BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kadar Hemoglobin Ibu Hamil 1. Pengertian Salah satu indikator penilaian anemia adalah kadar hemoglobin (Hb). Hemoglobin tersusun atas unsur heme dan protein globin. Salah satu komponen pembentuk heme adalah zat besi (Fe). Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan, dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan. Zat besi yang berasal dari tumbuhan (non heme) memiliki daya serap antara 1-6%, lebih rendah dibanding zat besi yang berasal dari hewan (heme) yaitu 7-22% (Wirakusumah, 1999). Hemoglobin merupakan senyawa protein yang kompleks, yang tersusun dari protein globin dan senyawa bukan protein (heme). Heme adalah senyawa yang tersusun dari senyawa porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam zat besi (Fe). Hemoglobin merupakan parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia, hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen pada sel darah merah, kandungan hemoglobin yang rendah mengindikasikan anemia (Supariasa et al, 2001). Menurut mochtar (1998), konsentrasi hemoglobin pada saat ibu hamil terlihat menurun walaupun sebenarnya lebih besar dari pada orang yang tidak hamil. Anemia fisiologi ini disebabkan oleh volume plasma yang meningkat. Konsentrasi hemoglobin menurun dari 12 g/dl menjadi 10 g/dl pada umur kehamilan 32-34 minggu hal ini berkaitan dengan meningkatnya volume plasma yang dapat mengakibatkan anemia. Selama kehamilan peningkatan volume darah sebesar 35-40% dari wanita-wanita tidak hamil terutama untuk peningkatan volume plasma 45-50% dan masa sel-sel darah merah sebesar 15-20% pada trimester III. Anemia gizi merupakan keadaan dengan kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, yang disebabkan oleh kekurangan satu macam atau lebih zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah (Beck,2000). Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sangat
23
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-sunupunagi... · membangun sel-sel baru, serta perkembangan sistem saraf baru. Ibu hamil dianjurkan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
1. Pengertian
Salah satu indikator penilaian anemia adalah kadar hemoglobin (Hb). Hemoglobin
tersusun atas unsur heme dan protein globin. Salah satu komponen pembentuk heme adalah zat
besi (Fe). Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan, dapat berasal dari hewan maupun
tumbuhan. Zat besi yang berasal dari tumbuhan (non heme) memiliki daya serap antara 1-6%,
lebih rendah dibanding zat besi yang berasal dari hewan (heme) yaitu 7-22% (Wirakusumah,
1999).
Hemoglobin merupakan senyawa protein yang kompleks, yang tersusun dari protein
globin dan senyawa bukan protein (heme). Heme adalah senyawa yang tersusun dari senyawa
porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam zat besi (Fe). Hemoglobin merupakan
parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia, hemoglobin
berfungsi sebagai pembawa oksigen pada sel darah merah, kandungan hemoglobin yang
rendah mengindikasikan anemia (Supariasa et al, 2001).
Menurut mochtar (1998), konsentrasi hemoglobin pada saat ibu hamil terlihat menurun
walaupun sebenarnya lebih besar dari pada orang yang tidak hamil. Anemia fisiologi ini
disebabkan oleh volume plasma yang meningkat. Konsentrasi hemoglobin menurun dari 12
g/dl menjadi 10 g/dl pada umur kehamilan 32-34 minggu hal ini berkaitan dengan
meningkatnya volume plasma yang dapat mengakibatkan anemia. Selama kehamilan
peningkatan volume darah sebesar 35-40% dari wanita-wanita tidak hamil terutama untuk
peningkatan volume plasma 45-50% dan masa sel-sel darah merah sebesar 15-20% pada
trimester III.
Anemia gizi merupakan keadaan dengan kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari
normal, yang disebabkan oleh kekurangan satu macam atau lebih zat gizi yang diperlukan
untuk pembentukan darah (Beck,2000). Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sangat
rendah, berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun pemeriksaan klinik tidak
menemukan gejala-gejala fisiologi. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak
akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang. Akibatnya kadar
hemoglobin terus menerus dibawah batas normal (Moehji, 2002).
