11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Lanjut Usia Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas (UU No.13 tahun 1998). Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi: 1) usia pertengahan (Middle Age), yaitu kelompok dengan rentang usia 45-59 tahun,2) usia lanjut (Elderly), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 60-70 tahun,3) lanjut usia tua (Old), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 75-90 tahun,4) usia sangat tua (Very Old) kelompok dengan rentang usia 90 tahun ke atas (Setyoadi & Kusharyadi, 2010). Menurut UU kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 (Fatimah, 2010), merumuskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuan sehinnga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Fatimah, 2010). Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang sudah berusia 65 tahun ke atas dan juga yang telah mengalami perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, biologis, kejiwaan, dan sosial yang mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi pada anggota tubuh.
33
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Lanjut Usiaeprints.umm.ac.id/41736/3/jiptummpp-gdl-dwiyogaard-46742-3-babii.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Lanjut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Lanjut Usia
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke
atas (UU No.13 tahun 1998). Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi: 1) usia
pertengahan (Middle Age), yaitu kelompok dengan rentang usia 45-59 tahun,2) usia
lanjut (Elderly), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 60-70 tahun,3) lanjut usia
tua (Old), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 75-90 tahun,4) usia sangat tua
(Very Old) kelompok dengan rentang usia 90 tahun ke atas (Setyoadi & Kusharyadi,
2010).
Menurut UU kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 (Fatimah, 2010),
merumuskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu,
kesehatan usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara
dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuan sehinnga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Fatimah,
2010).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang sudah berusia 65 tahun ke atas dan juga yang telah mengalami
perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, biologis, kejiwaan, dan sosial
yang mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi pada anggota tubuh.
12
2.1.2 Batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, beberapa
pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut :
1. Menurut WHO dalam Fatmah (2010), lansia dikelompokan menjadi 4
kelompok yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun
b. Lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
c. Lansia tua (Old) : usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (Very Old) : usia diatas 90 tahun
2. Menurut Departemen RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai
berikut:
a. Virilitas (Prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
b. Usia lanjut dini (Senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (60-64 tahun).
c. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif : usia diatas 65 tahun (Fatmah, 2010).
3. Menurut Jos Masdani (dalam Kushariyadi, 2010) psikolog dari Universitas
Indonesia, kedewasaan dibagi empat bagian:
a. Fase Iuventus (usia 25-40 tahun).
b. Fase verilitas (usia 40-50 tahun).
c. Fase Prasenium (usia 55-65tahun).
d. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia).
13
4. Menurut Hurlock (1979, dalam Kushariyadi, 2010), perbedan lanjut usia
ada dua tahap :
a. Early old age (usia 60-70 tahun).
b. Advanced old age (usia>70 tahun).
5. Menurut Burnsie (1979, dalam Kushariyadi, 2010), ada empat tahap lanjut
usia yaitu :
a. Young old (usia 60-69 tahun).
b. Middle age old (usia 70-79 tahun).
c. Old-old (usia 80-89 tahun).
d. Very old-old (usia>90 tahun).
2.1.3 Proses Menua
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehinga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan yang biasa disebut sebagai penyakit
degeneratif (Maryam, et al, 2008)
Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai penyakit. Hal ini
tidak benar, karena Gerontology berpendapat bahwa usia lanjut bukanlah suatu
penyakit, melainkan suatu masa atau tahapan hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak,
dewasa, tua, dan lanjut usia (Nugroho, 2010).
2.1.4 Teori Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, masa dewasa dan masa tua.
14
Menurut Potter & Perry (2005) proses menua dibagi menjadi beberapa teori sebagai
berikut:
1. Teori Biologis
a. Teori Radikal Bebas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan
ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk
metabolisme selular yang merusakan bagian molekul yang sangat reaktif.
Molekul ini mempunyai muatan ekstraseluler kuat yang kuat yang dapat
menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk bentuk dan sifatnya;
molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membrane sel,
mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel
lainnya. Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas
terbesar. Secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh
menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber
eksternal radikal bebas (Christiansen Dan Crzybowsky, 1993 dalam Potter &
Perry, 2005).
b. Teori Cross Link
Teori cross link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan
rigiditas sel, cross-linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan
senyawa antara molekul-molekul yang normalnya terpisah. Kulit yang menua
merupakan contoh cross-linkage elastin. Contoh cross-linkage jaringan ikat terkait
usia meliputi penurunan kekuatan rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, dan
tendon kering dan berserat ( Ebersole dan Hess, 1994 dalam Potter & Perry,
2005).
15
c. Teori Imunologios
teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing yang mengalami penuruanan, sehingga mereka lebih
rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring
dengan berkurangnnya fungsi sitem imun, terjadilah peningkatan dalam respon
autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan mereka mungkin mengalami
penyakit autoimun yaitu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh salah
mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia
justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibody, seperti
Atritis Rematoid (Potter & Perry, 2005).
d. Teori Wear and Tear
Teori ini mengatakan bahwa manusia di ibaratkan seperti mesin, sehingga
perlu adanya perawatan, dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan (Potter
& Perry, 2005).
e. Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini faktor-faktor didalam lingkungan misalnya karsinogen
dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan
dalam proses penuaan, dampak dari lingkungan lebih merrupakan dampak
sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan (Potter & Perry,
2005).
