Top Banner
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 2.1.1 Definisi ASI Eksklusif Menurut Roesli & Yohmi (2008) yang dikutip dalam (Wijaya, 2019) Air susu ibu (ASI) adalah emulsi lemak berbentuk globulus dalam air, mengandung agregat protein, laktosa, dan garam-garam organik yang diproduksi oleh alveoli kelenjar payudara seorang ibu. Menurut (Apriliana & Suparti, 2016) pada jurnal yang berjudul Kombinasi Breast Care dan Teknik Marmet Terhadap Produksi ASI Post Sectio Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang mengutip dari buku karya Purwanti dan Hubertin Sri bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) setelah persalinan secara dini, tidak terjadwal, dan tidak diberi makanan lain walaupun air putih sampai bayi berumur 6 bulan. 2.1.2 Proses Terbentuknya ASI Selama kehamilan, hormone prolactin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari ke-2 dan ke-3 pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone turun drastic, sehingga pengaruh prolactin lebih dominan. Saat kondisi seperti ini maka terjadi sekresi ASI. Dengan memulai menyusui dini akan menyebabkan perangsangan putting susu dan terbentuknya prolactin oleh hipofise. Hal ini menyebabkan ASI semakin lancar. Terdapat 2 refleks pada ibu yang sangat berperan penting dalam proses laktasi, yaitu: 1. Refleks Prolaktin Pada saat bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat di ujung putting susu akan terangsang. Rangsangan tersebut akan dibawa ke hipotalamus didasar otak oleh serabut afferent yang memicu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone
19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

Feb 24, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

2.1.1 Definisi ASI Eksklusif

Menurut Roesli & Yohmi (2008) yang dikutip dalam (Wijaya, 2019)

Air susu ibu (ASI) adalah emulsi lemak berbentuk globulus dalam air,

mengandung agregat protein, laktosa, dan garam-garam organik yang

diproduksi oleh alveoli kelenjar payudara seorang ibu.

Menurut (Apriliana & Suparti, 2016) pada jurnal yang berjudul

Kombinasi Breast Care dan Teknik Marmet Terhadap Produksi ASI

Post Sectio Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto yang mengutip dari buku karya Purwanti dan

Hubertin Sri bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu)

setelah persalinan secara dini, tidak terjadwal, dan tidak diberi makanan

lain walaupun air putih sampai bayi berumur 6 bulan.

2.1.2 Proses Terbentuknya ASI

Selama kehamilan, hormone prolactin dari plasenta meningkat tetapi

ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen

yang tinggi. Pada hari ke-2 dan ke-3 pasca persalinan, kadar estrogen

dan progesterone turun drastic, sehingga pengaruh prolactin lebih

dominan. Saat kondisi seperti ini maka terjadi sekresi ASI. Dengan

memulai menyusui dini akan menyebabkan perangsangan putting susu

dan terbentuknya prolactin oleh hipofise. Hal ini menyebabkan ASI

semakin lancar. Terdapat 2 refleks pada ibu yang sangat berperan

penting dalam proses laktasi, yaitu:

1. Refleks Prolaktin

Pada saat bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat di

ujung putting susu akan terangsang. Rangsangan tersebut akan

dibawa ke hipotalamus didasar otak oleh serabut afferent yang

memicu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

6

prolactin kedalam darah. Sirkulasi prolaktin ini akan memacu

sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi ASI. Jumlah antara

hormone prolactin yang disekresi dengan ASI yang diproduksi

berkaitan dengan stimulus isapan bayi, yaitu frekuensi atau

waktu menyusu, intensitas atau seberapa sering, dan lamanya

bayi menghisap.

2. Refleks Aliran (Let Down Reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu yang

mempengaruhi hipofise posterior sehingga mengeluarkan

hormon oksitosin. Dimana saat hormon oksitosin dilepas

kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi

alveoli dan duktus untuk berkontraksi sehingga dapat memeras

air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting susu.

Refleks Let down dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. Refleks ini

terasa seperti sensasi kesemutan atau lainnya. Biasanya tanda

reflek ini adalah tetesan pada payudara lain yang tidak dihisap

oleh bayi.

