9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Dan Dakwah Kegiatan dakwah dapat dikatakan juga sebagai kegiatan komunikasi, dimana seorang dai mengkomunikasikan sebuah pesan dakwah kepada mad’u baik secara perseorangan maupun kelompok dengan tujuan agar mengubah pemikiran, perasaan, hingga prilaku dari kondisi yang buruk kekondisi yang lebih baik. Secara sepesifik, dakwah diartikan sebagai aktivitas menyeru atau mengajak dan melakukan perubahan kepada manusia untuk melakukan kemakrufan dan mencegah dari kemungkaran. Secara teknis dakwah adalah komunikasi 6 . Maka segala hukum yang berlaku didalam hukum ilmu komunikasi akan berlaku sama dalam kajian dakwah. Berangkat dari sebuah paradigma komunikasi dan dakwah yaitu paradigma interaksional yang mempunyai karakteristik utama menonjolkan nilai individual di atas segala pengaruh yang lainnya, maka dalam penelitian ini menjadi penting adanya. Karena setiap manusia mempunyai esensi kebudayaan, saling berhubungan, bermasyarakat dan memiliki buah pikiran berbeda satu sama lain. Setiap bentuk interaksi sosial dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia. Paradigma interaksional dalam komunikasi yang dapat diterapkan dalam dakwah, juga sering dikatakan sebagai komunikasi dialogis atau komunikasi yang dipandang sebagai dialog (aktifitas). Unsur fundamental dalam dialog adalah melihat yang lain atau mengalami pihak lain sehingga proses dasar dalam dialog 6 Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hlm.24.
46
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Dan Dakwaheprints.umm.ac.id/35406/3/jiptummpp-gdl-edwinmaula-49886-3-babii.pdfSecara etimologis, menurut para ahli bahasa, ... bila dalam istilah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Dan Dakwah
Kegiatan dakwah dapat dikatakan juga sebagai kegiatan komunikasi,
dimana seorang dai mengkomunikasikan sebuah pesan dakwah kepada mad’u baik
secara perseorangan maupun kelompok dengan tujuan agar mengubah pemikiran,
perasaan, hingga prilaku dari kondisi yang buruk kekondisi yang lebih baik. Secara
sepesifik, dakwah diartikan sebagai aktivitas menyeru atau mengajak dan
melakukan perubahan kepada manusia untuk melakukan kemakrufan dan
mencegah dari kemungkaran. Secara teknis dakwah adalah komunikasi
6. Maka segala hukum yang berlaku didalam hukum ilmu komunikasi akan berlaku
sama dalam kajian dakwah.
Berangkat dari sebuah paradigma komunikasi dan dakwah yaitu paradigma
interaksional yang mempunyai karakteristik utama menonjolkan nilai individual di
atas segala pengaruh yang lainnya, maka dalam penelitian ini menjadi penting
adanya. Karena setiap manusia mempunyai esensi kebudayaan, saling
berhubungan, bermasyarakat dan memiliki buah pikiran berbeda satu sama lain.
Setiap bentuk interaksi sosial dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri
manusia. Paradigma interaksional dalam komunikasi yang dapat diterapkan dalam
dakwah, juga sering dikatakan sebagai komunikasi dialogis atau komunikasi yang
dipandang sebagai dialog (aktifitas). Unsur fundamental dalam dialog adalah
melihat yang lain atau mengalami pihak lain sehingga proses dasar dalam dialog
6 Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hlm.24.
10
ialah konsep pengambilan peran, paradigma interaksional yang memberikan faktor
manusiawi, sangat relevan diterapkan dalam dakwah yang bertujuan
mengembalikan manusia kepada fitrah dan kehanifaannya7.
2.2. Komunikasi Dakwah
Komunikasi dakwah dapat didefinisikan sebagai kegiatan penyampaian dan
penerimaan informasi Islam untuk memengaruhi komunikan (objek dakwah,
mad’u) agar mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan, dan membela
kebenaran ajaran Islam. Komunikasi dakwah juga dapat didefinisikan sebagai
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan dakwah dan aktor-aktor dakwah, atau
berkaitan dengan ajaran Islam dan pengamalannya dalam berbagai aspek
kehidupan. Secara etimologis, menurut para ahli bahasa, dakwah berakar kata da’a-
yad’u-da’watan, artinya “mengajak” atau “menyeru”. Secara terminologis, dakwah
adalah mengajak atau menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di jalan
Allah Swt. Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit
ataupun implisit mengajak orang kearah kebaikan, perbuatan baik, amal saleh, atau
menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam8.
2.3. Unsur - Unsur Komunikasi Dakwah
Unsur-unsur dakwah merupakan komponen yang selalu ada dalam setiap
kegitan dakwah. Sama halnya dengan model komunikasi yang diperkenalkan oleh
Lasswell yaitu 5 unsur ; who , says what, in which, channel, to whom, with what
effect. Bila dalam kajian komunikasi dakwah unsur-unsur tersebut adalah
komunikator dakwah (da’i), objek dakwah atau komunikan (mad’u), materi
dakwah (maddah), media dakwah (wasilah), metode dakwah (thariqah), dan yang
terpenting mengandung efek9.
2.3.1. Komunikator dakwah (da’i)
Komunikator dakwah bila dalam istilah komunikasi merupakan pelaku
komunikasi dalam kegiatan berdakwah baik secara formal maupun informal. Peran
seorang Komunikator dakwah bertindak sebagai pengirim pesan (sender) dalam
sebuah proses komunikasi. Dalam pengertian yang khusus dalam islam ialah da'i.
Da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain dengan kata-kata, perbuatan
atau tingkah laku kearah keabaikan atau menjadi lebih baik menurut syariat Alquran
dan sunnah10.
Dalam komunikasi dakwah, seorang da'i bisa dikatakan juga tiap individu
manusia karena setiap manusia wajib mengarahkan sesamanya pada kebaikan, akan
tetapi harus sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Menurut
Jasmes Mc Croskey, agar seorang kominikator dapat dipercaya oleh seseorang
maka ia harus memiliki11; competence yaitu kompetensi penguasaan terhadap pesan
yang disampaikan, attitude yaitu sokap tegas pada prinsip, intention yaitu tujuan
yang baik, personaliti yaitu kepribadian yang hangat dan bersahabat, dan dynamism
yaitu dinamika yang menunjukan cara penyajian yang menarik dan tidak
membosankan. Begitu juga pada seorang da’i.
