Page 1
13
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Pembangunan secara massal, dibutuhkan ketika terjadi peningkatan permintaan di
masyarakat. Peningkatan tersebut dapat terjadi akibat lonjakan pertumbuhan
penduduk, atau ketika terjadi bencana sehingga dibutuhkan rekonstruksi
pemukiman penduduk. Sistem pembangunan perumahan secara massal, salah
satunya dilakukan melalui sistem industrialisasi atau sistem produksi komponen
secara massal.
Pembangunan rumah dalam jumlah besar membutuhkan komponen bangunan
yang banyak, maka metoda pendekatan dalam industrialisasi diperlukan sistem
membangun dengan teknik prefabrikasi dengan tujuan bahwa memproduksi
komponen-komponen bangunan secara massal dengan harga murah dan mutu
terkontrol.
2. 1. Pembangunan Secara Massal Melalui Industrialisasi
Sistem pembangunan massal dapat dilakukan melalui sistem industrialisasi
komponen-komponen bangunan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation)
mendefinisikan industrialisasi bangunan sebagai suatu kontinuitas produksi yang
menunjukkan arus permintaan yang stabil, adanya standarisasi, dibutuhkan
integrasi dari tahap-tahap proses konstruksi yang berbeda, derajat organisasi kerja
yang tinggi, sedapat mungkin mekanisasi untuk menggantikan buruh manual, dan
dibutuhkan penelitian dan eksperimen yang terintegrasi dengan produksi. (Ural,
1980)
Sementara menurut Terner (1972) industrialisasi adalah proses produksi secara
terus menerus yang menerapkan metoda dan teknik produksi yang sesuai dengan
kondisi ekonomi tertentu. Pada dasarnya industrialisasi adalah masalah ekonomi,
dan merupakan suatu proses yang sering mengacu pada produksi secara massal
dengan hasil akhir berupa produk barang. Dalam cara tradisional produk barang
Page 2
14
tersebut biasa dibuat dengan tangan dan secara individual. Dalam memproduk
barang dalam jumlah besar dibutuhkan proses yang baru, yang mecakup :
1. Standarisasi produk akhir
2. Spesialisasi tenaga kerja
3. Konsentrasi produksi, pengadaan dan pemasaran
4. Mekanisasi atau otomatisasi proses produksi
Industrialisasi tidak selalu dikerjakan di pabrik atau lokasi lain yang berbeda dari
lokasi pembangunan rumah atau bangunan, akan tetapi industrialisasi dapat
dipraktekkan di lokasi konstruksi oleh kontraktor/pembangun yang volume
pekerjaan per tahunnya kecil. Kontraktor kecil ini biasanya berpartisipasi dalam
industrialisasi melalui penggunaan komponen prefabrikasi, seperti truss, pintu,
dinding precast, plat lantai precast dan lain-lain.
Menurut Testa (1969) industrialisasi pada proses konstruksi mengadopsi sistem-
sistem bangunan (systems building). Dengan cara ini proses pembangunan secara
tradisional digantikan dengan metoda baru yaitu metoda konstruksi kering (dry
construction). Industrialisasi tidak hanya fokus pada satu operasi saja, akan tetapi
mencakup keseluruhan proses konstruksi mulai dari tahap perencanaan hingga
pelaksanaan di lapangan.
Sistem industrialisasi perumahan dapat diklasifikasikan dalam cara perakitan
yaitu:
1. Monolithic Units (Boxes)
Unit monolitik biasanya merupakan elemen volumetrik hasil pabrikan dengan
finishing yang bermutu tinggi dan waktu pendirian relatif singkat. Unit
monolitik ini biasanya berbentuk kubus (box) dan dapat berupa satu hunian
lengkap atau kamar dengan empat atau enam sisi. Pada dasarnya, kubus (box)
terbatas daya tempuhnya karena berat dan besar.
Page 3
15
Gambar 7. Monolithic Unit
Sumber : Handbook of Housing System for Designers and Developers (Cutler, 1974)
2. Total System (Panel)
Berbentuk lempengan-lempengan besar atau unit-unit panel, tidak dibuat
dalam bentuk kubus tetapi kadang cukup besar ukurannya untuk menampung
satu dinding utuh, partisi, lantai, dan bagian substansial dari lantai dan atap.
Panel-panel ini dibuat di pabrik dan dirakit di lokasi.
Gambar 8 Total System
Sumber : Handbook of Housing System for Designers and Developers (Cutler, 1974)
Page 4
16
3. Structural (Frames)
Sistem struktural pada dasarnya terdiri dari bagian rangka bangunan, misalnya
kolom dan balok, yang diproduksi di luar lokasi tapi dirakit di lokasi
konstruksi. Ke dalam rangka-rangka ini dimasukkan unit-unit pengisi,
misalnya dinding, partisi, lantai, langit-langit dan atap. Keuntungan dari
sistem ini adalah pengurangan pekerjaan di lokasi, hanya ada kegiatan
perakitan komponen saja. Kerugiannya adalah penggunaan joint dan material
yang banyak akan cenderung menyulitkan, menaikkan biaya, dan tidak
menjamin adanya privasi antar unit hunian.
Gambar 9 Structural
Sumber : Handbook of Housing System for Designers and Developers (Cutler, 1974)
4. Teknik Konstruksi Khusus
Karakteristik dari teknik ini adalah konstruksi on-site dengan menggunakan
mesin-mesin dan metoda tertentu, biasanya beton curah.
Page 5
17
Gambar 10 Teknik Konstruksi Khusus
Sumber : Handbook of Housing System for Designers and Developers (Cutler, 1974)
5. Komponen
Industrialisasi produksi material dan komponen tidak lebih dari rasionalisasi
dan penggunaan koordinasi modular serta teknik perakitan pada teknologi
tradisional. Pengecualiannya adalah pada pengelompokan unit-unit yang telah
diproduksi sebelumnya, didistribusikan secara terpisah, pemisahan sebagian
besar produksi ke pabrik, dan penggunaan material baru.
Gambar 11 Komponen
Sumber : Handbook of Housing System for Designers and Developers (Cutler, 1974)
Page 6
18
Pengklasifikasian sistem tersebut dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
terhadap substansi, dan untuk kepentingan evaluasi. Dalam systems building
proses evaluasi bergantung pada sejumlah besar parameter yang meliputi aspek
struktural dan aspek lain, misalnya sifat arsitektural, proses industrialisasi yang
digunakan, dan masalah transportasi, ereksi dan aspek sosial ekonomi.
Menurut Ural (1980) parameter yang menyangkut aspek transportasi adalah
kemudahan pengepakan, ekonomis, tidak memerlukan peralatan khusus, dan lain-
lain. Sementara dari aspek ereksi adalah memiliki bobot yang ringan untuk
kemudahan handling, tidak memerlukan peralatan khusus, cepat, dan tidak
memerlukan banyak tenaga kerja di lapangan. Parameter dari aspek industrialisasi
dan struktural adalah memiliki jumlah komponen sedikit, mempunyai sistem yang
terintegrasi, penggunaan peralatan yang sederhana serta memiliki durabilitas yang
tinggi.