2.1.3 Komposisi ASI

Setiap ibu mempunyai ASI yang mengandung cukup banyak nutrisi

dan sifatnya spesifik. Komposisi ASI akan berubah dan berbeda sesuai

dengan kebutuhan bayi di usianya. Komposisi ASI dibagi menjadi tiga

stadium laktasi, yaitu:

1. Kolostrum (ASI hari ke 1-7)

Kolostrum merupakan susu pertama keluar, berbentuk cairan

kekuningan yang diproduksi beberapa hari setelah kelahiran dan

berbeda dengan ASI transisi dan ASI matur. Kolostrum mengandung

protein tinggi sebesar 8,5%, sedikit karbohidrat sebesar 3,5%, lemak

sebesar 2,5%, garam dan mineral sebesar 0,4%, air sebesar 85,1%,

dan vitamin larut lemak. Kandungan protein kolostrum lebih tinggi,

sedangkan kandungan laktosanya lebih rendah dibandingkan ASI

matang. Selain itu, kolostrum juga tinggi imunoglobulin A (IgA)

sekretorik, laktoferin, leukosit, serta faktor perkembangan seperti

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

7

faktor pertumbuhan epidermal. Kolostrum juga dapat berfungsi

untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Jumlah

kolostrum per hari yang dapat diproduksi oleh ibu sekitar 36,23 mL

atau setara dengan 7,4 sendok teh. Pada hari pertama bayi, kapasitas

perut bayi ≈ 5-7 mL (atau sebesar kelereng kecil), pada hari kedua ≈

12-13 mL, dan pada hari ketiga ≈ 22- 27 mL (atau sebesar kelereng

besar/gundu). Karenanya, meskipun jumlah kolostrum sedikit tetapi

cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir (Wijaya, 2019)

2. ASI masa transisi (ASI hari ke 7-14)

Pada masa ini ASI mulai bertransisi dari kolostrum ke ASI matur

menyesuaikan dengan kebutuhan nutrisi dan perkembangan bayi.

Volume ASI akan meningkat. Beberapa kandungan seperti lemak,

laktosa, dan vitamin larut air semakin meningkat, namun kandungan

protein semakin rendah. Semakin lama menyusui akan

mempengaruhi banyaknya peningkatan volume ASI. ASI mulai

stabil kemudian akan berganti ketingkatan ASI matur.

3. ASI matur (ASI hari ke-14-seterusnya)

ASI matur merupakan ASI yang keluar mulai hari ke-14 hingga

seterusnya. ASI ini mengandung komposisi yang relative tidak

berubah. Terdapat dua jenis ASI matur, yaitu susu awal atau susu

primer dan susu akhir atau susu sekunder. Susu awal adalah ASI

yang keluar pada saat awal menyusui sebagai pemenuhan kebutuhan

bayi terhadap air, semakin banyak bayi memperoleh susu awal maka

seluruh kebutuhan air pada bayi akan terpenuhi. Susu akhir adalah

ASI yang keluar pada saat akhir menyusui. Pada susu akhir terdapat

lebih banyak kandungan lemak daripada susu awal sehingga

menyebabkan warna susu akhir terlihat lebih putih dibandingkan

dengan susu awal. Kandungan lemak tersebut berfungsi untuk

memberikan banyak energi pada bayi. Oleh karena itu, durasi waktu

dalam pemberian ASI diharapkan lebih lama agar bayi dapat

memperoleh susu akhir dengan maksimal.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

8

2.1.4 Kandungan ASI

Jumlah total produksi ASI dan asupan menyusui pada bayi bervariasi

setiap waktunya. Jumlah menyusui berkisar antara 450-1200 ml dengan

rata-rata antara 750-850 ml per hari. Pada ibu yang mempunyai status

gizi yang buruk dapat menyebabkan jumlah ASI menurun sehingga

hanya berkisar 100-200 ml per hari. ASI cukup banyak mengandung air

dengan jumlah 87.5%. Oleh karena itu bayi yang mendapat cukup

asupan ASI tidak membutuhkan tambahan air meskipun berada di

tempat dengan suhu udara yang panas.

ASI dan susu formula mempunyai tingkat kekentalan yang berbeda.

Kekentalan ASI sesuai dengan saluran pencernaan bayi sedangkan susu

formula mempunyai kekentalan yang lebih pekat daripada ASI. Tingkat

kekentalan ini dapat menyebabkan diare pada bayi dan lebih banyak

terjadi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula.

ASI mempunyai 3 sumber komponen nutrisi, yaitu beberapa nutrisi

berasal dari sintesis di laktosit, makanan, dan bawaan ibu. ASI

mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Makronutrien

meliputi karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien

meliputi vitamin dan mineral. Penjelasan masing-masing komponen

makronutrien dan mikronutrien menurut (Hendarto & Pringgadini,

2013) yaitu:

1. Karbohidrat

Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan sumber

energi untuk otak. Kandungan laktosa dalam ASI hampir dua kali

lipat dari kandungan laktosa di ASI atau susu formula. Namun,

kejadian diare akibat ketidakmampuan mencerna laktosa (intoleransi

laktosa) jarang terjadi pada bayi yang disusui. Hal ini dikarenakan

penyerapan laktosa pada ASI lebih baik dibandingkan dengan susu

atau susu formula. Kandungan karbohidrat dalam kolostrum tidak

terlalu tinggi, namun jumlahnya akan meningkat, terutama laktosa

pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah periode ini,

kandungan karbohidrat dalam ASI relatif stabil.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

