10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi 2.1.1 Definisi Ergonomi Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan performansinya yang terbaik. Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan, pada dasarnya merupakan perwujudan terhadap pemenuhan keinginan manusia (customers needs) sebagai konsumen. Keinginan konsumen tersebut dilahirkan dari keinginan manusia yang secara alamiah akan memunculkan keinginan dan harapan yang akan selaras dengan konsep ergonomi. Seorang Designer, sebagai kepanjangan tangan dari perusahaan manufaktur, untuk mendesain atau merancang suatu produk yang di ilhami dari keinginan konsumen (customers needs). Dalam menciptakan suatu desain produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, banyak kendala dan hambatan ( constrains) yang dihadapi, seperti bervariasinya keinginan konsumen, belum tersedianya teknologi (kalaupun ada masih relatif mahal), persaingan yang ketat antar
51
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi 2.1.1 Definisi …library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--hamdanmahf-405-4-4.bab2.pdf · Produk-produk yang dihasilkan oleh ... yaitu menyangkut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
2.1.1 Definisi Ergonomi
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana secara
hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk
menunjukkan performansinya yang terbaik. Produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, pada dasarnya merupakan perwujudan terhadap pemenuhan
keinginan manusia (customers needs) sebagai konsumen. Keinginan konsumen
tersebut dilahirkan dari keinginan manusia yang secara alamiah akan
memunculkan keinginan dan harapan yang akan selaras dengan konsep
ergonomi.
Seorang Designer, sebagai kepanjangan tangan dari perusahaan manufaktur,
untuk mendesain atau merancang suatu produk yang di ilhami dari keinginan
konsumen (customers needs). Dalam menciptakan suatu desain produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen, banyak kendala dan hambatan (constrains)
yang dihadapi, seperti bervariasinya keinginan konsumen, belum tersedianya
teknologi (kalaupun ada masih relatif mahal), persaingan yang ketat antar
11
perusahaan, dan sebagainya. Terlepas dari kendala tersebut, sebagai kunci
keberhasilan yaitu seorang desainer harus menetapkan bahwa konsep ergonomi
harus dijadikan sebagai kerangka dasar dalam pengambangan desain produk,
sedang atribut dan karakteristik lainnya dapat mengikuti sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan yang ada.
Dalam aplikasi ergonomi, secara ideal kita dapat menerapkan “to fit the job
to the man” dalam perancangan sistem kerja begitu juga dalam pengembangan
desain produk (Bidge, 1995 : Kromer, 2001), sehingga desain produk yang
dihasilkan diharapkan akan memenuhi keinginan konsumen dan diharapkan
memiliki nilai tambah, dimana manfaat (tangible & intangible benefits) yang akan
dirasa konsumen memiliki totalitas manfaat yang lebih dibandingkan biaya
korbanan yang harus dikeluarkan. Dengan demikian desain produk tersebut
memiliki superior customer value dibandingkan pesaingnya (Kotler & Amstrong,
2006). Keunggulan bersaing harus diciptakan sejak design produk dan
diwujudkan dengan produk jadi (finished goods) sebagai indikator performasi
nyata (tangible) yang akan dilihat dan dirasakan konsumen. Penilaian konsumen
terhadap produk merupakan perwujudan tingkat performasi dari produk yang
dihasilkan perusahaan (kotler & Keller 2006), apakah konsumen akan merasa
puas (satisfied) jika performasi produk sesuai dengan harapan dari keinginan
konsumen, atau tidak puas (dissatisfied) jika performasi produk dibawah
harapan dari keinginan konsumen, atau sangat puas (delighted) jika performasi
produk melebihi harapannya.
