12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam tindakan mengetahui selalu kita temukan dua unsur utama yaitu subjek yang mengetahui (S) dan sesuatu yang diketahui atau objek pengetahuan (O). Keduanya secara fenomenologis tidak mungkin dipisahkan satu dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat kita katakan sebagai hasil tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami objek yang ia hadapi (Kebung, 2011:40). Pengetahuan adalah hasil kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-macam jenis dan sifatnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung, ada yang bersifat tidak tetap (berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula yang bersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya dan dengan cara dan alat apa pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang benar dan ada pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan yang benar (Suhartono, 2007:55).
35
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/42056/3/jiptummpp-gdl-sitinadifa-49064-3-babii.pdfbersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam
tindakan mengetahui selalu kita temukan dua unsur utama yaitu subjek
yang mengetahui (S) dan sesuatu yang diketahui atau objek pengetahuan
(O). Keduanya secara fenomenologis tidak mungkin dipisahkan satu
dari yang lain. Karena itu pengetahuan dapat kita katakan sebagai hasil
tahu manusia tentang sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami
objek yang ia hadapi (Kebung, 2011:40). Pengetahuan adalah hasil
kegiatan ingin tahu manusia tentang apa saja melalui cara-cara dan
dengan alat-alat tertentu. Pengetahuan ini bermacam-macam jenis dan
sifatnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung, ada yang bersifat
tidak tetap (berubah-ubah), subyektif, dan khusus, dan ada pula yang
bersifat tetap, obyektif dan umum. Jenis dan sifat pengetahuan ini
pengetahuan ini tergantung kepada sumbernya dan dengan cara dan alat
apa pengetahuan itu diperoleh, serta ada pengetahuan yang benar dan
ada pengetahuan yang salah. Tentu saja yang dikehendaki adalah
pengetahuan yang benar (Suhartono, 2007:55).
13
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam
(Notoatmodjo, 2010: 50-52) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan
didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1) Tahu (know). Dimana mengingat kembali suatu materi yang telah
dipelajari atau objek yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Misalnya tahu
bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C. Untuk
mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda
anak kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010:50)
2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan
dalam menjelaskan dan mampu mengintepretasikan objek atau
materi yang telah dialami dengan benar. Misalnya, orang yang
memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan
hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup dan
menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus
menutup, menguras dan sebagainya tempat-tempat penampungan
air bersih tersebut (Notoatmodjo, 2010:51).
3) Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan objek atau materi yang telah dipahami dalam situasi
atau kondisi nyata. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang
proses perencanaan, dia harus dapat membuta perencanaan
program kesehatan ditempat dia bekerja atau dimana saja. Orang
14
yang telah paham metodologi penelitian, dia akan mudah membuat
proposal penelitian dimana saja dan seterusnya (Notoatmodjo,
2010:51).
4) Analisis (analysis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi atau objek dalam beberapa komponen,
tetapi masih dalam satu kaitannya dengan orang lain. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalkan dapat
membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa,
dapat membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010:51).
5) Sintesis (synthesis), yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan dan
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya
dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat
sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat
membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca
(Notoatmodjo, 2010: 52).
6) Evaluasi (evaluation), dimana kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat
15
menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau
tidak (Notoatmodjo, 2010: 52).
2.1.3 Sumber-Sumber Pengetahuan
Kebung (2011:43-45) mengatakan bahwa ada enam hal penting
sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan. Enam hal itu
antara lain:
1). Pengalaman Inderawi (Sense –experience)
Pengalaman inderawi dilihat sebagai sarana paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Justru melalui indera-indera kita dapat
berhubungan dengan berbagai macam objek di luar kita. Penekanan
kuat pada kenyataan ini dikenal dengan nama realism (hanya
kenyataan atau sesuatu yang sudah menjadi faktum dapat diketahui.
Kesalahan bisa terjadi kalau ada ketidakharmonisan dalam semua
peralatan inderawi (Kebung, 2011: 43).
2). Penalaran (Reasoning)
Penalaran merupakan karya akal yang menggabungkan dua
pemikiran atau lebih untuk memperoleh pengetahuan baru. Untuk
itu amat perlu didalami asas-asas pemikiran seperti: principium
identitatis atau asas kesamaan dalam arti sesuatu itu mesti sama
dengan dirinya sendiri (A=A). Principium contradictions atau asas
pertentangan. Apabila dua pendapat bertentangan, tidak mungkin
keduanya benar dalam waktu yang bersamaan, atau pada subyek
yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan
pada satu waktu. Dan principium tertii exclusi (asas tidak ada
kemungkinan ketiga). Pada dua pendapat yang berlawanan tidak
16
mungkin keduanya benar dan salah. Kebenaran hanya terdapat pada
satu di antara keduanya dan tidak perlu ada pendapat atau
kemungkinan ketiga (Kebung, 2011: 44)
3). Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kewibawaan atau kekuasaan yang sah yang dimiliki
seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Ia dilihat sebagai salah satu
sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan
melalui seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuanya.
