12 BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI DAERAH LITORAL SERTA ESTUARI CIPATIREMAN PANTAI SINDANGKERTA A. Ekosistem Ekosistem meliputi hubungan timbal balik antara faktor biotik (makhluk hidup) dengan faktor abiotik (benda tidak hidup) beserta proses pertukaran energi dan materi yang semua komponen tersebut saling berkaitan dan ketergantungan, dalam mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup dengan lingkungannya (Mulyadi, 2010: 2). Di dalam ekosistem, terjadinya siklus materi dan energi berlangsung saling ketergantungan dan saling mempengaruhi. Apabila diantara bagian (komponen) terganggu, maka akan mempengaruhi komponen lainnya, sehingga kestabilan ekosistem akan terganggu. Ekosistem tidaklah statis, melainkan dinamis, sehingga bisa berubah-ubah sesuai pengaruh dan perkembangan zaman, terutama pengaruh dari perkembangan pola berfikir manusia terhadap alam dan semua aktivitas manusia yang mengubah keadaan ekosistem. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam. Tipe-tipe ekosistem secara umum ada tiga tipe, yaitu ekosistem air, ekosistem darat, dan buatan. Ekosistem air (akuatik) terdiri dari ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Pada ekosistem air laut dapat dibedakan atas beberapa sub ekosistem yang meliputi ekosistem lautan, ekosistem terumbu
27
Embed
BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN KOMUNITAS …repository.unpas.ac.id/11394/4/BAB II.pdf · A. Ekosistem Ekosistem meliputi hubungan timbal balik antara faktor biotik ... pembatas. Faktor
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
TINJAUAN PERBANDINGAN KOMUNITAS ZOOPLANKTON
DI DAERAH LITORAL SERTA ESTUARI CIPATIREMAN
PANTAI SINDANGKERTA
A. Ekosistem
Ekosistem meliputi hubungan timbal balik antara faktor biotik (makhluk
hidup) dengan faktor abiotik (benda tidak hidup) beserta proses pertukaran energi
dan materi yang semua komponen tersebut saling berkaitan dan ketergantungan,
dalam mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup dengan lingkungannya
(Mulyadi, 2010: 2). Di dalam ekosistem, terjadinya siklus materi dan energi
berlangsung saling ketergantungan dan saling mempengaruhi. Apabila diantara
bagian (komponen) terganggu, maka akan mempengaruhi komponen lainnya,
sehingga kestabilan ekosistem akan terganggu. Ekosistem tidaklah statis,
melainkan dinamis, sehingga bisa berubah-ubah sesuai pengaruh dan
perkembangan zaman, terutama pengaruh dari perkembangan pola berfikir
manusia terhadap alam dan semua aktivitas manusia yang mengubah keadaan
ekosistem. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas
dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan
dalam alam.
Tipe-tipe ekosistem secara umum ada tiga tipe, yaitu ekosistem air,
ekosistem darat, dan buatan. Ekosistem air (akuatik) terdiri dari ekosistem air
tawar dan ekosistem air laut. Pada ekosistem air laut dapat dibedakan atas
beberapa sub ekosistem yang meliputi ekosistem lautan, ekosistem terumbu
13
karang, ekosistem pantai, ekosistem estuari. Ekosistem pantai adalah ekosistem
laut yang letaknya berbatasan dengan ekosistem darat dan daerah pasang surut.
Kondisi dalam ekosistem ini sangat dipengaruhi siklus harian pasang surut air
laut. Sedangkan ekosistem estuari (muara) adalah ekosistem tempat bersatunya air
sungai dan air laut. Salinitas air dalam ekosistem ini berubah bertahap mulai dari
daerah tawar ke asin. Salinitas juga dipengaruhi siklus harian pasang surut.