12
Dengan demikian, konsep ergonomi harus dijadikan sebagai kerangka dasar
dalam pengembangan desain produk sehingga diharapkan hasil desain dan
produksinya memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan manfaat (tangible
& intangible benefit) yang akan dirasakan oleh konsumen serta sekaligus dapat
memenuhi harapannya sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pemakainya
(Pulat, 1992). Sebagaimana dijelaskan oleh Kotler & Amstrong (2004) bahwa
“Customer satisfaction si a key influence on future buying behavior”, konsumen
akan membuat suatu pilihan yang didasarkan pada presepsinya terhadap nilai
dan kepuasan, dimana kepuasan konsumen merupakan suatu pengaruh kunci
terhadap perilaku pembelian masa depan. Begitu juga yang dijelaskan oleh
Treacy & Wiersema Te la.,1995, yang dikutip dalam Khalifa, 2004, vol. 42 : 646,
bahwa “Customer value is the source of all other value”, nilai pelanggan
(customer value) merupakan Sumber dari seluruh nilai yang lain yang dijadikan
acuan dalam memilih suatu produk. Dan dipertegas lagi oleh Hinggins Te la. ,
1998; yang di kutip dalam Khalifa, 2004, vol. 42 : 645, bahwa “emphasize that
creation of superior customer value is a key element for ensuring companies’
success” , perusahaan yang terus berupaya menciptakan nilai pelanggan yang
tinggi (superior customer value), baik dalam pengembangan design produk
maupun dalam proses pembuatan produk, merupakan elemen kunci untuk
membuat perusahaan tersebut sukses.
13
Untuk memperjelas pemahaman di atas, maka dapat dilihat pada gambar 1
berikut ini :
Gambar 12.1. Peranan Konsep Ergonomi dalam Pengembangan Desain Produk
2.2 Konsep Kualitas dan Dimensi Kualitas
2.2.1 Pengertian Kualitas
Vincent (Susanti, 2006) mendefisikan kualitas sebagai konsistensi
peningkatan perbaikan atau penurunan variasi karakteristik di suatu produk
(barang dan jasa) yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan yang telah
dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal atau pelanggan
eksternal. Sedang menurut Davis (Yamit, 2001) kualitas merupakan suatu kondisi
14
dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan.
Terdapat dua segi umum tentang kualitas yaitu : kualitas rancangan dan
kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam berbagai tingkat
kualitas. Variasi dalam tingkat ini memang disengaja, maka dari itu istilah teknik
yang sesuai adalah kualitas rancangan.
Kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan
spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu (Montgomery,
1990). Kualitas kecocokan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pemilihan
proses pembuatan, latihan dan pengawasan angkatan kerja, jenis sistem jaminan
kualitas (pengendalian proses, uji aktivitas pemeriksaan, dan sebagainya) yang
digunakan, seberapa jauh prosedur jaminan kualitas ini di ikuti, motivasi
angkatan kerja untuk mencapai kualitas.
2.2.2 Dimensi Kualitas
Berdasarkan perspektif kualitas, Gavin (Yamit, 2001) mengembangkan
kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang
menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari suatu produk inti.
15
b. Feature, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.
c. Reliability (keandalan), yaitu memungkinkan tingkat kegagalan pemakaian.
d. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan
operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan.
f. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,
kemudahan dalam pemelihararaan dan penanganan keluhan yang
memuaskan.
g. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk.
h. Perceived, yaitu menyangkut Citra dan reputasi produk serta tanggung jawab
perusahaan terhadapnya.
2.3 Perancangan dan Pengembangan Produk
2.3.1 Definisi
Desain baru dapat di artikan sebagai pengembangan barang yang pada
pokoknya sama dengan produk yang telah dipasarkan oleh perusahaan tetapi
lebih baik (Polly, 1969). Pengembangan desain dapat ditujukan sebagai suatu
proses berturut-turut didasarkan pada informasi tertentu. Tahap-tahap
pengembangan ini dapat dilakukan melalui penyaringan, analisa, pengembangan
komersialisasi. Desain mungkin sekali merupakan titik tolak produk baru yang
diminta oleh konsumen dan ini terutama berlaku dalam perusahaan. Dalam hal
16
ini mungkin desainnya meliputi gagasan baru, yang harus dikembangakn dan di
terapkan ke dalam produk yang sedang digarap. Rancangan atau desain (Design)
adalah dimensi yang unik, dimensi ini banyak menawarkan aspek emosional
dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan. Menurut (Philip Kotler, 2001),
menyatakan bahwa rancangan adalah totalitas fitur yang mempengaruhi
penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh
pelanggan. Adapun parameter rancangan yang didefinisikan menurut (Philip
Kotler, 2001) adalah sebagai berikut :
a. Gaya (style), menggambarkan penampilan dari suatu produk.
