. Secara luas obat topikal didefi nisikan sebagai obat yang dipakai di

tempat lesi (Sharma, 2008). Obat topikal adalah obat yang mengandung dua

komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif

merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat

pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau

padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa

mudah diaplikasikan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan

secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan

kemudian mudah dilepaskan.

Untuk mendapatkan sifat zat pembawa seperti tersebut, maka

ditambahkanlah bahan atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam

memaksimalkan fungsi dari zat pembawa (Yahhendri dan Yenny, 2012).

Sediaan topikal secara umum dilihat dari aspek farmakokinetik,

menggambarkan perjalanan bahan aktif dalam konsentrasi tertentu yang

diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke lapisan kulit, selanjutnya

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

29

didistribusikan secara sistemik (Yahhendri dan Yenny, 2012). Perjalanan sediaan

topikal secara umum, setelah diaplikasikan akan melewati tiga kompartemen,

yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum korneum

dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat

masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak

dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian. Unsur

vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif

berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis dan dermis. Pada

kondisi tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis.

Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada

dermis dan hipodermis (Schaefer et al, 2008).

Ketika sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi tiga reaksi, yaitu

(Yahhendri dan Yenny, 2012):

a. Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.

Idealnya zat aktif yang terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah

dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan.

b. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat

awal diaplikasikan, fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.

c. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit. Saat suatu

sediaan diaplikasikan ke kulit, absorpsinya akan melalu tiga fase, yaitu lag

phase, rising phase, falling phase.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

30

1) Lag phase

Periode ini merupakan saat sediaan diaplikasikan dan belum melewati

stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif

obat dalam pembuluh darah.

2) Rising phase

Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,

kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam

pembuluh darah.

3) Falling phase

Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit

dan dapat dibawa ke kapiler dermis.

Gambar 2. Penetrasi Melalui Tiga Kompartemen Kulit (Schaefer et al, 2008)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

31

Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa macam jalur. Jalur pertama

adalah penetrasi transpidermal. Penetrasi transpidermal dapat secara interseluler

dan intraseluler. Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan

menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang

mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat berlangsung pada matriks lipid protein

dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus stratum korneum obat akan

menembus lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke

pembuluh kapiler. Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat

menembus dinding stratum korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi

matriks lipid protein startum korneum, kemudian melewatinya menuju sel yang

berada di lapisan bawah sampai pada kapiler di bawah stratum basal epidermis

dan berdifusi ke kapiler. Jalur kedua yaitu penetrasi secara transfolikuler.

Beberapa zat aktif dengan molekul kecil tidak hanya melewati sel-sel kornium,

tetapi juga melewati rute folikular. Obat berdifusi melalui celah folikel rambut

dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian berdifusi ke kapiler (Cross dan Robert,

2008).

Tingkat penyerapannya sediaan topikal dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yaitu sebagai berikut (Ansel, 1995).

a. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu pada

permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.

b. Konsentrasi bahan aktif merupakan faktor penting, jumlah obat yang

diabsorpsi secara perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu,

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

32

bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu

pembawa.

c. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah

jumlah obat yang diabsorpsi.

d. Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar ke

permukaan kulit.

e. Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya saat sediaan diaplikasikan.

f. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah bahan

aktif yang diabsorpsi.

g. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit

yang lapisan tanduknya tipis.

h. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin banyak

kemungkinan diabsorpsi.

Salah satu sediaan topikal adalah gel. Gel merupakan sediaan setengah

padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik.

Sediaan gel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sediaan topikal

lainnya yaitu mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim, sangat baik dipakai untuk

area berambut, tidak lengket, kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, efek

dingin karena impermeable terhadap air dan pelepasan obat yang baik. Penetrasi

gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan pada

kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur

transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

33

absorpsi (Panjaitan, dkk., 2012, Lachman et al, 2008; Voight, 1994; Yahhendri

dan Yenny, 2012).

Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi

pada permukaan kulit. Salah satu metode aplikasi gel adalah dengan dioleskan.

Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan dengan luas dam kelainan pada

kulit.

Penambahan cara oles sediaan dengan menggosok dan menekan juga

dilakukan pada obat topikal dengan tujuan memperluas daerah aplikasi namun

juga meningkatkan suplai darah pada area lokal, memperbesar absorpsi sistemik.