9

2. Protein

Kandungan protein pada ASI sangat tinggi, dan komposisinya

berbeda dengan protein pada ASI. Protein dalam ASI dan ASI terdiri

dari whey dan kasein. Protein dalam ASI terdiri dari protein whey

dan lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan kandungan

kasein yang lebih tinggi dalam ASI membuat perut bayi lebih sulit

dicerna. Kandungan kasein pada ASI hanya 30%, sedangkan

kandungan kasein pada ASI sangat tinggi (80%). Selain itu, β-

laktoglobulin tidak ditemukan dalam ASI, merupakan bagian dari

whey protein dan mengandung protein susu yang tinggi. Beta

laktoglobulin adalah protein yang dapat menyebabkan alergi.

Dilihat dari profil asam amino (satuan protein), kualitas protein

ASI juga lebih baik dari pada susu sapi. Asam amino dalam ASI

lebih lengkap dibandingkan dengan susu sapi. Salah satu contohnya

adalah asam amino taurin; hanya sedikit asam amino yang

ditemukan dalam susu. Taurin dipercaya berperan dalam

perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam kadar

yang cukup tinggi dalam mengembangkan jaringan otak. Bayi

prematur membutuhkan taurin karena kemampuannya membentuk

protein ini sangat rendah.

3. Lemak

Kandungan lemak pada ASI lebih tinggi dibandingkan susu dan

susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini diperlukan untuk

mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Ada

beberapa perbedaan antara distribusi lemak pada ASI dan susu sapi

atau susu formula. Lemak Omega 3 dan Omega 6 yang berperan

dalam perkembangan otak bayi terdapat pada ASI. Selain itu, ASI

juga banyak mengandung asam lemak rantai panjang, antara lain

asam docosahexaenoic (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang

berperan dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

Susu sapi tidak mengandung kedua bahan tersebut, sehingga

hampir semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA. Namun

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

10

perlu diingat, sumber DHA dan ARA yang ditambahkan pada susu

formula pasti tidak sebaik yang ada pada ASI. Total kandungan

lemak dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang,

namun kandungan asam lemak rantai panjangnya tinggi.

Asam lemak jenuh dan tak jenuh dalam ASI seimbang

dibandingkan dengan asam lemak jenuhnya dalam susu sapi. Seperti

kita ketahui bersama, konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah

besar dalam jangka panjang tidak baik untuk kesehatan jantung dan

pembuluh darah.

4. Karnitin

Karnitin membantu menjaga proses pembentukan energi yang

dibutuhkan oleh metabolisme tubuh. Kandungan karnitin dalam ASI

sangat tinggi, terutama pada tiga minggu pertama menyusui, bahkan

pada kolostrum, kadar karnitin bahkan lebih tinggi. Konsentrasi

karnitin pada bayi yang disusui lebih tinggi dibandingkan pada bayi

yang diberi susu formula.

5. Vitamin

a. Vitamin K

Vitamin K perlu digunakan sebagai nutrisi untuk bertindak

sebagai faktor pembekuan. Tingkat vitamin K dalam ASI hanya

seperempat dari susu formula. Hanya bayi yang disusui yang

berisiko mengalami perdarahan, meskipun insiden perdarahan

tersebut kecil. Karena itu, bayi baru lahir perlu mengonsumsi

vitamin K, biasanya dalam bentuk suntikan.

b. Vitamin D

Seperti vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D.

Hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena saat bayi dijemur di pagi

hari, bayi akan mendapat tambahan vitamin D dari sinar matahari.

Dengan cara ini, pemberian ASI eksklusif dan paparan sinar

matahari pagi dapat mencegah bayi menderita penyakit tulang

akibat kekurangan vitamin D.

c. Vitamin E

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

11

Salah satu fungsi penting vitamin E adalah melawan dinding

sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan

kekurangan darah (anemia hemolitik). Keunggulan ASI adalah

kandungan vitamin E-nya yang tinggi, terutama pada kolostrum

dan ASI transisi awal.

d. Vitamin A

Selain membantu kesehatan mata, vitamin A juga dapat

mendukung pembelahan sel, kekebalan dan pertumbuhan. ASI

tidak hanya mengandung vitamin A dalam jumlah besar, tetapi

juga mengandung bahan bakunya β-karoten. Inilah salah satu

alasan mengapa bayi yang disusui memiliki pertumbuhan dan

daya tahan tubuh yang baik.

e. Vitamin yang larut dalam air

ASI mengandung hampir semua vitamin yang larut dalam air,

seperti vitamin B, asam folat, dan vitamin C. Makanan yang

dikonsumsi ibu memengaruhi kandungan vitamin ini dalam ASI.