Sistem industrialisasi dapat pula diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Industrialisasi Sistem Tertutup (closed system)
Sistem ini disebut juga model approach atau building system yaitu dimana
standarisasi terjadi pada tahap akhir dari proses produksi, yaitu pada
bangunannya. Tipologi pada skala bangunan didesain untuk jenis fungsi
tertentu, sehingga elemen-elemen khusus didesain dan diproduksi hanya untuk
itu saja. Sistem ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Bangunan dibangun dalam suatu sistem dimana bagian-bagian atau
komponen-komponen sejenis tidak dapat saling dipertukarkan
b. Komponen-komponen bangunan diproduksi oleh satu produsen dengan
mengambil inisiatif sendiri untuk melemparkan satu atau beberapa tipe
bangunan ke pasar (industry sponsored system).
Page 7
19
Gambar 12. Closed System
Sumber : Systems Building and Construction Modulaires (Testa, 1969)
2. Industrialisasi Sistem Terbuka (open system)
Yaitu suatu sistem dimana rangkaian proses produksi, komersialisasi dan
konstruksi berasal dari beberapa industri independen, menggunakan
komponen-komponen bangunan yang dapat dirakit di lapangan tanpa masalah.
Sistem ini cenderung dapat menghasilkan tipologi bangunan yang bervariasi.
Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
a. Bangunan dibangun dalam suatu sistem, dimana bagian-bagian komponen-
komponen sejenis dapat saling dipertukarkan, karena itu dapat dirakit
dalam konfigurasi dan menghasilkan banyak varian
b. Komponen-komponen bangunan dapat diproduksi oleh beberapa
perusahaan dengan suatu sistem yang sama, sehingga tercipta pasaran
terbuka. Diperlukan suatu normalisasi atau standarisasi harga.
Keuntungan dari open system adalah kebebasan dalam melakukan penukaran
komponen dari produksi dan teknologi yang berbeda. Kelemahan dari open system
adalah :
a. Bentuk dan dimensi komponen mempengaruhi desain connection
b. Elemen dari sistem yang berbeda biarpun sudah mengikuti koordinasi modular
tidak akan dapat disambung bila tidak menggunakan teknologi yang sama.
Page 8
20
Gambar 13. Open System
Sumber: Systems Building and Construction Modulaires (Testa, 1969)
Industrialisasi pada bangunan menciptakan suatu situasi baru yaitu rancangan
bangunan harus dapat mengimbangi prosedur manufaktur komponen dan
perakitannya. Menurut Koncz (1970) produksi massal hanya dapat dicapai bila
unit- unit komponen dari berbagai tipe dimanufaktur dalam jumlah besar, dan
untuk mencapainya tiap unit harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat digunakan pada bangunan yang memiliki bermacam fungsi
contoh : unit dinding untuk bangunan industri dan dapat pula dipakai untuk
communal building
2. Dapat dipergunakan untuk berbagai kegunaan, contoh : sebagai atap dan
sebagai unit dinding
3. Untuk bangunan yang hanya memiliki satu fungsi saja tapi memiliki berbagai
macam ukuran dapat dilakukan produksi massal, dengan kombinasi berbagai
cetakan, dengan menggunakan metoda manufaktur yang sama untuk setiap
unit yang dibutuhkan.
4. Setiap komponen harus dapat dimanufaktur dengan mesin dan mudah untuk
ditangani dan dipindahkan
5. Kemungkinan untuk disimpan (storage) untuk menjamin keberlangsungan
produksi.
Page 9
21
2.2. Sistem Panel
Dalam Construction of Lower Cost Housing (Ural, 1980) disebutkan bahwa
sistem panel merupakan salah satu sistem yang digunakan dalam industrialisasi
perumahan. Sistem panel sendiri dapat didefinisikan sebagai sistem struktur yang
mendukung bebannya melalui lembaran ukuran besar, yang dapat berupa lantai
dalam ukuran besar dan atau dinding. Panel terbuat dari berbagai jenis bahan dan
berbagai jenis bentuk, serta didirikan pada lokasi untuk membentuk unit finalnya.
Sistem panel diklasifikasikan menjadi beberapa sistem berdasarkan beratnya,
yaitu :
1. Lightweight panels, misalnya rangka kayu, papercore, atau plastik
2. Medium weight panel system, misalnya beton ringan atau material komposit
3. Heavyweight panel system, misalnya panel beton bertulang
Keuntungan dari penggunaan sistem panel, terutama medium lightweight panel
adalah dapat meningkatkan produktivitas di lapangan dan mempersingkat waktu
pemasangan unit-unit bangunan. Hasilnya adalah paket-paket pekerjaan yang
lebih ekonomis.
Alasan utama pemilihan penggunaan sistem panel pada konstruksi adalah :
1. Harga material tetap (fixed price of material)
2. Penyelesaian yang lebih cepat
3. Menyederhanakan pengadaan barang
4. Mengurangi masa konstruksi
5. Pengembalian modal yang lebih cepat
6. Lebih mudah
7. Kualitas yang lebih baik
8. Pengurangan pada investasi peralatan
9. Mengurangi kemungkinan pencurian material.
Page 10
22
2.3. Sistem Prefabrikasi
Pada pembangunan dalam jumlah besar yang membutuhkan komponen dalam
jumlah banyak, maka metoda pendekatan dalam industrialisasi diperlukan sistem
membangun dengan teknik prefabrikasi dengan tujuan untuk memproduksi
komponen bangunan secara massal dengan harga murah dan mutu terkontrol.
Prefabrikasi sendiri terdiri dari kata “fabricate” yang berarti menyediakan
material menurut proses manufaktur dengan properti yang spesifik termasuk
dimensi, density, bentuk, konduktivitas, dan lain sebagainya. Pada prakteknya,
“prefabrication” berarti proses manufaktur dari bagian komponen bangunan
sebelum dirakit di lapangan. Teknik prefabrikasi dapat digunakan untuk beragam
aplikasi konstruksi mulai dari direksi kit hingga bangunan-bangunan besar.(Hui
dan Or, 2005)
Pengertian prefabrikasi menurut Habraken (1972) adalah tidak lebih daripada
pembuatan komponen-komponen di suatu tempat dan memasangnya di tempat
lain, dan bukan berarti mekanisasi atau diproduksi dengan mesin. Prefabrikasi
tidak selalu untuk mempercepat produksi, dan pengurangan biaya; karena biaya
transportasi dan tingkat presisi yang tinggi serta pekerjaan persiapan yang tepat
menjadi penting untuk keberhasilan, dapat menaikkan harga. Keberhasilan metoda
tergantung pada kombinasi dari faktor-faktor lokal, ekonomi, dan tenaga kerja
setempat. Asal muasal prefabrikasi adalah bahwa pekerjaan dapat dikerjakan
secara lebih cepat dan mudah di workshop daripada di lokasi.
Metoda konstruksi yang memakai komponen prefabrikasi disebut konstruksi
prefabrikasi. Ciri-ciri dari konstruksi prefabrikasi adalah :
1. Dibatasi oleh proses handling dan transportasi
2. Komponen yang telah dimanufaktur, harus dirakit dengan presisi
3. Komponen prefabrikasi haruslah sudah terdiri dari berbagai finishing,
surfacing, pintu dan jendela.
Page 11
23
Sementara menurut Sam C.M. Hui dan George K.C.Or (2005), keuntungan
konstruksi prefabrikasi dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu :
1. Implikasi Biaya (Cost Implication)
Proses pembuatan komponen bangunan di luar lokasi (off site) dapat
menurunkan resiko terjadinya pekerjaan yang rumit di lapangan. Penghematan
biaya yang didapat dari setiap tingkatan suplai konstruksi cukup signifikan,
dan dengan pengendalian waktu yang baik, dapat memberikan pengembalian
investasi yang cepat pada klien.