Tabel 2.1
Harga-harga normal hemoglobin
Konsentasi Hb (g/dl)
Darah dari tali pusat 13,3-20,5
Hari pertama kehidupan 15,5-23,5
Anak-anak,6 bulan-6 tahun 11,0-14,5
Anak-anak, 6 tahun-14 tahun 12,0-15,5
Pria dewasa 13,0-17,0
Wanita dewasa (tidak hamil) 12,0-15,5
Wanita Hamil 11,0-14,0
EGC. Nurtjojo, 1999.
2. Pola Makan / Nutrisi
a. Definisi
Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong yang dikutip dalam Sri Karjati
adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan
makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu
kelompok masyarakat tertentu (S Soegeng, 2004).
Pola makan ibu hamil adalah menu makanan yang dimakan ibu hamil dalam
kesehariannya (Prasetyono DS, 2009).
b. Pola makan sehat
Pola makan sehat pada ibu hamil adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil harus memilki jumlah kalori dan zat-zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air (Krisnatuti Diah,
2000).
1. Karbohidrat
Porsi terbesar kebutuhan energi tubuh dipenuhi oleh karbohidrat yang juga
merupakan komponen zat gizi terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau
oleh masyarakat luas (Savitri Sayogo, 2007). Ibu hamil membutuhkan karbohidrat
sekitar 1500 kalori perhari (Kasdu Dini, 2004). Bahan makanan yang merupakan
sumber karbohidrat meliputi : kentang, roti, biskuit dan hasil olahannya juga beras,
gandum, ubi jalar, singkong dan gula murni (Savitri Sayogo, 2007).
2. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhandan pekembangan janin. Diantaranya
untuk pembentukan jaringan baru dan mempertahankan yang telah ada. Ibu hamil
disarankan untuk memperoleh tambahan protein sekitar 10 g/hari dari kebutuhan
yang sebelumnya. Bahan makanan sumber protein hewani adalah daging sapi, ikan,
unggas, telur, susu dan produk olahannya. Sedangkan bahan makanan sumber
protein nabati adalah kacang-kacangan dan produk olahannya seperti tahu, tempe
dan oncom (Kasdu Dini, 2004).
3. Lemak
Lemak dibutuhkan ibu hamil terutama untuk membentuk energi dan juga
membangun sel-sel baru, serta perkembangan sistem saraf baru. Ibu hamil
dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari
seluruh kalori yang dikonsumsi sehari. Sumber lemak hewani yaitu daging sapi,
ayam, kambing, telur, ikan, susu dan produk olahannya. Sedangkan sumber lemak
nabati yaitu minyak zaitun, minyak kelapa sawit dan minyak jagung (Kasdu Dini,
2004).
4. Vitamin
Vitamin diperlukan tubuh untuk mempertahankan kesehatan. Selama hamil
vitamin penting untuk perkembangan janin, termasuk kekebalan tubuh dan
produksi darah merah serta sistem sarafnya. Ada beberapa jenis vitamin yang
penting untuk ibu hamil, antara lain :
a) Vitamin A
Vitamin sangat penting bagi pertumbuhan sel dan jaringan embrio. Bila
terjadi hambatan yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A, maka dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin. Kebutuhan normal vitamin A pada
ibu hamil sebanyak 800-2100 IU. Adapun sumber makanan yang banyak
mengadung vitamin A antara lain adalah kuning telur, hati, mentega. Selain itu
sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning, terutama wortel,
tomat dan nangka (Prasetyono D.S, 2009).
b) Vitamin C
Kekurangan vitamin C pada ibu hamil bisa menyebabkan terjadinya pre
eklamsi serta keguguran yang didahului dengan pecahnya ketuban sebelum
waktunya. Bagi ibu hamil, vitamin C diperlukan untuk membuat protein
kolagen yang membentuk tulang rawan, sendi, kulit dan peredaran darah
(Prasetyono D.S, 2009).
c) Vitamin D
Vitamin D berkaitan dengan zat kapur. Vitamin ini dapat menembus ari-
ari, sehingga dapat memasuki tubuh bayi. Jika ibu hamil kekurangan vitamin D
maka anak akan kekurangan zat kapur. Hal ini dapat mengakibatkan
pembentukan giginya tidak normal. tetapi, jika vitamin D berlebihan, maka ini
pun akan berbahaya. Makanan yang banyak mengandung vitamin D
diantaranya adalah susu,hati, mentega, kuning telur dan margarin (Prasetyono
D.S, 2009).
d) Vitamin E
Kebutuhan vitamin E cukup dipenuhi dari makanan sehari- hari.