9 Moh Ali Aziz. Ilmu Dakwah. Jakarta. Prenada Media. 2004. Hlm.75. 10 Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. Jakarta. Amzah. 2009. Hlm.68. 11 Anwar Arifin. Dakwah Kontemporer; Sebuah Study Komunikasi. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2011. Hlm.236.
12
2.3.1.1. Tugas Dan Fungsi seorang Da'i
Pada dasarnya tugas pokok seorang da'i adalah meneruskan tugas
Nabi muhammad SAW, yakni menyampaikan ajaran ajaran Allah seperti
yang termuat didalam Al-quran dan Sunnah Rasulullah. Seorang da'i
haruslah dapat merealisasikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada masyarakat
sehingga dapat menjadi pedoman dan penuntun hidup bagi mereka12.
Keberadaan seorang da'i dalam masyarakat mempunyai fungsi yang
cukup menentukan. Fungsi da'i adalah sebagai berikut13 :
1. Meluruskan akidah.
2. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.
3. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.
4. Menolak kebudayaan yang destruktif.
2.3.1.2. Sifat dan sikap seorang Da'i
Prof. A. Hasymi dalam Dustur Dakwah menurut Al-quran
menyebutkan agar seorang da'i dapat mengkomunikasikan pesan-pesannya
dengan baik maka ia hendaknya memiliki sifat seperti berikut14 :
1. Da'i harus beriman dan bertaqwa kepada allah.
2. Da’i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah dan tidak
mengedepankan kepentingan pribadi.
3. Da'i harus ramah dan pengertian
4. Da'i harus tawadhu atau rendah hati.
5. Da'i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya.
12 Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. Jakarta. Amzah. 2009. Hlm.70. 13 Ibid. Hlm.73. 14 Ibid. Hlm.77.
13
6. Da'i harus tidak memiliki sifat egoisme.
7. Da'i harus sabar dan tawakkal dalam melaksanakan tugas dakwah.
8. Da'i harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi
9. Da'i harus Sifat terbuka atau demokratis
10. Da'i tidak memiliki penyakit hati atau dengki.
Sikap atau attitude adalah sebuah perasaan, pikiran, dan
kecendurangan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan untuk
menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. Maka dalam hal ini pada kajian
komunikasi yang hubungannya melibatkan manusia sebagai sasarannya,
seorang da'i sebaiknya memiliki lima sikap yaitu15 :
1. Reseptif yaitu, kesedian seorang da'i dalam menerima gagasan dari
orang lain.
2. Selektif disini berarti saat seorang da'i melakukan proses dakwah ia
harus selektif dalam menyerap gagasan atau informasi dari orang
lain maupun secra langsung taupun melalui media tertentu.
3. Dijestif adalah kemampuan seorang da'i dalam mencernakan
gagasan dari orang lain sebagai bahan dari pesan yang akan ia
komunikasikan. Ia harus mampu memahami makna dari pesan lebih
luas dan lebih dalam dari yang tersurat.
4. Asimilatif yaitu kemampuan da'i dalam mengenaralisasi gagasan
yang ia terima secara sistematis dengan frame of reference yang ia
miliki.
15 Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hlm.82.
14
5. Transmisif yaitu kemampuan da’i dalam mentransmisikan konsep
yang telah ia formalisasikan secara kognitif, afektif, konatif kepada
orang lain.
Dalam proses berdakwah jika pesan dakwah disampaikan kepada
mad'u yang sifatnya untuk dipersuasifkan maka seorang da'i harus melihat
beberapa faktor ini, yaitu16 :
a. Faktor Situasi Dan Kondisi
Yang dimaksudkan dalam "situasi" disini adalah situasi
komunikasi dakwah disaat mad'u akan menerima pesan yang akan
disampaikan. Situasi yang akan menghambat komunikasi dapat
diprediksi sebelumnya oleh da'i.
Sedangkan yang dimaksud dengan "kondisi" disini adalah
state of personality seorang mad'u, yaitu keadaan fisik dan psikis
saat menerima pesan dakwah seperti sedih, marah, bingung, sakit,
dan sebagainya.
b. Empati
Empati berarti kemampuan seseorang untuk
memproyeksikan dirinya pada peranan diri orang lain. Seorang da'i
harus bisa berempati agar dapat mengerti apa yang dirasakan oleh
mad'unya. Kemampuan empatik dapat menolong da'i saat berada
dalam kondisi hitelophilous, artinya terdapat perbedaan seperti
nialai budaya, status sosial, pendidikan, dan sebagainya. Itulah
16 Ibid. Hlm. 94-95.
15
dimana seorang da'i dituntut lebih tinggi daya empatinya dari pada
seorang mad'u.
c. Konotasi
Konotasi berhubungan dengan kata-kata sebagai senjata
dalam berkomunikasi. Memilih kata-kata dalam menyampaikan
suatu pesan dakwah perlu diperhatikan oleh seorang da'i, bahwa
maksud kata yang sama mungkin memiliki pengertian yang berbeda
oleh orang lain.
2.3.2. Materi Dakwah (Maddah)
Materi dakwah (maddah Ad-Da'wah) adalah pesan-pesan dakwah islam
atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yang
meruapakan keseluruhan ajaran agama khususnya agama islam didalam penelitian
ini. Keseluruhan materi dakwah pada dasarnya bersumber pada dua pokok ajaran
islam yang pertama bersumber dari Alquran dan yang kedua bersumber dari
Hadis17.
Secara konseptual materi dakwah islam tergantung pada tujuan dakwah
yang hendak dicapai. Namun secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan
menjadi tiga pokok, yaitu18 :
1. Masalah Keimanan (Aqidah)
Aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama islam. Aqidah
islam disebut tauhid dan meruapakan inti dari kepercayaan. Tauhid
adalah suatu kepercayaan kepada pencipta. Dalam islam, aqidah
17 Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. Jakarta. Amzah. 2009. Hlm.88. 18 Ibid. Hlm.90-100.
16
merupakan I'tiqad bathiniyyah yang mencakup masalah-masalah yang
erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar
ditunjukan oleh sabda rasulullah :
Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-
rasulNya, hari akhir dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk.
(HR. Muslim)
2. Masalah Keisaman (Syariat)
Syariat adalah seluruh hukum dan perundang-undangan yang
terdapat dalam islam, baik yang berhubungan dengan manusia dengan
tuhan, maupun antar sesama manusia sendiri. Pengertian syariat mempunyai
dua aspek hubungan manusia dengan tuhan (vertikal) yang disebut dengan
ibadah, dan hubungan antara manusia (horizontal) yang disebut dengan
muamalat. Hal tersebut mengisaratkan bahwa syariat berhubungan erat
dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati aturan atau hukum Allah.
Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah :
Islam adalah bahwasanya engkau menyembah kepada Allah, dan janganlah engkau
mempersekutukanNya dengan sesuatu pun, mengajarkan shalat, membayar zakat-zakat
yang wajib, berpuasa pada bulan ramadhan, dan menunaikan ibadah haji di Mekah
(Baitullah). (HR. Al-Bukhari dan Muslim.
3. Masalah Budi Pekerti (Akhlaqul Karimah)
Akhlak sebagai sebuah materi dakwah merupakan pelengkap, yakni
untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Walaupun sebagai
pelengkap bukan berati fungsinya menjadi kurang penting, akan tetapi
akhlak merupakan penyempurna.
Ajaran akhlak atau budi pekerti termasuk materi yang penting untuk
disampaikan kepada masyarakat karena dalam islam sangatlah menjunjung
17
tinggi nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Dengan akhlak yang
baik dan keyakinan agama yang kuat dapat membendung terjadinya
pengikisan moral manusia.
Sedangkan Ali yahfi menyebutkan materi dakwah terbagi menjadi lima
pokok yang meliputi19 :
1. Masalah kehidupan
Dakwah memperkenalkan dua jenis kehidupan yaitu kehidupan
duniawi dan kehidupan akhirat yang memiliki sifat kekal abadi.
2. Masalah Manusia
Materi dakwah mengenai masalah manusia adalah menempatkan
manusia pada posisi yang mulia yang harus dilindungi secara penuh. Dalam
hal ini manusia di tempatkan pada dua status yaitu :
Ma'sum, yaitu memiliki hak hidup, hak memiliki, hak berketurunan,
hak berfikir sehat dan hak untuk menganut sebuah keyakinan imani.
Mukhallaf, yaitu diberi kehormatan untuk menegaskan Allah SWT
yang mencakup :
a. Pengenalan yang benar dan pengabdian yang tulus kepada Allah
SWT.
b. Pemeliharaan dan pengembangan dirinya dalam perilaku dan
sikap yang luhur.
c. Memelihara hubungan yang baik, damai, dan rukun dengan
lingkungannya.
19 Moh Ali Aziz. Ilmu Dakwah. Jakarta. Prenada Media. 2004. Hlm.69-103.
18
3. Masalah Harta Benda
Materi dakwah dalam bentuk ini lebih pada pengunaan harta benda
untuk kehidupan manusia dan kemaslahatan umat. Ada hak tertentu yang
harus diberikan kepada orang yang berhak untuk menerimanya.
4. Masalah Ilmu Pengetahuan
Didalam dakwah islam sangat mengutamakan pentingnya
pengembangan ilmu pengetahuan. Materi atau pesan yang berupa ilmu
pengetahuan disampaikan melalui tiga jalur ilmu yaitu:
Mengenal tulisan dan membaca.
Penalaran dalam penelitian dan rahasia-rahasia alam.
Pengambaran di bumi seperti study tour atau ekspedisi ilmiah.
5. Masalah Akidah
Akidah adalah materi utama dalam dakwah yang memiliki ciri-ciri
yang membedakan dengan kepercayaan lain, yaitu :
a. Keterbukan melalui pengakuan (syahadat). Dengan demikian seorang
muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas
keagamaan orang lain.
b. Cakrawala yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah SWT
adalah tuhan alam, bukan tuhan kelompok atau tuhan bangsa tertentu.
c. Kejelasan dan kesederhanaan. Seluruh akidah baik soal ketuhanaan,
kenabian, ataupun alam gaib sangat mudah untuk dipahami.
d. Ketuhanan antara iman dan islam atau antara iman dan amal perbuatan.
19
2.3.3. Objek Dakwah (Mad'u)
Dalam proses kegiatan komunikasi dapat dipahami bahwa keberadaan
adalah akibat adanya sumber. Tidak ada penerima apabila tidak ada sumber dan
begitu pula sebaliknya. Dalam kajian komunikasi dakwah, objek dakwah sebagai
penerima pesan disebut mad'u. Mad'u dalam kajian komuniasi disebut sebagai
komunikan, khalayak, audience, ataupun reciever. Mad'u merupakan salah satu
komponen yang penting dalam proses terjadinya komunikasi. Ialah yang akan
menjadi objek sasaran pesan yang akan dikirim oleh da'i. Objek dakwah bisa terdiri
dari satu orang, kelompok, ataupun dalam bentuk massa20.
2.3.3.1. Bentuk-Bentuk dan Tipologi Mad'u
Mengenali tipologi manusia adalah salah satu faktor untuk
menunjang seorang pembuat pesan sukses dalam menjalankan kegiatan
dakwahnya. Muhammad abduh membagi mad'u menjadi tiga golongan
yaitu21 :
a. Golongan cerdik dan cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat
berfikir secara kritis juga tanggap dalam menanggapi persoalan.
b. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berfikir
secara kritis dan mendalam, belum dapat memahami pengertian-
pengertian yang tinggi.
c. Golongan yang berbeda dengan golongan diatas yang diaman
mereka senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu,
tidak sanggup mendalam benar.
20 Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hlm.87. 21 Moh Ali Aziz. Op.cit. Hlm.92.
20
Sedangkan adapula pengelompokkan mad'u berdasarkan tipologi
dan klasifikasi dalam masyarakat. Dibagi menjadi seperti berikut22 :
1. Tipe Inovator
Tipe ini merupakan masyarakat yang memiliki keinginan
keras pada setiap fenomena sosial yang sifatnya membangun,
bersifat agresif, dan tergolong antisipatif dalam setiap langkah.
2. Tipe Pengikut
Tipe ini merupakan masyarakat yang selektif dalam
menerima pembaruan dengan mempertimbangkan bahwa tidak
semua pembaruan dapat membawa perubahan positif. Untuk
menerima atau menolak ide pembaruan, mereka mencari pelopor
untuk mewakili dalam menanggapi pembaruan tersebut.
3. Tipe Pengikut Dini
Tipe ini merupakan masyarakat sederhana yang kadang-
kadang kurang siap dalam mengambil resiko dan umumnya lemah
mental. Kelompok masyarakat ini adalah kelompok kelas dua di
masyarakat dan mereka perlu pelopor dalam mengambiul tugasnya.