ASI mengandung vitamin B1 dan B2 yang tinggi, tetapi wanita

yang kekurangan gizi mungkin memiliki kadar vitamin B6, B12,

dan asam folat yang lebih rendah. Karena vitamin B6 dibutuhkan

pada tahap awal perkembangan sistem saraf, ibu menyusui perlu

menambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12, kecuali

untuk ibu menyusui vegetarian, vitamin B12 bisa didapatkan

darinya setiap hari.

6. Mineral

Berbeda dengan vitamin, kandungan mineral dalam ASI tidak

terlalu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu, juga tidak

dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral dalam ASI memiliki

kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ASI dan lebih mudah

diserap.

Mineral utama yang ditemukan dalam ASI adalah kalsium.

Kalsium memiliki fungsi meningkatkan pertumbuhan otot dan

jaringan tulang, transmisi jaringan saraf, dan pembekuan darah.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

12

Meski kandungan kalsium dalam ASI lebih rendah dari susu sapi,

namun tingkat penyerapannya lebih tinggi. Penyerapan kalsium

dipengaruhi oleh fosfor, magnesium, vitamin D, dan kandungan

lemak. Perbedaan kandungan mineral dan jenis lemak di atas akan

menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Dibandingkan dengan

bayi yang disusui, kekurangan susu bubuk dalam kadar kalsium

darah dan kram otot lebih sering terjadi.

Kandungan zat besi dalam ASI dan susu formula rendah dan

sangat bervariasi. Namun, bayi yang mendapat ASI lebih rentan

mengalami kekurangan zat besi dibandingkan bayi yang diberi susu

formula. Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI lebih mudah diserap

yaitu 20-50%, sedangkan pada susu formula hanya 4-7%. Tidak

perlu mengkhawatirkan keadaan ini, karena kekurangan zat besi

dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan padat yang

mengandung zat besi mulai usia 6 bulan.

2.1.5 Manfaat Pemberian ASI

a. Manfaat ASI bagi bayi menurut (Wijaya, 2019) yaitu:

1. ASI memberikan nutrisi yang ideal untuk bayi. ASI merupakan

campuran vitamin, protein dan lemak yang hampir sempurna,

yang dapat memberi bayi nutrisi yang mereka butuhkan untuk

pertumbuhan. ASI lebih mudah dicerna daripada susu formula.

2. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi, karena ASI

mengandung banyak protein untuk meningkatkan daya tahan

tubuh dan bakteri. Menyusui dapat mengurangi risiko bayi

terkena asma atau alergi. Selain itu, bayi yang mendapat ASI

tanpa susu formula hanya dalam enam bulan pertama memiliki

risiko lebih rendah terkena infeksi telinga, penyakit pernapasan,

dan diare.

3. Bantu ibu dan bayi membangun ikatan. Bayi yang sering

digendong ibunya karena menyusui akan merasakan kasih sayang

ibunya, mereka juga akan merasa aman dan rileks, terutama

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

13

karena masih bisa mendengar sinyal detak jantung di dalam

rahim.

4. Meningkatkan kecerdasan anak. Pemberian ASI eksklusif selama

6 bulan dapat menjamin perkembangan terbaik kecerdasan anak.

Ini karena ASI mengandung nutrisi khusus yang dibutuhkan otak.

5. Bayi yang menyusui kemungkinan besar akan bertambah berat

badannya ideal.

6. Menyusui dapat mencegah Sindrom Kematian Bayi Mendadak

(SIDS); juga dipercaya dapat mengurangi risiko diabetes,

obesitas, dan kanker tertentu.

b. Manfaat ASI bagi Ibu

Menurut (Yusrina & Devy, 2016) menyatakan bahwa manfaat

ASI bagi ibu yaitu (1) Sebagai kontrasepsi alami saat menyusui dan

sebelum menstruasi; (2) Mengurangi resiko terkena kanker

payudara; (3) Menjalin ikatan batin kepada anak; (4) Mengurangi

pengeluaran keluarga karena tidak membeli susu formula.

2.1.6 Faktor-faktor Yang Meningkatkan Produksi ASI

Dalam menyusui tidak semua ibu mampu memproduksi ASI

dengan lancar, beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

ASI, yaitu:

a. Ketenangan Jiwa

Menurut Ria (2012) yang dikutip dalam (Dewi, 2019)

menyatakan bahwa status mental dan ketenangan pikiran akan

sangat mempengaruhi produksi ASI. Jika ibu mengalami stres,

depresi, gelisah, sedih dan tegang maka akan sangat mempengaruhi

produksi ASI.