b. Daya Tahan (durability), menggambarkan umur beroperasinya produk dalam
kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk produk-
produk tertentu.
c. Kehandalan (reliability), merupakan ukuran probabilitas bahwa produk
tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.
d. Mudah diperbaiki (reparability), ukurankemudahan untuk memperbaiki
produk ketika produk itu rusak.
Desain produk, atau dalam bahasa keilmuan disebut juga Desain Produk
Industri, adalah sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan bentuk
dari sebuah produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut agar sesuai dengan
pemakainya dan sesuai dengan kemampuan proses produksinya pada industri.
17
Sedang pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang
dimulai dari perencanaan kemudian di akhiri dengan tahapan produksi yang
mengacu pada penawaran pasar.
2.3.2 Aspek-aspek Perencanaan dan Pengembangan Produk
Dalam perencanaan produk (Planing of Product) terdapat 3 Aspek yaitu :
1. Aspek Produk
Pada tahap eksploitasi ada 3 pola proses pengenalan dan pengembangan
produk / jasa baru yaitu :
a. Menarik pasar (Need Pull / Market Pull)
Menurut pandangan ini, “anda harus membuat apa yang dapat
dijual”. Produk baru di tentukan oleh pasar berdasarkan kebutuhan
pelanggan. Jenis produk baru ditentukan melalui penelitian pasar dan
umpan balik pelanggan, dengan sedikit perhatian terhadap teknologi.
Need Pull akan menuju pada terbentuknya incremental innovation.
Gambar 22.2. Aliran aktivitas dari Model Need Pull (Ulrich, Eppinger, 2001)
18
b. Mendorong Teknologi (Technology Push)
Pandangan ini menyarankan “Anda harus menjual apa yang dapat
anda buat”. Produk baru diperoleh dari teknologi produksi,
penggunaan teknologi yang canggih dan kemudahan operasi, dengan
sedikit perhatian terhadap pasar. Dengan kata lain suatu produk atau
teknologi baru didorong atau di jual ke pasar (potential customer)
yang tidak meminta atau mengetahui perihal produk atau teknologi
baru tersebut. Technology Push akan menuju kepada radical
innovation.
Gambar 32.3. Aliran Aktivitas dari Model Technology Push (Ulrich, Eppinger, 2001)
c. Antar fungsional (Interfunctional)
Produk baru memerlukan kerja sama diantar pemasaran, operasi,
ketrampilan teknik dan fungsi lainnya sehingga menghasilkan produk
yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan penggunaan teknologi
yang memberikan manfaat terbaik. Untuk kesuksesan inovasi produk
atau jasa baru di perlukan kombinasi dari kedua model pertama yaitu
19
proses technical-linking dan need-linking. Selain itu ada tiga elemen
yang menjadi konsiderans dalam menciptakan peluang bisnis baru
yaitu : Relevant problem, Technology sourcer dan Market demand.
2. Aspek Jumlah Produk
Aspek ini berkaitan dengan berapa jumlah produk yang seharusnya
diproduksi. Untuk menentukan jumlah produk terdapat 2 cara : cara non-
statitik dan cara kuantitatif. Cara non statistik menentukan jumlah produk
yang harus dibuat dan dijual dengan berdasarkan pertimbangan semata.
