Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan Gantangan berasal kata dari “gantang”, yaitu satuan ukur dengan nilai 1 gantang = 10 liter beras. Artinya, gantangan adalah pertukaran beas (beras) dan artos (uang) yang dilakukan antar tetangga/kenalan kepada bapak hajat (penyelenggara hajatan) sebelum atau ketika pesta hajatan berlangsung dan jumlahnya dicatat dalam buku catatan oleh juru tulis pencatat Gantangan. Beas dan artos tersebut akan menjadi simpanan bagi tamu undangan/penyumbang dan menjadi hutang yang kelak harus dibayarkan oleh bapak hajat. Gantangan dapat dilihat sebagai suatu kelompok sosial (social group) karena didalamnya terdapat “two or more individuals who are connected by and within social relationships”. Kelompok sosial gantangan ini juga memiliki struktur (the underlying pattern of roles, norms, and relations among members that organizes group), kesalingtergantungan (the state of being dependent to some degree on other people, as when one’s outcomes, actions, thoughts, feelings, and experiences are determined in whole or in part by others) dan kohesivitas kelompok (the strength of the bonds linking individuals to and in group) (Forshyth, 2010:2-10) Gantangan dapat pula dilihat sebagai kebiasaan (folkways) yang berubah menjadi adat istiadat (custom) karena di dalamnya terkandung beragam peran (roles), aturan (rules), prosedur (procedures), dan sanksi (sanction) yang membangunnya. Segenap perangkat itulah yang membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan sehingga pola pertukaran tersebut dapat terus dilakukan berulang-ulang. Gantangan juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem arisan, karena gantangan ini memiliki pola yang mirip dengan arisan, dimana setiap
26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Mar 12, 2019

Download

Documents

dangque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gantangan

Gantangan berasal kata dari “gantang”, yaitu satuan ukur dengan

nilai 1 gantang = 10 liter beras. Artinya, gantangan adalah pertukaran

beas (beras) dan artos (uang) yang dilakukan antar tetangga/kenalan

kepada bapak hajat (penyelenggara hajatan) sebelum atau ketika pesta

hajatan berlangsung dan jumlahnya dicatat dalam buku catatan oleh juru

tulis pencatat Gantangan. Beas dan artos tersebut akan menjadi simpanan

bagi tamu undangan/penyumbang dan menjadi hutang yang kelak harus

dibayarkan oleh bapak hajat.

Gantangan dapat dilihat sebagai suatu kelompok sosial (social

group) karena didalamnya terdapat “two or more individuals who are

connected by and within social relationships”. Kelompok sosial

gantangan ini juga memiliki struktur (the underlying pattern of roles,

norms, and relations among members that organizes group),

kesalingtergantungan (the state of being dependent to some degree on

other people, as when one’s outcomes, actions, thoughts, feelings, and

experiences are determined in whole or in part by others) dan kohesivitas

kelompok (the strength of the bonds linking individuals to and in group)

(Forshyth, 2010:2-10)

Gantangan dapat pula dilihat sebagai kebiasaan (folkways) yang

berubah menjadi adat istiadat (custom) karena di dalamnya terkandung

beragam peran (roles), aturan (rules), prosedur (procedures), dan sanksi

(sanction) yang membangunnya. Segenap perangkat itulah yang

membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan

sehingga pola pertukaran tersebut dapat terus dilakukan berulang-ulang.

Gantangan juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem arisan, karena

gantangan ini memiliki pola yang mirip dengan arisan, dimana setiap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

anggota yang terlibat di dalamnya pada waktu tertentu mendapatkan

giliran untuk mendapatkan akumulasi simpanan (narik) dari seluruh

anggota lainnya, tentu saja setelah dia juga secara rutin menyimpan

kepada rumah tangga lainnya.

Gambar 4. Perspektif dalam melihat Fenomena Gantangan

Gantangan juga dapat dianggap sebagai sebuah sistem jaminan

sosial informal berbasis komunitas. Sebab, melalui gantangan yang bisa

digelar sewaktu-waktu ini, rumah tangga di pedesaan dapat memenuhi

kebutuhan mendesaknya melalui bantuan (pinjaman atau hutang) kepada

saudara dan tetangga di desanya. Tentu saja tanpa persyaratan atau

jaminan tertentu, kecuali janji dan kepercayaan antar sesama anggota

masyarakat itu sendiri. Gantangan juga dapat dilihat sebagai sebuah pola

resiprositas atau hubungan timbal balik, dimana setiap rumah tangga

saling memberi (menyimpan) dan menerima (narik) dalam jumlah dan

waktu pengembalian yang tidak tentu, tetapi pasti. Gantangan ini juga

dapat dilihat sebagai sebuah pola pertukaran sosial, dimana setiap anggota

Gantangan

Arisan

Pertukaran Sosial

Modal Sosial

Perspektif

Jaminan Sosial Informal

Kelompok Sosial

Kebiasaan & Adat Istiadat

Resiprositas

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

gantangan ini telah mempertimbangkan secara rasional aspek biaya dan

manfaat dari keterlibatannya. Setiap rumah tangga berupaya untuk

mendapatkan keuntungan (sunda : aya leuwihna, indonesia : ada

lebihnya) melalui sistem gantangan ini. Selain itu, gantangan ini juga

merupakan bentuk modal sosial lokal, dimana pola jaringan (network),

norma (norms) dan kepercayaan (trust) telah terbangun dengan mapan

untuk mewadahi tujuan-tujuan individual maupun kolektif masyarakat di

pedesaan Subang.

