Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan Makanan (BTM) 2.1.1. Definisi Bahan Tambahan Makanan (BTM) Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006). Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan. Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan Universitas Sumatera Utara
35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Jan 31, 2018

Download

Documents

trandang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Tambahan Makanan (BTM)

2.1.1. Definisi Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya

tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas

makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja

ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,

pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan

(Cahyadi, 2006).

Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi

pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan

pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat

atau bentuk pangan atau produk pangan.

Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa

yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan

terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan. Bahan ini

berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta

memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama.

Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi

sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

makanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak (Saparinto,

2006).

Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen

Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM).

2.1.2. Jenis Bahan Tambahan Pangan

Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau

mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih

mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya

bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai

berikut:

1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan,

dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat

mempertahankan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh

pengawet, pewarna dan pengeras.

2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang

tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja,

baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses

produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu

atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi

bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa kedalam makanan

yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan

rodentisida), antibiotik, dan hidrokarbon aromatic polisiklis.

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam

pengolahan;

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau

yang tidak memenuhi persyaratan;

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan

cara produksi yang baik untuk pangan;

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang

batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as

Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis

lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas

penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/ melindungi kesehatan

konsumen.

Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang

diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh

Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

2.1.3. Fungsi Bahan Tambahan Pangan

Beberapa Bahan Tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut

Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut:

1. Antioksidan (Antioxidant)

2. Antikempal (Anticaking Agent)

3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)

4. Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)

5. Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)

6. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)

7. Pengawet (Preservative)

8. Pengeras (Firming Agent)

9. Pewarna (Colour)

10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer)

11. Sekuestran (Sequestrant)

Beberapa bahan Tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut

Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai berikut:

1. Natrium Tetraborat (Boraks)

2. Formalin (Formaldehyd)

3. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated Vegetable Oils)

4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)

5. Kalium Klorat (Pottasium Chlorate)

6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

7. Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)

8. P-Phenetilkarbamida (p-Phenethycarbamide, Dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)

9. Asam Salisilat dan garamnya (Salilicylic Acid and its salt)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan

kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna

kuning), dulsin (pemanis sintesis), dan kalsium bromat (pengeras).

2.2. Zat Pemanis

2.2.1. Pengertian Zat Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan

untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan

kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki

sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus

merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan

dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan

berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama

(Cahyadi, 2006).

2.2.2. Hubungan Struktur dan Rasa Manis

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan struktur kimia

bahan pemanis dengan rasa manis adalah (Cahyadi, 2006):

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

1. Mutu rasa manis

Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan kemurniannya.

Dari uji sensoris menunjukkan tingkat mutu rasa manis yang berbeda antara bahan

pemanis satu dengan yang lainnya. Bahan alami yang mendekati rasa manis,

kelompok gula yang banyak dipakai sebagai dasar pembuatan bahan pemanis sintesis

adalah asam-asam amino. Salah satu dipeptida seperti aspartam memiliki rasa manis

dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula dan tidak memiliki rasa ikutan.

Sedangkan pada sakarin dan siklamat menimbulkan rasa ikutan pahit yang semakin

terasa dengan bertambah bahan pemanis. Rasa pahit tersebut diduga terkait dengan

struktur molekulnya, karena dengan pemurnian yang bagaimanapun tidak dapat

menghilangkan rasa pahit.

2. Intensitas rasa manis

Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat dasar kemanisan suatu

bahan pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa manis dalam

yang sama maupun yang berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Masing-

masing pemanis berbeda kemampuannya untuk merangsang indra perasa. Kekuatan

rasa manis yang ditimbulkan oleh bahan pemanis dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah suhu dan sifat mediumnya (cair atau padat). Harga intensitas rasa

manis biasanya diukur dengan membandingkannya dengan kemanisan sukrosa 10%.

Beberapa contoh jenis rasa manis suatu pemanis sintesis relatif terhadap sukrosa dan

dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Tabel 2.1. Intensitas Beberapa Pemanis Dibandingkan dengan Sukrosa 10% Pemanis Kemanisan Relatif

1. Sukrosa 2. Na-Siklamat 3. Dulsin 4. Sakarin 5. Aspartam 6. 1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen

1 15-31 70-350 240-350 250 4.100

3. Kenikmatan rasa manis

Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan bau

bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Dari

berbagai pemanis tidak sempurna dapat menimbulakan rasa nikmat yang

dikehendaki. Pada pemanis sintesis seperti sakarin malah tidak dapat menimbulkan

rasa nikmat malah memberikan rasa yang tidak menyenangkan. Tetapi penggunaan

campuran sakarin dan siklamat pada bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis

dan tanpa menimbulkan rasa pahit. Meskipun rasa manis yang tepat sangat disukai,

tetapi pemanis yang berlebihan akan terasa tidak enak. Pemanis mempunyai harga

toleransi yang berbeda antara kelompok masyarakat bahkan antarindividu.

2.2.3. Jenis Zat Pemanis

Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan

pemanis buatan/ sintesis (Cahyadi, 2006) :

2.2.3.1. Pemanis Alami

Pemanis alam biasanya berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang

utama adalah tebu (Saccharum officanarum L) dan bit (Beta vulgaris L). bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut terkenal sebagai gula alam atau

sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah:

Gula umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa. Secara kimiawi

gula identik dengan karbohidrat.