4. Tipe Pengikut Akhir
Tipe ini merupakan masyarakat yang ekstra hati-hati
sehingga berdampak pada masyarakat yang skeptis terhadap sikap
pembaruan. Karena faktor kehati-hatiannya yang berlebih setiap
gerakan pembaruan memerlukan waktu dan pendekatan yang sesuai
untuk bisa masuk.
22 Wahyu Ilahi. Op.cit. Hlm.101.
21
5. Tipe Kolot
Tipe ini merupakan masyarakat yang memiliki ciri-ciri tidak
mau menerima pembaruan sebelum mereka terdesak oleh
lingkungannya.
Sementara itu jika ditinjau berdasarkan keadaan atau rumpun mad'u
dapat dikelompokkan menjadi lima tinjauan yaitu23 :
1. Mad'u yang ditinjau dari penerimaan dan penolakan ajaran islam
yang terbagi menjadi dua : Muslim dan nonmuslim.
2. Mad'u yang ditinjau dari segi tingkat pengalaman ajaran agamanya
yang terbagi menjadi tiga kelompok : Zhalim Linafsih, Muqtashid,
dan Shabiqun Bil Akhirat.
3. Mad'u yang ditinjau dari tingkat pengetahuan agamanya, terbagi
menjadi tiga kelompok : Ulama, pembelajar, dan awam.
4. Mad'u yang ditinjau dari struktur sosialnya, terbagi menjadi tiga
kelompok: Pemerintah, masyarakat maju, dan masyarakat
terbelakang.
5. Mad'u yang ditinjau dari prioritas dakwah, dimulai dari diri sendiri,
keluarga, masyarakat, dan lain-lain.
2.3.3.2. Kondisi Dan Perilaku Mad'u
Dalam melakukan proses berkomunikasi sudah seharusnya seorang
pemberi pesan mengenali kondisi dan perilaku sasarannya yang akan dituju.
23 Ibid. Hlm.92.
22
Khususnya dalam kajian komunikasi dakwah ini sangat penting karena
materi dari kajian dakwah berhubungan dengan kejiwaan dan juga
kehidupan spiritual seseorang. Maka seorang da'i harus dapat mengenal
siapa yang akan menjadi sasaran dakwahnya.
Ada faktor yang harus diperhatikan oleh seorang da'i dalam
mengenal siapa mad'unya yaitu faktor kerangka refrensi. Saat pesan dakwah
yang akan disampaikan kepada seorang mad'u harus disesuaikan oleh
kerangka referensinya. Kerangka referensi seseorang terbentuk pada dirinya
sebagai perpaduan dari pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup,
status sosial, ideologi, cita-cita, dan sebagainya24.
Lebih sulit bagi seorang da’i mengenal satu persatu kerangka
pemikiran seorang mad'u dalam bentuk kelompok. Seperti contoh didalam
kasus penelitian ini didalam sebuah ruang kelas seorang muslim dan non
muslim digabungkan menjadi satu. Melihat kondisi tersebut sudah
seharunya seorang da'i memperhitungkan apa yang akan dia sampaikan
didalam kegiatan dakwahnya mengingat kedua keyakinan tersebut memiliki
perbedaan.
Kemudian dalam melihat prilaku seorang mad'u ada cara terbaik
dalam memahami perilaku sasaran komunikasi ialah dengan melihatnya dari
sudut kerangka acuan internal individu mereka itu sendiri. Ada beberapa
pengukuran deskriptif umum dan faktor-faktor dalam menganalisa perilaku
seorang Mad'u yaitu25 :
24 Ibid. Hlm.93. 25 Ibid. Hlm.96.
23
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Keanggotaan Dalam Kelompok Primer
6. Minat Khusus
2.3.4. Metode Dakwah
Dalam proses terjadinya komunikasi dakwah seorang komunikator dakwah
atau da'i sangat memerlukan seperangkat pengetahuasn dan kecakapan dalam
memilih sebuah metode. Degan mengetahui sebuah metode maka sebuah pesan
akan lebih bisa diorganisir dengan baik guna mengena kesasaran dan dapat diterima
sesuai yang diinginkan oleh Da'i.
Secara etimologis metode berasal dari bahasa yunani metodos yang
memiliki arti cara atau jalan. Jadi metode dakwah bisa disebut jalan atau cara untuk
mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efisien26.
Dalam menentukan sebuah metode dibutuhkan pengetahuan dan kecakapan
dalam hal metodologi. Selain itu, pola berfikir dengan pendekatan sistem yang
dimana dakwah merupakan suatu sistem, dan metodologi merupakan salah satu
dimensinya, maka metodologi mempuyai peranan dan kedudukan yang sejajar
dengan unsur-unsur lainnya seperti tujuan dakwah, komunikan dakwah,
komunikator dakwah, maupun kelengkapan unsur dakwah yang lain27.
26 Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. Jakarta. Amzah. 2009. Hlm.96. 27 Ibid. Hlm.95.
24
2.3.4.1. Macam-Macam Metode Dakwah
ل إعدا عل ى ل ل لكلك رل ك عل ةمل ل ل عل ك رل ل ةل إةنل إعل ول لا للى بعل ى إ ى حل إنل نى ل نلةل أل نال نللل لأى به ول ل
دلعأل ى ل ى إعل حل نى ل نلةل لاح رل ةلأل ل (125)
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Landasan umum mengenai metode dakwah adalah Alquran surah
An-Nahl ayat 125. Pada ayat tersebut disampaikan metode dakwah yang
akurat, yaitu28 :
1. Bi Al-Hikmah
Bila dilihat dari kata hikmah yang sering kali diterjemahkan
dalam pengertian bijaksana maka metode ini merupakan suatu
pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu
melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauannya sendiri,
tidak merasa terpaksa, berkonflik, maupun merasa tertekan.
Hikmah merupakan suatu metode yang dilaksanakan dengan
persuasif. Karena dakwah bertumpu pada human oriented maka
konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada
hak-hak yang bersifat demokratis.
2. Mau'izhah Hasanah
Yang dimaksud dengan Mau'izhah Hasanah adalah nasehat
yang baik, maksudnya memberikan nasihat kepada orang lain
dengan cara yang baik, dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh
28 Moh Ali Aziz. Ilmu Dakwah. Jakarta. Prenada Media. 2004. Hlm.134-138.
25
perasaan, dapat diterima akal, menghindari sikap kasar, dan tidak
mencari kesalahan komunikan dakwah.
3. Mujadalah
Mujadalah adalah metode berdiskusi dengan cara baik-baik
dari segala cara yang ada (bertukar pikiran mencari jalan tengah).