Adapun nutrien dari sungai telah memperkaya daerah estuari dan membuat
berbagai komunitas tumbuhan seperti rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton dan hidup dan tumbuh subur. Di dalam suatu ekosistem terdiri dari
kumpulan komunitas yang membentuk hubungan timbal balik atau saling
berinteraksi. Yuliana (2014 dalam Faiqoh, 2009, h. 32)
1. Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai berada di antara perbatasan daratan dan lautan. siklus
harian arus air yang pasang surut, menjadi pengaruh utama pada ekosistem
pantai. Ekosistem pantai terletak di zona litoral, Adanya nutrien didalam air dan
arus serta didukung oleh faktor kimia dan fisika menjadikan pantai sebagai
perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu, pH, kadar oksigen, salinitas
merupakan parameter fisik yang penting untuk kehidupan organisme diperairan
pantai (Surtikanti, 2009, h. 81). Kawasan ini umumnya ditandai dengan adanya
hutan mangrove, serta perairan yang kaya akan bermacam mikroba. Unsur hayati
yang hidup di kawasan ini biasanya sangat variatif, memiliki adaptasi struktural
sehingga dapat melekat erat pada substrat keras untuk menjaga dirinya dari
14
hempasan ombak yang kencang. mulai dari kelompok plankton, moluska, rumput
laut hingga berbagai jenis ikan.
Zona litoral merupakan perairan dangkal yang memperoleh banyak cahaya
(Campbell, 2010, h. 341). Ketika air surut, wilayah ini akan mengering, dan
berubah menjadi pantai. Sedangkan ketika air pasang wilayah ini akan
tergenang oleh air. Zona litoral adalah daerah perairan yang dangkal dengan
penetrasi cahaya sampai ke dasar, biasanya pada zona litoral ini ditumbuhi oleh
tanaman air (Odum, 1994, h. 374). Pada daerah ini radiasi matahari, variasi
temperatur, dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini
dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Zona ini merupakan daerah pantai yang
terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah daerah ini mewakili daerah
peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Daerah ini merupakan zona yang
melimpah dengan kehidupan (Nybakken, 1992, h. 35).
a. Biota Pantai
Biota yang hidup dipantai dipengaruhi oleh karaketristik dari perairan
tersebut antara lain adalah ketersediaan cahaya, kedalaman air, serta kompleksitas
topografi. Banyak macam organisme di daerah pantai, diantaranya plankton,
bakterioplankton, nekton, benthos dan meiofauna. Meiofauna dapat pula diartikan
sebagai kelompok metazoa kecil yang berada di antara mikrofauna dan
makrofauna. Meiofauna yang hidup pada substrat lunak (lumpur pasir) yaitu
Foraminifera. Foraminifera termasuk dalam Filum Protozoa yang mulai
berkembang pada jaman Kambrium. Mayoritas hidup pada lingkungan laut dan
15
mempunyai ukuran yang beragam mulai dari 3 µm sampai 3 mm (Haq and
Boersma, 1983 dalam Susanti, 2010, h. 30).
b. Pantai Sindangkerta
Pantai Sindangkerta, merupakan taman laut yang disebut taman lengsar.
Pantai ini merupakan pantai landai dengan hamparan pasir putih yang mempunyai
tanaman laut serta sebagai habitat penyu (Chelonia mydas) dalam penetasan
telurnya, terletak di desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten
Tasikmalaya (Mulyadin,2014). Jaraknya sekitar 90 km dari pusat kota
Tasikmalaya, 200 km dari Kota Bandung, 380 km dari Jakarta dan sekitar 90 km
sebelah barat Pantai Pangandaran. Pantai tersebut memiliki letak geografis E 108o
03'; S 7o 45' (Randani, 2015). Pantai sindangkerta dapat dijadikan sumber edukasi
bagi para peneliti. Kawasan pantai memiliki zona litoral yang berbatasan langsung
dengan daratan.
2. Ekosistem Estuari
Estuari adalah bentuk teluk di pantai yang sebagian tertutup, di mana air
tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Definisi ini memberi arti adanya
hubungan bebas antara laut dengan sumber air tawar, paling sedikit selama
setengah waktu dari setahun. (Nybakken 1992, hal. 290). Pada ekosistem estuari
ini air laut mengalir dalam saluran estuari selama pasang naik dan kembali ke laut
selama pasang surut. Seringkali air laut berdensitas lebih tinggi menempati dasar
saluran dan bercampur sedikit dengan air sungai yang berdensitas yang lebih
rendah dipermukan. (Campbell, 2010. h.342).
