6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran mekanik Sebuah gerak bodi atau partikel yang berosilasi di sekitar area seimbangnya disebut getaran mekanik. Getaran mekanik pada suatu sistem biasanya terjadi apabila sistem tersebut dilepas atau diubah dari posisi keseimbangan stabilnya, sistem ini nantinya akan cenderung kembali ke posisi dibawah pembebanan gaya- gaya elastik dan mencapai posisi orisinilnya dengan kecepatan tertentu, selama proses tersebut berlangsug terus tanpa batas sistem tersebut akan terus bergerak bolak-balik melalui posisi keseimbangan (Nurida, 2018). Interval waktu yang dibutuhkan sistem untuk menyelesaikan satu siklus gerak dinamakan frekuensi, dan pergeseran maksimum sistem dari posisi keseimbangan dinamakan amplitudo getaran. 2.2 Elemen sistem getaran Sistem getaran terdiri dari beberapa elemen, diantaranya adalah massa (m), pegas (k), peredam (c) dan eksitasi (F). Keadaan fisik suatu sistem dapat dinyatakan oleh suatu susunan massa, pegas dan peredam (Dewanto, 1999). Peredam disini hanya dianggap memiliki sifat redaman saja, sedangkan pegas juga dianggap hanya memiliki sifat elastisitas saja sehingga nilai redaman dan massanya tidak dianggap, dan massa hanya dianggap sebagai rigid of a body (benda kaku) yang diaggap tidak memiliki sifat elastisitas dan kemampun redam. Persamaan gerak massa adalah suatu persamaan respon dari adanya gaya eksitasi (F). Karakteristik getaran
21
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/41532/3/BAB II.pdfkedua ujung-ujung tumpuan, berdasarkan hukum hooke's yang banyak diketahui besarnya gaya pegas sebanding dengan defleksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Getaran mekanik
Sebuah gerak bodi atau partikel yang berosilasi di sekitar area seimbangnya
disebut getaran mekanik. Getaran mekanik pada suatu sistem biasanya terjadi
apabila sistem tersebut dilepas atau diubah dari posisi keseimbangan stabilnya,
sistem ini nantinya akan cenderung kembali ke posisi dibawah pembebanan gaya-
gaya elastik dan mencapai posisi orisinilnya dengan kecepatan tertentu, selama
proses tersebut berlangsug terus tanpa batas sistem tersebut akan terus bergerak
bolak-balik melalui posisi keseimbangan (Nurida, 2018). Interval waktu yang
dibutuhkan sistem untuk menyelesaikan satu siklus gerak dinamakan frekuensi, dan
pergeseran maksimum sistem dari posisi keseimbangan dinamakan amplitudo
getaran.
2.2 Elemen sistem getaran
Sistem getaran terdiri dari beberapa elemen, diantaranya adalah massa (m),
pegas (k), peredam (c) dan eksitasi (F). Keadaan fisik suatu sistem dapat dinyatakan
oleh suatu susunan massa, pegas dan peredam (Dewanto, 1999). Peredam disini
hanya dianggap memiliki sifat redaman saja, sedangkan pegas juga dianggap hanya
memiliki sifat elastisitas saja sehingga nilai redaman dan massanya tidak dianggap,
dan massa hanya dianggap sebagai rigid of a body (benda kaku) yang diaggap tidak
memiliki sifat elastisitas dan kemampun redam. Persamaan gerak massa adalah
suatu persamaan respon dari adanya gaya eksitasi (F). Karakteristik getaran
7
biasanya ditunjukkan sebagai persamaan perpindahan (x), bukan persamaan
kecepatan ataupun persamaan percepatan dari massa.
Suatu gaya pegas akan muncul hanya bila terdapat defleksi relatif antara
kedua ujung-ujung tumpuan, berdasarkan hukum hooke's yang banyak diketahui
besarnya gaya pegas sebanding dengan defleksi relatifnya (Ardiansyah, 2017).
Konstanta kesebandingan disebut konstanta pegas (k) yang dinyatakan dalam
satuan gaya per satuan panjang. Dan untuk peredam viscous besarnya sebanding
dengan kecepatan dan faktor kesebandingannya yang disebut koefisien redaman (c)
seperti ditunjukkan pada Gambar (2.1) dibawah ini.