Karena itu pengetahuan ini tidak perlu diuji lagi karena kewibawaan
orang itu (Kebung, 2011: 44).
4). Intuisi (Intution)
Intuisi merupakan kemampuan yang ada dalam diri manusia (proses
kejiwaan) untuk menangkap sesuatu atau membuat pernyataan
berupa pengetahuan. Pengetahuan Intuitif tidak dapat dibuktikan
seketika atau lewat kenyataan karena tidak ada pengetahuan yang
mendahuluinya. Lawan dari pengetahuanintuitif adalah pengetahuan
diskursif. Pengetahuan ini tidak diperoleh secara langsung dan
sekonyong-konyong, tetapi tergantung pada banyak aspek lain.
Dengan kata lain saya sampai pada pengetahuan karena sekian
banyak mediasi sudah saya lewati (Kebung, 2011: 45)
5). Wahyu (Relation)
Wahyu adalah pengetahuan yang diperoleh dari ilahi lewat para nabi
dan utusan-Nya demi kepentingan umat-Nya. Dasar pengetahuan
adalah kepercayaan akan sesuatu yang disampaikan oleh sumber
17
wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini muncullah apa yang disebut
keyakinan (Kebung, 2011: 45).
6). Keyakinan (faith)
Kepercayaan menghasilkan apa yang disebut iman atau keyakinan.
Keyakinan itu mendasarkan diri pada ajaran-ajaran agama yang
diungkapkan lewat norma-norma dan aturan-aturan agama.
Keyakinan juga dilihat sebagai kemampuan kejiwaan yang
merupakan pematangan dari kepercayaan. Kepercayaan pada
umumnya bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan
konteks, padahal keyakinan pada umumnya bersifat statis. (Kebung,
2011: 45).
2.1.4 Bentuk dan Jenis Pengetahuan
Menurut Kebung (2011: 46-50), jenis pengetahuan dibagi menjadi:
1) Berdasarkan Obyek (Object-based)
Pengetahuan manusia dapat dikelompokkan dalam berbagai macam
sesuai dengan metode dan pendekatan yang mau digunakan.
a. Pengetahuan Ilmiah
Semua hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Dalam metologi ilmiah dapat kita
temukan berbagai kriteria dan sistematika yang dituntut untuk
suatu pengetahuan. Karena itu pengetahuan ini dikenal sebagai
pengetahuan yang lebih sempurna (Kebung, 2011: 46).
b. Pengetahuan Non Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara
yang tidak termasuk dalam kategori ilmiah. Kerap disebut juga
18
dengan pengetahuan pra-ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa pengetahuan non ilmiah adalah seluruh hasil pemahaman
manusia tentang sesuatu atau obyek tertentu dalam kehidupan
sehari-hari terutama apa yang ditangkap oleh indera-indera kita.
Kerap juga terjadi perpaduan antara hasil pencerapan inderawi
dengan hasil pemikiran secara akali. Juga persepsi atau intuisi
akan kekuatan-kekuatan gaib. Dalam kaitan dengan ini pula kita
mengenal pembagian pengetahuan inderawi dan pengetahuan
akali (Kebung, 2011: 47).
2) Berdasarkan Isi (Content-Based)
Berdasarkan isi atau pesan kita dapat membedakan pengetahuan
atas beberapa macam sesuai dengan penjelasan Michael Polanyi,
yakni “tahu bahwa”, “tahu bagaimana”, “tahu akan” dan akhirnya
“tahu mengapa”
a. Tahu bahwa
Pengetahuan tentang informasi tertentu misalnya tahu bahwa
sesuatu telah terjadi. Kita tahu bahwa p dan p itu sesungguhnya
benar. Pengetahuan ini disebut juga sebagai pengetahuan
teoritis-ilmiah, walaupun tidak mendalam. Dasar pengetahuan
ini ialah informasi tertentu yang akurat (Kebung, 2011: 47).
b. Tahu Bagaimana
Misalnya bagaimana melakukan sesuatu (know-how). Ini berkaitan
dengan ketrampilan atau keahlian membuat sesuatu. Sering juga
dikenal dengan nama pengetahuan praktis, sesuatu yang
19
memerlukan pemecahan, penerapan dan tindakan (Kebung,
2011: 47-48).
c. Tahu Akan
Pengetahuan ini bersifat langsung melalui penganalan pribadi.