Seseorang jarang mengalami kekurangan vitamin ini. Namun, dari hasil
penelitian, binatang percobaan yang kekurangan vitamin E ini akan mengalami
keguguran (Prasetyono D.S, 2009).
e) Vitamin K
Vitamin K cukup diperoleh dari menu harian normal. seseorang jarang
mengalami kekurangan vitamin ini. Jika kekurangan, maka dapat terjadi
gangguan perdarahan pada anak. (Prasetyono D.S, 2009).
f) Vitamin B6
Vitamin B6 penting untuk pembuatan asam amino, yaitu bahan protein di
dalam tubuh. Jika ibu hamil kekurangan vitamin B6 , maka nilai apgar anak
yang dilahirkan rendah. Anak yang lahir dengan nilai apgar rendah akan buruk
pada ibu hamil dicampur dengan vitamin ini (Prasetyono D.S, 2009).
g) Vitamin B12
Vitamin B12 dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel baru, terutama sekali
sel darah merah. Oleh karena itu, vitamin ini sangat penting bagi ibu hamil dan
tidak bisa dikesampingkan begitu saja (Prasetyono D.S, 2009).
5. Mineral
Ada beberapa jenis mineral yang penting bagi ibu hamil antara lain :
1) Zat besi
Zat besi penting sekali untuk pembentukan dan mempertahankan
kesehatan sel-sel darah merah sehingga menjamin sirkulasi oksigen dan zat gizi
bagi ibu hamil. Zat besi sangat penting untuk mencegah anemia (Kasdu Dini,
2004). Total kebutuhan zat besi selama kehamilan diperkirakan sebesar 1000
mg (Krisnatutti, 2000). Fe dalam bahan makanan terdapat dalam daging, ikan,
unggas, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau (Sayogo Savitri, 2007).
Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh asupan vitamin C, jadi makan jeruk atau
jus jambu setelah makan akan membantu penyerapan zat besi lebih efektif
(Kasdu Dini, 2004). Kopi dan teh dapat mengikat Fe sehingga mengurangi
jumlah serapan sebaiknya dihindarkan atau tidak dimakan dalam waktu
bersamaan (Arisman MB, 2004).
2) Zat kapur
Zat kapur sangat penting karena dibutuhkan tambahan zat kapur 400 mg
zat kapur. Sumber zat kapur yang tinggi diperoleh dari makanan yang berasal
dari susu, keju, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau dan makanan laut
(Nadesul H, 1996).
3) Seng
Mineral seng tidak terlalu penting tetapi tetap dibutuhkan dalam jumlah
kecil. Kekurangan mineral ini dapat menimbulkan cacat bawaan seperti
pembentukan tulang dan selubung saraf tulang belakang yang abnormal
(Prasetyono DS, 2009). Kebutuhan seng selama hamil sebesar 20 mg.(Nadesul
H, 1996).
Pemenuhan kebutuhan seng dengan konsumsi sumber pangan hewani
(Kasdu Dini, 2004).
4) Iodium
Iodium berfungsi sebagai bahan baku untuk hormon tirosin yang
berfungsi dalam pertumbuhan. Mineral ini dapat mendorong perkembangan
otak bayi. Bila kekurangan iodium maka akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga mengakibatkan
keterbelakangan mental (Prasetyono DS, 2009). Kebutuhan iodium selama
hamil sebesar 175 mg. Iodium dapat diperoleh dari garam beriodium dan
makanan laut seperti ikan, kerang dan rumput laut (Sayogo S, 2007).
6. Air
Ibu hamil membutuhkan air sebanyak 2 liter sehari atau setara 8 gelas. Asupan
air ini bisa dalam bentuk beragam. Selain dari minuman dapat diperoleh dari
sayuran berkuah, buah-buahan dan jus (Kasdu Dini, 2004).