Menurut Sherwoodl (2010) yang dikutip dalam (Dewi, 2019),

Tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh hipotalamus

menghambat proses menyusui (milkletdown), sehingga sikap

positif dan lingkungan yang santai terhadap menyusui sangat

penting untuk keberhasilan pemberian ASI.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

14

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Dewi,

2019) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran

produksi ASI. Hasil penelitian menunjukkan ketenangan jiwa

sebanyak 18 orang (60%) dan tidak tenang jiwa sebanyak 12 orang

(40%). Semakin baik kondisi ketenangan jiwa ibu maka akan

semakin baik pula pada produksi ASI ibu.

b. Nutrisi

Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi produksi ASI pada ibu yang menyusui bayinya

untuk memperoleh asupan yang cukup. Selama ibu memakan

makanan bergizi saat memberi ASI maka nutrisi dalam ASI yang

diproduksi semakin maksimal. Penting bagi ibu untuk mengetahui

gizi ibu menyusui. Mengkonsumsi makanan yang baik akan

berpengaruh pada kondisi kesehatan ibu sehingga dapat menjamin

kelancaran dan kecukupan ASI bagi bayi.

Menurut Kristiyanasari (2011) yang dikutip dalam (Dewi,

2019), pola makan ibu sangat mempengaruhi produksi ASI, karena

jika tidak ada cukup makanan, payudara tidak akan berfungsi

dengan baik. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi ibu harus

mengandung kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral yang

cukup, selain itu ibu juga dianjurkan meminumnya kurang lebih 8-

12 gelas sehari.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi,

2019) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran

produksi ASI. Dengan hasil uji statistic chi square memperoleh

nilai p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05 Hal ini membuktikan

semakin bergizi makanan yang dikonsumsi ibu menyusui maka

semakin baik nutrisi dan kelancaran ASI.

c. Pola Istirahat

Menurut Ria (2012) yang dikutip dalam (Dewi, 2019), Ibu

yang terlalu lelah dan kurang istirahat akan mengakibatkan

penurunan ASI. Hal tersebut dapat diharapkan dengan mengikuti

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

15

pola tidur bayi, minimal dengan mendapatkan waktu istirahat yang

cukup untuk membantu ibu.

Hasil ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2019)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi

ASI. Hasil penelitian menunjukkan pola istirahat cukup sebanyak

18 orang (60%) dan kurang istirahat sebanyak 12 orang (40%).

Peneliti beranggapan bahwa istirahat dapat berdampak pada

kondisi psikologis ibu atau ketenangan jiwa ibu. Sehingga apabila

kondisi psikologis ibu buruk maka akan berpengaruh terhadap kerja

hormon-hormon menyusui yang menyebabkan masalah dalam

kelancaran ASI.

d. Isapan Bayi

Menurut Ambarwati & Wulandari (2010) yang dikutip dalam

(Dewi, 2019), untuk ibu yang jarang menyusui anaknya dan durasi

waktunya pendek, isapan anak berkurang sehingga mengurangi

pemberian ASI.

Untuk bayi cukup bulan, frekuensi menyusui sekitar sepuluh

kali sehari dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, karena

produksi ASI mencukupi. Dianjurkan agar ibu menyusui

setidaknya delapan kali sehari selama beberapa bulan pertama

setelah melahirkan untuk memastikan produksi dan ekskresi ASI

menurut Ria (2012) yang dikutip dalam (Dewi, 2019)

Hasil ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2019)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi

ASI. Hasil uji statistic chi square memperoleh nilai p value = 0,000

lebih kecil dari 0,05. Peneliti berasumsi bahwa daya isapan bayi

akan merangsang kelenjar hipotalamus. Hormon ini berperan untuk

memproduksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin. Semakin

sering dan kuat bayi menghisap maka ASI yang diproduksi akan

semakin banyak.

e. Penggunaan Kontrasepsi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

16

Menurut Prasetyono (2012) yang dikutip dalam (Dewi, 2019) ,

tidak disarankan bagi ibu menyusui untuk menggunakan alat

kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen karena dapat

menurunkan produksi ASI atau bahkan menghentikan produksi

ASI.

Hasil ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2019)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi

ASI. Hasil uji statistic chi square memperoleh nilai p value = 0,004

lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kelancaran

produksi ASI dapat dipengaruhi dari penggunaan alat kontrasepsi.

f. Perawatan Payudara

Menurut Ambarwati & Wulandari (2010) yang dikutip dalam

(Dewi, 2019), masalah yang terjadi selama menyusui bisa dimulai

sebelum persalinan, persalinan dini dan persalinan terlambat. Salah

satu masalah menyusui pada masa nifas adalah puting nyeri, puting

nyeri, payudara bengkak dan mastitis.