2.2. Resiprositas

Resiprositas merupakan transaksi antara dua kelompok, dimana

barang dan jasa yang memiliki nilai setara dipertukarkan. Hal ini mencakup

pula pemberian hadiah. Motif dalam pertukaran adalah untuk memenuhi

kewajiban sosial dan mungkin untuk memperoleh semacam prestise dalam

proses tersebut. Bronislaw Malinowski (1884-1942) pada tahun 1922

melakukan sebuah studi tentang kegiatan ekonomi suku asli kepulauan

Papua Melanesia. Dari hasil studinya, selain menekankan pentingnya peran

kekeluargaan dan kepala suku dalam sistem produksi dan pertukaran, ia

juga mengidentifikasi adanya berbagai bentuk pemberian murni (suami

kepada istri, orang tua kepada anak). Selain itu, ada juga pertukaran

barang-barang untuk hal non-ekonomis, seperti hak (privileges) dan gelar.

Beberapa tahun kemudian, Marcell Mauss (1872-1950) menulis sebuah

buku berjudul “The Gift” (pemberian hadiah) yang mengungkapkan adanya

kewajiban-kewajiban yang mengikat kepada si pemberi untuk memberi, si

penerima untuk menerima dan si penerima untuk membalas (reciprocate)

dengan waktu dan jumlah pengembalian yang terbuka untuk berbagai

kemungkinan (Smelser, 1990:33-35).

Sementara itu, Karl Polanyi (1886-1964) mengatakan bahwa

resiprositas merupakan salah satu dari ciri yang melekat dalam masyarakat

pra-industri disamping redistribusi rumah tangga. Resiprositas itu sendiri

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

menurutnya merupakan gerakan di antara kelompok-kelompok simetris

yang saling berhubungan dan hal ini dapat terjadi jikalau hubungan timbal

balik antar individu itu sering dilakukan (Damsar, 2006:24). Dari berbagai

literatur yang ada, maka kita dapat klasifikasikan beberapa bentuk dari

resiprositas, antara lain:

2.2.1 Resiprositas umum (generalized reciprocity)

Suatu model pertukaran dimana nilai pemberian (hadiah)

maupun waktu pembayaran kembali tidak dikalkulasikan secara

spesifik. Misalnya, praktek pendistribusian makanan. Umumnya

resiprositas umum berlangsung antar kerabat dekat atau antar orang

yang memiliki ikatan sangat erat

2.2.2 Resiprositas seimbang (balanced reciprocity)

Suatu model pertukaran dimana si pemberi maupun si

penerima memiliki kekhususan dalam nilai barang dan waktu

pemberiannya. Misalnya, arisan. Pemberian, penerimaan, dan

berbagi bersama digambarkan membangun suatu bentuk jaminan

sosial atau asuransi sosial. Mekanisme bertingkat juga bekerja

dalam proses resiprositas umum maupun seimbang

2.2.3 Resiprositas negatif (negative reciprocity)

Suatu bentuk pertukaran dimana si pemberi mencoba

mendapat lebih baik dari pertukaran tersebut. Kelompok yang

terlibat memiliki kepentingan berbeda, dan tidak berhubungan

dekat. Bentuk ekstrim dari resiprositas negatif adalah mengambil

sesuatu dengan kekerasan atau paksaan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Dalam konteks pedesaan, norma-norma dan prosedur-prosedur yang

berlaku di sebuah desa tidak lain merupakan pencerminan dari masalah-

masalah berat yang dihadapi oleh petani. Pada titik inilah etika subsistensi

menemukan ekspresi sosialnya dalam bentuk pola-pola kontrol sosial dan

resiprositas yang memberi struktur pada tindak-tanduk sehari-hari. Dalam

desa pra-kapitalis, lembaga-lembaga yang dikuasai para petani diorganisir

untuk memberi jaminan kepada yang lemah dari kejatuhan dengan

memberikan tuntutan-tuntutan tertentu kepada petani yang lebih kaya. Jadi,

dalam hubungan petani dengan sesama warga desanya, titik perhatiannya

adalah keterikatannya pada norma dan peran mereka (Popkin, 1986:8-9).

2.3. Pilihan Rasional, Pertukaran Sosial dan Jaringan Pertukaran

2.3.1. Pilihan Rasional

Seperti kita tahu, banyak dari para peletak dasar teori

sosiologi klasik menempatkan evolusi masyarakat sebagai titik tolak

bangunan teoritisnya, misalnya Comte yang melihat evolusi

masyarakat dari sisi tahap-tahap perkembangan intelektual, Sorokin

melihatnya dari mentalitas budaya, Marx dari konflik kelas,

Durkheim dengan konsep solidaritas sosial, dan Weber dengan

perkembangan rasionalitasnya (Johnson, 1986:207). Dalam konteks

tersebut, Teori Pilihan Rasional merupakan perkembangan lebih

lanjut dari teori tentang perkembangan rasionalitas manusia. Teori ini

adalah salah satu cabang sosiologi yang paling banyak dipengaruhi

oleh ilmu ekonomi. Meskipun demikian, teori pilihan rasional dalam

sosiologi berbeda dengan yang diterapkan dalam ilmu ekonomi.

Sosiologi dalam teori pilihan rasional ini mengasumsikan

bahwa aktor bertindak secara rasional dalam arti yang luas. Tidak

seperti teori-teori sosiologi lainnya yang menganggap bahwa

tindakan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

ada di belakangnya, teori pilihan rasional menganggap aktor sebagai

pembuat keputusan yang memiliki kesadaran penuh dan secara

signifikan dipengaruhi oleh nilai biaya dan manfaat dari berbagai

tindakan alternatif lainnya (Hedstrom & Steren, 2007:2). Sebagian

besar teori pilihan rasional tidak hanya menjelaskan tindakan

individu tunggal, tetapi juga berfokus pada penjelasan makro tentang

kemunculan sebuah norma, pola-pola kelembagaan dan beragam

bentuk tindakan kolektif. Oleh karenanya, teori ini berfokus pada

berbagai tindakan dan interaksi yang membentuk institusi sosial

tersebut (Hechter & Kanazawa, 1997:2009).