2. Pengendalian Waktu (Time Control)
Berdasarkan pengalaman, prefabrikasi dapat mengurangi masa konstruksi.
Dalam hubungannya dengan manajemen proyek dan jadwal pekerjaan
keseluruhan, prefabrikasi dapat mengurangi hambatan dan halangan yang
terjadi selama proses konstruksi. Hal ini dapat membantu mengurangi waktu
yang dibutuhkan untuk pemasangan, site testing, dan comissioning.
3. Site Management
Prefabrikasi dapat meningkatkan aktivitas di lapangan dan manajemen
lapangan karena jumlah buruh dan material yang di tangani di lapangan jauh
lebih sedikit. Dengan prefabrikasi, masalah-masalah lain yang berhubungan
dengan pekerjaan pada site, misalnya keselamatan dan kesehatan kerja,
kebakaran, asuransi tenaga kerja, dan lingkungan kerja yang ketat; dapat
dikurangi atau dihilangkan.
4. Pengawasan Kualitas (Quality Control)
Prefabrikasi berarti perakitan tidak dilakukan di site, melainkan di pabrik
untuk meningkatkan kualitas dan kecakapan kerja (workmanship).
2.4. Sistem Sambungan (Joint)
Sistem joint yang digunakan harus memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Mengasimilasikan perbedaan volume komponen dan perubahan struktural
dalam bangunan akibat gempa atau pergerakan
2. Menahan angin dan cuaca
3. Menahan panas
Page 12
24
4. Bersama dengan komponen membentuk efek estetika
Jenis sistem sambungan antar komponen adalah :
1. Cor setempat (wet joint)
Sistem sambungan ini dapat memberikan sifat monolitik pada komponen
terutama komponen precast dan dapat mereduksi ketidaktepatan ukuran
komponen. Akan tetapi sistem ini membutuhkan waktu agar dapat
memberikan kekuatan penuh dan tidak menguntungkan apabila dipakai pada
sambungan dengan jumlah yang banyak
2. Baut dan las
Sambungan ini tidak dapat memberikan sifat monolitik pada komponen,
terutama komponen pracetak, akan tetapi dapat mempersingkat waktu
konstruksi hingga 40 % jika dibandingkan dengan cor setempat,
membutuhkan tingkat toleransi yang rendah serta memerlukan ketepatan
dalam manufaktur dan pemasangan.
3. Pra tegang
Sifat monolitik dicapai dengan penggunaan sistem sambungan ini, seperti
halnya wet joint. Cocok digunakan pada struktur bentang besar, memerlukan
tingkat toleransi yang rendah dan ketelitian dalam pembuatan dan
pemasangan.
(Darwin, 2000)
2.5. Material
Menurut Frick (1999) untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh
penggunaan bahan dan buangannya, bahan yang dipilih harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Berpengaruh positif terhadap kesehatan dan kenyamanan penghuni
2. Penggunaan energi yang hemat
3. Pencemaran lingkungan yang sedikit, dengan perhatian kepada :
a. Bahan yang dapat digunakan kembali atau bertambah kembali
b. Keseimbangan antara bahan bangunan dan daya upaya
Page 13
25
c. Sumber bahan bangunan dan pengolahan dari daerah setempat
d. Tidak mengalami perubahan alam (transformasi) yang tidak dapat
dikembalikan ke alam.
2.5.1. Beton Beton adalah campuran yang terdiri dari tiga material yaitu semen, air dan agregat
(pasir dan kerikil). Semen berfungsi sebagai perekat yaitu menghubungkan biji
pasir atau kerikil dan mengisi lubang-lubang diantaranya. Tambahan air baru
memungkinkan pengikatan dan pengerasan dari perekatan.
Gambar 14. Komposisi Beton Sumber : www.pca.org, 2008
Semen Portland berfungsi sebagai bahan pengikat hidrolis. Pada pembangunan
biasanya digunakan kelas dan mutu beton sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Kelas dan Mutu Beton Sumber : Ilmu Bahan Bangunan ( Frick, 1999)
Page 14
26
1. Beton Kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non-struktural. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.
2. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanaan memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga ahli.
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural dimana
dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari
225 kg/m2. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus dilakukan
di bawah pimpinan tenaga ahli.
Sifat beton dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Kualitas semen
2. Dengan kenaikan mutu beton maka tegangan yang diperbolehkan atas
ketahanan terhadap air meningkat
3. Perbandingan campuran semen portland, bahan tambahan dan air
4. Agregat campuran halus dan kasar
5. Cara mencampur komponen
6. Agregat kasar (kerikil atau batu pecahan)
7. Cara pengecoran
8. Ketelitian pekerjaan perawatan
9. Umur beton
10. Suhu udara waktu mencampur dan waktu pengerasan beton.
2.5.2. Beton Bertulang Serat Kaca Dalam Specification for Manufacture, Curing and Testing of GRC Products,
(2006), Fiber Reinforced Concrete (FRC) adalah beton yang mengandung
material serat yang dapat meningkatkan integritas strukturalnya. Beton ini
mengandung serat-serat pendek yang disebarkan secara merata dan berorientasi
acak. Serat yang dapat digunakan adalah serat baja, serat kaca, serat sintetis dan
Page 15
27
serat alami. Ketiga serat ini memberikan karakter berbeda pada fibre reinforced
concrete melalui jenis beton yang beragam, material serat, geometri, penyebaran,
orientasi dan berat jenisnya. Sejak tahun 1960an, baja, kaca (GFRC) dan serat
sintetis seperti polypropylene mulai digunakan pada beton, dan penelitian untuk
menemukan beton berserat terus berlanjut.
Serat digunakan pada beton untuk mengontrol retakan akibat susut plastis dan
retak akibat susut kering. Serat juga mengurangi permeabilitas beton dan
mengurangi bleeding yang dapat terjadi. Beberapa jenis serat menghasilkan
pengaruh yang lebih besar, abrasi dan ketahanan beton terhadap daya hancur.
Penambahan kekuatan dengan serat kaca telah terbukti lebih ekonomis dan solusi
yang secara teknologi paling memungkinkan.
Glassfiber reinforced concrete (GRC) adalah salah satu jenis beton bertulang serat
dan terbuat dari fine grained concrete (matriks beton) dan diberi perkuatan serat
yang terdistribusi secara merata ke seluruh volume beton atau bagian-bagian
tertentu. Kolaborasi dari beton dan serat dipastikan melalui ikatan sepanjang
permukaannya, memberikan sebuah daerah kontak serat-beton yang besar, yang
dapat berkisar antara 10,000 – 50,000 m2 tergantung pada aplikasinya. Hal ini
menghasilkan sifat baru dari material GRC.
GRC memiliki sifat proses yang baik, dapat dicetak dalam beragam bentuk,
memiliki kekuatan tekuk yang tinggi, tahan terhadap tumbukan, elastis, tahan
terhadap retak, tahan air dan apabila diperlukan dapat diberikan berbagai finishing
dekoratif. Beton bertulang serat kaca bersifat ringan, mudah untuk dipelihara,
murah dalam hal pemasangan dan transportasi, memiliki tingkat permiabilitas
rendah, dan dapat mengurangi beban pada bearing structure.
Page 16
28
Gambar 15. Jenis Serat Kaca Sumber : www.grca.co.uk, 2008
A. Klasifikasi
Struktur GRC dapat terbuat dari jenis tulangan sebagai berikut :
1. Tulangan serat, dimana struktur hanya diberi perkuatan berupa lembaran-
lembaran serat kaca yang disebar secara merata pada komponen atau bagian-
bagiannya.