Tabel 2.2
Kecukupan Gizi Ibu Hamil Dalam Satu Hari
Bahan Makanan
Porsi
(2000+285 kkal)
URT Berat (gr) Kalori
1. Sumber karbohidrat :
Nasi
5p+1p
1p = ¾ gelas
100
175
2. Sayuran
Sayuran campur 3p 1p = 1 gelas 100 50
3. Buah-buahan
Pepaya 4p 1p = 1ptg sdg 50 40
4. Sumber protein nabati: 3p 1p = 2ptg 50 80
Tempe/ pengganti
5. Sumber protein hewani :
Daging/ pengganti 3p 1p = 1ptg sdg 50 95
6. Susu 1p 1p = 1 gelas 200 122
7. Minyak 5p 1p = ½ sdm 5 45
8. Gula 2p 1p = 1 sdm 100 37
Sumber : Depkes RI.2002
Keterangan :
P = porsi
1gelas (gls) nasi = 140 gram = 70 gram beras
1 potong (ptg) daging = ukuran 6x5x2 cm
1 potong (ptg) tempe = ukuran 4x6x1 cm
1 gelas (gls) sayuran setelah direbus dan ditiriskan = 100 gram sayuran mentah
1 potong (ptg) pepaya = 5x15 cm
1 sendok makan (sdm) minyak goreng = 10 gram
1 sendok makan (sdm) gula pasir = 10 gram
Menurut Kasdu Dini (2004), pola makan sehat ibu hamil diantaranya :
a. Patuhi jadwal makan
Jangan mengabaikan waktu makan, khususnya untuk makan- makanan utama.
Makan makanan bergizi seimbang tiga kali sehari pada waktu yang tepat, yaitu sarapan,
makan siang dan makan malam. Untuk makanan utama, makanan yang dikonsumsi
tetap harus mengandung zat gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein, vitamin, lemak,
mineral dan air.
b. Menu utama bergizi seimbang
Makanan utama harus lengkap berupa nasi, lauk-pauk hewani, nabati dan
sayuran 3 kali sehari. Camilan 2 kali sehari, berupa buah atau yang berserat tinggi dan
minum segelas susu sehari 2 kali. Tidak hanya pada makanan utama, camilan sebaiknya
tang mengandung gizi seimbang yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
c. Sarapan
Sering kali waktu sarapan dianggap sepele. Sarapan merupakan energi awal
ibu hamil untuk melakukan aktivitas pada hari itu. Untuk mencegah dari timbulnya rasa
lemah, pusing atau mau pingsan. Hal ini bisa muncul lantaran pada pagi hari kadar gula
menurun karena selama tidur malam tidak makan.
d. Porsi sedikit tapi sering
Cara ini untuk menyiasati atau mencegah gangguan pencernaan. Aturlah porsi
makan dalam jumlah kecil. Namun sering (5 atau 6 kali sehari) jika ibu mengalami
mual dan muntah pada trimester I.
e. Kurangi junk food
Mengkonsumsi jenis makanan junk food diperbolehkan asalkan tidak
berlebihan dan sering junk food mengandung unsur zat-zat gizi lainnya. Akibatnya ibu
merasa makan sedikit tapi sebenarnya tidak memenuhi kebutuhan tubuh.
f. Kurangi konsumsi kafein
Kandungan kefein banyak terdapat dalam minuman seperti kopi, coklat
dansoftdrink. Kafein dan tanin yang ada dalam minuman tersebut dapat menghambat
penyerapan beberapa zat gizi terutama makanan yang mengandug kalsium.
g. Camilan yang sehat
Camilan tak selamanya buruk. Bila dapat memilah jenis camilan dan
mengetahui pasti yang tepat, camilan bisa menambah nilai asupan gizi ibu hamil yang
kurang. Tentunya bila bisa memilih jenis camilan dan tahu cara mengemil yang benar.
Bila tidak, bisa-bisa ibu hamil kelebihan berat badan atau kegemukan. Cara menyiasati
ngemil yang sehat dengan membatasi camilan manis, tinggi lemak dan camilan siap
saji.
c. Hal-hal yang harus dihindari dalam penerapan pola makan sehat ibu hamil
Hal-hal yang harus dihindari dalam penerapan pola makan sehat ibu hamil (Paath Erna
F, 2004) :
1. Sedapat mungkin manghindari jenis makanan yang diawetkan.
2. Hindari makanan yang berkalori tinggi.
3. Kurangi asupan makanan berlemak.
4. Hindari daging, ikan, ayam dan sumber protein lainnya yang tidak dimasak dengan
baik.