Beberapa jenis gula dan berbagai produk terkait:

Gula Granulasi (Gula Pasir): kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya

dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).

Gula batu: Gula batu tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari

Kristal bening berukuran besar bewarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening

dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambut.

Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahay. Kristal

berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai caramel. Gula ini kurang manis

karena adanya air dalam Kristal.

Rumus kimia sukrosa: C12H22O11 merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari

monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa. Senyawa ini dikenal

sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain

seperti tumbuhan. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula bit

2.2.3.2. Pemanis Buatan

Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan

rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2007).

Sekalipun penggunaanya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia lain

sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun pemanis

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

buatan tersebut aman dikonsumsi dalam kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas

tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang

mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut kita kenal dengan ADI (Acceptable Daily

Intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal

pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama

hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan (Yuliarti, 2007).

Tabel 2.2. Daftar pemanis sintesis yang diizinkan di Indonesia Nama Pemanis Sintesis

ADI Jenis Bahan Makanan Batas Maksimal Penggunaan

Sakarin (Garam Natrium)

0-2,5 mg

Makanan berkalori rendah a. Permen karet b. Permen c. Saus d. Es krim dan sejenisnya e. Es lilin f. Jam dan jeli g. Minuman ringan h. Minuman yoghurt i. Minuman ringan

fermentasi

a. 50mg/kg (sakarin) b. 100mg/kg (Na-sakarin) c. 300 mg/kg (Na-sakarin) d. 200 mg/kg (Na-sakarin) e. 300 mg/kg (Na-sakarin) f. 200 mg/kg (Na-sakarin) g. 300 mg/kg (Na-sakarin) h. 300 mg/kg (Na-sakarin) i. 50 mg/kg (Na-sakarin)

Siklamat (garam natrium dan garam kalsium)

Makanan berkalori rendah a. Permen karet b. Permen c. Saus d. Es lilin e. Minuman yoghurt f. Minuman ringan

fermentasi

a. 500mg/kg dihitung

sebagai asam siklamat b. 1g/kg dihitung sebagai

asam siklamat c. 3 g/kg dihitung sebagai asam siklamat d. 3 g/kg dihitung sebagai

asam siklamat e. 3 g/kg dihitung sebagai

asam siklamat f. 500mg/kg dihitung

sebagai asam siklamat Sorbitol Kismis

Jam dan jeli, roti Makanan lain

5g/kg 300 g/kg 120 g/kg

Sumber: PerMenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Tabel 2.3. Pemanis Buatan yang Direkomendasikan Departemen Kesehatan RI

No. Nama Batas Maksimum Penggunaan 1. 2.

Sakarin (300-700 x manis gula) Siklamat (30-80 x manis gula)

100 mg/kg (permen), 200 mg/kg (es krim, jam, jeli), 300 mg/kg (saus, es lilin, minuman ringan, yoghurt) 1 g/kg (permen), 2 g/kg (es krim, jam, jeli), 3 mg/kg (saus, es lilin, minuman ringan, yoghurt)

Penetapan jenis pemanis yang diijinkan dan batas ADI di Indonesia lebih

mengacu peraturan yang dikeluarkan oleh US Food and Drug Administration (FDA)

atau Codex Alimentarius Commission (CAC). Pertimbangannya adalah bahwa

kategori pangan sistem CAC telah dikenal dan digunakan sebagai acuan oleh banyak

negara dalam komunikasi perdagangannya. Banyak aspek yang dijadikan

pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan yang diijinkan untuk

digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat

toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau

secara berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang

membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu selain ketentuan mengenai

penggunaan pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum

penggunannya (Ambarsari, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Tabel 2.4. Beberapa Jenis Pemanis Buatan Pengganti Sukrosa yang Diijinkan Penggunaannya di Indonesia:

Jenis Bahan

Pemanis

Jumlah Kalori

(kKal/g)

Tingkat Kemanisan*

ADI (mg/kg berat

badan)

Sifat

Alitam 1.4 2000 0.34 - Penggunaannya bersama pemanis lain bersifat sinergis. - Dapat dicerna oleh enzim pencernaan dan diserap oleh usus.

Acesulfame-K

0 200 15 -Relatif lebih stabil dibandingkan jenis pemanis lainnya, - Tidak dapat dicerna, bersifat non glikemik dan non kariogenik.

Aspartam 0.4 180 50 -Stabil pada kondisi kering, namun tidak tahan panas - Berbahaya bagi penderita fenilketonuria karena dapat menyebabkan resiko penurunan fungsi otak. -Dapat menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif.

Neotam 0 7000 0-2 -Terurai secara cepat dan dibuang sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolism normal.

Sakarin 0 300 5 -Timbul reaksi dermatologis bagi anak- anak yang alergi terhadap sulfa. -Berpotensi memacu pertumbuhan tumor dan bersifat karsinogenik.

Siklamat 0 300 0-11 -Dalam dosis tinggi dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati dan limpa.

Sukralosa 0 300 0-15 - Stabil pada kondisi panas - Tidak dapat dicerna dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan.