2. Tulangan kombinasi, dimana produk tersebut diberi perkuatan dengan
tulangan baja dan lembaran serat kaca yang disebar secara merata sepanjang
isi atau bagian dari komponen
B. Material Pembentuk GRC
Proses pembuatan GRC dibagi menjadi dua yaitu dengan disemprot (spray) atau
dengan adukan biasa (premix). GRC terdiri dari beberapa material pembentuk,
komponen utamanya adalah semen. Komponen lainnya adalah serat kaca anti
alkali, air, agregat halus, admixture, dan acrylic polymer. Berikut diuraikan
mengenai ketentuan bahan-bahan yang digunakan.
1. Serat Kaca Anti Alkali (Alkali-Resistant Glass Fibres)
Serat kaca haruslah berupa filamen serat yang anti alkali yang dikembangkan
dan diformulasikan agar memiliki simpanan kekuatan yang tinggi terhadap
lingkungan semen yang bersifat hidrolis. Serat kaca haruslah memiliki kadar
Page 17
29
ZrO2 sebanyak 16 % dari keseluruhan berat, serta harus memiliki simpanan
kekuatan minimum sebanyak 300Mpa.
2. Semen
Semen yang digunakan adalah semen portland biasa dan harus disimpan
dengan benar dan kering agar terhindar dari kerusakan.
3. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir harus dicuci dan dikeringkan untuk menghilangkan
material yang larut dan memberikan kontrol akurat pada perbandingan air-
semen. Bentuk partikel agregat haruslah bundar atau tidak beraturan dan
memiliki permukaan yang halus tanpa ada lubang-lubang. Untuk GRC yang
disemprot, maksimum ukuran partikel adalah 1.2 mm dan untuk premix GRC
ukuran partikel maksimum adalah 2.4 mm. Pemberian pasir pada campuran
tidak boleh lebih dari 50% dari berat keseluruhan campuran dan perbandingan
pasir : semen adalah 1:2.
4. Air
Air harus bersih dan bebas dari material yang merusak.
5. Admixtures
Admixtures dapat diberikan pada campuran ini berdasarkan standar yang
berlaku. Penggunaan superplasticiser dianjurkan untuk menjaga air kadar air
tetap minimum tanpa kehilangan karakteristik dari komposit tersebut.
6. Pigmen
Penggunaan pigmen untuk mewarnai GRC harus beberapa memperhatikan
ketentuan, yaitu :
a. Tidak membahayakan kekuatan GRC
b. Stabil pada suhu tinggi
c. Anti Ultra Violet (UV) dan anti-alkali
Page 18
30
2.6. Sistem Prefabrikasi di Indonesia
Prefabrikasi di dunia dalam perkembangannya telah mengenal banyak sistem,
antara lain Jespersen System di tahun 1960-an yang menggunakan frame yang
terbuat dari panel dinding beton precast. Panel – panel ini menahan beban dari
atap dan lantai precast. Sistem lain adalah The 5M System yang mengandalkan
fleksibilitas rancangan lay-out dan kemampuan pengaplikasian oleh arsitek lokal
dan pembangun. Sistem ini berdasarkan grid 20 inch dan seluruh komponen
standar didasari oleh kemampuan untuk diangkat oleh 2 orang. (Hilgeman, 2004)
Gambar 16. Jesepersen System
Sumber : A Prefabricated Framing and Enclosure System : Economy, Flexibility, and Applications (Hilgeman, 2004)
Tabel 2. Spesifikasi GRC Sumber : www.grca.co.uk , 2008
Page 19
31
Sementara di Indonesia sendiri penelitian mengenai sistem prefabrikasi belum
banyak dilakukan. Penelitian dan pengembangan sistem prefabrikasi ini mulai
gencar dilakukan setelah terjadi lonjakan permintaan perumahan akibat terjadinya
bencana alam. Beberapa pengembangan sistem prefabrikasi yang telah dilakukan
adalah RISHA oleh Pusat Penelitian Pengembangan Perumahan, Smart Modula
oleh ATMI, dan Solusi Rumah oleh PT. Holcim Indonesia, Tbk.
Perkembangan sistem prefabrikasi di Indonesia kemudian dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yang diuraikan sebagai berikut:
2.6.1. Sistem Rangka – Panel
2.6.1.1. Smart Modula
Rumah prefabrikasi Smart Modula diciptakan oleh ATMI (Akademi Teknik
Mesin Industri) Surakarta pada tahun 2004. Untuk membantu warga di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, pada Mei 2005 ATMI telah membangun lebih dari
1.700 unit bangunan.
Gagasan awalnya, mengutip desain-desain rumah sederhana yang pernah
dikembangkan di Amerika Latin yang banyak menggunakan konstruksi kayu, atau
Eropa yang menggunakan konsep container house, seperti banyak ditemukan di
pertambangan-pertambangan. Ide rumah container menarik karena amat praktis
dan kuat. Untuk itu, prototipe rumah model container mulai dikembangkan oleh
ATMI.
Struktur dasar terbuat dari logam. Bentuk dasar menggunakan sistem modular
(terdiri dari modul-modul yang dapat ditambahkan). Kekuatan utama diletakkan
pada struktur kolom dan pilar baja. Kolom dan pilar baja itu diikat dengan sistem
ikatan baut yang masih memungkinkan gerakan terkontrol sehingga gaya tekanan
horizontal maupun vertikal bisa diredam secara signifikan.
Page 20
32
Gambar 17. Rumah Smart Modula
Sumber : www.atmi.ac.id, 2004 Perakitan dapat dilakukan dalam waktu satu minggu, serta tidak diperlukan tenaga
ahli untuk membangunnya. Harga untuk rumah Smart Modula adalah Rp 1,5 juta
per meter persegi terpasang untuk rumah standar. Dengan demikian, harga satu
rumah Smart Modula tipe 36 adalah Rp 54 juta.
Gambar 18. Denah Rumah Smart Modula Sumber : www.atmi.ac.id, 2004
Page 21
33
Spesifikasi dari rumah Smart Modula ini adalah :
1. Pondasi
Pondasi setempat berbentuk umpak. Lubang untuk fondasi dibuat di setiap
titik fondasi. Di kedalaman 50 cm, tanah dikeraskan dengan tenaga manusia.
Pondasi terbuat dari beton dengan campuran PC : Pasir : Kerikil = 1:3:5
Ukuran pondasi setempat adalah:
Dasar : 50 x 50 cm, tinggi 50 cm, atas 26 x 26 cm. Di atas permukaan pondasi
dipasang base plate yang menghubungkan pondasi dengan kolom dan sloof.
Gambar 19. Pemasangan Pondasi dan lantai
Sumber : www.atmi.ac.id, 2004
2. Lantai
Dapat dibuat dengan macam-macam bahan sesuai dengan keinginan. Untuk
rumah tempat tinggal biasanya dipasang keramik. Untuk bangunan sederhana
hanya dihaluskan dengan semen saja.
3. Rangka Bangunan
Balok atau beam terbuat dari baja light lips channel C150 dengan kekuatan
tarik 300 N/mm2. Ketebalan proses galvanisasi 120 micron. Finishing bisa
dengan menggunakan cat. Kolom terbuat dari baja hollow square 75 x 75 x 3
dengan kekuatan tarik 300 N/mm2. Ketebalan proses galvanisasi 90 micron.