Menurut Nybakken (1992 dalam Faiqoh, 2009, h. 9) ketika air tawar
16
masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut, terjadi perubahan suhu dimana
suhu perairan estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada
musim panas daripada perairan pantai sekitarnya. Variasi suhu yang besar ini
sebagai fungsi dari perbedaan antara suhu air laut dan air sungai. Pola aliran
estuari, dikombinasikan dengan sedimen yang dibawa oleh sungai dan air pasang,
menciptakan jejaring kompleks saluran pasang-surut, pulau, parit alami, dan
daratan lumpur. (Campbell, 2010. h.342).
a. Biota Estuari
Wilayah estuari merupakan suatu tempat yang sulit untuk ditempati,
daerah ini bersifat sangat produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biota.
Oleh karena itu, umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuari relatif hanya dapat
dihuni oleh beberapa spesies saja. Estuari menyokong banyak cacing, tiram,
kepiting, dan spesies ikan yang dikonsumsi manusia. Banyak invertebrata dan
ikan laut menggunakan estuari sebagai daerah berbiak atau bermigrasi melalui
estuari menuju habitat perairan tawar di hulu. Estuari juga menjadi wilayah
mencari makan yang amat penting bagi ungags air dan beberapa mamalia laut.
(Campbell, 2010. h.342).
b. Estuari Cipatireman
Estuari Cipatireman ini berbatasan langsung dengan pantai Sindangkerta.
Wilayah ini pada umumnya dijadikan ladang pencaharian , karena mengandung
biota yang dapat dimanfaatkan , dan dapat meningkatkan tingkat perekonomian,
tidak jarang pula wilayah tersebut digunakan sebagai jalur transportasi air oleh
17
warga sekitar. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan
anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan
daerah ini mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu
penambahan bahan- bahan organik secara terus menerus yang berasala dari daerah
aliran sungai, perairan estuarin adalah dangkal, sehingga cukup menerima
matahari untuk membantu kehidupan didalamnya. Yuliana (2014 dalam Faiqoh,
2009, h. 22)
B. Komunitas
Komunitas adalah prinsip ekologi yang penting, menekankan keteraturan
dalam kumpulan berbagai organisme yang hidup di setiap habitat. Komunitas
bukan hanya sekumpulan hewan dan tumbuhan yang hidup saling ketergantungan
satu sama lain tetapi merupakan suatu komposisi kekhasan taksonomi, dengan
pola hubungan antara trofik tertentu dan pada metabolismenya (Michael, 1994, h.
267).
Komunitas merupakan suatu kelompok populasi dari sejumlah spesies
yang berbeda disuatu wilayah. Ekologi komunitas mengkaji bagaimana interaksi
interaksi antar spesies, Seperti predasi dan kompetisi, mempengaruhi struktur dan
organisasi komunitas (Campbell, 2010. h. 327).
Komunitas dapat disebut dan diklasifikasi menurut bentuk atau sifat struktur
utama seperti misalnya jenis-jenis yang dominan, bentuk-bentuk hidup atau
indikator-indikator, habitat fisik dari komunitas, atau tanda-tanda fungsional
seperti tipe metabolisme komunitas (Odum, 1994, h. 180).
18
Komunitas biotik sebagai kumpulan populasi apa saja yang hidup dalam
daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan, hal tersebut merupakan satuan
yang diorganisir sedemikian rupa, bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan
terhadap komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui
transformasi-transformasi metabolik yang bergandengan (Odum 1997).
Suatu komunitas di dalam lingkungan bisa dikatakan stabil dan mencapai
kemantapan jika suatu komunitas tersebut memiliki keanekaragaman jenis yang
lebih tinggi, dibandingkan dengan komunitas lain yang terkendala faktor
pembatas. Faktor pembatas yang mempengaruhi keanekaragaman diantaranya
iklim, suhu, gangguan geografis, serta aktivitas manusia yang secara periodik
dapat mengganggu kestabilan ekosistem .(Odum, 1993. h. 186)
Odum (1993 dalam Handayani & Patria, 2005, h. 80) menyampaikan
bahwa komunitas dapat disebut dan diklasifikasikan menurut:
1. Bentuk atau sifat struktur utama, misalnya jenis dominan, bentuk- bentuk
hidup atau indikator-indikator,
2. Habitat fisik dari komunitas, atau
3. Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional seperti misalnya tipe metabolisme
komunitas.