* dibandingkan dengan sukrosa Sumber: SNI 01-6993-2004 BPOM (2004)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

2.3. Sakarin

Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remses pada tahun

1897. Ketika pertama kali ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan

pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan

rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia

sebagai garam natrium. Nama lain dari sakarin adalah 2,3 dihidro-3-

oksobenzisulfonasol, benzosulfimida atau o-sulfobenzimida. Sedangkan nama

dagangnya adalah glucide, garantose, saccarinol, saccarinose, sakarol, saxin, sykose,

hermesetas (Cahyadi, 2006).

Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium dari asam

sakarin berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis. Intensitas rasa

manis garam natrium sakarin cukup tinggi, yaitu kira-kira 200-700 kali sukrosa 10%.

Di samping rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh

kemurnian yang rendah dari proses sintesis. Sakarin secara luas digunakan sebagai

pengganti gula karena mempunyai sifat yang stabil, non karsinogenik, nilai kalori

rendah, dan harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk

mengganti sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau untuk bahan pangan yang

berkalori rendah (BPOM, 2008).

Produk makanan dan minuman yang biasanya menggunakan sakarin diantaranya

adalah minuman ringan (soft drinks), permen, selai, bumbu salad, gelatin rendah

kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula. Selain itu sakarin digunakan sebagai bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

tambahan pada produk kesehatan mulut seperti pasta gigi dan obat pencuci

(penyegar) mulut.

Natrium-sakarin didalam tubuh tidak mengalami metabolisme sehingga

diekskresikan melalui urin tanpa perubahan kimia. Beberapa penelitian mengenai

dampak konsumsi sakarin terhadap tubuh manusia masih menunjukkan hasil yang

konvensional. Hasil penelitian National Academy of Science tahun 1968 menyatakan

bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa sebanyak 1 gram atau lebih rendah tidak

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Tetapi ada penelitian lain yang

menyebutkan bahwa sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kanker pada

hewan percobaan. Pada tahun 1977 Canada’s Health Protection Branch melaporkan

bahwa sakarin bertanggung jawab terjadinya kanker kantong kemih. Sejak itu sakarin

dilarang digunakan di Canada, kecuali sebagai pemanis yang dijual di apotek dengan

mencantumkan label peringatan. Akan tetapi hal ini menimbulkan kontroversi,

karena adanya penjelasan bahwa tikus-tikus yang dicoba di Canada diberikan sakarin

dengan dosis yang sangat tinggi, yaitu kira-kira ekuivalen dengan 800 kaleng diet

soda per hari (Yuliarti, 2007).

Kontroversi ini masih berlangsung sampai kini, pemerintah Indonesia

mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No. 208/Menkes/Per/IV/1985

tentang pemanis buatan dan No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan

pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan

untuk penderita penyakit diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang

diperbolehkan adalah 300 mg/kg (Cahyadi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Pemanis buatan banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, seperti:

1. Migrain dan sakit kepala

2. Kehilangan daya ingat

3. Bingung

4. Insomnia

5. Iritasi

6. Asma

7. Hipertensi

8. Diare

9. Sakit perut

10. Alergi

11. Impotensi dang gangguan seksual

12. Kebotakan

13. Kanker otak

14. Kanker kantung kemih

2.4. Aspartam

Aspartam ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965,

ketika mensintesis obat-obat untuk bisul dan borok. Aspartam adalah senyawa metal

ester dipeptida yaitu L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus C14H16N2O5

memiliki daya kemanisan 100-200 kali sukrosa (Cahyadi, 2006).

Aspartam atau Aspartil fenilalanin metil ester (APM) dengan rumus kimia

C14H18N2O5 atau 3-amino-N(α-carbomethoxy-phenethyl)succinamic acid, N-L-α-

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

aspartyl-L-phenylalanine-1-methyl ester merupakan senyawa yang tidak berbau,

berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis.

Aspartam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 sampai dengan 220 kali

tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 0,4 kkal/g atau setara dengan

1,67 kJ/g. Kombinasi penggunaan aspartam dengan pemanis buatan lain dianjurkan

terutama untuk produk-produk panggang dalam mempertegas cita-rasa buah (BPOM,

2008).

Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah satu bahan

tambahan pangan telah melalui berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh aman

bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun 1981 telah diizinkan untuk dipasarkan.

Pada penggunaan dalam minuman ringan, aspartam kurang menguntungkan karena

penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain

itu, aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan

yang diolah melalui pemanasan (Cahyadi, 2006).

Aspartam tersusun oleh asam amino sehingga didalam tubuh akan mengalami

metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya. Bagi penderita penyakit

keturunan yang berhubungan dengan kelemahan mental (phenil keton urea/PKU)

dilarang untuk mengkonsumsi aspartam karena adanya fenilalanin yang tidak dapat

dimetabolisme oleh penyakit tersebut. Kelebihan fenilalanin dalam tubuh penderita

PKU diduga dapat menyebabkan kerusakan otak dan pada akhirnya dapat

mengakibatkan cacat mental (Cahyadi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Konsumsi harian yang aman (acceptable daily intake) untuk orang dewasa

adalah 40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes No. 722 Tahun 1988 tidak

menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan kedalam bahan pangan. Hal

ini berarti bahwa aspartam masih dianggap aman untuk dikonsumsi.

2.5. Siklamat

Siklamat pertama kali ditemukan tahun 1939 dan diperbolehkan untuk

digunakan kedalam makanan di U.S.A. pada tahun 1950. Dilanjutkan dengan

pengujian dalam keamanan untuk senyawa yang muncul ditemukan pada tahun 1967

bahwa siklamat dapat merubah usus ke cyclohexylamine dimana dapat menimbulkan

karsinogenik. Rupanya, hanya beberapa individu yang memiliki kemampuan untuk

merubah siklamat ke cyclohexylamine (Deman, 1980).

Siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C6H13NO3S) sebagai pemanis buatan

digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium siklamat. Secara

umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan

mudah larut dalam air dan etanol, serta berasa manis. Kombinasi penggunaan

siklamat dengan sakarin dan atau acesulfame-K bersifat sinergis, dan kompatibel

dengan pencitarasa dan bahan pengawet. Pemberian siklamat dengan dosis yang

sangat tinggi pada tikus percobaan dapat menyebabkan tumor kandung kemih, paru,

hati, dan limpa, serta menyebabkan kerusakan genetik dan atropi testikular.

Informasi yang dikumpulkan oleh CCC (Calorie Control Council) menyebutkan

bahwa konsumsi siklamat tidak menyebabkan kanker dan non mutagenik. Pada tahun

1984, FDA menyatakan bahwa siklamat tidak bersifat karsinogenik. Meskipun FDA,

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

JECFA dan CAC menyatakan bahwa siklamat aman untuk dikonsumsi, namun

Kanada dan USA tidak mengizinkan penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan

pangan (BPOM, 2008).

Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang

disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya ± 30 kali

kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebagai bahan

pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive) untuk pengganti sukrosa.

Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang

diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng (BPOM, 2004).

Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa

pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus

yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan kanker kantong kemih.

Hasil metabolisme siklamat, yaitu sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena

itu, ekskresinya melalui urin dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang

baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yaitu terjadinya

pengecilan testicular dan kerusakan kromosom. Penelitian yang dilakukan oleh para

ahli Academy of science pada tahun 1985 melaporkan bahwa siklamat maupun

turunannya (sikloheksiamin) tidak bersifat karsinogenik, tetapi diduga sebagai tumor

promoter. Sampai saat ini hasil penelitian mengenai dampak siklamat terhadap

kesehatan masih diperdebatkan ( Sitorus, 2009).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, kadar

maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam pangan dan minuman berkalori

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

rendah dan untuk penderita diabetes mellitus adalah 3g/kg bahan pangan dan

minuman. Dan menurut WHO, batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI)

adalah 11 mg/kg berat badan. Adanya peraturan bahwa penggunaan siklamat dan

sakarin masih diperbolehkan, serta kemudahan mendapatkannya dengan harga yang

relatif murah dibandingkan dengan gula alam. Hal tersebut menyebabkan produsen

pangan dan minuman terdorong untuk menggunakan kedua jenis pemanis buatan

tersebut di dalam produk.

2.6. Sorbitol

Bahan pemanis ini dikenal sebagai D-Sorbitol, D-glucitol, L-gulitol, sorbit atau

sorbol mempunyai berat molekul 182,17. Kemanisannya hanya 0,5 kali gula tebu.

Sorbitol bersifat larut polar seperti air dan alkohol. Sorbitol secara komersial dibuat

dari glukosa dengan hidrogenasi dalam tekanan tinggi maupun reduksi elektrolit

(Cahyadi, 2006).

Kristal sorbitol mengandung 0,5 atau 1 molekul H2O. Kandungan kalorinya

3,994 K. Kalori setiap gram sama dengan kalori gula tebu yaitu 3,940 K. Tujuh

puluh persen dari jumlah sorbitol yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi

CO2 tanpa menunjukkan adanya kenaikan glukosa dalam darah sehingga sangat baik

untuk penderita diabetes.

Sorbitol atau D-Sorbitol atau D-Glucitol atau D-Sorbite adalah monosakarida

poliol (1,2,3,4,5,6 dan Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol berupa

senyawa yang berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh

berkisar antara 89° sampai dengan 101°C, higroskopis dan berasa manis. Sorbitol

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat

kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara dengan 10,87

kJ/g. Penggunaannya pada suhu tinggi tidak ikut berperan dalam reaksi pencoklatan

(BPOM, 2004).

Fungsi lainnya yaitu bahan pengisi (filler/bulking agent), humektan, pengental

(thickener), mencegah terbentuknya kristal pada sirup. Sorbitol termasuk dalam

golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies

gigi dan sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes dan diet

rendah kalori. Meskipun demikian, US CFR memberi penegasan bahwa produk

pangan yang diyakini memberikan konsumsi sorbitol lebih dari 50 g per hari, perlu

mencantumkan pada label pernyataan: “konsumsi berlebihan dapat mengakibatkan

efek laksatif “. JECFA menyatakan sorbitol merupakan bahan tambahan pangan yang

aman untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan sorbitol

pada berbagai produk pangan berkisar antara 500 sampai dengan 200.000

mg/kg produk, dan sebagian digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM, 2008).

2.7. Asesulfam-K (Acesulfame Potassium)

Acesulfame-K ditemukan seorang kimiawan Karl Clauss tahun 1967. Dia

menemukan rasa manis secara tidak sengaja ketika menjilatkan jarinya untuk

mengambil kertas di laboratorium. Patennya dimiliki oleh Hoechst AG, Jerman.