Finishing bisa dengan menggunakan cat. Di bagian atas rangka bangunan,
dipasang penguat di setiap sudutnya.
Page 22
34
Gambar 20. Rangka Bangunan Sumber : www.atmi.ac.id, 2004
4. Rangka Atap
Kuda-kuda terbuat dari Zincalume profil C75 x 40 x 1. Sistem rangka atap
tidak menggunakan gording dan kasau. Reng langsung dipasang di atas kuda-
kuda. Reng terbuat dari metal sheet zincalume yang dibuat profile top span
dengan tebal 0,6 mm. Setiap kuda-kuda dipasang 10 reng. Reng
disambungkan ke kuda-kuda dengan self tapping screws 10. Ikatan angin
terbuat dari Zincalume C75 x 40 x 1. Baut penyambung bagian kuda-kuda
adalah self tapping screws 8.
Gambar 21. Rangka Atap
Sumber : www.atmi.ac.id, 2004 5. Atap
Terbuat dari Zincalume tebal 0,35 mm dan berat 3,08 kg/m2. Atap Zincalume
terbuat dari 43,5% seng, 55% aluminium, 1,5% silikon. Atap Zincalume
dipasang di atas reng dengan self tapping screws 12. Nok terbuat dari
Page 23
35
galvalume 0,35 yang dipasang di bagian paling atas atap dengan baut
penyambung self tapping screws 12. Teritisan bangunan selebar 60 cm.
Apabila diinginkan, teritisan bisa diperlebar.
6. Dinding
Dinding yang dipakai adalah dinding prefabrikasi. Dinding ini terbuat dari
campuran styro-foam, semen, dan cellubond dengan penutup luar superata
tebal 3 mm. Di bagian atas dan bawah dinding, dipasang wall list terbuat dari
galvalume 0,35 mm dengan male-female profile. Dinding dipasang ke rangka
bangunan dengan bantuan U wall clamp 44x40x1 yang dicat anti karat. U wall
clamp disambungkan ke rangka bangunan dengan self tapping screws 12.
Antar dinding disambungkan dengan bantuan H-plate 44x80x1 yang dicat.
Gunungan (bagian paling atas dari dinding yang menutup kuda-kuda paling
luar) terbuat dari Calsiboard 3 mm.
Gambar 22. Dinding dan Kusen Sumber : www.atmi.ac.id, 2004
7. Pintu-Jendela
Rangka dan daun pintu dapat dipilih dari kayu, pvc, pelat, atau aluminium.
Rangka dan daun jendela juga terdapat alternatif yang sama. Di tengah daun
jendela terdapat kaca 3 mm. Rangka pintu dan jendela dipasangkan ke dinding
dengan bantuan H-plate.
Page 24
36
8. Instalasi ME
Kerangka bangunan dan dinding Smart Modula dapat mendukung instalasi
listrik, pipa, dan AC sehingga pemasangan asesori rumah dengan mudah
dibuat sesuai dengan kehendak pemilik bangunan.
2.6.1.2.RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat )
RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) yang dikembangkan oleh Pusat
Penelitian Pengembangan Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum. RISHA
adalah suatu teknologi konstruksi sistem pracetak untuk bangunan sederhana atau
rumah sederhana sehat (RSH).
Teknologi RISHA dilatarbelakangi perubahan – perubahan yang terjadi pada
rumah yang disediakan oleh pengembang. Akibat dari perubahan tersebut
sejumlah bahan bangunan harus dibuang tanpa dapat dimanfaatkan lagi dan tidak
memiliki nilai jual. Efeknya adalah inefisiensi pada pembangunan perumahan.
(Sabaruddin, 2006)
Gambar 23. Desain RISHA yang Adaptif terhadap Bentuk Arsitektur Setempat
Sumber : Membangun RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat (Sabaruddin, 2006)
Page 25
37
Kelebihan dari teknologi RISHA adalah :
1. Komponen RISHA mengikuti prinsip lego sehingga memakai sistem rakit
dalam pemasangannya
2. Jumlah komponen RISHA sedikit sehingga mudah dirakit dan dibongkar
pasang
3. Kemudahan dalam membongkar pasang memungkinkan untuk berpindah
lokasi atau perubahan pada tampaknya
4. Tidak diperlukan pengecoran sama sekali
5. Pembangunan dapat dilakukan dalam waktu singkat dan menurunkan biaya
konstruksi
6. Padat karya karena produksi komponen dapat dilakukan oleh UKM
7. Struktur RISHA telah diuji terhadap resiko gempa sampai dengan zona 6
8. Risha dapat dibangun di atas berbagai jenis lahan, akan tetapi untuk tanah
lunak jenis pondasi harus disesuaikan
Sumber : Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Kimpraswil, 2002)
Gambar 24. Denah RIT dan Denah Tipe 36
Page 26
38
1) Komponen Bangunan RISHA
A. Sistem Sambungan
Seluruh komponen RISHA dihubungkan dengan baut dan pelat. Jenis baut yang
digunakan adalah baut galvanis dengan berbagai ukuran. Untuk sistem sambungan
struktural digunakan baut berdiameter 14 mm. Sambungan antara panel struktur
dan panel pengisi (arsitektural) menggunakan baut berdiameter 10 mm.
Komponen-komponen yang tidak dapat dihubungkan langsung oleh baut bisa
menggunakan sistem kancing. Sistem kancing tersebut menggunakan pelat baja
dengan tebal 3 mm. Pelat diberi lapisan galvanis dengan proses hot deep sehingga
bisa lebih tahan lama.
B. Panel
Terdiri dari panel struktur dan panel partisi. Panel struktur terdiri dari panel
Struktur 1 (P1), panel struktur 2 (P2) dan panel simpul.
Gambar 25. Panel Struktur RISHA
Sumber : Membangun RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat (Sabaruddin, 2006)
Panel Struktur 1 (P1) digunakan sebagai kolom, balok, pondasi, sloof dan rangka
kuda-kuda. Dapat juga digunakan sebagai meja dan kursi taman serta infrastruktur
lingkungan lainnya.
Sementara Panel Struktur 2 (P2) berfungsi sebagai pendukung panel struktur P1,
yaitu sebagai kolom, balok, pondasi dan rangka kuda-kuda. Panel Simpul
berfungsi sebagai penghubung antar panel pada sambungan sloof dengan kolom,
kolom dengan balok serta balok dengan kuda-kuda.
Page 27
39
Panel partisi terdiri dari rangka yang terbuat dari bahan berbasis kayu, baja atau
alumunium, yang ditutup dengan lembaran masif kedap air. Panel partisi terdiri
dari panel partisi dinding dan partisi pintu dan jendela.
C. Kamar Mandi
Kamar mandi bersifat knock down dan terbuat dari bahan fiber. Terdapat dua
bagian utama yaitu kapsul bagian atas dan kapsul bagian bawah. Sebagai
pendukung terdapat pintu dan bak mandi.
Kapsul bagian bawah terdiri dari kloset jongkok, bak mandi, tempat sabun, floor
drain, lantai bahan fiber dengan pola lantai keramik. Seluruh komponen dibuat
menyatu kecuali bak mandi yang dibuat terpisah. Tebal dinding kapsul bagian
bawah minimal 3 mm, dengan lantai minimal 7,5 mm dan bak mandi 3 mm.
Kapsul bagian atas terdiri dari lubang ventilasi yang dapat digunakan untuk vent
dan tangki air. Terdapat juga gantungan lampu. Kapsul bagian atas seluruhnya
diberi bahan fiber dengan ketebalan 3 mm, termasuk ketebalan tangki air.