Contoh :

Gambar 5. Relasi Mikro-Makro Coleman (1986) dalam Hedtsrom & Stern

(2007:9, Coleman (2010:11)

Dalam teori pilihan rasional, kita harus lebih menekankan

perhatian pada hubungan antara makro-mikro. Kita harus berfokus

pada bagaimana jaringan, norma-norma sosial, proses sosialisasi, dan

lain sebagainya mempengaruhi orientasi tindakan individu

A D

B C

Makro :

Mikro :

Doktrin religius protestan

Nilai-nilai ekonomi Perilaku

Kapitalisme

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

(kepercayaan, preferensi, dan lain sebagainya) (A B). Kemudian,

bagaimana orientasi tindakan tersebut mempengaruhi individu dalam

bertindak (B C). Dari tindakan-tindakan individu itulah kemudian

kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil

interaksi sosial makro-mikro tersebut (CD). Berbeda dengan ilmu

ekonomi yang cenderung matematis, pendekatan dalam sosiologi

bersifat induktif dan empiris.

Selain itu, sebagaimana pemahaman Weber tentang tindakan

rasional, menurutnya tidak semua perilaku dapat dimengerti sebagai

manifestasi dari rasionalitas. Emosi-emosi tertentu seperti

kemarahan, penderitaan, cinta, ketakutan dan lain sebagainya

seringkali diungkapkan individu dalam bentuk perilaku yang sepintas

lalu terlihat tidak rasional. Tetapi orang pasti dapat mengerti

(verstehen) perilaku itu kalau dia tahu emosi mendasar yang sedang

diungkapkannya. Dengan demikian, tindakan rasional itu

berhubungan dengan pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan

itu dinyatakan/diwujudkan (Johnson, 1980:220).

Namun demikian, rasionalitas itu sendiri secara metodologi

dapat didekati melalui dua pendekatan, yaitu : pendekatan

individualistik dan komunitarian. Pendekatan individualistik berakar

dari pemikiran ekonom neoklasik dan filsafat pilihan rasional yang

dikemukakan oleh Hobbes, Hume dan Kant (Di Caccio, 2005:44).

Dalam pendekatan ini, individu dianggap sebagai makhluk yang

bebas dan independen dalam mengambil suatu keputusan. Sebagai

agen yang rasional, individu mengambil keputusan atau tindakan

hanya berdasarkan pada pertimbangan konsekuensi dan kegunaan

dari pilihan mereka (the consequences-utilities-of their acts).

Pendekatan ini sama sekali tidak mempertimbangkan aspek diluar

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

individu itu sendiri, seperti sistem nilai, kebudayaan, solidaritas dan

sebagainya.

Berlawanan dengan pendekatan individualistik adalah

pendekatan komunitarian, yaitu pendekatan yang percaya bahwa

pilihan rasional atau perilaku individu itu sangat dipengaruhi oleh

nilai-nilai kebudayaan yang melekat dalam diri individu yang

dipelajarinya secara pasif dalam komunitas tradisional. Seperti

dikemukakan oleh Becker (1996) dalam Di Caccio, 2005:49

“individual’s preferences are also inffluenced by the decisions of the people whom the individual is related to”. Maka dari itu, implikasi dari pandangan komunitarian ini

adalah kita harus memberikan interpretasi yang holistik terhadap

struktur sosial yang mendasarinya. Selain itu, otomatis kebebasan

individual (individual’s freedom) dalam memilih menjadi masalah

nomor dua. Disinilah tarik menarik antara kebebasan (freedom) dan

solidaritas (solidarity) itu menjadi menarik, mana sebenarnya yang

lebih dominan mempengaruhi pilihan rasional individu?

2.3.2. Pertukaran Sosial

Jika teori pilihan rasional dapat menjelaskan mengapa orang

melakukan suatu tindakan/perilaku? maka kita dapat menggunakan

teori pertukaran sosial dengan tujuan untuk memprediksi (predict)

dan menjelaskan (explain) suatu perilaku. Teori pertukaran ini

merupakan hasil mutasi atau varian dari model pilihan rasional dan

behaviorisme. Ia adalah kombinasi antara asumsi dasar behaviorisme

(operant psychology) dan teori kegunaan (utility maximization)

dalam ilmu ekonomi (Zafirovski, 2005:31). Selain dari ekonomi dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

psikologi, teori pertukaran juga berhutang pada Simmel - yang

disebut Homans sebagai “the ancestor of small-group research” –

yang telah memberikan basis teori tentang perilaku sosial dasar

(elementary social behaviour) (Homans, 1958:597). Beberapa

definisi dan penjelasan tentang pertukaran sosial ini antara lain

(Cook, 1977:62-82):

Hubungan pertukaran (exchange relations) (contoh Ax:By)

dibangun dari beragam transaksi intensif yang menghasilkan

transfer sumberdaya (x, y, …) antara dua aktor atau lebih (A,B,

…) untuk mendapatkan manfaat bersama (mutual benefit)

Dalam berbagai hubungan pertukaran Ax:By maka kekuasaan

(power) A terhadap B (Pab) adalah kemampuan dari A untuk

menurunkan rasio x/y

Ketergantungan A terhadap B (Dab) adalah fungsi dari (1)

penilaian A terhadap sumberdaya yang diterimanya dari B dan (2)

ada tidaknya alternatif lain untuk melakukan hubungan pertukaran

Hubungan pertukaran Ax:By dikatakan seimbang jika Dab=Dba,

tidak seimbang jika Dab-Dba

Selain itu, teori pertukaran ini memiliki beberapa asumsi

dasar dan proposisi kunci, antara lain :

Perilaku sosial adalah bentuk dari pertukaran, baik material

maupun non-material seperti simbol penerimaan dan gengsi

(G.C.Homans, 1958:597)

Manusia memberikan sesuatu dengan harapan akan mendapatkan

balasannya kemudian (Marcell Mauss)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Seseorang yang memberi banyak kepada orang lain sebenarnya

sedang berharap mendapatkan lebih banyak dari mereka dan

seseorang yang menerima banyak dari orang lain akan berada

dalam tekanan untuk memberi/mengembalikan lebih banyak pula.