(Sumber: Dewanto, 1999)
Gambar 2.1 Elemen Sistem Getaran
2.3 Frekuensi Natural Sistem
Perhatikan persamaan differensial getaran bebas sistem pegas (k) – massa
(m) pada Gambar (2.2) berikut ini :
8
Gambar 2.2 Sistem pegas-massa
m�̈� + k = 0 (2.1)
dimana, m : massa (Kg)
�̈� : percepatan sudut (m/s2)
k : konstanta pegas
x : jarak (m)
persamaan ini dapat ditulis
�̈� + 𝑘
𝑚 x = 0 (2.2)
Jika di misalkan 𝜔𝑛2 =
𝑘
𝑚 maka
�̈� + 𝜔𝑛2 x = 0 (2.3)
Besaran 𝜔𝑛 ini dinamakan frekuensi alamiah atau frekuensi natural sistem
massa pegas dan besarannya adalah :
𝜔𝑛 = √𝑘
𝑚 (2.4)
9
𝜔𝑛= frekuensi natural sistem (rad/s)
2.4 Klasifikasi Getaran
Pengklasifikasian getaran dapat ditinjau berdasarkan jumlah derajat
kebebasannya ataupun ada atau tidaknya gaya eksitasi yang bekerja secara
kontinyu. Berdasarkan derajat kebebasannya getaran dapat dibedakan menjadi
getaran satu derajat kebebasan, getaran dua derajat kebebasan, dan getaran dengan
n derajat kebebasan sesuai dengan banyaknya koordinat bebas yang diperlukan
untuk mendefinisikan persamaan gerak sebuah sistem seperti yang diperlihatkan
oleh Gambar (2.3) berikut.
(Sumber: Dewanto, 1999)
Gambar 2.3 Model Klasifikasi getaran
Berdasarkan gambar di atas, dimana Gambar (2.3a) adalah sistem getaran
dua derajat kebebasan, sedangkan Gambar (2.3b) merupakan sistem getaran dengan
satu derajat kebebasan.
Berdasarkan ada atau tidaknya gaya eksitasi yang bekerja secara kontinyu,
getaran dibagi menjadi getaran bebas dan getaran paksa.
10
A. Getaran Bebas
Getaran bebas terjadi bila sistem mengalami osilasi sendiri setelah sistem
tersebut diberi gangguan awal hal itu disebabkan karena bekerjanya gaya yang
ada dalam sistem itu sendiri dan tidak ada gaya dari luar yang bekerja (Dewanto,
1999). Sistem akan berhenti dalam waktu tertentu karena tidak ada gaya luar
yang bekerja. Hal ini disebabkan adanya redaman pada sistem getaran atau dari
luar sistem getaran.
B. Getaran Paksa
Adanya eksitasi atau gaya luar yang bekerja pada sistem, maka sistem akan
dipaksa untuk bergetar dan gerak osilasi akibat dari gaya luar itu dinamakan
getaran paksa (Sewoyo,2004).
Jika frekuensi rangsangan sama dengan frekuensi natural sistem, maka akan
didapat keadaan resonansi, yakni osilasi yang besar dan berbahaya. Kerusakan
pada struktur seperti jembatan, gedung, sayap pesawat terbang dan lain lain
merupakan kejadian yang menakutkan yang disebabkan resonansi
(Nurhardianto, 2015).
2.5 Getaran Paksa Harmonik
A. Sistem Satu Derajat Kebebasan
Jika suatu sistem getaran mendapat pengaruh gaya dari luar, sistem tersebut
akan dipaksa bergetar dan terjadi gerak osilasi dan bila pada sistem tersebut
terjadi redaman, maka sistem getaran tersebut dinamakan getaran paksa
11
teredam (Damped Forced Vibration) (Sewoyo, 2004). Jika ada bagian dari
gerakan yang menghilang seiring bertambahnya waktu, bagian tersebut
dinamakan respon transien, sedangkan gerak yang masih terus terjadi disebut
respon stasioner / steady state. Untuk nilai respon transien diperoleh dari
kondisi awal sistem tersebut.