Diantara manusia ada beberapa golongan yang tidak mudah
menerima panggilan hikmah, ilmiah, filsafat, juga tidak mudah
untuk dipanggil dengan seruan mau'idah hasanah. Golongan tersebut
harus didekati dengan mengunakan metode mujadalah. Cara berfikir
golongan mereka harus ditunjukan dengan argumen yang
meyakinkan dengan ilmu dan tentunya berdiskusi dengan cara yang
bijaksana.
Apabila paparan sebelum ini ialah merupakan metode dakwah yang
disampaikan didalam Alquran, maka dalam paragraf ini akan menjelaskan
beberapa macam metode dakwah ditinjau dari sudut pandang yang lain.
Metode ini juga lazim digunakan oleh para pelaku dakwah dimasyarakat,
yaitu29 :
1. Metode Ceramah
Metode ini dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan
keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu
kepada komunikan dakwah dengan mengunakan lisan. Metode ini
harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika,
29 Samsul Munir Amin. Op.cit. Hlm.101-103.
26
diskusi, dan faktor-faktor lain yang membuat pendengar merasa
simpatik dengan ceramahnya.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini dilakuakan dengan mengunakan tanya jawab
untuk mengetahui sampai mana ingatan atau pikiran seorang dalam
memahami pesan dakwah. Metode ini cukup efektif karena
mengajukan pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad'u akan terjadi
hubungan timbal balik antara subjek dan objek dakwah.
3. Metode Diskusi
Dakwah dengan mengunakan metode diskusi dapat
memberikan peluang objek dakwah untuk ikut memberikan
sumbangan pemikiran terhadap suatu materi dakwah. Melalui
metode diskusi seorang da'i dapat mengembangkan kualitas mental
dan pengetahuan agama seorang mad’u sekaligus bersamaan.
Mereka nantinya akan berpikiran logis (analisis), objektif, dan
kreatif.
4. Metode Keteladanan
Metode keteladanan juga bisa disebut metode yang
demokrasi, berarti mengunakan cara penyajian dakwah dengan
memberikan keteladanan secara langsung sehingga seorang mad’u
akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkan oleh
sijuru dakwah. Metode ini cukup efektif karena metode ini harus
melibatkan panca indra, perasaan, dan pikiran sekaligus yang artinya
sanggat menyentuh bidang psikologis seorang manusia.
27
5. Metode Propaganda (Di'ayah)
Metode propaganda adalah suatu uapaya untuk
menyampaikan pesan Islam dengan cara mempengaruhi dan
membujuk secara otoritatif.
2.3.5. Media Dakwah (wasilah)
Kata media berasal dari bahasa latin Median (jamak : medium) berarti
perantara, yaitu alat atau sarana yang digunakan komunikator untuk menyampaikan
pesannya. Dalam definisi komunikasi yang disampaikan oleh Horold D Laswell,
media merupakan saluran (channel) untuk memudahkan penyampaian sebuah
pesan30. Media komunikasi terdiri dari lambang lambang, kata, gambar, tindakan
atau prilaku, dan berbagai teknik serta media yang digunakan dalam proses
berkomunikasi.
Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dalam kajian dakwah yaitu
suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan meteri dakwah (ajaran Islam)
kepada komunikan dakwah (mad’u). Dengan banyaknya media yang ada, maka
seorang da’i harus memilih media yang efektif untuk mencapai tujuan dakwahnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memilih media adalah sebagai
berikut31:
1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau
tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan,
kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.
30 Ibid. Hlm.113. 31 Ibid. Hlm.114.
28
2. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
4. Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5. Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya
pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i.
6. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7. Efektifitas dan efesiensi harus diperhatikan.
Pada dasarnya, dalam kajian komunikasi dakwah dapat menggunakan
berbagai media yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat
menimbulkan perhatian untuk dapat menerima dakwah. Berdasarkan banyaknya
komunikan yang menjadi sasaran dakwah, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
media massa dan media nonmassa32.
1. Media Massa
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan
berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya surat kabar, radio,
televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi dakwah.
Keuntungan dakwah dengan menggunakan media massa adalah
bahwa media massa menimbulkan keserempakan, artinya suatu pesan dapat
diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak. Jadi untuk
menyebarkan informasi media masa sangat efektif dalam mengubah sikap,
perilaku, pendapat komunikan dalam jumlah yang banyak.
32 Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2010. Hlm.105.
29
2. Media Nonmassa
Media ini biasanya digunakan dalam komunikasi untuk orang
tertentu atau kelompok-kelompok tertentu seperti surat, telepon, SMS,
telegram, faks, papan pengumuman, CD, e-mail, dan lain-lain. Semua itu
dikategorikan karena tidak mengandung nilai keserempakan dan
komunikannya tidak bersifat massal.
Disadari atau tidak, media dalam penggunaan komunikasi terutama media
massa telah meningkatkan intensitas, kecepatan dan jangkauan komunikasi yang
dilakukan manusia dalam berbagai hal. Termasuk dalam hal ini tak ketinggalan
adalah dalam komunikasi dakwah massa. Media yang terbaik untuk
mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan, atau mengingatkan sesuatu dalam
dakwah. Secara terperinci, Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi
lima33:
a. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah
dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan,
penyuluhan, dan sebagainya.
b. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms),
spanduk dan lain-lain.
c. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
d. Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran
atau penglihatan dan kedua-duanya. Bisa berbentuk televisi, slide, ohap,
internet, dan sebagainya.
33 Moh Ali Aziz. Ilmu Dakwah. Jakarta. Prenada Media. 2004. Hlm.120.
30
e. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam
yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.
Sedangkan jika dilihat dari segi penyampaian pesan dakwah, dibagi menjadi
tiga golongan yaitu:
1. The spoken words (berbentuk ucapan)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang mengeluarkan
bunyi. Karena hanya dapat ditampak oleh telinga dan biasa disebut dengan
the audial media da dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti
telepon, radio dan lain-lain34.
2. The printed writing (yang berbentuk tulisan)
Yang termasuk didalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-
gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosure,
pamphlet, dan sebagainya35.
3. The audio visual (berbentuk gambar hidup)
Yaitu merupakan penggabungan dari kedua golongan diatas, yang
termasuk dalam kategori ini adalah film, video, DVD, CD, dan sebagainya.
Disamping penggolongan wasilah diatas, wasilah dakwah dari segi sifatnya
juga dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu36:
1. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan yang secara
tradisonal dipentaskan didepan umum terutama sebagai sarana hiburan yang
memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, lenong dan
sebagainya.