2. Teori Sosial
a. teori pembebasan
Menurut Potter & Perry (2005) salah satu teori sosial yang berkenaan
dengan proses penuaan adalah teori pembebasan (Disengagement Theory). Teori
16
tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usia seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menggambarkan proses penarikan diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering
terjadi kehilangan ganda yaitu:
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontrol social
3. Berkurangnya komitmen
b. Teori Aktifitas
Lawan langsung dari teori pembebasan (Disengagement Teory) adalah teori
aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuan yang sukses
adalah dengan cara tetap aktif dan ikut banyak dalam kegitan sosial. Havighurst
yang pertama kali menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai
alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat
itu, berbagai penelitian telah memvasilidasi hubungan positif antara
mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan
fisik dan mental orang tersebut.
Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya sendiri adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukan bahwa hilangnya
fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup. Selain
itu, penelitian terbaru menunjukan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang
berkesinambugan untuk mencegah kehilangan atau pemeliharaan kesehatan
sepanjang masa kehidupan manusia (Potter & Perry, 2005).
17
c. Teori Kesinambungan
Sementara itu Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah:
1. lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya dimasa lalu, dipilih
peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
2. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
3. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
3. Teori Psikologis
a. Hirarki Maslow
Motivasi manusia dapat dilihat dari hirarki kebutuhan pada titik krisis
pertumbuhan dan perkembangan pada semua manusia. Individu dapat dilihat
pada partisipasi aktif dalam hidup sampai aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005).
b. Jung’s Teory of Individualisme
Perkembangan dilihat sampai dewasa dengan realisasi tujuan
perkembangan kepribadian. Pada beberapa individu akan mentranformasikan
kepada hal-hal optimal (Potter & Perry, 2005).
c. Selective Optimalization with Compensation
Kemampuan fisik dikurangi oleh umur. Individu dengan berhasil pada
usiannya akan mengkonsumsi kekurangan dengan seleksi, optimasi dan
kompensasi (Potter & Perry, 2005).
18
d. Erikson’s Eight Stage of Life
Setiap orang mengalami tahap perkembangan selama hidupnya. Pada
beberapa tahap akan krisis tujuan yang mengintegrasikan kematangan fisik
dengan keinginan psikologinya. Pada beberapa tahap orang berhasil mengatasi
krisis tersebut. Keberhasilan tersebut akan membantu perkembangan pada tahap
selanjutnya. Individu ingin selalu memperoleh peluang untuk bekerja kembali
sesuai perasaanya untuk mencapai kesuksesannya (Potter & Perry, 2005).
2.1.5 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Potter & Perry (2005) tugas perkembangan muncul dari banyak
sumber. Tugas-tugas tersebut muncul dari kematangan fisik, tekanan budaya dari
masyarakat, dan nilai serta aspirasi pribadi. Tugas perkembangan utama pada lansia
adalah mengklarifikasi, memperdalam, dan menemukan fungsi seseorang yang sudah
diperoleh dari proses belajar dan beradaptasi seumur hidup. Ahli teori perkembangan
menyakini bahwa sangatlah penting bagi lansia untuk terus tumbuh, berkembang,
dan mengubah diri mereka jika ingin mempertahankan dan ingin meningkatkan
kesehatan.
1. Menurut Erickson dalam Potter & Perry (2005)
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya
melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan
yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap
melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya
seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
19
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social atau masyarakat secara
santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
2. Menurut Peck dalam Potter & Perry (2005)
Peck mengkonseptualisasi tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja
Tugas ini membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang yang
memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang dan mendefinisikan kembali
pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengarahkan lansia untuk mengganti
peran yang sudah hilang dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu
menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orang
yang berguna selain peran orang tua dan okupasi.
b. Body Transendens versus preokupasi tubuh
Sebagaian besar lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk
beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik.
Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dan
mengabaikan status fisik mereka. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem
nilai mereka, sumber-sumber kesenangan sosial, mental dan rasa
menghormati diri sendiri dapat mengabaikan kenyamanan fisik semata.
20
c. Transendensi ego versus preokupasi ego
Peck mengemukakan bahwa cara paling konstruktif untuk hidup
ditahun-tahun terakhir dapat didefinisikan : hidup secara dermawan dan tidak
egois yang merupakan prospek dari kematian personal (The Right Of The Ego).
Yang bisa disebut paras dan perasaan kurang penting dibandingkan
pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih
luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup dari ego seseorang.
Manusia menyelesaikan hal melalui warisan mereka, anak-anak mereka,
kontribusi mereka pada masyarakat dan persahabatan mereka. Kemudian,
untuk mencapai integritas, seseorang harus mengembangkan kemampuan
untuk mendefinisikan diri kembali, untuk melepas identitas okupasi, untuk
bangkit dari ketidaknyamanan fisik, dan untuk membentuk makna pribadi
yang melampaui jangkauan pemusatan diri.
2.1.6 Tipe Lansia
Beberapa tipe usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonomi tipe tersebut anatara lain:
1. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi undangan.
21
3. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tesinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan kaki,