Acesulfame-K rasanya manis, beberapa orang merasakan adanya aftertaste yang

pahit hampir seperti sakarin, tetapi sebagian lain tidak merasakannya (Cahyadi,

2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Asesulfam-K dengan rumus kimia C4H4KNO4S atau garam kalium dari 6-

methyl-1,2,3-oxathiazin-4(3H)-one-2,2-dioxide atau garam Kalium dari

3,4-dihydro-6-methyl-1,2,3-oxathiazin-4-one-2,2di-oxide merupakan senyawa yang

tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan

berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 200 kali tingkat kemanisan

sukrosa tetapi tidak berkalori. Kombinasi penggunaan asesulfam-K dengan asam

aspartat dan natrium siklamat bersifat sinergis dalam mempertegas rasa manis gula.

Fungsi lainnya yaitu penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah

(BPOM, 2008).

Beberapa kajian memperlihatkan bahwa asesulfam-K tidak dapat dicerna,

bersifat non glikemik dan non karsinogenik, sehingga JECFA menyatakan aman

untuk dikonsumsi manusia sebagai pemanis buatan dengan ADI sebanyak 15 mg/kg

berat badan (BPOM, 2008).

CAC mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk

pangan berkisar antara 200 sampai dengan 1.000 mg/kg produk. Sementara CFR

mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan dalam

GMP atau CPPB. Sedangkan FSANZ mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K

pada berbagai produk pangan berkisar antara 200 sampai dengan 3.000 mg/kg

produk (BPOM, 2008).

2.8. Isomalt (Isomalt)

Isomalt merupakan campuran equimolar dari 6-O-α-D-Glucopyranosyl-D

glucitol (GPG) (GPG-C12H24O11) dan 1-O-α-D-Glucopyranosyl-D-mannitol

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

(GPM) dihydrate (GPM-C12H24O11.2H2O) mengandung gluko-manitol dan gluko-

sorbitol dibuat dari sukrosa melalui dua tahap proses enzimatik. Perubahan

molekuler yang terjadi dalam proses tersebut menyebabkan isomalt lebih stabil

secara kimiawi dan enzimatik dibandingkan dengan sukrosa. Isomalt berbentuk

kristal berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis dengan tingkat kemanisan

relatif sebesar 0,45 sampai dengan 0,65 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori

isomalt sebesar 2 kkal/g atau setara dengan 8,36 kJ/kg. Fungsi lainnya yaitu bahan

pengisi (filler), pencita rasa buah, kopi, dan coklat (flavor enhancer) (BPOM RI,

2008).

Isomalt termasuk dalam golongan GRAS (Generally Recognized As Safe),

sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak

menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes tipe I dan

II. JECFA menyatakan isomalt merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk

dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan Isomalt pada berbagai

produk pangan berkisar antara 30.000 sampai dengan 500.000 mg/kg produk dan

sebagian besar digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.9. Alitam

Alitam dengan rumus kimia C14H25N3O4S.2,5 H2O atau L-α-Aspartil-N-

[2,2,4,4-tetrametil-3-trietanil]-D-alanin amida, hidrat dan merupakan senyawa yang

disintesis dari asam amino L-asam aspartat, D-alanin, dan senyawa amida yang

disintesis dari 2,2,4,4-tetra metiltienanilamin. Alitam memiliki tingkat kemanisan

relatif sebesar 2.000 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori 1,4 kkal/g

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

atau setara dengan 5,85 kJ/g. Penggunaannya dengan pemanis buatan lainnya bersifat

sinergis (BPOM RI, 2008).

Alitam dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan dan diserap

oleh usus berkisar antara 78 sampai dengan 93 % dan dihidrolisis menjadi asam

aspartat dan alanin amida. Sedangkan sisa alitam yang dikonsumsi yaitu sebanyak 7

sampai dengan 22% dikeluarkan melalui feses. Asam aspartat hasil hidrolisis

selanjutnya dimetabolisme oleh tubuh dan alanin amida dikeluarkan melalui urin

sebagai isomer sulfoksida, sulfon, atau terkonjugasi dengan asam glukoronat. Oleh

karena itu, CCC menyebutkan alitam aman dikonsumsi manusia. Sedangkan JECFA

merekomendasikan bahwa alitam tidak bersifat karsinogen dan tidak memperlihatkan

sifat toksik terhadap organ reproduksi. Konsentrasi yang tidak menimbulkan efek

negatif pada hewan (level of no adverse effect) adalah sebanyak 100 mg/kg berat

badan. Sementara ADI untuk alitam adalah sebanyak 0,34 mg/kg berat badan(BPOM

RI, 2008).

CAC mengatur maksimum penggunaan alitam pada berbagai produk pangan

berkisar antara 40 sampai dengan 300 mg /kg produk. Beberapa negara seperti

Australia, New Zealand, Meksiko, dan RRC telah mengijinkan penggunaan alitam

sebagai pemanis untuk berbagai produk pangan (BPOM RI, 2008).

2.10. Laktitol (Lactitol)

Laktitol dengan rumus kimia C12H24O11 atau 4-O-ß-D-Galactopyranosil-D-

glucitol dihasilkan dengan mereduksi glukosa dari disakarida laktosa. Laktitol tidak

dihidrolisis dengan laktase tetapi dihidrolisis atau diserap di dalam usus kecil.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Laktitol dimetabolisme oleh bakteri dalam usus besar dan diubah menjadi biomassa,

asam-asam organik, karbondioksida (CO2) dan sejumlah kecil gas hidrogen (H2).