5. Hindari alkohol sekalipun dalam jumlah sedikit dalam bentuk makanan.
d. Pola makan tidak sehat
Pola makan tidak sehat pada ibu hamil adalah pengaturan jumlah dan jenis
makanan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang ibu hamil (http://puskesmas-
oke.blogspot.com. 10 Juni 2009). Pola makan tidak sehat pada ibu hamil antara lain :
1. Makan terlalu banyak.
Mengkonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuh berarti menambah
kalori tambahan yang disimpan dalam tubuh sebagai lemak. Hal ini mengakibatkan
kelebihan berat badan.
2. Terlalu banyak makan gula.
Kebiasaan makan banyak ialah kecenderungan makan makanan yang banyak
mengandung kadar gula. Memuaskan selera makan dengan makanan yang
mengandung kadar gula yang tinggi akan menyebabkan ibu hamil kehilangan selera
makan makanan yang mengandung gizi, vitamin dan zat mineral yang diperlukan.
3. Mengkonsumsi makanan olahan terlalu banyak.
Ibu hamil dapat tergantung pada jenis makanan olahan ini dan mengabaikan
makanan segar akan tetapi ibu hamil akan kekurangan unsur makanan yang penting,
baik bagi dirinya maupun bagi bayi yang dikandung.
4. Mengabaikan sarapan pagi.
Ibu hamil biasanya sering mengabaikan sarapan pagi karena kesibukan
mengerjakan pekerjaan rumah. Kebiasaan mengabaikan sarapan pagi akan
mengakibatkan ibu akan merasa sangat lapar sebelum waktu makan siang dan
memenuhinya dengan makanan camilan. Sarapan pagi sangat penting karena
merupakan makanan pertama sepanjang hari. Energi yang tersimpan sebagai
sumber cadangan pada malam hari telah dikosongkan untuk kehidupan alat- alat
tubuh.pada pagi harinya diperlukan energi tambahan untuk aktifitas tubuh hingga
menjelang tengah hari (Prasetyono DS, 2009)
e. Dampak dari pola makan yang tidak sehat
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Gangguan gizi
disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan
seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang salah satunya disebabkan oleh karena
pola makan yang tidak sehat (Almatsier S, 2003). Gangguan gizi tidak seimbang antara lain
:
1. Gizi kurang
2. Gizi buruk
3. Gizi lebih
4. Anemia gizi besie.
5. Kekurangan vitamin A
6. Gangguan akibat kekurangan iodium
(Paath Erna F, 2004).
f. Penanggulangan pola makan tidak sehat
Cara menyiasati pola makan tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung 4 sehat 5 sempurna. Kehamilan menyebabkan perubahan tubuh yang
mengakibatkan timbulnya beberapa gangguan makan. Keadaan ini seringkali mempengaruhi
asupan gizi ibu hamil atau kehilangan nafsu makan. Untuk menyiasati agar nafsu makan
tetap terjaga, yaitu dengan cara :
1. Memperbanyak ragam dan variasi makanan.
2. Sajikan makanan yang menarik.
3. Tingkatkan kelezatan rasa makanan.
4. Segera makan begitu makanan disajikan (Kasdu Dini, 2004).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan
Menurut Soegeng Santoso (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan adalah :
a. Kesenangan
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan
makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan
tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.
b. Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi sebagai
contoh budaya pantang makanan
c. Agama
Agama juga mempengaruhi jenis makann yang dikonsumsi. Sebagai contoh
agama islam mengharamkan daging babi.
d. Taraf sosial ekonomi
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh
taraf ekonomi. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi.
e. Lingkungan alam
Lingkungan alam juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi seperti
kondisi tanah dan iklim setempat.
3. Zat Besi ( Fe )
Zat besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia
dan hewan yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa (Almatsier,2002).