This process of influence tends to work out at equilibrium to a

balance in the exchange (G.C. Homans:1958:606)

Setiap hubungan sosial berbasis pada pertimbangan biaya dan

manfaat. Orang akan tetap mempertahankan hubungan jika

manfaat (material dan non-material) yang diperolehnya lebih besar

daripada biaya yang dikeluarkannya (G.C. Homans)

Frekuensi dalam interaksi sosial (intensitas) akan mempengaruhi

struktur dan keseimbangan dalam pertukaran sosial (Peter M.

Blau)

b + j

b + j

A B

6.1. Pertukaran Barter

6.2. Pertukaran dengan janji bayar

b + j

Pa

A B

Pa

b + j

A B

Waktu 1

Waktu 2

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Gambar 6. Struktur dan Sistem Pertukaran Sosial (Coleman,

2010:165-166)

6.3. Pertukaran dengan janji bayar pihak ketiga

b + j

Pa

A B

Waktu 1 b + j

Pa

A B

Waktu 2

Waktu 3 b + j

Pa

A B

Pd Pb

6.4. Pertukaran dengan janji dari bank sentral

b+j b+j

b+j b+j

Pa Pa

Pa Pa

E

B D

C

A

Keterangan : b = barang, j = jasa, P =janji A-E = Aktor

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Konsep pertukaran sosial Peter M. Blau (1964)

mengungkapkan bahwa tindakan seseorang akan berhenti jika reaksi

yang diharapkan tidak kunjung datang. Artinya, ketika ikatan antara

individu dengan individu atau kelompok terbentuk, maka hadiah

yang saling mereka pertukarkan di dalamnya akan membantu

mempertahankan ikatan diantara mereka. Ketika hadiah dirasa tidak

memadai oleh satu pihak atau keduanya, maka ikatan diantara

mereka bisa jadi melemah atau hancur. Selain itu, ketika ada

seseorang membutuhkan sesuatu dari orang lain tetapi ia tidak

memiliki sesuatu yang sebanding untuk dipertukarkan, maka akan

terjadi empat kemungkinan, pertama, ia akan memaksa orang lain

untuk membantunya, kedua, ia akan mencari sumber lain untuk

memenuhi kebutuhannya, ketiga, ia akan terus mencoba bergaul

dengan baik tanpa mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari orang

lain dan keempat, ia akan menundukkan diri terhadap orang lain (ciri

esensial dari kekuasaan).

Blau sendiri memulai dari premis dasar bahwasanya interaksi

sosial itu memiliki nilai bagi individu. Dengan mengeskplorasi

beragam nilai inilah kemudian Ia memahami hasil kolektif dari

interaksi sosial tersebut, termasuk didalamnya distribusi kekuasaan di

dalam masyarakat (Scott & Calhoun, 2004:10-11). Menurut Peter M.

Blau, seseorang melakukan interaksi sosial untuk satu alasan yang

sama, yaitu mereka membutuhkan sesuatu dari orang lain. Selain itu,

seseorang berinteraksi dan melakukan pertukaran dengan orang lain

tidak semata hanya karena motif transaksi ekonomi dan norma

resiprositas saja, melainkan juga karena dengan pemberian (gives)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

mereka itu dapat memberikan peluang untuk mendapatkan kekuasaan

(power).

“the tendency to help others is frequently motivated by the expectation that doing so will bring social rewards” (Blau, 1964)

Blau percaya bahwasanya struktur sosial itu terbentuk dari

interaksi sosial, akan tetapi ia juga meyakini bahwa segera setelah

struktur sosial itu terbentuk maka ia akan sangat mempengaruhi

interaksi sosial itu sendiri (fakta sosial). Dengan demikian,

pendekatan pertukaran sosial Blau bergerak dari aras mikro subjektif

hingga ke makro objektif (struktur sosial) dengan memberikan

penjelasan saling pengaruh diantara keduanya. Penghubung antara

kedua aras itu menurut Blau adalah Nilai dan Norma (konsensus)

yang berkembang dalam masyarakat setempat. Menurut Blau,

“konsensus mengenai nilai sosial menyediakan basis untuk

memperluas jarak transaksi sosial melampaui batas-batas kontak

sosial langsung dan untuk mengekalkan struktur sosial melampaui

batas umur manusia” (Ritzer & Goodman, 2010:373). Kita bisa

melihat dalam konteks modal sosial gantangan dimana norma dan

nilai silih bantu (resprositas) yang disepakati ini dapat tertanam

dengan kuat dan berjalan dari satu generasi ke generasi berikutnya,

sekalipun dengan perubahan dan transformasi pola yang terus

berkembang.

Sebagaimana dikemukakan oleh Peter M. Blau, terdapat

empat (4) langkah proses atau tahapan dari pertukaran antar pribadi

ke struktur sosial hingga perubahan sosial (Ritzer & Goodman,

2010:369) antara lain :

Langkah 1: pertukaran atau transaksi individu yang meningkat ke ….

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Langkah 2: diferensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke ….

Langkah 3: Legitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan bibit

dari …

Langkah 4: oposisi dan perubahan

Pada tingkat kemasyarakatan, misalnya, Blau membedakan

antara dua jenis organisasi sosial, yaitu kelompok sosial asli dan

organisasi sosial yang dengan sengaja didirikan untuk mencapai

keuntungan maksimal (Ritzer & Goodman, 2010:371). Kedua jenis

organisasi sosial ini nantinya dapat menjadi dasar untuk menjelaskan

bagaimana munculnya varian tipe dan pola pertukaran dalam modal

sosial gantangan, yakni ketika tipe nyambungan (gift) yang asli

mampu melahirkan organisasi sosial baru dalam bentuk Gintingan

dan Golongan/Rombongan yang mirip dengan arisan dan bertujuan

untuk memaksimalkan keuntungan bagi anggotanya.