Komponen pintu terdiri dari engsel kupu-kupu, pegangan kunci pintu, dan
gantungan baju. Pintu memiliki ketebalan 3 mm dan terbuat dari bahan fiber.
Setiap komponen harus dilengkapi komponen pengait jika menggunakan alat
pengangkut saat perakitan.
Gambar 26. Panel Partisi Sumber : Membangun RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat (Sabaruddin, 2006)
Page 28
40
Gambar 27. Kapsul Kamar Mandi
Sumber : Membangun RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat (Sabaruddin, 2006)
D. Atap
Atap RISHA menggunakan sistem kuda-kuda yang terbentuk dari komponen P1,
P2, dan simpul, ditambah dengan komponen kaki kuda-kuda. P1 berfungsi
sebagai balok makelar, P2 berfungsi sebagai ikatan angin. Pada prinsipnya kuda-
kuda terbuat dari balok berukuran minimal 5/10 dengan panjang 4 m dan pada
bagian tumpuan kuda-kuda diberi klos atau perata beban dari bahan yang sama.
Bahan kuda-kuda terbuat dari kayu kelas II. Dapat juga digunakan baja,
alumunium, atau bahan lain yang setara dengan kayu kelas II. Penutup atap dapat
menggunakan bahan seperti asbes gelombang, panel gelombang berbasis semen,
sirap dan penutup atap lain yang berbobot ringan.
Page 29
41
Gambar 28. Kuda-kuda Sistem RISHA
Sumber : Membangun RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat (Sabaruddin, 2006)
E. Lantai
Bahan lantai menggunakan sistem blok, yang merupakan kombinasi antara model
jenis lantai PC abu-abu dan lantai blok sehingga mudah dibongkar pasang. Tidak
diperlukan adukan, hanya urugan pasir. Ukuran lantai 20 cm x 20 cm dengan tebal
5 cm.
Page 30
42
Gambar 29. Lantai Sistem RISHA Sumber : Membangun RISHA: Rumah Instan Sederhana Sehat (Sabaruddin, 2006)
2.6.1.3.Rumah Jl. Rebab (Rumah Prefabrikasi dengan Menggunakan Dinding Panel Bambu Plaster Pracetak oleh Pusat Penelitian Pengembangan Pemukiman)
Prototipe untuk rumah prefabrikasi dengan dinding panel bambu plaster pracetak
dibangun pada tahun 1993, di Jl. Rebab - Bandung. Pengembangan sistem
prefabrikasi dengan dinding bambu plaster pracetak diharapkan dapat
menghasilkan cara-cara penerapan konstruksi panel pracetak yang sesuai dengan
sistem koordinasi modular untuk mencapai kecepatan pelaksanaan, efisiensi dan
memenuhi standar keamanan dan kenyamanan.
Page 31
43
Gambar 30. Denah Rumah Jl. Rebab
1. Bahan
Bahan yang digunakan pada rumah prefabrikasi ini adalah :
1. Panel
Terbuat dari komposit kayu-beton. Tulangan terdiri dari bambu dan kawat
ayam. Bahan beton yang dipakai terdiri dari beton normal yang berupa
campuran pasir dengan semen portland dan beton ringan yang berupa
campuran agregat ringan ALWA (Artificial Light Weight Agregate) Ø 0,5 –
1,5 cm dengan semen portland. Campuran beton ringan memiliki berat jenis
1,8 x 10-3 kg/cm3.
Kayu yang dipakai sebagai rangka panel adalah kayu meranti yang termasuk
kelas kuat II dan kelas kuat III dengan ukuran 5/7. Bambu sebagai tulangan
dipakai bambu tali yang sudah berumur tua tanpa pengawetan dengan lebar
bilah 1 cm.
Page 32
44
2. Perencanaan Campuran Mortar (mix design)
Mortar yang digunakan terdiri dari campuran beton normal dan beton ringan.
Perbandingan campuran yang dipakai :
a. Beton normal = 1 semen portland : 3 pasir dengan water cement ratio 0.4
b. Beton ringan = 1 portland cement : 4 ALWA dengan water cement ratio
0.4
Agregat ALWA sebelum digunakan harus melalui proses pengayakan dan
perendaman selama 24 jam kemudian dikeringkan.
3. Proses Pembuatan Panel
a. Pembuatan rangka kayu meranti dengan ukuran rangka 60 x 240 cm.
Rangka vertikal berupa 2 batang balok kayu ukuran 5/7 dengan panjang
240 cm, rangka horizontal berupa 5 batang balok kayu 5/7 dengan panjang
60 cm sebagai konektor dipakai paku 7 dan 10 cm.
b. Dipasang tripleks yang berfungsi sebagai bekisting saat pemlesteran,
dengan bantuan klos, kemudian dilapisi dengan plastik untuk mencegah
merekatnya plesteran pada tripleks.
c. Pemlesteran menggunakan aduk kering pasir + semen dengan volume air
0.45 dari volume bahan dilakukan dengan ketebalan sekitar 1 cm, untuk
mencegah lepasnya adukan dan tulangan dari rangka kayu, maka setiap
jarak 15 cm di sekeliling rangka sisi dan di tengah dipasang paku sebagai
angker ke plesteran.
d. Pemasangan tulangan bilah bambu dan kawat ayam dilaksanakan dengan
posisi bersilangan dengan jarak tulangan 10 cm pada arah diagonal di atas
plesteran
e. Pemlesteran akhir di atas tulangan dilakukan hingga mencapai ketebalan
plesteran 3 cm, plesteran kemudian diratakan untuk memperoleh
permukaan yang baik.
f. Panel yang telah selesai dicetak kemudian dikeringkan dalam ruang
tertutup dan tidak boleh terkena matahari langsung.
Page 33
45
g. Pada umur 7 hari setelah pengecoran, alas tripleks serta lis kayu penahan
aduk di sisi rangka kayu dapat dibuka
h. Panel yang sudah kering dapat disimpan dalam posisi miring di tempat
yang sudah disediakan. Berat panel beton ALWA adalah 50-52 kg dan
panel beton 90-92 kg.
4. Tahap Pemasangan Panel
a. Pemasangan panel dipakukan di atas dudukan kayu 5/10 dengan
menggunakan paku 10 cm. Pada setiap bidang dinding ukuran 300 cm
dipasang 5 buah panel. Sebelum tiang kolom berukuran 2 x 6/12 dipasang,
panel diberi perkuatan dengan menggunakan sekur kaso-kaso. Sistem
sambungan antar panel menggunakan sekrup untuk sambungan horizontal
dan paku untuk sambungan vertikal.
b. Panel dan tiang kolom diberi balok penyatu ukuran 2 x 5/10 untuk
mengikat tiang kolom dan panel sehingga menjadi satu kesatuan dan
sebagai penghubung untuk tiang kolom dan panel lantai atas.
2. Spesifikasi
1. Pondasi menerus batu belah dengan adukan 1 PC : 6 psr
2. Balok sloof ukuran 15 x 20 cm dengan campuran 1 PC : 2 psr : 3 kerikil
3. Perkuatan antar pondasi dengan beton sloof menggunakan angker besi Ø
10 mm pada setiap jarak 50 cm, dan dipasang angker baut Ø 10 mm ke
atas untuk mengikat balok kayu sebagai alas dudukan rangka panel.