Penggosokan ini mengakibatkan efek eksfoliatif lokal yang meningkatkan

penetrasi obat (Schaefer et al, 2008). Sediaan topikal akan dapat memberikan

efek terapeutik secara sistemik apabila obat yang diberikan tersebut dapat

menembus lapisan kulit dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik (Ansel, 1989).

2.4 Pengaruh Pemberian Aloksan Terhadap Tikus Galur Wistar sebagai

Hewan Model Diabetes Melitus

Percobaan penelitian mengenai penyembuhan luka diabetes dengan

menggunakan hewan model berupa tikus galur wistar didasarkan pada patogenesis

penyakit DM pada manusia yang bersifat kronik. Kondisi patologis pada hewan

model bertujuan untuk melakukan melihat efektivitas terapi pada luka diabetes

dengan kondisi DM. Meskipun demikian, kondisi patologis hewan model tersebut

tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi patologis secara nyata pada manusia.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

34

Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi

hewan model untuk menghasilkan kondisi diabetes eksperimental (hiperglikemia)

secara cepat. Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat

pirimidin sederhana. Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6 - tetraoxypirimidin;

2,4,5,6-primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC) dan Mesoxalylurea

5-oxobarbiturat acid. Rumus kimia aloksan adalah C4H2N2O4. Aloksan murni

diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan adalah senyawa kimia

tidak stabil dan senyawa hidrofilik (Yuriska, 2009).

Aloksan merupakan zat kimia yang sering digunakan dalam induksi hewan

model DM dimana zat ini secara selektif merusak sel β pankreas. Kerusakan sel

ini akibat induksi aloksan diduga karena reduksi aloksan menghasilkan radikal

hidroksil yang dapat menyebabkan kematian sel β pankreas. Hal tersebut dapat

menyebabkan kondisi ‘alloxan diabetes’ (Lenzen, 2007). Dosis aloksan 150

mg/kgBB yang diinjeksi secara intraperitoneal dipilih karena dosis ini merupakan

dosis optimal untuk menyebabkan kondisi diabetes yang stabil dalam jangka

waktu yang lama (Szkudelski, 2001). Setelah 3 hari injeksi aloksan, dilakukan

pengambilan darah dari ekor tikus untuk mengukur kadar glukosa darah tikus

karena dalam waktu 12-48 jam pasca induksi aloksan telah terjadi kondisi

hiperglikemia yang menetap (Lenzen, 2007). Hewan coba yang belum diberikan

makanan diambil dari kandang, kemudian diambil sampel darahnya dari bagian

ekor dengan cara ditusuk menggunakan jarum steril, darah dikeluarkan dari ekor

tikus, diaplikasikan pada glucose strip dan dilihat hasilnya pada monitor. Setiap

tikus dievaluasi dan dilihat tingkat keberhasilan peningkatan gula darahnya, untuk

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

35

hewan coba yang tidak berhasil mengalami peningkatan gula darah yang

diinginkan, hewan coba akan dilakukan induksi ulang (Carolina, 2014).

2.5 Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar

2.5.1 Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar

Tikus putih diklasifikasikan sebagai berikut (Sugiyanto, 1995).

a. Filum: Chordata

b. Subfilum: Vertebrata

c. Classis: Mammalia

d. Subclassis: Placentalia

e. Ordo: Rodentia

f. Familia: Muridae

g. Genus: Rattus

h. Species: Rattus norvegicus

2.5.2 Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar

Tikus putih galur wistar memiliki sifat karakteristik relatif resisten

terhadap infeksi dan memiliki kemampuan sangat cerdas. Tikus tidak seperti

mencit yang fotofobik dan cenderung berkumpul dengan sesamanya sehingga

aktivitasnya pun tidak terganggu oleh kehadiran manusia (Setiawan, 2010). Tikus

putih galur wistar memiliki ciri kepala lebar, telinga panjang, dan mempunyai

ekor yang panjangnya tidak melebihi panjang tubuhnya, berbulu putih, mata

berwarna merah, moncong tumpul, telinga dan mata kecil. Memakan segala

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

36

(omnivora) namun lebih menyukai daging dan kacang, ahli berenang, bisa

memanjat namun tidak ahli (Sugiyanto, 1995).