2. Media modern, yang diistilahkan juga dengan “media elektronika” yaitu
media yang dilahirkan dari teknologi. Yang termasuk media modern ini
antara lain televise, radio, pers dan sebagainya.
2.3.6. Efek Dakwah
Efek adalah suatu pengaruh atau tindakan dan sikap setelah sasaran dakwah
menerima pesan tersebut. Dalam hal ini, efek dapat di bagi menjadi tiga yaitu37 :
1. Efek Kogntif
Setelah menerima pesan dakwah, objek dakwah akan menyerap isi
dakwah tersebut melalui proses berpikir. Efek kognitif ini bisa terjadi
apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dimengeti
oleh objek dakwah tentang isi pesan yang diterimanya.
2. Efek Afektif
Efek ini merupakan pengaruh dakwah berupa perubahan sikap objek
dakwah setelah menerima pesan dakwah. Pada tahap atau aspek ini pula
penerima dakwah dan pengertian dan pemekirannya terhadap pesan dakwah
yang telah diterimanya akan membuat keputusan untuk menerima atau
menolak pesan dakwah yang telah tersampaikan.
3. Efek Behavioral
Efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan
dengan polah tingkah laku objek dakwah dalam merealisasikan pesan
37 Moh Ali Aziz. Op.cit. Hlm.138-139.
32
dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul
setelah melalui proses kognitif, dan afektif. Dan dapat diambil pemahaman
bahwa seseorang akan bertindak dan bertingkah laku setelah orang itu
mengerti dan memahami apa yang telah diketauinya itu, kemudian masuk
ke dalam perasaannya, kemudian timbullah keinginan untuk bertindak dan
bertingkah laku.
Jika dakwah telah menyentuh aspek behavioral, yaitu telah dapat
mendorong manusia melakukan secara nyata ajaran-ajaran Islam sesuai
pesan dakwah, maka dakwah dapat dikatakan berjalan dengan baik, dan
inilah merupakan tujuan akhir dari dakwah itu.
2.4. PERSEPSI
Kehidupan seseorang tidak pernah bisa lari dari lingkungannya, baik
lingkup fisik ataupun lingkup bersosialnya. Sejak dilahirkan kitra secara individu
langsung berinteraksi dengan dunia sekeliling kita. Mulai saat itu pula setiap orang
menerima stimulus dari luar dirinya. Hal inilah yang sangat berkaitan dengan
persepsi.
Persepsi merupakan akar pendapat yang dikemukakan oleh seseorang
setelah menerima stimulus dari sekitarnya. Setiap individu bisa saja berbeda satu
sama lainnya dalam memaknai suatu hal. Peranan alat indra manusia sebagai proses
pengindraanlah yang menjadi sangat penting dalam menangkap stimulus-stimulus
yang ada. Namun proses persepsi tidak berhenti disitu saja, proses sensoris yang
33
dilakukan oleh otak manusia akan mengatur dan mengartikan sebuah informasi agar
menjadi bermakna38.
Persepsi merupakan inti dari komunikasi, sedangkan proses memberikan
arti adalah inti dari persepsi. Hal ini sangat identik dengan penyandian-balik
(decoding) dalam proses komunikasi. Untuk berkomunikasi dengan efektif dan
akurat persepsi menjadi inti dari seseorang untuk komunikasi. Persepsilah yang
akan menentukan seseorang dalam memilih suatu informasi dan mengabaikan
informasi yang lain39.
Menurut Stephen P. Robbins indikator-indikator persepsi ada dua macam,
yaitu40 :
a. Penerimaan.
Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam tahap
fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang dari luar.
b. Evaluasi
Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera, kemudian
dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang satu
menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan membosankan. Tetapi
individu yang lain menilai rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu
yang bagus dan menyenangkan.
Dalam konteks persepsi, posisi benar dan salah itu akan terasa
membingungkan, karena berkaitan dengan kemampuan masing-masing dalam
memandang dan menyimpulkan, sehingga sangat diperlukan cara bagi kita untuk
38 Stephen P Robbins. Organizational Behaviour. United State Of America. Prentice Hall. 2013. Hlm.166. 39 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2007. Hlm.180. 40 Stephen P Robbins. Op.cit. Hlm. 166-167.
34
memaksakan persepsi. Dari sinilah kemudian dapat dirasakan amat penting
pendidikan, pergaulan, dan pengkajian terhadap suatu bidang pemahaman.
Pemuka agama akan memaksakan persepsinya tentang agama yang
dianutnya bagi para penganutnya. Pendidikan akan memaksakan persepsi tentang
suatu pemahaman terhadap muridnya. Orang tua akan memaksakan persepsi
terhadap anaknya. Dan begitu seterusnya. Tentu saja “memaksakan” persepsi disini
dimaksudkan untuk menghindari perbedaan ekstrim (karena hakikatnya tidak bisa
disamakan sama) antar personal dalam satu lingkungan. Disini tampak sekali
pentingnya pemaksaan dalam persepsi, dan terlepas dari baik atau buruknya
persepsi yang ditanamkan.
2.4.1. Macam-Macam Persepsi
Dalam kajian persepsi manusia setidaknya dapat kita bagi menjadi dua
macam, yaitu41:
1. Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)
Persepsi terhadap objek adalah proses penafsiran terhadap objek
objek yang tidak bernyawa disekitar kita. Dalam mempersepsi lingkungan
fisik terkadang indra kita melakukan kekeliruan. Indra kita tidak jarang
menipu kita, sihingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan
realitas yang sebenarnya. Ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi
persepsi terhadap objek, yaitu : latar belakang pengalaman, latar belakan
budaya, suasana psikologis, pengharapan, dan kondisi faktual panca indra
41 Deddy Mulyana. Op.cit. Hlm. 184-190.
35
2. Persepsi terhadap manusia (sosial)
Persepsi terhadap manusia adalah proses menangkap arti obek objek
sosial dan kejadian kejadian yang kita alami dalam lingkungan sekitar.
Setiap manusia memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas
disekelilingnya.
2.4.2. Prinsip-Prinsip Persepsi
Berikut ini adalah beberapa prinsip penting mengenai persepsi, seperti42 :
1. Persepsi berdasarkan pengalaman.
Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan
reaksi mereka terhadap hal hal itu berdasarkan pengalaman dan
pembelajaran masa lalu yang berkaitan dengan seseorang, objek atau
kejadian serupa.