Gintingan dan Golongan ini nantinya dapat kita sebut sebagai

sebuah “jaringan pertukaran” yaitu sebuah struktur sosial khusus

yang dibentuk oleh dua aktor atau lebih yang menghubungkan

hubungan pertukaran diantara para aktor (Cook, 1977, 62-82). Dalam

jaringan pertukaran inilah kemudian kita akan memahami

bahawasanya kekuasaan seseorang atas orang lain dalam hubungan

pertukaran adalah kebalikan fungsi dari ketergantungannya terhadap

orang lain. Hal ini terjadi karena pemahaman bahwa setiap sistem

yang terstruktur itu cenderung terstratifikasi, sehingga komponen

tertentu pasti tergantung pada komponen lainnya. Dengan kata lain,

akses individu atau kelompok terhadap sumber daya yang bernilai itu

berbeda sehingga menimbulkan kekuasaan dan ketergantungan.

Maka premis dasar dalam teori pertukaran jaringan (network

exchange theory) adalah “semakin besar peluang aktor untuk

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

melakukan pertukaran, semakin besar kekuasaan si aktor” (Ritzer &

Goodman, 2010:387). Dengan memahami relasi antara pertukaran

sosial, jaringan pertukaran dan pertukaran jaringan inilah kita akan

mampu menjelaskan bagaimana proses komersialisasi sosial

(komodifikasi dan sistem bandar) dalam pertukaran sosial gantangan

di pedesaan Subang ini.

2.3.3. Jaringan Pertukaran

Kekuasaan (power) adalah dimensi utama yang membentuk

ketidakseimbangan di dalam masyarakat. Kekuasaan juga merupakan

faktor yang menentukan pilihan-pilihan hidup (life chances) individu.

Ia adalah fokus utama yang dipelajari dalam ilmu-ilmu sosial dan

politik, bahkan sejak jaman Hobbes, Machiavelli, Marx dan Weber.

Apa yang menentukan seseorang/kelompok memiliki kekuasaan dan

bagaimana kekuasaan itu dimainkan adalah isu utama dari kajian

tentang kekuasaan ini. Salah satu teori paling berpengaruh dalam

membahas kekuasaan ini adalah hasil analisis dari Emerson (1972)

tentang “relasi kekuasaan-ketergantungan” (power-dependence

relations). Kajian tersebut merupakan salah satu isu utama dalam

psikologi sosial kontemporer, dimana ia menyempurnakan karya-

karya sebelumnya tentang teori pertukaran sosial yang dibangun oleh

Homans dan Blau (1964).

Menurut Blau dan Emerson, hubungan antara kekuasaan dan

pertukaran sosial ini sangatlah jelas. Faktanya adalah ketika

seseorang menguasai sumber daya yang paling bernilai di dalam

suatu masyarakat maka secara otomatis ia mendapat posisi sebagai

social debts dalam pertukaran serta menciptakan ketimpangan dan

subordinasi dalam relasi pertukaran tersebut. Dominasi oleh mereka

yang lebih berkuasa tersebut yang menimbulkan ketimpangan dalam

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

hubungan pertukaran. Ketimpangan dan diferensiasi kekuasaan inilah

yang dilihat oleh Blau sebagai sesuatu yang pasti muncul dalam

proses pertukaran sosial. Perbedaan alamiah dalam kepemilikan

sumberdaya yang bernilai diantara para aktor menghasilkan saling

ketergantungan dan kebutuhan untuk saling bertukar. Kondisi ini

juga menjadi dasar lahirnya ketimpangan dalam hasil pertukaran

(sesuai dengan perbedaan kekuasaan diantara para aktor dalam

jaringan pertukaran tersebut).

Hubungan pertukaran antara dua aktor, A dan B, menurut

Emerson (1972), dapat digambarkan sebagai berikut :

Kekuasaan aktor A terhadap aktor B dalam hubungan pertukaran Ax:By (dimana x dan y merepresentasikan nilai sumberdaya) meningkat sebagai fungsi dari nilai y bagi A dan menurun secara proporsional pada derajat ketersediaan y bagi A dari alternatif sumberdaya yang ada (selain dari B). Dua faktor ini, nilai sumberdaya dan ketersediaan sumberdaya, mempengaruhi level ketergantungan B terhadap A dan kekuasaan A terhadap B. Semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin besar kekuasaan A terhadap B. Postulat dalam hubungan pertukaran ini adalah bahwa basis kekuasaan itu adalah ketergantungan (power is based on dependence) yang kemudian diformulasikan oleh Emerson :

Pab = Dba

(Ketergantungan B terhadap A merupakan fungsi positif dari “motivasi investasi” B dalam mencapai “Tujuan yang dimediasi” oleh A dan menjadi fungsi negatif dari “ketersediaan tujuan tersebut” bagi B diluar hubungan A-B)

Dalam pertukaran Gantangan, teori diatas dapat menjelaskan

fenomena tentang mengapa ketika orang kaya (tokoh masyarakat,

tokoh berpengaruh, elit desa, penguasa=A) melakukan hajatan, maka

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

sebagain besar warga (B) berbondong-bondong menyimpan beras

dan uang dalam jumlah yang lebih banyak/besar dari biasanya.

Sebab, B termotivasi untuk mendapatkan pengembalian yang sama

besar atau lebih besar kelak ketika mereka hajatan (goals). B melihat

bahwa A memiliki sumberdaya yang mencukupi dan dapat dipercaya

untuk mengembalikan simpanan mereka. Disamping itu, tidak

banyak pilihan elit/orang kaya di desa tersebut, sehingga B akan

memaksimalkan kesempatan tersebut.

Meskipun formula dasar Emerson diatas berfokus pada

hubungan dua aktor (dyadic), namun ciri hubungan pertukaran A:B

tersebut melekat juga dalam jaringan pertukaran yang melibatkan

multi aktor (C,D,…N). Struktur sosial dari peluang pertukaran

dibangun dari basis teori struktural tentang kekuasaan dari Emerson.