Pengetahuan ini juga bersifat sangat spesifik berdasarkan
pengenalan pribadi secara langsung akan obyek. Ciri
pengetahuan ini ialah bahwa tingkatan obyektifitasnya tinggi.
Namun juga apa yang dikenal pada obyek ditentukan oleh
subyek dan sebab itu obyek yang sama dapat dikenal oleh dua
subyek berbeda. Selain dari itu subyek juga mampu membuat
penilaian tertentu atas obyeknya berdasarkan pengalamannya
yang langsung atas obyek. Di sini keterlibatan pribadi subyek
besar. Juga pengetahuan ini bersifat singular, yaitu berkaitan
dengan barang atau obyek khusus yang dikenal secara pribadi
(Kebung, 2011: 48).
d. Tahu Mengapa
Pengetahuan ini didasarkan pada refleksi, abstraksi dan
penjelasan. Tahu mengapa ini jauh lebih mendalam dari pada
tahu bahwa, karena tahu mengapa berkaitan dengan penjelasan
(menerobos masuk di balik data yang ada secara kritis). Subyek
berjalan lebih jauh dan kritis dengan mencari informasi yang
lebih dalam dengan membuat refleksi lebih mendalam dan
meniliti semua peristiwa yang berkaitan satu sama lain. Ini
adalah model pengetahuan yang plaing tinggi dan ilmiah.
(Kebung, 2011: 48).
20
2.1.5 Metode-Metode Memperoleh Pengetahuan
Menurut Kebung (2011: 51-61) metode-metode memperoleh
pengetahuan adalah:
1) Rasionalisme
Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi dasar
pengetahuan ilmiah. Mereka memandang rendah pengetahuan yang
diperoleh melalui indera bukan dalam arti menolak nilai pengalaman
dan melihat pengalaman sebagai perangsang bagi akal atau pikiran.
Kebenaran dan kesesatan ada dalam pikiran kita dan bukannya pada
barang yang dapat dicerap oleh indera kita (Kebung, 2011: 51).
2) Empirisme
Bagi filsuf empiris, sumber pengetahuan satu-satunya adalah
pengalaman dan pengamatan inderawi. Data dan fakta yang
ditangkap oleh panca indera kita adalah sumber pengetahuan.
Semua ide yang benar datang dari fakta ini. Sebab itu semua
pengetahuan manusia bersifat empiris (Kebung, 2011: 55).
3) Kritisisme
Tiga macam pengetahuan, pertama, pengetahuan analitis, dimana
predikat sudah termuat dalam subyek atau predikat diketahui
melalui dua analisis subyek. Misalnya, lingkaran itu bulat. Kedua,
pengetahuan sintesis a posteriori, dalam mana predikat
dihubungkan dengan subyek berdasarkan pengalaman inderawi.
Sebagai missal, hari ini sudah hujan, merupakan suatu hasil
pengamatan inderawi. Dengan kata lain setelah membuat observasi
21
saya mengatakan S=P, ketiga, pengetahuan sintesis a priori yang
menegaskan bahwa akal budi dan pengalaman inderawi dibutuhkan
secara serempak. Ilmu pasti juga ilmu alam bersifat sintesis a priori
(Kebung, 2011:58).
4) Positivisme
Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang
faktual dan positif. Semua yang diketahui secara postif adalah semua
gejala atau sesuatu yang tampak. Karena itu mereka menolak
metafisika. Yang paling penting adalah pengetahuan tentang
kenyataan dan menyelidiki hubungan-hubungan antar kenyataan
untuk bisa memprediksi apa yang akan terjadi di kemudian hari, dan
bukannya mempelejarai hakikat atau makna dari semua kenyataan
itu.Tokoh utama positivism adalah August Comte. Ia membagi
perkembangan pemikiran manusia dalam tiga tahap, yaitu tahap
teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah (postif). (Kebung, 2011:
60-61).
2.2 Konsep Palang Merah Remaja (PMR)
2.2.1 Pengertian Palang Merah Remaja (PMR)
Palang Merah Remaja (PMR) merupakan kader dari Palang
Merah Indonesia (PMI) yang berada di lingkungan sekolah. PMR
merupakan sukarelawan untuk menolong warga masyarakat yang
membutuhkan khususnya dilingkungan sekolah (Munandar, 2008:36).