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika
komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan
jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
19
1. Kelimpahan
kelimpahan adalah banyaknya individu yang menempati wilayah tertentu atau
jumlah individu suatu spesies per satuan luas atau persatuan volume. (Michael,
1984. h. 57). Sedangkan Nybakken (1992, hal. 27) mendefinisikan kelimpahan
sebagai pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas atau tingkatan trofik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kelimpahan adalah jumlah atau banyaknya individu pada
suatu area tertentu dalam suatu komunitas.
Kelimpahan suatu spesies zooplankton dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, nutrien, oksigen, kecerahan air dan arus
air dapat mempengaruhi kelimpahan dari spesies tersebut. Selain faktor tersebut,
suatu spesies tidak dapat sintas dan bereproduksi di suatu lingkungan yang baru.
Hal tersebut diakibatkan oleh interkasi negatif dengan organisme lain dalam
bentuk pemangsaan, parasistisme atau kompetisi (Campbell, 2010. h. 331). Selain
itu, Kelimpahan relatif adalah proporsi yang direpresentasikan oleh masing –
masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas ( Campbell, 2010. h.
385).
2. Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah jumlah total spesies dalam suatu area tertentu
atau diartikan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat dalam suatu area antar
jumlah total individu dari spesies yang ada dalam suatu komunitas (Michael,1984:
57). Menurut Nybakken (1992, h. 27) Keanekaragaman adalah suatu cara
pengukuran yang memadukan jumlah spesies (kelimpahan) dan penyebaran
20
jumlah individu (distribusi). Sedangkan keanekaragaman spesies mencakup
seluruh spesies yang ditemukan di bumi. Spesies dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda
dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia.
Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada
taksonom yang mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan
mengidentifikasi spesimen yang belum diketahui.
Keanekaragaman spesies memiliki dua komponen utama yaitu kekayaan
spesies (species richness) dan kelimpahan relatif (relative abundance). Sehingga
keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas sangat berkaitan dengan
kelimpahan spesies tersebut dalam area tertentu. Selain itu, keanekaragaman
spesies merupakan suatu karakteristik ekologi yang dapat diukur dan khas untuk
organisasi ekologi pada tingkat komunitas. Keanekaragaman spesies suatu
komunitas terdiri dari berbagai macam organisme berbeda yang menyusun suatu
komunitas. (Campbell, 2010. h. 385).
C. Zooplankton
1. Definisi Zooplankton
Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat
beranekaragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili
hampir seluruh filum hewan Zooplankton memiliki ukuran lebih besar dari
fitoplankton (Nontji, 1987).
Zooplankton bersifat heterotrofik, oleh karena itu untuk kelangsungan
hidupnya ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi
21
makanannya. Zooplankton merupakan organisme laut yang memainkan peran
yang sangat penting dalam menopang rantai makanan di laut. Walaupun daya
geraknya terbatas dan distribusinya ditentukan oleh keberadaan makanannya,
zooplankton berperan pada tingkat energi yang kedua yang menghubungkan
produsen utama (fitoplankton) dengan konsumen dalam tingkat makanan yang
lebih tinggi.
Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama sangat berpengaruh
dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan (Handayani & Patria, 2005, h.
75). Zooplankton mempunyai alat gerak berupa flagel, silia, atau kaki renang,
namun pergerakannya sangat lemah dan tidak dapat melawan pergerakan arus air
(Raymont, 1963 dalam Faiqoh, 2009, h. 13).Dalam banyak spesies zooplankton,
suatu pergerakan tegak adalah biasa serta berirama, dan terjadi setiap hari. Bentuk
yang berpindah ini hidup pada kedalaman tertentu selama siang hari, dan naik ke
permukaan menjelang malam, serta tenggelam kembali ke kedalaman normal
pada pagi hari (Michael, 1994, h. 209).
Walaupun beberapa zooplankton dapat melakukan gerakan berenang
yang aktif yang membantu mempertahankan posisi vertikal, zooplankton secara
keseluruhan tidak dapat melawan arus air. (Odum, 1994, h. 374). Zooplankton ada
yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula
yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan.
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di
dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton
yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang
22
dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton
atau bentos. (Barus et al., 2001).
Menurut (Effendi, 1997). Ukurannya zooplankton yang paling umum
berkisar 0,2-2mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang
biasa berukuran sampai lebih satu meter.
Kelompok yang paling umum di temukan antara lain copepod (copepod),