Satu dari dua penentu utama kekuasaan adalah peluang adanya

pertukaran yang melekat di dalam jaringan. Jaringan (networks),

dalam kerangka Emerson, dibentuk oleh relasi sosial yang terhubung

untuk memperpanjang/memperluas pertukaran dalam satu hubungan

saling mempengaruhi. Menurut Emerson, koneksi tersebut dapat

bersifat positif atau negatif. Hubungan negatif berarti pertukaran

dalam satu relasi mengurangi jumlah atau frekuensi pertukaran dalam

relasi yang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Bourdieu bahwa

jaringan bukanlah sesuatu yang alamiah (natural given), melainkan

harus dikonstruksi oleh masing-masing individu sebagai sebuah

investasi yang strategis (Portes, 1998:3).

Contoh : A-B dan B-C, hubungan pertukaran dikatakan negatif bagi B jika pertukaran dalam hubungan A-B mengurangi frekuensi atau jumlah pertukaran dalam hubungan B-C. Sebaliknya, hubungan pertukaran dikatakan positif jika

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

pertukaran dalam hubungan A-B meningkatkan jumlah atau frekuensi dalam hubungan B-C

Emerson sendiri mengadopsi operant psychology sebagai

pondasi perilaku dalam teorinya, sebab ia melihatnya sebagai teori

sosial yang bersifat mikro-level. Namun kemudian, Cook dan

Emerson (1978) memperkenalkan konsep lainnya termasuk resiko

(risk), ketidakpastian, dan kalkulasi rasional dari manfaat dan biaya

ke dalam teori “pertukaran sebagai perilaku sosial”. Dalam teori ini,

aktor dimotivasi oleh keuntungan masa depan,

pertimbangan/antisipasi terhadap kehilangan atau biaya, atau secara

sederhana mereka belajar dari interaksi di masa lalu yang

menguntungkan. Asumsi dasar dalam pertukaran sosial diringkas

oleh Molm (1997) antara lain :

1. Perilaku dimotivasi oleh hasrat untuk meningkatkan keuntungan

dan menghindari kerugian/kehilangan, meningkatkan hasil positif

dan mengurangi dampak negatif.

2. Hubungan pertukaran dibangun dalam struktur hubungan saling

tergantung

3. Setiap aktor terlibat dalam pengulangan, saling tergantung dalam

pertukaran dengan partner khusus/spesifik sepanjang waktu (tidak

dalam satu transaksi pendek/sekali)

4. Keluaran yang dihasilkan sesuai dengan hukum ekonomi (law of

deminishing marginal utility) atau prinsip kejenuhan (principle of

satiation) dalam psikologi.

Beberapa konsep lain yang akan sangat membantu dalam

memahami pertukaran sosial antara lain : resiprositas, keseimbangan,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

kohesi, dan power-balancing operations. Emerson, sebagaimana

Homans, memberikan perhatian utama pada pondasi mikro dari

pertukaran, khususnya pada bagian I dari formulasinya :

Suatu hubungan pertukaran dikatakan seimbang jika :

Dab=Dba, yaitu ketika masing-masing aktor saling tergantung secara

equal. Emerson membangun teori pertukaran untuk menjelaskan

pengaruh kekuasaan dalam hubungan sosial. Interaksi sosial yang

melampaui hubungan dua orang adalah bentuk dari jaringan sosial

(social network) yang hubungan satu sama lain diikat oleh hubungan

pertukaran. Cook dan Emerson (1978) telah secara spesifik

menggambarkan jaringan sosial ini sebagai suatu sistem yang

menghubungkan tiga atau lebih individu yang saling bertukar nilai

barang atau jasa. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang terjadi

dimana pertukaran dua individu (dyadic) saja tidak cukup, sebab

menganalisa kekuasaan akan selalu membutuhkan penjelasan tentang

jaringan, dimana alternatif sosial menjadi muncul dalam pertukaran

jaringan ini. Ada tidaknya alternatif itulah yang menjadi salah satu

faktor kuat berjalannya suatu hubungan pertukaran.

Selain jaringan sosial, kekuasaan dalam pertukaran sosial

juga sangat dipengaruhi oleh prinsip kompetisi. Kompetisi ini

merupakan basis fundamental dalam berbagai tipe ekonomi dan

hubungan pasar. Ide pokok dalam teori ketergantungan-kekuasaan

adalah peluang dan alternatif individu tergantung kepada penurunan

peluang dan alternatif individu lainnya. Dengan demikian, struktur

dalam jaringan ini pun secara terbuka memberi peluang bagi aktor

untuk menjadi penguasa yang dominan.

Dalam membahas dinamika kekuasaan ini Emerson juga

berbicara tentang keseimbangan kekuasaan (power balancing

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

operations). Dengan memfokuskan pada dua variabel yang

mempengaruhi ketergantungan, Emerson mengajukan empat proses

yang mungkin membuat kekuasaan menjadi lebih seimbang (equal)

di dalam berbagai hubungan yang tidak seimbang. Contohnya :

A lebih berkuasa dari B (Pab>Pba dan Dba>Dab). Untuk

menyeimbangkan hubungan ini maka :

B dapat menurunkan level motivasinya dalam mencapai tujuan

yang dimediasi/difasilitasi oleh A

B dapat menempatkan sumber alternatif lainnya (misal aktor C)

sebagai tujuan yang dimediasi oleh A (network extension)

B dapat mencoba meningkatkan motivasi A dalam mencapai

tujuan-tujuannya yang dapat dimediasi oleh B

B dapat mencoba untuk mengeliminasi sumber alternatif dari A

untuk tujuan yang dimediasi oleh B (bentuk koalisi atau tindakan

kolektif dengan aktor lainnya)

Dengan prinsip keseimbangan-kekuasaan ini Emerson dapat

memprediksi beragam tipe perubahan dalam jaringan pertukaran

yang diproduksi oleh para aktor untuk meraih kekuasaan atau

mengelola kekuasaan di dalam suatu jaringan. Jaringan kekuasaan itu

sendiri dapat didefinisikan sebagai (Cook, 1977, 62-82):

1. Kesatuan dari tiga atau lebih aktor yang masing-masing

menyediakan kesempatan untuk bertransaksi dengan sekurang-

kurangnya satu aktor lain di dalam jaringan. Dengan demikian,

jaringan dapat dianggap sebagai “struktur kesempatan”

(opportunity structure) bagi masing-masing aktor di dalam

jaringan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

2. Dua hubungan pertukaran, A:B dan A:C adalah saling terhubung

jika frekuensi atau magnitude dari hubungan transaksi yang satu

merupakan fungsi dari hubungan transaksi yang lainnya.