Hasil ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, 2019)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi

ASI. Dengan perawatan payudara memperoleh nilai p value =

0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungannya antara perawatan payudara dengan kelancaran

produksi ASI. Peneliti berasumsi bahwa perawatan payudara

seharusnya dilakukan sejak masa kehamilan sebagai upaya

persiapan menyusui bayi. Pengetahuan ibu menyusui tentang

manfaat dan dampak perawatan payudara terhadap kelancaran

produksi ASI akan berpengaruh terhadap perilakunya.

2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Menurut Djami, Noormartany, & Hilmanto (2013) yang dikutip

dalam (Amir, Nursalim, & Widyansyah, 2018), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain:

1. Karakteristik ibu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

17

Tingkat pendidikan seorang ibu akan mempengaruhi dalam

pemberian ASI, hal ini dibuktikan dengan pengetahuan ibu. Ibu

yang bekerja juga dapat mendapat informasi mengenai pemberian

ASI melalui teman kerjanya yang memiliki pengalaman menyusui.

Ibu yang berusia lebih matang dan telah melahirkan lebih dari 2

kali akan memiliki pengalaman menyusui lebih banyak sehingga

akan mempermudah dalam pemberian ASI selanjutnya.

2. Karakteristik bayi

Kondisi kesehatan dan berat badan bayi menjadi faktor dalam

pemberian ASI.

3. Lingkungan

Lingkungan disekitar ibu dapat memberikan keyakinan ibu

dalam pemberian ASI untuk bayinya dalam bentuk dukungan

keluarga. Tempat tinggal dan sosial ekonomi juga mempengaruhi

dalam pemberian ASI.

4. Pelayanan kesehatan

Konseling laktasi dapat dilakukan sejak melakukan

pemeriksaan kehamilan. Setiap pelayanan kesehatan memiliki

fasilitas yang berbeda dalam menyampaikan pengetahuan laktasi

misalnya tempat persalinan, penolong persalinan dan kebijakannya.

2.2 Sectio Caesarea

2.2.1 Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk

persalinan dengan bantuan yang tidak dapat dilakukan secara normal

karena masalah kesehatan ibu atau kondisi janin. Prosedur ini diartikan

sebagai operasi untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut,

dinding rahim, vagina, atau histerektomi untuk mengeluarkan janin dari

rahim. Namun, operasi caesar tidak hanya dilakukan karena alasan

medis, tetapi juga termasuk permintaan pasien sendiri atau nasehat

dokter (Ayuningtyas, Oktarina, Misnaniarti, & Sutrisnawati, 2018)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

18

2.2.2 Faktor Yang Menentukan Sectio Caesarea

1. Faktor Sosiodemografi

a. Umur

Siswosudarmo mengatakan bahwa usia 20-35 tahun

merupakan waktu reproduksi berada pada masa sehat. Hal ini

berarti apabila umur ibu melampaui batas tersebut akan beresiko

tinggi pada kehamilan dan ada kecenderungan mengalami

perdarahan post partum. Sedangkan pada usia kurang dari 20

tahun panggul belum sempurna sehingga menimbulkan kesulitan

persalinan (Muhammad, Dr. Faizah Betty Rahayuningsih, &

Vinami Yulian, 2016)

b. Suku

Suku termasuk bagian dari budaya yang dapat mempengaruhi

perilaku dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Salah satunya

dalam pelayanan persalinan. Masing-masing suku mempunyai

budaya dan tradisi yang berbeda dalam mengatasi wanita hamil

(Maritalia & Dewi, 2012)

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menjadi pola ukur pengetahuan

yang dimiliki. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

dapat membentuk pola fikir. Hal ini dapat mempengaruhi

seseorang dalam tindakan mengambil keputusan salah satunya

keputusan dalam masalah kesehatan.

d. Pekerjaan

Pekerjaan dapat menggambarkan pola keseharian dan

kesejahteraan seseorang. Ibu yang bekerja memiliki pengetahuan

yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja. Ibu karir lebih

sadar dalam menghadapi persoalan yang dihadapi karena mereka

lebih banyak berinteraksi dengan kolega mereka sehingga banyak

pengetahuan baru yang bisa didapatkan. Dengan mudahnya ibu

mendapatkan pengetahuan baru tersebut dapat menjadikan

peluang untuk memperoleh informasi mengenai kondisi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

19

kesehatannya, salah satunya mengenai informasi untuk

mendeteksi faktor resiko sejak awal kehamilan.

e. Sumber Biaya

Faktor ekonomi dapat berpengaruh pada proses kehamilan dan

persalinan. Penghasilan keluarga menjadi indikator pengukuran

status ekonomi klien. Selama proses kehamilan dan persalinan

membutuhkan biaya untuk pemeriksaan selama kehamilan dan

persalinan.