2. Persepsi bersifat selektif.
Atensi dipengaruhi oleh factor-faktor internal : faktor biologis (lapar
dan haus), faktor fisiologis (gemuk, kurus, tinggi, pendek, sehat, sakit),
faktor psikologis (kesedihan, kemarahan, kebahagiaan), dan faktor sosial
budaya (gender, agama, pekerajan,tingkat pendidikan, keturunan)
3. Persepsi bersifat dugaan
Proses persepsi yang bersifat dugaan itumemungkinkan kita
menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudat
pandang manapun. Dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan
berdasarkan informasiyang tidak lengkap lewat pengindraan itu.
42 Ibid. Hlm.191.
36
4. Persepsi bersifat evaluative
Persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Seperti yang diungkapkan
Andrea L Rich “persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan
psikologis individu yang alih alih yang menunjukan karakteristik dan
kualitas mutlak objek yang dipersepsi.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh
dalam persepsi, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat.
Konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan,
dan persepsi kita.
2.4.3. Faktor-Faktor Yang Menetukan Persepsi
Ada dua faktor yang menentukan kerja persepsi seseorang yaitu sebagai
berikut43 :
1. Faktor fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu,
dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor
personal. Yang menetukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi
karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus itu.
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazimnya
disebut sebagai kerangka rujukan (Frame of reference). Dalam kegiatan
43 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosadakarya. 2007. Hlm.54-
60)
37
komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi
makna pada pesan yang diterimannya.
2. Faktor struktural
Faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimulus fisik dan
efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Pada tahun
1959 para psikolog barat mencoba merumuskan prinsip-prinsip persepsi
yang bersifat struktural, kemudian prinsip itu terkenal sebagai nama teori
Gestalt. Teori itu menyatakan bila seseorang mempersepsikan sesuatu, ia
mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-
bagiannya, lalu menghimpunnya.
Dengan kata lain seperti yang dijabarkan oleh kohler, jika kita ingin
memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang
terpisah, kita harus memandang dalam hubungan keseluruhan. Untuk
memahami seseorang, kita harus melihat pada konteksnya, dalam
lingkungannya, dan dalam masalah yang dihadapinya.
Sedangkan Menurut Stephen P.Robbins sejumlah faktor berperan dalam
membentuk dan kadang memutar balikan persepsi. Adapun tiga faktor yang
mempengaruhi persepsi yaitu44 :
1. Pelaku persepsi
Penafsiran seseorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap,
motif, kepentingan, atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.
44 Stephen P Robbins. Organizational Behaviour. United State Of America. Prentice Hall. 2013. Hlm.167-
168.
38
Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap persepsinya.
2. Target
Gerakan, bunyi, ukuran, dan latar belakang, kedekatan, kemiripan,
dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita dalam
memandangnya. Misalnya saja suatu objek dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang oleh orang yang berbeda. Hal lain pabila sebuah objek beredekatan
akan dipersepsikan secara bersama-sama pula.
3. Situasi
Sebuah situasi juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
Contohnya saja, jika seseorang wanita yang berparas cantik, mungkin tidak
akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada di
pasar, kemungkinannya sanggat besar para lelaki akan memandangnya.
2.4.4. Proses Terjadinya Persepsi
Seperti yang dinyatakan oleh Stephen P. Robbins dalam proses terjadinya
persepsi ada dua indikator utama yaitu proses penerimaan dan proses penilaian atau
memberikan makna pada sebuah objek. Sebuah objek akan selalu menimbulkan
stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor45.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau
proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris
ke otal. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah
proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang
45 Ibid. Hlm. 166.
39
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam
otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.
2.4.4.1. Proses Penerimaan
Tahap paling awal dalam proses penerimaan sebuah rangsangan
dinamakan sensasi. Sensasi juga berarti alat pengindraan yang
menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi merupakan
pengalaman elementer yang spontan, yang tidak memerlukan penguraian
verbal, simbolis, ataupun konseptual dan ditangkap oleh pengindraan
manusia. Pengindraan terjadi ketika segala rangsangan yang diterima oleh
otak kemudian disimpan dan dipelajari. Semua indra turut andil dalam
berlangsungnya proses berkomunikasi manusia46.
Saat banyak bertebaran stimulus-stimulus yang terdapat disekitar
diri kita, tentunya ada proses pemilihan terhadap stimulus tertentu dari
sekian banyak stimulus yang akan ditangkap oleh indra manusia. Ketika
rangsangan-rangsangan bersaingan untuk mendapatkan perhatian, maka
seseorang hanya dapat fokus pada salah satu rangsangan saja dan
mengindahkan stimulus yang lain47. Hal ini yang dinamakan atensi atau
perhatian. Perhatian berarti sebelum sebelum manusia menafsirkan objek
atau kejadian atau rangsangan apapun, kita terlebih dahulu memperhatikan
kejadian atau rangsangan tersebut. Jadi persepsi mengsyaratkan kehadiran
suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain ataupun diri sendiri48.
46 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosadakarya. 2007. Hlm.49. 47 Alo Liliweri. Komunikasi Antar Personal. Jakarta. Kencana. 2015. Hlm.190. 48 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2007. Hlm.181.
40
Dalam banyak kasus rangsangan yang menarik perhatian cenderung
dianggap lebih penting dari pada yang tidak menarik perhatian. Rangsangan
seperti ini biasanya menjadi penyebab kejadian kejadian berikutnya, itulah
sebab orang yang paling kita perhatikan cenderung dianggap orang yang
paling berpengaruh. Terdapat dua faktor dalam yang mempengaruhi yang
menarik perhatian seseorang yaitu49 :
Faktor eksternal penarik perhatian
1. Gerakan, seperti organisme yang lain, manusia sangat tertarik pada
objek-objek yang bergerak.
2. Intensitas stimuli, kita akan lebih memperhatikan hal-hal yang lebih
menonjol dari stimuli yang lain.
3. Kebaruan, hal-hal baru, hal-hal yang luar biasa, hal-hal yang berbeda
akan lebih menarik perhatian kita.
4. Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali kali yang disertai dengan
sedikit variasi juga akan menarik perhatian lebih.