4. Diantara balok sloof dan balok kayu diisi dengan pasangan bata merah
yang berfungsi memisahkan lantai bawah dengan balok kayu dudukan
rangka panel.
5. Rangka kolom menggunakan dua kayu (double) berukuran 5/10 pada
setiap pertemuan sudut.
6. Elemen dinding menggunakan panel komposit rangka kayu beton dengan
tulangan bambu dan kawat ayam.
Page 34
46
7. Penutup lantai menggunakan ubin tegel abu-abu kepala basah dengan
ukuran 20 x 20 cm.
8. Rangka penutup atap menggunakan bahan kayu dan penutup atap genteng
keramik.
9. Panel yang dipakai pada rumah contoh adalah :
a. Panel ukuran 60x240 cm, 72 buah
b. Panel ukuran 30 x 240 cm, 8 buah
c. Panel untuk bukaan jendela dan ventilasi ukuran 60 x 240 cm, 10 buah
d. Panel untuk bukaan jendela dan ventilasi ukuran 30 x 240 cm, 6 buah.
Gambar 31. Dinding Panel
2.6.1.4.Perumahan Gempol – Bandung
Merupakan rumah dengan dinding panel bambu plaster pracetak yang terletak di
kawasan Gempol, Bandung. Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda untuk
pegawai negeri pribumi. Bangunannya masih mencoba menerapkan gaya
bangunan tradisional khususnya pada atap.
Page 35
1
R
t
m
R
2
P
d
t
1. Sistem S
Rumah - rum
terbagi atas
mendukung
Rangka mem
2. Substru
Pondasi yan
dipasang me
tidak dipasa
G
Struktur
mah di kawa
rangka rum
berdirinya
makai ukuran
uktur
ng dipakai ad
enerus sebag
ang sloof. La
Gambar 32. D
asan Gempol
mah dan ran
rumah, rang
n 8/8, terbua
dalah ponda
gai tumpuan
antai ubin 20
Denah Rumah
l menggunak
ngka dinding
gka dinding
at dari kayu j
asi menerus
n dinding pa
0x20 cm dip
h Jl. Gempol
kan struktur
g. Rangka r
untuk mem
jati dan rasam
rolaag batu
anel praceta
pasang langs
rangka dari
rumah berfu
masang pane
mala
bata. Ponda
ak. Di atas p
ung di atas
kayu yang
ungsi untuk
el pracetak.
asi tersebut
pondasi ini
tanah yang
Page 36
48
telah dipadatkan. Pada pertemuan antara dinding dan lantai, posisi ubin menjepit
dinding pracetak dan tidak diberi plint.
3. Dinding Pracetak
Rumah ini menggunakan dinding bambu plaster pracetak dan memfungsikan
bambu sebagai pengganti tulangan beton. Bambu yang dipakai tidak dianyam,
hanya berupa bilah-bilah lebar sekitar 1 cm yang diletakkan tiap jarak 3,5 cm.
Ketinggian bidang pracetak adalah 200 cm dan dibagi dua oleh balok horizontal
untuk memasang panel, sehingga jarak antar balok menjadi 100 cm. Pemasangan
panel pracetak diletakkan pada posisi di tengah as, sehingga rangka terlihat dari
dua sisi. Panel pracetak dipasang pada rangka dengan bantuan kayu penjepit yang
berfungsi sebagai lis ukuran 15/2.
Modul dinding pracetak yang digunakan hanya terdiri dari satu tipe kecuali
kondisi khusus, misalnya daerah sisa di bagian pinggir. Ukuran panel pracetak
adalah 4x25x92 cm dengan berat per panel 20 kg. Sistem sambungan antar panel
menggunakan sambungan plus-minus tanpa diberi adukan
4. Kusen Pintu dan Jendela
Kusen pintu dan jendela menggunakan kayu, begitu juga dengan rangkanya.
Rangka kusen pintu dan jendela rumah pracetak berfungsi sekaligus sebagai
rangka dinding, oleh karena itu rangka vertikal jendela diteruskan ke lantai.
Rangka dan kusen menggunakan kayu ukuran 8/8. Ketinggian kusen baik pintu
maupun jendela mencapai 200 cm dengan ketinggian ambang bawah jendela
adalah 100 cm
Page 37
49
Gambar 33. Dinding
5. Atap dan Langit-langit
Untuk bagian atap, rangka yang digunakan adalah rangka kayu dengan penutup
atap berbahan genteng. Sementara untuk langit-langit terbuat dari fiber cement
dengan ketinggian langit-langit datar adalah 400 cm pada bagian tengah
bangunan. Pada sayap bangunan dipakai langit-langit miring dengan ketinggian
200 cm-300 cm
6. Kamar Mandi dan WC
Pada bagian kamar mandi, walaupun merupakan daerah basah, tidak
menggunakan konstruksi dinding bata, melainkan tetap menggunakan dinding
panel pracetak. Dinding tersebut dilapis keramik sampai dengan ketinggian 92 cm
dari lantai.
2.6.2. Sistem Rangka - Block
2.6.2.1. Solusi Rumah Holcim oleh PT. Holcim Indonesia Tbk
Solusi Rumah Holcim merupakan salah satu program unggulan PT. Holcim
Indonesia, Tbk dalam bidang sustainable construction yang merupakan jawaban
untuk mewujudkan kesepakatan Agenda 21 for sustainable construction in
developing countries. Analisa dan implementasi prinsip konstruksi berwawasan
Page 38
50
lingkungan yang umumnya hanya diterapkan untuk proyek-proyek mahal,
sebetulnya dapat diterapkan dalam semua proyek.
Solusi rumah Holcim memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
1. Efektifitas pemakaian bahan bangunan
2. Pengurangan pemakaian bahan kayu
3. Masa konstruksi lebih cepat
4. Pengembangan modular
5. Limbah konstruksi sedikit.
6. Pemberdayaan UKM dan padat karya
Masa konstruksi satu rumah ini adalah 3 minggu – 1 bulan, tanpa finishing, untuk
tipe 21 m2- 54 m2. Solusi Rumah menggunakan sistem franchise. PT. Holcim
hanya memberikan pelatihan-pelatihan mengenai bahan, prosedur pembuatan
material, standar kualitas, serta tata cara konstruksinya.
1. Spesifikasi
Sistem yang digunakan oleh Solusi Rumah adalah penggunaan elemen-elemen
kecil precast yang terdiri dari :
1. Sistem Modul
Solusi Rumah menggunakan modul dasar 30 cm.
2. Sistem Struktur dan Konstruksi
Solusi Rumah menggunakan dua sistem struktur dan konstruksi, yaitu :
a. Sistem rangka dan dinding pengisi
i. Untuk kolom menggunakan bataton kolom ukuran 290 x 290 x 140
mm
ii. Untuk dinding pengisi dan pengakunya digunakan bataton U ukuran
140 x 140 x 140 mm
iii. Kemudian diberi perkuatan besi tulangan dalam rongga, kemudian
diisi dengan adukan
Page 39
51
iv. Daya tahan sistem ini bergantung pada sambungan antara besi tulangan
pada sudut-sudut rangka.
v. Dinding harus diangkur pada kolom
vi. Antar lapisan blok beton diberi lapisan mortar setebal 1 cm. Rasio
semen-agregat adalah 1 : 5
Gambar 34. Bataton Kolom dan Bataton H ½
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
Proses konstruksinya adalah :
i. Bataton kolom dapat dipotong untuk membuat sambungan tulangan
horizontal dengan sloof dan dinding
Gambar 35. Proses Pemotongan
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
ii. Di atas pondasi yang telah dibuat, dipasang bataton kolom sebagai
tiang kolom struktur rangka.