2. Mediko Obstetri

a. Paritas

Sulistyawati mengatakan bahwa paritas merupakan riwayat

jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh wanita (Muhammad,

Dr. Faizah Betty Rahayuningsih, & Vinami Yulian, 2016)

Manuaba mengambil pada Saiffudin tentang klasifikasi paritas,

dalam jurnal tulisan (Muhammad, Dr. Faizah Betty

Rahayuningsih, & Vinami Yulian, 2016) antara lain:

a) Primipara merupakan riwayat kehamilan 1 anak

b) Multipara merupakan riwayat kehamilan 2-5 anak

c) Grandemulti merupakan riwayat kehamilan paritas 5 anak atau

lebih

Siswosudarmo menyatakan bahwa kehamilan yang ideal

adalah 2 sampai 3 kali dan jarak persalinan antara 3 hingga 4

tahun. Pada grande multigravida atau gravida lebih dari 5 dan usia

ibu melebihi 35 tahun maka kondisi tersebut memerlukan

perhatian khusus (Muhammad, Dr. Faizah Betty Rahayuningsih,

& Vinami Yulian, 2016)

b. Jarak Kehamilan

Menurut Sinaga dalam (Muhammad, Dr. Faizah Betty

Rahayuningsih, & Vinami Yulian, 2016) menyatakan bahwa

wanita pascapersalinan membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk

pulih dan bersiap untuk persalinan berikutnya, dan memberikan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

20

kesempatan pada lukanya untuk sembuh dengan baik. Jarak

persalinan yang pendek meningkatkan risiko bagi ibu dan bayi.

c. Riwayat Obstetri

a) Abortus

b) Mendapat bantuan selama operasi kebidanan

3. Indikasi Medis

Tindakan sectio caesarea biasanya dilakukan berdasarkan tanda-

tanda faktor kompleks yang ditemukan selama persalinan, apakah itu

kekuatan ibu (faktor power), kekuatan bayi (faktor passanger), atau

komplikasi jalan lahir (faktor passage) (Subekti, 2018)

a. Indikasi Ibu

Indikasi ibu yang perlu penanganan persalinan secara sectio

caesarea adalah riwayat sectio caesarea sebelumnya, gagal

induksi, ibu dengan disproporsi fetapelvik, persalinan tidak maju,

ruptur uteri, pre-eklamsi/eklamsi, plasenta previa, Disproporsi

Kepala Panggul (DKP).

b. Indikasi Fetal

Indikasi fetal yang menyebabkan persalinan harus melalui

sectio caesarea adalah gawat janin, kelainan letak, bayi kembar,

bayi besar.

c. Indikasi Waktu

Apabila selama tiga jam ibu dibimbing persalinan normal dan

hasilnya nihil, selain itu juga tidak memungkinkan untuk

menggunakan bantuan vakum atau forceps maka alternatif

terakhir yaitu melalui persalinan sectio caesarea (Indiarti &

Wahyudi, 2014)

2.2.3 Resiko Sectio Caesarea

Apapun tindakan persalinan pasti memiliki resiko, resiko pada

persalinan Sectio Caesarea menurut (Indiarti & Wahyudi, 2016) sebagai

berikut:

a. Terjadi infeksi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

21

Luka persalinan normal dan Sectio Caesarea berbeda. Luka

pada persalinan normal lebih mudah terlihat daripada persalinan

Caesar. Pada persalinan Sectio Caesarea terdapat pembedahan 7

lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding rahim dan masing-

masing lapisan dijahit tersendiri. Apabila penyembuhan tidak

sempurna maka akan terjadi infeksi luka bahkan sampai

dilakukan penjahitan ulang.

b. Kemungkinan terjadi keloid

Keloid atau jaringan parut muncul pada bekas luka. Keloid

hanya terjadi pada wanita yang memiliki jenis penyakit tertentu,

sehingga sebelum menentukan tindakan persalinan Sectio

Caesarea alangkah baiknya memberikan informasi yang lengkap

pada dokter tentang penyakit yang ibu derita. Apabila memang

harus dilakukan tindakan Sectio Caesarea dokter akan memiliki

jalan keluar lain seperti memberi obat-obatan tertentu yang

diberikan melalui infus atau diminum sebelum atau sesudah

persalinan.

c. Pendarahan berlebihan

Pendarahan tidak bisa dihindari dalam proses persalinan.

Misalnya plasenta lengket, saat sudah terlepas dapat

memungkinkan terjadi pendarahan.