Proses selanjutnya dalam seseorang mempersepsikan sebuah objek
adalah proses memberikan makna atau penilaian, biasa juga disebut proses
Interpretasi. Interpretasi adalah inti dari proses berlangsungnya kegiatan
persepsi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang
amat penting. Proses ini tergantung pada cara belajar (learning), motivasi
dan kepribadian seseorang. Oleh karena itu interpretasi terhadap suatu
informasi yang sama akan berbeda dengan yang lainnya. Proses yang
mempengaruhi penafsiran seseorang terhadap stimuli berfikir. Dalam
berfikir kita melibatkan semua proses termasuk persepsi. Berpikir kita dapat
melakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan,
memecahkan masalah, menghasilkan hal yang baru. Proses sebelumnya
yaitu proses penyeleksian dan pengorganisasian pesan mengahasilkan
pembentukan makna dan juga pembentukan ekspresi terhadap stimulus
tersebut60.
Pembentukan makna muncul dari hubungan khusus antar kata
(sebagai simbol verbal) dan manusia, makna tidak dapat melekat pada kata-
kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran manusia. jadi,
tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan
untuk mempersentasikan. Sedangkan pembentukan ekspresi merupakan
proses pengungkapan gagasan atau perasaan dari diri seseorang baik berupa
kata-kata, gambar, ataupun tindakan.
60 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2007. Hlm.182.
49
Interpretasi merupakan proses dimana penerima memberi arti
terhadap pesan pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan
konteksnya, dan mengisinya dengan penilaian yang konsisten dengan
rangkaian stimuli yang dipersepsi61.
Intepretasi sendiri merupakan suatu proses untuk
mengorganisasikan informasi, sehingga memiliki arti bagi individu.
Penafsiran dapat digolongkan dalam tiga dimensi yaitu :
a. Sistem nilai
Sistem nilai disini bisa diartikan sebagai penilaian individu
dalam mempersepsikan sebuah objek yang dipersepsi. Apakah
stimuli tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus
tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif
dan demikian sebaliknya akan dipersepsi negatif.
b. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu disini dapat diartikan sebagai suatu
pengalaman langsung antara individu dengan objek yang dipersepsi
individu. Baik bersifat positif ataupun negatif.
c. Pengetahuan
Pengetahuan terjadi bila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsikan seseorang. Kognitif terjadi
pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi diri mereka.
Tingkat pengetahuan meliputi enam tingkatan pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif, yaitu sebagai berikut62:
61 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosadakarya. 2007. Hlm.51. 62 Soekidjo Notoadmodjo. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta. Rineka cipta. 2003. Hlm.24-25.
50
a. Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang pernah diterima.
Oleh sebab itu ini merupakan tingkatan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehention), memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipersepsi.
c. Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysys), analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi atau suatu objek. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari pengunaan kata kera dalam
menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.
Analisis merupakan kemampuan untuk menidentifikasi,
memisahkan dan sebaginya.
e. Sintesa (syntesis), sintesa adalah suatu kemampuan untuk
meletakkan atau mengabungkan bagian-bagian didalam
51
suatu bentuk keseluruhan yang baru dan dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi
baru dari informasi informasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat mengunakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang ada.
f. Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian-
penilaiian terhadap suatu materi atau objek.
2.4.5. Syarat Terjadinya Persepsi
Syarat timbulnya persepsi yaitu adanya objek, adanya perhatian sebagai
langkah pertama untuk mengadakan persepsi, adanya alat indra sebagai reseptor
penerima strimulus yakni saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke
otak dan dari otak dibawa memalui syaraf motoris sebagai alat untuk menciptakan
respon.
Secara umum terdapat beberapa sifat persepsi , antara lain bahwa persepsi
timbul secara spontan terhadap manusia , yaitu ketika seseorang berhadapan dengan
dunia yang penuh dengan rangsangan63. Persepsi merupakan sifat paling asli yang
menjadikan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu
dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat. Persepsi tidak
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks dan pengalaman.
63 Jalaluddin Rakhmat. Op.cit. Hlm.67.
52
2.4.6. Pengukuran Persepsi
Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi
yang diukur bersifat abstrak , tetapi secara ilmiah persepsi dan sikap dapt diukur,
dimana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode
pengukuran sikap terdiri dari metode Self Report dan pengukuran Involuntary
Behavior.
Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat
menjadi indikator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila
individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat
mengetahui pendapat atau sikapnya.
Involuntary Behaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap
dipengerahui kerelaan responden. Jika merujuk pada pernyataan diatas,
bahwa mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap, maka skala
sikap dapat digunakan atau dimodifikasi untuk menggungkap persepsi
sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang tersebut positif atau
negatif terhadap suatu hal atau objek.
2.5. Teori S-O-R
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori SOR. Adapun teori
SOR adalah singkatan dari Stimulus, Organism, Response. Teori ini berasal dari
kajian psikologi yang digagas oleh Melvin DeFleur. Objek materi dari psikologi
53
dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen
komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi64.
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus karena komunikasi merupakan proses aksi reaksi. Artinya teori ini
mengasumsikan bahwa kata kata verbal, simbol simbol tertentu akan merangsasang
seseorang memberikan respon dengan cara tertentu dan dapat berlangsung secara
positif ataupun negatif. Pada initinya teori ini fokus pada proses seseorang dalam
menerima sebuah pesan dan pada perubahan sikap sebagai ukuran perubahan
prilaku seseorang65. Didalam teori ini terdapat tiga buah unsur yang meliputinya,
yaitu pesan sebagai stimulus, Komunikan sebagai organism, dan efek sebagai
respons.
Tabel 2.1
Kerangka berfikir dalam teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respons)
STIMULUS ORGANISM RESPONSE
perkuliahan keislaman
pada program AIK II.
Proses mahasiswa non
muslim Universitas
Muhammadiyah Malang
mempersepsikan
stimulus.
Persepsi Komunikasi.
64 Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat. Jakarta. Kencana. 2006. Hlm.284. 65 Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi : Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan
Penelitian. Malang. UMM Press. 2010. Hlm.70.
54
Pada gambaran diatas menyatakan bahwa perubahan sikap tergantung pada
proses terjadinya yang dialami setiap individu. Sebuah stimulus atau pesan yang
diberikan mungkin bisa saja diterima ataupun ditolak. Komunikasi akan berjalan
apabila mendapatkan perhatian dari komunikan, kemudian seorang komunikan agar
dapat memahami maka ia akan mengolah pesan tersebut hingga pada proses
menerima stimulus tersebut didalam dirinya. Semua proses itu akan dialami setiap
orang dalam melakukan kegiatan berkomunikasi untuk mencapai kesedian dalam
mengubah sikap satu sama lain.
Untuk melihat bagaimana seorang mahasiswa non muslim mempersepsi
tentang perkuliahan keislaman pada program AIK II maka dalam penelitian ini