Page 40
52
iii. Jangkarkan bataton kolom pada pondasi dengan besi tulangan
berdiameter 12 mm
Gambar 36. Proses Pembuatan Sloof dan Kolom
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
iv. Pemasangan bataton U di atas pondasi sebagai cetakan sloof dan diberi
tulangan 4 Ø 8 mm dan begel Ø 6 – 200 mm.
v. Pemberian adukan beton dalam bataton U (sloof) dan dipadatkan
dengan cara ditusuk-tusuk dan memukul perlahan sisi-sisi bataton lalu
diratakan permukaannya.
vi. Lapisi permukaan sloof dengan mortar setebal 1 cm
vii. Bataton kolom dan bataton U disusun ke atas secara bersamaan hingga
mencapai ketinggian yang diinginkan.
viii. Ring balk menggunakan bataton U yang diberi tulangan 4 Ø 8 mm
dan begel Ø 6 – 200 mm.
b. Sistem Dinding Penahan Beban
i. Menggunakan Bataton H ukuran 290x140x140 mm atau 140x140x140
mm untuk kolom praktis
ii. Bataton U ukuran 290x140x140 mm atau 140x140x140 mm digunakan
sebagai cetakan sloof, balok lintel dan ring balk
Page 41
53
Gambar 37. Bataton U dan Bataton H Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
iii. Balok Roster digunakan pada eksterior dan interior untuk menjaga
sirkulasi udara.
Gambar 38. Bataton Roster
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
iv. Untuk perkuatan, besi-besi tulangan dimasukkan ke dalam rongga,
kemudian diisi dengan adukan beton.
Proses konstruksi dinding adalah :
i. Pelapisan permukaan sloof dengan mortar setebal 1 cm
ii. Rongga pada bataton H diberi tulangan kolom praktis 4 Ø 8 mm -200
mm dan tulangan vertikal 1 Ø 8 mm
iii. Isi rongga kolom praktis dengan beton dan kemudian dipadatkan
iv. Susun bataton sampai menjadi dinding sampai ke kolom pada ujung
yang lain
Page 42
54
v. Setiap lapisan ke empat diberi tulangan horizontal 2 Ø 6 mm dari
ujung dinding ke ujung dinding lainnya.
Gambar 39. Proses Konstruksi Dinding
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
Proses pemasangan bataton roster adalah :
i. Lapisi permukaan dinding yang akan dipasang bataton roster dengan
mortar setebal 1 cm
ii. Susun bataton roster sesuai besaran lubang ventilasi yang diinginkan
iii. Apabila bataton roster yang akan dipasang lebih dari selapis, maka
antar lapisan diberi mortar setebal 1 cm
iv. Di atas bataton roster diberi balok beton bertulang yang terbuat dari
bataton U dengan tulangan 4 Ø 8 mm dan begel Ø 6 mm – 200 mm.
Page 43
55
Gambar 40. Proses Pembuatan Roster
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
Proses pembuatan ring balk adalah :
i. Bataton U digunakan sebagai cetakan ring balk
ii. Kemudian diberi tulangan U dengan tulangan 4 Ø 8 mm dan begel Ø
6 mm – 200 mm
iii. Beri adukan beton ke dalam bataton U kemudian dipadatkan dan
diratakan
Gambar 41. Pembuatan Ring Balk Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
2. Sistem Pelat
Sistem ini digunakan untuk membuat plat atap, kanopi, awning, dan plat
lantai. Sistem pelat bangunan terdiri dari dua elemen yaitu :
Page 44
56
i. Balok beton pracetak bertulang sebagai balok penyangga
ii. Ubin beton lengkung pracetak yang ditempatkan pada balok beton
iii. Lapisan beton dituangkan di atas ubin dan balok untuk menyatukan kedua
elemen sehingga menghasilkan pelat lantai yang rapi.
iv. Ukuran umum balok beton adalah 10x6x300 cm
Gambar 42. Balok dan Ubin beton lengkung Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
v. Ukuran ubin yang diproduksi adalah 20 x 53 x 2 cm
vi. Balok dan ubin beton terbuat dari campuran semen, agregat dan air.
vii. Panjang bentangan maksimum 3 m dan terbatas sesuai cetakan yang ada.
Proses pemasangan plat adalah :
i. Tempatkan balok-balok beton sebagai penyangga lantai di atas ring
balk dengan jarak tiap 600 mm
ii. Tempatkan ubin-ubin lengkung di atas balok penyangga sehingga
menutupi lantai. Jangan menginjak ubin lengkung tersebut.
Page 45
57
Gambar 43. Proses Pemasangan Plat Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
iii. Pasang cetakan untuk menutupi rongga-rongga antara ubin lengkung.
Kemudian tuangkan adukan beton dalam bentuk jalur-jalur beton
selebar 20 cm di atas balok penyangga lantai.
iv. Setelah beton mengeras lanjutkan proses penuangan beton hingga
seluruh plat lantai tertutup
v. Bentangkan lerlebih dahulu tulangan susut Ø 8 mm- 200 mm ke arah
memanjang dan melintang lantai di atasnya.
vi. Tuangkan dan ratakan beton sesuai dengan ketinggian cetakan dan
biarkan mengeras
vii. Keringkan rembesan air adukan 2 kali sehari
viii. Tutup beton dengan lembaran plastik selama 7 hari
ix. Dua hari setelah penuangan beton, cetakan dapat dibongkar. Kolom
sementara penyangga balok dapat dibongkar setelah 28 hari.
Page 46
58
Gambar 44. Potongan Plat
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
x. Untuk mengecor plat lantai beton ukuran 3x3 m dibutuhkan sekitar
beton sebanyak 0.4 m3, untuk rumah ukuran 6x9 dibutuhkan beton
sekitar 2.5 m3.
3. Sistem Kusen Pintu dan Jendela
Sistem kusen pintu dan jendela terdiri dari dua elemen yaitu :
i. Kusen beton pracetak untuk pintu dan jendela dengan engsel dan kunci
yang terpadu
ii. Daun pintu atau jendela yang terbuat dari bahan kayu atau pvc
Gambar 45. Sistem Kusen Pintu dan Jendela Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
Page 47
59
Proses pemasangan kusen pintu dan jendela adalah :
i. Persiapkan lubang-lubang tempat dudukan kusen di dinding
ii. Pasang kusen beton pracetak pada lubang yang telah dipersiapkan
iii. Pasang baut/dynabolt untuk memperkuat hubungan antara kusen dan
tembok
iv. Pasang daun pintu dan jendela dengan menggunakan engsel dan kunci-
kunci yang telah dipersiapkan.
Gambar 46. Pemasangan Kusen
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008 4. Sistem Atap MCR
i. Sistem untuk atap terdiri atas genteng MCR dan struktur rangka atap
ii. Rangka atap dapat menggunakan kayu ataupun besi
iii. MCR (Micro Concrete Roofing) adalah campuran semen dan agregat
Gambar 47. Penutup Atap MCR
Sumber : PT. Holcim Indonesia, 2008
Page 48
60
iv. MCR digunakan dengan kemiringan atap minimal 22o. Untuk daerah
dengan curah hujan tinggi disarankan kemiringan yang digunakan adalah
30°.
v. Setelah terpasang, atap tidak dapat digunakan untuk tempat memasang
antena TV dll.