2.3 Hambatan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Post Sectio Caesarea

Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir sangat diperlukan, akan tetapi

pada ibu post SC terdapat hambatan-hambatan, yaitu :

1. Usia ibu

Ibu yang berusia di bawah atau sama dengan 35 tahun menghasilkan

ASI lebih banyak daripada ibu yang lebih tua. Sedangkan ibu usia 19-23

tahun biasanya dapat memproduksi ASI yang cukup dibandingkan ibu usia

30 tahun karena kondisi fisiknya masih baik (Indrayati, Nurwijayanti, &

Latifah, 2018)

2. Rasa sakit saat menyusui

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

22

Ibu yang telah melakukan persalinan secara sectio caesarea tentunya

akan merasakan nyeri pada bagian jahitan luka yang membuatnya sulit

bergerak. Pada awal setelah melewati proses operasi mungkin ibu akan

mengalami kesulitan untuk duduk. Untuk mengatasi hal ini ibu dapat

menyusui bayinya dengan cara berbaring miring. Disarankan untuk

meminta bantuan pada perawat atau konselor bagian laktasi untuk

mengajari cara menyusui yang nyaman dalam posisi tidur miring. Dalam

waktu 24 jam setelah tindakan sectio caesarea ibu akan dapat beradaptasi

dengan rasa nyeri dan sudah dapat duduk. Ibu dapat menggunakan bantal

saat menyusui untuk mengurangi nyeri luka pada perut ibu akibat tekanan

bayi (Wahyuni, Muhtadi, & Pradanie, 2018)

3. Keterlambatan menyusui

Banyak ibu yang melakukan proses persalinan secara sectio caesarea

mengeluhkan bahwa ASI mereka tidak langsung keluar atau hanya keluar

sedikit di awal pasca melahirkan. Tidak sedikit dari mereka beranggapan

jika melahirkan secara sectio caesarea akan menyebakan ASI tidak keluar

selama kurang lebih 3 hari, berbeda dari ibu yang melahirkan secara

normal atau pervagina. Faktanya antara persalinan secara normal atau

sectio caesarea tidak ada hubungannya dengan produksi ASI. Keberhasilan

dan kelancaran ASI dipengaruhi oleh kepercayaan diri seorang ibu dalam

menyusui. Jika ibu memiliki pemikiran seperti itu dapat menghambat

keluarnya ASI (Wahyuni, Muhtadi, & Pradanie, 2018)

4. Toleransi Waktu Menyusui

Pada ibu post sc terdapat toleransi waktu menyusui yang berbeda

disetiap penyebabnya. Pada nyeri ringan, menyusui lebih cepat. Dengan

kata lain, menyusui selama 8 jam pasca sectio caesarea lebih cepat dari 38

jam untuk nyeri berat. Mobilisasi aktif dapat mempercepat proses

menyusui, yang lebih cepat daripada mobilisasi pasif selama 53 jam.

Rooming in kontinu dapat mempercepat pemberian ASI, dibandingkan

dengan 48 jam intermiten, lama menyusui adalah 23 jam. Posisi ibu

menyusui (lying down/berbaring) mempercepat waktu yang dihabiskan

untuk ASI yaitu 9 jam, sedangkan posisi yang salah adalah 62 jam.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ...

23

Intervensi rolling massage yaitu 12 jam setelah operasi caesar dapat

mempercepat menyusui, sedangkan rolling massage lebih dari 24 jam

setelah operasi caesar mempercepat waktumenyusui 18 jam (Desmawati,

2013)

5. Kesulitan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Permasalahan ini hanya terjadi pada ibu yang memerlukan bius total

saat operasi caesar. Apabila ibu menjalani operasi dengan bius lokal, ibu

tetap bisa menjalani IMD dengan seizin dari dokter kandungan. Ibu dapat

mengatakan pada dokter jika ingin melakukan IMD sesaat setelah bayi

keluar. Jika kondisi ibu dan bayi sehat tanpa masalah, tentu dokter akan

mengijinkan. IMD sangat penting karena mempengaruhi 80% produksi

ASI, sehingga rumah sakit dan dokter kandungan pasti akan mendukung

IMD supaya bayi dapat melalui proses ini.

6. Bayi cenderung mudah mengantuk saat di susui

Bayi dari persalinan caesar akan lebih lama tidurnya ketimbang bayi

yang lahir dalam persalinan normal karena terkena efek anestesi. Hal ini

tentu akan mempengaruhi berat badan bayi, karena normalnya bayi yang

baru lahir harus disusui setiap 1-2 jam sekali. Menyusui tidak harus

menunggu sampai bayi kelaparan dan menangis, bangunkan bayi setiap 1-

2 jam sekali untuk sering menyusui bayi. Ibu yang lebih sering menyusui

akan merangsang payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak lagi.