3. Kategori pertukaran mewakili kesatuan dari seluruh aktor yang

memiliki sumber daya yang sama dan yang sama-sama bernilai

untuk dipertukarkan.

4. Kesatuan hubungan pertukaran mempertemukan satu aktor kepada

dua atau lebih anggota suatu kategori pertukaran yang kemudian

menghasilkan hubungan alternatif bagi aktor tersebut.

2.4. Komersialisasi Sosial

Komersialisasi adalah suatu proses sosial dimana kegiatan-

kegiatan ekonomi secara garis besar diatur atas dasar prinsip pertukaran

pasar. Secara bahasa, komersial dan komersialisasi berarti (1) mempunyai

sifat dagang (2) bersifat mencari untung (3) membuat sesuatu seperti

perdagangan untuk mencari untung (Badudu-Zain, 1996:707-708). Untuk

kepentingan penelitian terhadap sistem pertukaran sosial Gantangan di

pedesaan Subang ini, maka penulis mendefinisikan Komersialisasi Sosial

Gantangan sebagai “penciptaan hubungan-hubungan pasar dalam

lingkup pesta hajatan dan ekonomi lokal, dimana alokasi sumber daya

sosial diwujudkan dalam mekanisme harga yang terbentuk dari proses

permintaan dan pernawaran”. Disini kewajiban timbal balik (resiprositi)

terwujud dalam bentuk “nilai terhadap uang”, “imbalan yang pantas bagi

jasa yang diberikan” dan hal-hal semacam itu. Proses komersialisasi ini

mempengaruhi banyak aspek kemasyarakatan sehingga kita dapat

membicarakan suatu masyarakat yang didominasi oleh prinsip pasar.

Diluar kegiatan yang diatur oleh prinsip pasar itu juga terdapat prinsip-

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

prinsip pengaturan ekonomi lainnya seperti prinsip keluarga, organisasi

sukarela, dan pemerintah (Peny, 1990:134-139).

2.5. Kemiskinan

Dalam perspektif tentang kemiskinan, salah satu indikator utama

individu atau rumah tangga disebut miskin adalah akibat ketidakmampuan

atau ketertutupan akses dalam memenuhi kebutuhan pangan. Meskipun

memang banyak sekali definisi dan cara pengukuran kemiskinan yang

digunakan para ahli atau pemerintah yang berbeda satu sama lain. Akan

tetapi, ada dua kategori tingkat kemiskinan yang berlaku umum, yaitu

kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut merupakan

suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan pokoknya (pangan, sandang, papan, kesehatan dan

pendidikan). Sedangkan kemiskinan relatif merupakan perhitungan

kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan dalam suatu daerah.

Dikatakan relatif karena berkaitan dengan distribusi pendapatan antar

lapisan sosial (Huraerah, 2008:168). Pendekatan kemiskinan absolut

pernah digunakan oleh Sajogyo pada tahun 1971, yaitu perhitungan

kemiskinan yang dikembangkan dengan memperhitungkan standar

kebutuhan pokok berdasarkan kebutuhan beras dan gizi (pendapatan per

kapita per tahun beras). Dari perhitungan Sajogyo ini lahir tiga golongan

orang miskin, yaitu golongan paling miskin, miskin sekali dan miskin.

Tabel 1. Batas Tingkat Pengeluaran (Garis Kemiskinan) Untuk Penduduk

Perkotaan dan Penduduk Perdesaan Menurut Kategori Kemiskinan9

Kategori Kemiskinan

Batas Tingkat Pengeluaran (setara beras per kapita per tahun)

Perkotaan Perdesaan 1. Miskin 480 kg 320 kg 2. Miskin Sekali 360 kg 240 kg 3. Paling Miskin 270 kg 180 kg

9 Sajogyo (1978) dalam Said Rusli dkk (1995:6)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2007-2010 di Provinsi Jawa

Barat

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000)

% Penduduk miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa 2007 2

654.6 2 803.3 5 457.9 11.21 16.88 13.55

2008 3 654.6 2 705.0 5 322.4

10.88 16.05 13.01

2009 4

654.6 2 452.2 4 983.6 10.33 14.28 11.96

2010 5

654.6 2423.2 4773.7 9.43 13.88 11.27

Sumber : BPS, 2010

Meskipun demikian, dialog tentang kemiskinan ini masih terus

berkembang dengan sudut pandang yang berbeda, di satu sisi banyak pihak

menekankan pada persoalan produksi dan produktivitas masyarakat sebagai

keseluruhan, dan di sisi lain lebih menekankan pada pembagian yang

merata, keadilan dan sebagainya. Kemudian, ukuran mutlak seperti

konsumsi pangan (beras) sebagai tolak ukur kemiskinan tidak akan

mencukupi lagi, walaupun faktor-faktor tersebut juga tidak dapat

ditiadakan karena menjadi kebutuhan dasar manusia. Artinya, semakin

kebutuhan dasar terpenuhi, maka semakin tinggi pula tuntutan akan

kebutuhan sekunder dan tersier (Tjondronegoro,2008:295).

Dengan demikian, secara filosofis, makna kemiskinan relatif yang

dikemukakan oleh Simmel (1908) nampaknya lebih tepat digunakan untuk

memahami fenomena kemiskinan di pedesaan ini. Ia menyatakan bahwa

orang miskin bukan sekedar mereka yang berada pada lapisan paling

bawah masyarakat, melainkan ditemukan pada seluruh strata masyarakat.