Ada 3 cara pertimbangan non-statistik, yaitu : Pertimbangan Tenaga
Penjual, Pertimbangan Eksekutif dan Ahli. Cara kuantitatif adalah
menentukan jumlah produksi berdasarkan analisa kuantitatif dengan
menggunakan data-data masa lalu untuk meramalkan jumlah produk
yang ditawarkan atau dijual di pasar pada masa yang akan datang.
3. Aspek Kombinasi Produk
Aspek ini lebih memfokuskan pada beberapa jenis produk yang di
produksi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Setiap proses
pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, Output Fase
perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek yang nantinya akan
digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan
pengembangan konsep. Dalam perencanaan produk, proyek
pengembangan produk dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu :
20
1. Platform produk baru : Tipe proyek ini adalah melibatkan usaha
pengembangan utama untuk merancang suatu keluarga produk baru
berdasarkan platform yang baru dan umum. Keluarga produk baru
akan memasuki pasar dan produk yang sudah dikenal.
2. Turunan dari platform produk yang sudah ada : Proyek-proyek ini
memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki
pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada : Proyek-proyek
ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa
detail produk-produk yang telah ada dalam rangka menjaga lini
produksi yang ada pesaingnya.
4. Pada dasarnya produk baru : Proyek-proyek ini melibatkan produk
yang sangat berbeda atau teknologi produksi dan mungkin membantu
untuk memasuki pasar yang belum dikenal dan baru. Proyek-proyek
ini umumnya melibatkan lebih banyak resik, yang mana keberhasilan
jangka panjang perusahaan mungkin tergantung dari apa yang
dipelajari melalui proyek-proyek penting ini.
21
2.4 Tahapan dalam Pengembangan Produk
Proses pengembangan produk secara umum terbagi menjadi beberapa fase.
Gambar 42.4. Aliran Aktivitas dari Model Technology Push (Ulrich, Eppinger, 2001)
Proses diawali dengan suatu fase perencanaan, yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut.
Output fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan
input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan
merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan. Penyelesaian dari
proses pengembangan produk adalah peluncuran produk, Diana produk
tersebut kutuk dibeli pasar.
2.4.1 Fase Perencanaan
Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai “zerofase” karena kegiatan ini
mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk
aktual. Output fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang
merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep
dan merupakan suatu petunjuk tim pengembangan.
Fase 5
Peluncuran
Produk
Fase 4
Pengujian dan
Perbaikan
Fase 3
Perancangan
Detail
Fase 2
Perancangan
Tingkat Sistem
Fase 1
Pengembangan
Konsep
Fase 0
Perencanaan
22
Langkah-langkah dalam proses perencanaan produk. Pertama,
melipatgandakan peluang-peluang yang diprioritaskan dan sekumpulan proyek-
proyek yang menjanjikan dipilih. Sumber daya dialokasikan dan dijadwalkan.
Kegiatan-kegiatan perencanaan ini berfokus pada portofolio dari peluang dari
proyek-proyek yang potensial dan kadang-kadang disesuaikan dengan
manajemen portofolio, perencanaan produk keseluruhan, perencanaan lini
produk, atau manajemen produk. Segera setelah proyek dipilih dan sumber daya
dialokasikan, suatu pernyataan misi dikembangkan untuk tiap proyek. Formulasi
dari suatu rencana produk dan pengembangan dari pernyataan misi akan
mendahului proses pengembangan produk aktual.
Gambar 52.5. Proses Pengembangan Produk (Ulrich, Eppinger, 2001)
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,
Karl T. Ulrich & Steven D. Eppinger mengusulkan lima tahapan proses berikut :
1. Mengidentifikasi peluang.
2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek.
3. Mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu.
4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek.
5. Merefleksikan kembali hasil dan proses.
Langkah 1 : Mengidentifikasi Peluang-peluang
Identifikasi Peluang
Evaluasi dan
Prioritas
Proyek
Alokasi Sumber
Daya dan Rencana
Waktu
Proses
Pengembangan
Produk
23
Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang
pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal
dari beberapa sumber, diantaranya:
a. Personal pemasaran dan penjualan.
b. Peneliti dan organisasi pengembangan teknologi.
c. Tim pengembang produk saat ini.
d. Manufaktur dan operasional organisasi.
e. Pelanggan sekarang atau potensial.
f. Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan rekan bisnis.