Di dalam tubuh, sebagian besar terkonjugasi dengan protein terdapat dalam bentuk ferro
dan ferri. Bentuk aktif besi biasanya sebagai ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai
ferri misalnya bentuk storage (Sediaoetama, 2000). Besi lebih mudah di serap dalam bentuk
Ferro. Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada
dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%
(Almatsier, 2002).
Pemberian suplemen tablet penambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk
membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Saat hamil
kebutuhan zat besi meningkat mencapai dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini
terjadi karena volume darah meningkat sampai 50%, sehingga butuh lebih banyak zat besi
untuk membentuk hemoglobin. Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi dapat
dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai zat besi
dari makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi.
Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama
hamil. Dasar pemberian zat besi adalah adanya perubahan volume darah merah yang
mengalami peningkatan sebesar 20-30 %, sedangkan peningkatan plasma darah 50 % ( yuni
,2007).
a. Fungsi Zat Besi
Zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh sebagai alat angkut elektron
di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh
(Almatsier, 2002). Besi diperlukan dalam sintesis hemoglobin. Hb adalah protein yang
berfungsi antara lain untuk mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan. Untuk mengangkut
CO2 yang akan di ekskresikan ke dalam udara pernafasan, dan sintesis enzim. Bila konsumsi
zat besi berkurang dalam tubuh tidak seimbang maka akan terjadi anemia. Zat besi telah
mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk ferro. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya
sebesar 10% saja yang terdapat di dalam makanan yang diserap ke dalam mukosa usus. Pada
wanita, ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi, oleh sebab itu kebutuhan Fe pada wanita
dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.
b. Kebutuhan Zat Besi untuk Ibu Hamil
Jumlah zat besi yang di butuhkan oleh ibu hamil jauh lebih besar bila di bandingkan
dengan yang tidak hamil. Selama kehamilan, seorang ibu memerlukan tambahan zat gizi
untuk menunjang pembentukan Hb. Jumlah tambahan zat besi yang dibutuhkan bervariasi,
darah seorang ibu hamil memerlukan 500 mg zat besi, darah janin membutuhkan 200mg zat
besi dan darah plasenta membutuhkan 25 mg zat besi. Total yang dibutuhkan selama
kehamilan diperkirakan sebanyak 1000 mg (Krisnatuti, 2000).
Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir
(III), apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah menjadi anemia
defisiensi besi, masuknya besi setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk berbagai negara.
Untuk wanita tidak hamil, wanita hamil dan wanita menyusui dianjurkan di Amerika Serikat,
masing-masing 12 mg, 15 mg, dan 15 mg di Indonesia masing-masing 12 rng, l7 mg, 17 mg.
(Prawirohardjo, 2002).
c. Akibat Kekurangan Zat Besi
Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada wanita) dan jumlah
darah dalam badan (dalam hal ini Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun keadaan
depot Fe memegang peranan yang penting pula. Dalam keadaan normal dapat diperkirakan
bahwa seorang laki-laki dewasa memerlukan asupan sebesar 10 mg, wanita memerlukan 12
mg, sedangkan pada wanita hamil dan menyusui diperlukan tambahan 5 mg sehari. Bila
kebutuhan ini tidak dipenuhi, Fe yang terdapat didalam gudang akan digunakan dan gudang
lambat laun akan menjadi kosong, akibatnya timbul anemia defisiensi besi. Hal ini dapat
disebabkan oleh absorbsi yang buruk, pendarahan kronik dan kebutuhan yang meningkat,
keadaan ini memerlukan penambahan Fe dalam bentuk obat/suplemen.
d. Anemia Dalam Kehamilan
Anemia pada kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi,
kekurangan ini dapat disebabkan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena
gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar
dari tubuh misalnya pasca pendarahan (Prawirohardjo, 2002). Anemia adalah pengurangan sel
darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml
darah (Price S.A, 1995).