Dalam penelitian biasanya lebih sering menggunakan tikus jantan sebagai

binatang percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil yang lebih

stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan

seperti pada tikus putih betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan

metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil

dibandingkan tikus betina (Ratnaningtyas, 2010). Tikus galur wistar jantan jarang

berkelahi dibandingkan dengan mencit jantan. Tikus galur wistar bisa tinggal

sendirian dalam kandang dan hewan ini memiliki ukuran tubuh lebih besar

dibandingkan dengan mencit yaitu dengan panjang 18-25 cm, sehingga untuk

percobaan di laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan dibandingkan

dengan mencit (Setiawan, 2010).

Wang Jinheng dalam penjelasannya mengatakan beberapa alasan tikus

putih galur wistar digunakan dalam penelitian karena memiliki banyak

keunggulan. Pertama, banyak gen tikus wistar relatif mirip dengan manusia.

Kedua, sebagai binatang menyusui (mammalia), tikus galur wistar memiliki organ

yang lengkap dan kemampuan berkembang biak tikus galur wistar sangat tinggi,

sangat cocok digunakan dalam eksperimen masal. Selain hal tersebut, tipe bentuk

badan tikus tersebut kecil, mudah dipelihara dan obat yang digunakan di tubuhnya

relatif cepat bermanifestasi, dikarenakan fisiologisnya yang mirip dengan manusia

(Setiawan, 2010).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

37

2.5.3 Persiapan Tikus Putih (Rattus novergicus L.) Galur Wistar

Tikus putih galur wistar akan diberikan penomoran sesuai dengan

kelompok sampel dan kemudian dimasukkan ke kandang sesuai dengan

kelompok, baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

2.5.4 Persiapan Pakan dan Minum Tikus Putih (Rattus novergicus L.)

Galur Wistar

Komposisi pakan standar pada tikus dapat sedikit bervariasi, misalnya

protein 20-25% (tetapi hanya 12% kalau protein itu lengkap dengan semua asam

amino esensial dengan konsentrasi yang benar); lemak 5%; karbohidrat 45-50%;

serta kasar kira-kira 5% dan abu 4-5%. Seekor tikus dewasa makan sekitar 12-20

g makanan/hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Pemberian dilakukan pada

pagi atau sore hari. Minum diberikan dengan menggunakan botol ukuran 150 cc

dan ditempatkan diatas kandang. Pakan yang diberikan yaitu BR-1 (broiler 1).

Jenis minuman yang diberikan adalah air meneral. Pakan dan minum tikus

diberikan secara ad libitum.

2.5.5 Kandang Hewan Coba Tikus Putih (Rattus novergicus L.) Galur

Wistar

Kandang hewan coba terbuat dari kotak plastik yang bagian atasnya

ditutup dengan menggunakan kawat besi yang telah dipilin. Dilengkapi juga

dengan tempat untuk minum. Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 cm2

untuk sepasang bibit tikus dan 1.080 cm2 cukup untuk seekor induk dengan 14

anak. Pada waktu disapih, kurang lebih 10 ekor tikus dapat ditempatkan di

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Diabetes Definisi. BAB 2... · adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh (Pusponegoro, ... namun peran utamanya adalah untuk membentuk

38

kandang yang lebih besar. Apabila tikus sudah mencapai dewasa, maka 4-5 ekor

tikus adalah jumlah terbanyak yang dapat ditempatkan dalam kandang dengan

ukuran tersebut. Tikus akan dibuat hidup secara alami dalam kandang pada suhu

ruangan berkisar antara 20-25oC (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Untuk

makanannya, diberikan secara langsung ke tikus dengan cara menaburkan ke

dalam kotak setiap hari yaitu pada pagi atau sore hari. Kandang dan tempat

minum tikus dibersihkan dengan menggunakan sabun, kemudian kotak kandang

dijemur hingga kering dan di dalamnya diberikan alas dengan menggunakan

serbuk kayu. Pembersihan kandang dan penggantian serbuk kayu dilakukan

minimal setiap seminggu sekali (Carolina, 2014).