Asam-asam organik selanjutnya dimetabolisme menghasilkan kalori. Laktitol stabil

dalam kondisi asam, basa, dan pada kondisi suhu tinggi, tidak bersifat higroskopis

dan memiliki kelarutan serupa glukosa. Laktitol berasa manis seperti gula tanpa

purna rasa (aftertaste) dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,3 sampai dengan

0,4 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2 kkal/g atau setara

dengan 8,36 kJ/g (BPOM RI, 2008).

Laktitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia,

tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa

dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes. Hasil evaluasi Scientific Committee

for Food of European Union pada tahun 1984 menyatakan bahwa konsumsi laktitol

sebanyak 20 g/hari dapat mengakibatkan efek laksatif (BPOM RI, 2008).

JECFA menyatakan laktitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman

untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan laktitol pada

berbagai produk pangan berkisar antara 10.000 sampai dengan 30.000 mg/kg produk

dan sebagian digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.11. Maltitol (Maltitol)

Maltitol dengan rumus kimia C12H14O11 atau α-D-Glucopyranosyl-1,4-D

glucitol termasuk golongan poliol yang dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang

diperoleh dari hidrolisis pati. Maltitol berbentuk kristal anhydrous dengan tingkat

higroskopisitas rendah, dan suhu leleh, serta stabilitas yang tinggi. Dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

karakteristik tersebut maltitol dimungkinkan bisa sebagai pengganti sukrosa dalam

pelapisan coklat bermutu tinggi, pembuatan kembang gula, roti coklat, dan es

krim. Maltitol berasa manis seperti gula dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,9

kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2,1 kkal/g atau setara

dengan 8,78 kJ/g. Fungsi lainnya yaitu pencita rasa (flavor enhancer), humektan,

sekuestran, pembentuk tekstur, penstabil (stabilizer), dan pengental (thickener)

(BPOM RI, 2008).

Maltitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia,

tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa

dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes.

JECFA menyatakan maltitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman

untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan maltitol pada

berbagai produk pangan berkisar antara 50.000 sampai dengan 300.000 mg/kg

produk dan sebagian digolongkan sebagai GMP / CPPB (BPOM RI, 2008).

2.12. Manitol (Mannitol)

Manitol dengan rumus kimia C6H14O6 atau D-mannitol; 1,2,3,4,5,6- hexane

hexol merupakan monosakarida poliol dengan nama kimiawi Manitol berbentuk

kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, sangat sukar larut di dalam

alkohol dan tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis

dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat

kemanisan sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g. Fungsi

lainnya yaitu anti kempal (anticaking agent), pengeras (firming agent), penegas cita

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

rasa (flavor enhancer), pembasah atau pelumas, pembentuk tekstur, pendebu (dusting

agent), penstabil (stabilizer), dan pengental (thickener) (BPOM RI, 2008).

Manitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia,

tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa

dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes. Konsumsi manitol sebanyak 20

g/hari akan mengakibatkan efek laksatif (BPOM RI, 2008)..

JECFA menyatakan manitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman

untuk dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan manitol

pada berbagai produk pangan sebanyak 60.000 mg/kg produk dan sebagian

digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.13. Neotam (Neotame)

Neotam dengan rumus kimia C20H30N2O5 atau L-phenylalanine, N-[N-(3,3-

dimethylbutyl)-L-α-aspartyl]-L-phenylalanine 1-methyl ester merupakan senyawa

yang bersih, berbentuk tepung kristal berwarna putih, penegas cita-rasa yang unik

dan memiliki tingkat kelarutan dalam air sama dengan aspartam serta berasa manis

dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 7.000 sampai dengan 13.000 kali tingkat

kemanisan sukrosa. Neotam termasuk pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilai

kalori. Penggunaan neotam dalam produk pangan dapat secara tunggal maupun

kombinasi dengan pemanis lain seperti aspartam, garam asesulfam, siklamat,

sukralosa, dan sakarin. Fungsi lainnya yaitu penegas cita rasa (flavor enhancer)

terutama cita rasa buah (BPOM RI, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Kajian digestive memperlihatkan bahwa neotam terurai secara cepat dan dibuang

sempurna tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme normal. Hasil kajian

komprehensif penggunaan neotam pada binatang dan manusia termasuk anak-anak,

wanita hamil, penderita diabetes memperlihatkan bahwa neotam aman dikonsumsi

manusia. Selanjutnya neotam tidak bersifat mutagenik, teratogenik, atau

karsinogenik dan tidak berpengaruh terhadap sistem reproduksi. Kajian JECFA pada

bulan Juni tahun 2003 di Roma, Italia menyatakan bahwa ADI untuk neotam

adalah sebanyak 0 sampai dengan 2 mg/kg berat badan (BPOM RI, 2008).

FDA dan FSANZ telah menyetujui penggunaan neotam sebagai pemanis dan

pencita rasa. Penggunaan neotam dalam berbagai produk pangan antara lain

sebanyak 2 sampai dengan 50 mg/kg produk untuk minuman ringan, sebanyak 6

sampai dengan 130 mg/kg produk untuk produk roti, sebanyak 800 sampai dengan

4000 mg/kg produk untuk sediaan, sebanyak 5 sampai dengan 50 mg/kg produk

untuk produk susu), dan sebanyak 10 sampai dengan 1.600 mg/kg produk untuk

permen karet (BPOM RI, 2008).