Penyebab defisiensi besi antara lain persediaan zat besi dalam makanan kurang, adanya
zat penghambat absorbsi atau inhibitor, konsumsi zat besi kurang dan meningkatnya
kebutuhan zat besi misalnya pada keadaan hamil, masa pertumbuhan dan terutama pada anak-
anak. Menurut Ufah Kusumah perhitungan table Hb ibu hamil sebagai berikut :
Tabel 2.3
Perhitungan Kadar Hb ibu hamil
Konsentrasi Hb Klasifikasi
Hb 11 gr/dL Tidak anemia
Hb 9-10,9 gr/dL Anemia ringan
Hb 7-8,9 gr/dL Anemia sedang
Hb < 7 gr/dL Anemia berat
1. Gejala dan tanda anemia dalam kehamilan
a. Letih
b. Sering mengantuk
c. Malaise
d. Pusing
e. Lemah
f. Nyeri kepala
g. Kulit pucat
h. Membran mukosa pucat (misal pada konjungtiva)
i. Bantalan kuku pucat
j. Luka pada lidah
k. Tidak ada nafsu makan
l. Mual, muntah
m. Pemeriksaan kadar Hb < 11 gr %
(Varney, 2006).
2. Faktor-faktor penyebab anemia dalam kehamilan (Mochtar R, 1998)
a. Kurang gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diet
c. Malabsorbsi
d. Kehilangan darah yang banyak
e. Penyakit kronik : TBC paru, laring usus, malaria.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia dalam kehamilan (Curtis, 1997)
a. Kegagalan untuk menyerap zat besi
b. Perdarahan selama kehamilan
c. Janin kembar
d. Pemakaian antasid dapat mengurangi penyerapan zat besi yang dikeluarkan melalui
saluran pencernaan menjadi lebih banyak.
e. Kebiasaan makan yang buruk.
4. Patofisiologi
Pada ibu hamil terjadi penambahan cairan tubuh (volume plasma) yang tidak
sebanding dengan penambahan masa sel darah merah sehingga terjadi pengenceran darah
akibatnya kadar hemoglobin menurun dan berakibat terjadinya anemia pada kehamilan.
Penurunan kadar Hb mulai timbul sejak usia kehamilan 8 minggu sampai minggu kedua
kehamilan walaupun bervariasi biasanya penambahan volume plasma pada wanita hamil
dapat mencapai 50% sedangkan kenaikan masa sel darah merah hanya 25%. Selain terjadi
penurunan Hb dan penambahan volume plasma anemia kehamilan juga dapat disebabkan
oleh karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin (Price, 1995).
5. Batasan anemia pada ibu hamil
a. Pada trimester I dan III
Hb ≥ 11 gr % : tidak anemia
Hb < 11 gr % : anemia
b. Pada trimester II
Hb ≥ 10,5 gr % : tidak anemia
Hb < 10,5 gr % : anemia
6. Pengaruh anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Juga bagi hasil konsepsi
(Sarwono, 2005).
a. Bahaya terhadap ibu
1) Selama kehamilan
a) Abortus
b) Partus prematurus
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d) Mudah terjadi infeks
e) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
f) Mola hidatidosa
g) Hiperemesis gravidarum
h) Perdarahan antepartum
i) Ketuban pecah dini .(Manuaba IBG, 2007).
2) Bahaya saat persalinan
a) Gangguan his, kekuatan mengejan
b) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.
c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan.
d) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum akibat
atonia uteri.
e) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
(Manuaba IBG, 2007)
3) Pada kala nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum.
b) Memudahkan infeksi puerperium.
c) Pengeluaran ASI berkurang.
d) Dekompensasi kordis mandadak setelah persalinan.
e) Mudah terjadi infeksi mamae.
(Manuaba IBG, 2007).
b. Bahaya terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya,
dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Akibat anemia
pada janin antara lain adalah :
1) Abortus
2) Kematian intrauteri
3) Persalinan prematuritas tinggi.
4) Berat badan lahir rendah.
5) Kelahiran dengan anemia.
6) Dapat terjadi cacat bawaan
7) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
8) Intelegensia rendah
(Manuaba IBG, 2007).
7. Pencegahan anemia dalam kehamilan
Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia dalam kehamilan,
antara lain :
a. Pemberian tablet Fe
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam program
suplementasi pada awal kehamilan. Program suplementasi tidak akan berhasil karena
“Morning Sickness” dapat mengurangi keefektifan obat. Namun demikian, cara ini
baru akan berhasil jika pemberian tablet ini dilakukan dengan pengawasan yang ketat
(Arisman MB, 2004).
Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung Fe 200 mg dan