Anggota masyarakat kelas atas, misalnya, yang lebih miskin dari

sesamanya, cenderung merasa miskin jika dibandingkan dengan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

sesamanya. Oleh karena itu, sekalipun orang-orang dalam lapisan bawah

itu dapat terangkat dari kemiskinan semula, maka banyak orang yang

berada dalam sistem stratifikasi masih akan merasa lebih miskin bila

dibandingkan dengan sesamanya (Ritzer & Goodman, 2010:183)

Jika diringkas, kemiskinan merupakan masalah kekurangan

(deprivation), meskipun kekurangan atau kemiskinan relatif ini tidak

pernah lengkap untuk dijadikan pendekatan dalam mengukur kemiskinan.

Sementara pendekatan yang lebih biologis seperti jumlah konsumsi kalori,

cenderung mereduksi hanya pada pengertian kemiskinan absolut.

Kemiskinan dan ketidakadilan (inequality) juga sering dihubungkan. Akan

tetapi keduanya adalah konsep yang berbeda. Apakah kemiskinan adalah

persoalan nilai (value judgement)? Pendekatan moral ini tidaklah cocok

untuk sebuah studi pengukuran tingkat kemiskinan. Dengan demikian,

alternatif pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengukur kemiskinan ini

adalah dengan identifikasi dan agregasi (identification of the poor and

agregation of their poverty characteristic into an over-all measure) (Sen,

1982:9-24).

2.6. Teori Permainan

Dengan asumsi bahwa para pelaku atau orang yang terlibat dalam

pertukaran sosial gantangan ini adalah mereka yang mampu mengambil

keputusan secara bebas dan rasional, maka di akhir penelitian ini dapat

direkonstruksi suatu model pengambilan keputusan berbasis teori

permainan. Secara sederhana, teori permainan yang dikembangkan oleh

John von Neumann dan Morgenstern (1944) ini merupakan sebuah

pendekatan terhadap kemungkinan strategi yang disusun secara matematis

(logis dan rasional) serta digunakan untuk mencari strategi terbaik dalam

suatu aktivitas, dimana setiap pemain (aktor) di dalamnya sama-sama

mencapai utilitas tertinggi (Osborne & Rubinstein, 1994:1).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

Dalam kajian-kajian sosiologi, teori permainan ini mulai populer

digunakan sejak tahun 1980-an. Namun demikian, penggunaan teori

permainan oleh para sosiolog ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun

1950an sampai pertengahan 1970an. Swedberg (2001:1)

mengklasifikasikan bahwa teori permainan yang dikembangkan oleh para

sosiolog pada periode 1950-1970an itu sebagai “old sociological game

theory” dan teori permainan yang dikembangkan pada tahun 1980an

sebagai “new sociological game theory”. Tabel dibawah ini akan

membantu kita memahami penggunaan teori permainan dalam analisis-

analisis sosiologis :

Tabel 3. Perbedaan penggunaan teori permainan dan analisis terkait permainan dalam kajian sosiologi dari tahun 1950-2000

Tipe teori

permainan atau pendekatan

terkait permainan

Karakteristik umum

Contoh penelitian/kajian

Topik kajian

1 Teori permainan high-tech

Penggunaan standar teori permainan dengan teknik yang tinggi (deduktif, matematis, dan model simulasi)

Raub (1988), Raub dan Weesie (1990), Heckathorn (1988, 1989), Macy dan Skvoretz (1988), montgomery (1998)

Dilema sosial terkait dengan kerjasama, tindakan kolektif dan norma-norma

2 Teori permainan low-tech

Penggunaan logika dasar dan bahasa konseptual dari teori permainan, termasuk penggunaan payoff matrix

Bernard (1964,1968) Gamson (1961) Boudon (1979) Coleman (1990)

Konflik, koalisi, koordinasi, pendidikan dan norma-norma

3 Permainan sebagai metafora umum

Kosa kata dalam teori permainan digunakan dengan tanpa pendekatan

Goffman (1961), Elias (1970), Crozier dan Thoenig (1975),

Kekuasaan, kerja, organisasi, dilema

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gantangan · membentuk keteraturan dalam sistem sosial masyarakat pedesaan ... kita dapat menerangkan tentang fenomena sosial sebagai hasil interaksi sosial

teknis matematis (permainan, pemain, strategi, dll)

Crozier (1976), Burawoy (1979)

dalam penjara, interaksi strategis

4 Permainan khusus digunakan dalam analisis

Permainan khusus digunakan untuk menganalisis peristiwa sosial

Vinake dan Arkoff (1954), Boorman (1967), Coleman (1967,1969)

Pachisii, wei-ch’i, pengambilan keputusan kolektif,

5 Studi tentang permainan di dalam masyarakat

Permainan yang ditemukan di dalam masyarakat dianalisis secara sosiologis

Andersoon and moore (1960), Goffman (1961), Leifer (1988, 1991)

Permainan secara umum, contoh : catur

6 Kajian laboratorium

Pengalaman dengan orang-orang

Bonacich (1972,1976), Snijders dan Raub (1998)

Kekuasaan, dilema dalam pernjara, kerjasama

Sumber : Swedberg, 2001:309

Teori permainan ini digunakan untuk melihat kecenderungan

masyarakat pedesaan dalam menyikapi atau mengambil keputusan untuk

terlibat atau tidak terlibat ke dalam pertukaran sosial gantangan beserta

keuntungan yang mungkin mereka peroleh. Langkah awal yang dilakukan

dalam menerapkan teori ini dan membuat suatu model strategi

pengambilan keputusan adalah dengan terlebih dahulu menentukan empat

unsur utama, yaitu (1) pemain (2) strategi-strategi (3) preferensi dan (4)

reaksi dari setiap pemain. Model strategi yang dihasilkan pun dapat

diklasifikasikan ke dalam sejumlah cara, seperti (1) jumlah pemain (2)

jumlah keuntungan dan (3) jumlah strategi dan kemudian dituangkan dalam

matrik ganjaran (payoff matrix).