2.14. Silitol (Xylitol)

Silitol dengan rumus kimia C5H12O5 adalah monosakarida poliol (1, 2, 3, 4, 5

dan Pentahydroxipentane) yang secara alami terdapat dalam beberapa buah dan

sayur. Silitol berupa senyawa yang berbentuk bubuk kristal berwarna putih, tidak

berbau, dan berasa manis. Silitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan

tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,4 kkal/g atau setara dengan

10,03 kJ/g (BPOM RI, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Silitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia,

tidak menyebabkan karies gigi, menurunkan akumulasi plak pada gigi, dan

merangsang aliran ludah dalam pembersihan dan pencegahan kerusakan gigi. JECFA

menyatakan silitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi

manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan silitol pada berbagai produk

pangan berkisar antara 10.000 sampai dengan 30.000 mg/kg produk, dan sebagian

digolongkan sebagai GMP/CPPB (BPOM RI, 2008).

2.15. Sukralosa (Sucralose)

Sukralosa adalah triklorodisakarida yaitu 1,6-Dichloro- 1,6- dideoxy- ß-D-

fructofuranosyl -4-chloro-4-deoxy-α-D-galactopyranoside atau 4, 1′,6′ -

trichlorogalactosucrose dengan rumus kimia C12H19Cl3O8 merupakan senyawa

berbentuk kristal berwarna putih; tidak berbau; mudah larut dalam air, methanol dan

alcohol; sedikit larut dalam etil asetat, serta berasa manis tanpa purna rasa yang tidak

diinginkan. Sukralosa memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 600 kali tingkat

kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori (BPOM RI, 2008).

Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai

sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna, dan langsung

dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa dalam

golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-

anak segala usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik,

cacat bawaan, dan kanker. Selanjutnya sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap

perubahan genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita serta

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

terhadap sistem kekebalan. Oleh karena itu, maka sukralosa sangat bermanfaat

sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes baik tipe I maupun II (BPOM RI,

2010).

JECFA menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman

untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/kg berat

badan. CAC mengatur maksimum penggunaan sukralosa pada berbagai produk

pangan berkisar antara 120 sampai dengan 5.000 mg/kg produk (BPOM RI, 2008).

2.16. Tujuan Penggunaan Pemanis Sintesis

Pemanis ditambahkan kedalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan

diantaranya sebagai berikut ( Yuliarti, 2007):

1. Sebagai pangan pada penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan

kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes mellitus disarankan menggunakan

pemanis sintesis untuk menghindari bahaya gula.

2. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan. Kegemukan

merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama

kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik disarankan untuk

mengurangi masukan kalori perharinya. Pemanis sintesis merupakan salah satu

bahan pangan untuk mengurangi masukan kalori.

3. Sebagai penyalut obat. Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak

menyenangkan, oleh karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat

tersebur biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak

menggumpal.

4. Menghindari kerusakan gigi. Pada pangan seperti permen lebih sering

ditambahkan pemanis sintesis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis

yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah

menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi.

5. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintesis

dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis

sintesis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya

relatif murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi dialam.

2.17. Dampak Pemanis Buatan Terhadap Kesehatan

Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk-produk

khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada

berbagai produk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia

untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh konsumen kedalam

makanan atau minuman sebagai pengganti gula. Propaganda mengenai penggunaan

pemanis buatan umumnya dikaitkan dengan isu-isu kesehatan seperti: pengaturan

berat badan, pencegahan kerusakan gigi, dan bagi penderita diabetes dinyatakan

dapat mengontrol peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun demikian, tidak

selamanya penggunaan pemanis buatan tersebut aman bagi kesehatan (Cahyadi,

2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi-reaksi kimia di

laboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat

dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa-senyawa sintetis. Penggunaan

pemanis buatan perlu diwaspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat

menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor

dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (World

Health Organization/ WHO) telah menetapkan batas-batas yang disebut Acceptable

Daily Intake (ADI) atau kebutuhan per orang per hari, yaitu jumlah yang dapat

dikonsumsi tanpa menimbulkan resiko. Sejalan dengan itu di negara-negara Eropa,

Amerika dan juga di Indonesia telah ditetapkan standar penggunaan pemanis buatan

pada produk makanan. Kajian ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan standar

penggunaan jenis pemanis buatan dan batas maksimum penggunaannya pada

beberapa produk pangan seperti minuman (beverages), permen/kembang gula,

permen karet, serta produk-produk suplemen kesehatan (Yuliarti, 2007).

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tentang persyaratan

penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan

menyebutkan bahwa pemanis buatan tidak diizinkan penggunaanya pada produk

pangan olahan tertentu untuk dikonsumsi oleh kelompok tertentu meliputi bayi,

balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas

kesehatannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

Penggunaan aspartam bagi orang yang menderita penyakit turunan yang dikenal

sebagai fenilketonuria perlu mendapat perhatian khusus. Diperkirakan 1 dalam

15.000 orang memiliki kelainan tersebut. Orang yang menderita fenilketonuria tidak

mampu memetabolisme fenilalanin, salah satu cara untuk mengobatinya dengan

membatasi pemasukan fenilalanin, bukan menghilangkannya karena fenilalanin

merupakan asam amino esensial yang penting untuk kehidupan. Berlebihnya jumlah

fenilalanin pada penderita fenilketonuria dapat menyebabkan terjadinya

keterbelakangan mental, karena asam fenilpiruvat yang dibentuk dari fenilalanin

akan menumpuk dalam otak (Yuliarti, 2007).