PMR merupakan wadah yang digunakan untuk mengembangkan bakat
sosial yang dimiliki siswa. PMR memberikan pertolongan kepada
22
siapapun saja yang membutuhkan pertolongan tanpa membeda-
bedakan. Kegiatan PMR merupakan kegiatan di bidang kemanusiaan
yang sangat erat kaitannya dengan orang lain, bahwa kewajiban seorang
anggota PMR dipersiapkan untuk selalu bekerjasama dengan semua
golongan masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan
(Rochmawati, 2013:73).
2.2.2 Prinsip Dasar Palang Merah Remaja (PMR)
Menurut Athorid (2016: 5), dalam menjalankan misinya
gerakan PMR tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan apapun. Oleh
karena itu sangat diperlukan adanya prinsip dasar yang dapat dijadikan
pedoman dan landasan moril bagi kehidupan organisasi yang diakui
dan di hormati secara internasional. Pada tahun 1921, Komite
Internasional Palang Merah atau ICRD mencoba menyusun Prinsip
Dasar yang dirasa perlu sebagai dasar dalam setiap tindakan gerakan.
Teks inilah yang menjelma menjadi prinsip-prinsip dasar gerakan
Palang Merah Remaja yang diproklamirkan dalam konferensi
Internasional palang merah di Wina Austria yaitu: Kemanusiaan,
Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, dan
Kesemestaan.
23
2.2.3 Klasifikasi Palang Merah Remaja (PMR)
Menurut Susilo, Mulaydi, & Utami (2008: 9) Klasifikasi PMR dibagi
menjadi 3 yaitu:
1) PMR Mula
PMR mula adalah anggota PMR yang berusia 10-12 tahun, anggota
PMR mula berada di lingkungan Sekolah Dasar (SD)
2) PMR Madya
PMR madya adalah anggota PMR yang berusia 12-15 tahun,
anggota PMR madya berada di lingkungan Sekolah Menengah
Pertama (SMP)
3) PMR Wira
PMR Wira adalaah anggota PMR yang berusia 15-17 tahun, anggota
PMR wira berada di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA).
(Susilo et al, 2008: 9)
2.2.4 Kurikulum Palang Merah Remaja (PMR)
Menurut Athorid (2016), Kurikulum PMR dibagi sesuai dengan
tingkatan, yaitu:
1) PMR MULA
PMR Mula wajib untuk mengetahui beberapa pengetahuan
pertolongan pertama yang terdiri dari: Pengentahuan dasar
pertolongan pertama (pengertian pertolongan pertama, tujuan
pertolongan pertama, peralatan dasar pertolongan pertama,
kewajiban penolongan pertama), pengetahuan dasar tubuh
manusia, pengetahuan dasar luka, pengetahuan dasar patah tulang,
24
peran PMR mula dalam pelayanan pertolongan pertama (Athorid,
2016).
2) PMR MADYA
PMR Madya wajib untuk mengetahui beberapa pengetahuan
pertolongan pertama yang terdiri dari: Pengetahuan dasar
pertolongan pertama (Pengertian pertolongan pertama, tujuan
pertolongan pertama, peralatan dasar pertolongan pertama,
kewajiban penolongan pertama), anatomi dan faal dasar, penilaian
penderita, luka, patah tulang, luka bakar, pemindahan penderita,
penyakit mendadak, peran PMR Madya dalam pelayanan
pertolongan pertama (Athorid, 2016).
3) PMR WIRA
Pengetahuan dasar pertolongan pertama (pengertian pertolongan
pertama, tujuan pertolongan pertama, peralatan dasar pertolongan
pertama, kewajiban penolongan pertama, anatomi dan faal dasar,
penilaian penderita, cedera jaringan lunak, cedera sistem otot
rangka, luka bakar, pemindahan penderita, kedaruratan medis,
keracunan, peran PMR WIRA dalam pelayanan pertolongan
pertama (Athorid, 2016)
2.2.5 Tri Bakti Palang Merah Remaja (PMR)
Menurut Athorid (2016: 1), Tri Bakti PMR terdiri dari:
1) Meningkatkan Ketrampilan Hidup Sehat
Salah satu kegiatan yang dilakukan di PMR adalah gaya hidup
bersih dan sehat yang didalamnya berisi tentang: Menjaga pola
makan, melakukan olah raga, tidak merokok dan tidak minum