Selain beberapa peluang telah dikumpulkan secara pasif, pendekatan proaktif
juga dapat dilakukan, meliputi:
a. Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan produk
yang ada sekarang.
b. Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses inovasi
oleh pengguna-pengguna ini dan modifikasi-modifikasi yang dilakukan oleh
para pengguna terhadap produk yang ada.
c. Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan dalam
gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori produk yang ada
dan peluang-peluang kategori produk baru.
d. Mengumpulkan usulan pelanggan secara sistematis.
e. Studi para pesaing dengan berdasarkan pada basis sekarang.
24
f. Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk memfasilitasi
perpindahan teknologi yang tepat dari penelitian ke arah pengembangan
produk.
Langkah 2 : Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek-proyek
Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih
proyek yang paling menjanjikan untuk diikuti. Empat perspektif dasar yang
berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi
produk baru dalam kategori produk yang ada adalah strategi bersaing,
segmentasi pasar, mengikuti perkembangan teknologi, dan platform produk.
Setelah itu, proses mengevaluasi peluang produk baru didiskusikan, dan
menyeimbangkan portfolio proyek.
Langkah 3 : Mengevaluasi Sumber daya dan Merencanakan penentuan Waktu
Perencanaan sumber daya agregat dapat dicapai dengan menggunakan
suatu metode lembar kerja sederhana yang berdasarkan pada perkiraan
permintaan sumber daya. Kapasitas dan utilisasi sumber daya akan diketahui
sehingga dapat diputuskan perencanaan proyek yang mana yang paling
penting untuk dilanjutkan. Sedangkan penentuan waktu proyek
mempertimbangkan faktor- faktor antara lain, penentuan waktu pengenalan
produk, kesiapan teknologi, kesiapan pasar, dan persaingan.
Langkah 4 : Menyelesaikan Perencanaan Proyek
25
Merupakan langkah lanjutan dimana output dari langkah ini adalah suatu
pernyataan Visi dan misi dari produk yang akan dikembangkan.
Langkah 5 : Merefleksikan Hasil dengan Proses
Pada langkah akhir dari perencanaan dan proses strategi, beberapa
pertanyaan diperlukan untuk memperkirakan kualitas proses dan hasil. Beberapa
pertanyaan berhubungan dengan rencana produk, kesiapan sumber daya dan
peluang pasar.
2.4.2 Tahapan Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,
alternative konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu
atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan
biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk
pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek.
Menurut (Ulrich, Eppinger, 2001) metode 5 langkah adalah metode untuk
memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah menjadi lebih
sederhana. Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah
menggunakan prosedur pencarian eksternal dan internal. Pohon klasifikasi dan
Tabel Kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara sistematis konsep
26
penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian submasalah ke
dalam sebuah penyelesaian total.
Gambar 62.6. Lima langkah metode penyusunan konsep (Ulrich, Eppinger. 2001)
A. Spesifikasi produk
Kebutuhan pelanggan pada umumnya diekspresikan dalam ”bahasa
pelanggan”. Untuk menyediakan tuntunan yang spesifik mengenai
bagaimana mendesain dan membuat sebuah produk, tim pengembangan
menetapkan serangkaian spesifikasi. Spesifikasi ini akan menjelaskan
detail-detail mengenai hal-hal yang harus dilakukan agar diperoleh
kesuksesan komersial. Spesifikasi ini juga harus dapat mencerminkan
kebutuhan pelanggan, membedakan produk dari produk-produk pesaing,
dan secara teknik maupun ekonomis dapat direalisasikan.
1. Memperjelas masalah
(Mengerti masalah, Dekomposisi masalah, Focus pada submasalah penting)