2.18. Permen Karet

Permen karet terbuat dari bahan alami atau sintetis getah sebagai ramuan

utamanya memiliki gizi dan rasa pokok, seperti gula dan zat pengharum, dimana

akan berangsur-angsur hilang oleh kunyahan (Belitz dan Grosch, 1986).

Permen karet ini pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsaan Amerika

Serikat bernama Thomas Adams, pada tahun 1872. Kisahnya bermula ketika di tahun

1870, si ahli foto bernama Thomas Adams ini mendapatkan sepotong karet yang

biasa dikunyah oleh orang-orang dari suku Indian Meksiko. Dua tahun lamanya

(1870-1872) ia mencoba melakukan penelitian apakah bahan yang kenyal itu bisa

digunakan seperti karet biasa. Ternyata bahan yang kenyal itu tidak dapat digunakan

seperti karet biasa. Usaha Adams sia-sia belaka. Akhirnya Adams mengunyah saja

meniru orang Indian itu. Selanjutnya Thomas Adams mencoba menjual

penemuannya itu ke sebuah perusahaan, namun ditolak. Dari situ Adams mencoba

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

memproduksi sendiri, yang akhirnya perusahaan permen karet Adams cukup terkenal

dan terus berkembang hingga menjadi sebuah perusahaan permen karet terkenal di

Amerika Serikat (Damayanti, 2004).

Dasar permen karet tersebut adalah campuran getah dari pohon karet yang

tumbuh di hutan tropis atau perkebunan. Permen karet memaparkan kedalam

potongan bujur atau membentuk butir dimana bersalut gula atau manisan. Aroma dan

pembawa rasa terbuat dari sukrosa, gula, air gula atau pengganti pemanis lainnya dan

kotoran minyak seperti spearmint, peppermint, dll (Belitz dan Grosch, 1986).

2.18.1. Manfaat Mengunyah Permen Karet

Manfaat Mengunyah Permen Karet (Damayanti, 2004), antara lain:

1. Dapat menyegarkan bau mulut.

2. Permen karet yang sifatnya melekat erat, dapat membersihkan sisa-sisa makanan

pada permukaan gigi. Sering mengunyah permen karet dapat meningkatkan

produksi air liur yang dapat membersihkan rongga mulut dan gigi dengan lebih

baik, sehingga mengurangi resiko terbentuknya plak-plak gigi.

3. Mengunyah permen karet menyebabkan rongga mulut berulang-ulang melakukan

gerakan mengigit, hal ini memperlancar aliran darah dibagian wajah dan juga

melatih otot-otot untuk mengunyah dan menggigit. hasil penelitian seorang ahli

di Amerika, mengunyah permen karet setiap hari selama 15 menit dapat

bermanfaat bagi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

2.18.2. Kerugian Mengunyah Permen Karet

Kerugian mengunyah permen karet antara lain (Damayanti, 2004):

1. Permen karet mengandung gula, dan gula dapat tertinggal di dalam rongga mulut

dalam waktu lama, bakteri didalam mulut akan merubah gula menjadi asam yang

akan mengurai kalsium gigi (email gigi) sehingga menyebabkan kerusakan pada

gigi. para ahli mengajurkan agar memilih permen karet xylitol sebagai pengganti

gula, karena xylitol memiliki rasa dan nilai gizi yang sama dengan gula, namun

tidak dapat difermentasi menjadi asam sehingga aman untuk gigi.

2. Riset di Swiss menunjukkan, sering mengunyah permen karet dapat merusak

bahan tambalan gigi. Oleh karena itu orang yang menggunakan tambalan gigi

dengan bahan air raksa sebaiknya jangan mengunyah permen karet, karena dengan

mengunyah permen karet dapat mengurai senyawa air raksa tersebut, yang

efeknya dapat meningkatkan jumlah kandungan air raksa dalam darah dan air

kemih yang dapat menyebabkan hal negatif terhadap otak, susunan syaraf pusat

dan ginjal.

3. Anak-anak yang mengunyah permen karet dalam waktu lama kemungkinan besar

akan mempunyai kebiasaan menggertakkan gigi pada saat tidur karena otot-otot

mulut dalam keadaan tegang, sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur

mereka. Para ahli menyarankan agar anak-anak tidak mengunyah permen karet

lebih dari 3-4 kali sehari dan tidak melampaui 10-15 menit.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

4. Remaja yang sering mengunyah permen karet dapat beresiko memiliki bentuk

wajah segi empat, karena otot-otot rahang mungkin terlalu terlatih sehingga sangat

cepat pertumbuhannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Tambahan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21770/4/Chapter II.pdf · Tujuan penggunaan bahan tambahan panganadalah ... pengawet, pewarna

2.19. Kerangka Konsep

Penelitian jenis dan kadar pemanis buatan pada permen karet dapat dijelaskan

melalui kerangka konsep dibawah ini:

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Permen Karet

Pemeriksaan Pemanis buatan

Uji Kualitatif

Uji Kuantitatif

Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999

Sakarin

Siklamat

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

Universitas Sumatera Utara