Jika gaya luar atau eksitasi yang mempengaruhi sistem berupa fungsi
harmonik (sinusoidal), maka respons stasioner yang terjadi merupakan gerak
harmonik yang nilai frekuensi sama dengan frekuensi eksitasi (Sewoyo, 2004).
Respon pada sistem S-DOF yang diakibatkan oleh gaya harmonik digambarkan
oleh Gambar (2.4).
Gambar 2.4 Sistem massa pegas peredam dengan gaya eksitasi f(t)
Diagram benda bebas (free body diagram) dari sistem massa pegas
peredam di atas dapat dilihat pada Gambar (2.5) dibawah ini.
12
Gambar 2.5 Diagram benda bebas
Dengan menggunakan Hukum Newton I dimana ∑ F = 0, maka akan
diperoleh persamaan diferensial gerak (PDG) sebagai berikut :
M�̈� + C�̇� + kx = 𝐹0 sin (𝜔t) (2.5)
Solusi total dari persamaan diagram gerak (2.5) ini terdiri dari solusi
homogen atau solusi transien dan solusi stasioner. Untuk solusi homogen
persamaan yang digunakan bergantung pada nilai ζ. Sedangkan solusi stasionernya
dapat dinyatakan oleh persamaan berikut :
x(t) = X sin (𝜔t – ϕ) (2.6)
diamana, X : amplitudo respon
𝜔 : frekuensi eksitasi
ϕ : beda fase antara gaya eksitasi dan respons
Untuk mencari nilai besaran amplitudo (X) dan beda fase (ϕ) yang belum
diketahui, maka dapat diperoleh dengan cara memasukkan persamaan (2.6) di atas
ke persamaan (2.5), sehingga diperoleh :
-M𝜔2 X sin (𝜔t – ϕ) + C𝜔 X cos (𝜔t – ϕ) + k X sin (𝜔t – ϕ) = 𝐹0 sin (𝜔t) (2.7)
13
Secara grafis, persamaan (2.7) diatas dapat digambarkan seperti gambar (2.6)
berikut:
(Sumber: Sewoyo, 2004)
Gambar 2.6 Hubungan vektor persamaan (2.7)
Dengan mengingat kembali Hukum phytagoras dan mengaplikasikannya
pada Gambar (2.6) maka diperoleh hubungan antara lain:
X = 𝐹0
√(𝑘−𝑀 𝜔2)2+(𝐶 𝜔)2 (2.8)
ϕ= arcus tan (𝐶 𝜔
𝑘−𝑀 𝜔2 ) (2.9)
persamaan (2.8) dan (2.9) ini dapat ditulis dalam bentuk tak berdimensi sebagai
berikut :
Xk
𝐹0 =
1
√[1−(𝜔
𝜔𝑛)
2]2+[2𝜁(
𝜔
𝜔𝑛)]2
(2.10)
ϕ= arcus tan (2𝜁(
𝜔
𝜔𝑛)
1−(𝜔
𝜔𝑛)
2)) (2.11)
Xk/F0 disebut sebagai fungsi perbesaran. Jika fungsi perbesaran ini diplot
terhadap rasio frekuensi 𝜔/𝜔𝑛 akan diperoleh grafik (Sewoyo, 2004). Seperti
14
terlihat pada Gambar (2.7). sedangkan beda fase terhadap rasio frekuensi grafiknya
terlihat pada gambar (2.8).
(Sumber: Sewoyo, 2004)
Gambar 2.7 Fungsi perbesaran sebagai fungsi rasio frekuensi dengan
variasi nilai 𝜁
(Sumber: Sewoyo, 2004)
Gambar 2.8 Beda fase sebagai fungsi rasio frekuensi dengan berbagai nilai 𝜁
15
B. Massa tak seimbang yang berputar
Mesin-mesin yang berputar seperti pompa, kompressor dan lain sebagainya
memiliki masalah getaran yang bersumber dari massa tak seimbang (unbalance)
yang berputar (Sewoyo, 2004). Getaran unbalance tersebut akan diteruskan
pada pondasinya, pemodelan getaran jenis ini dapat dilihat pada Gambar (2.9)
dibawah ini.
Gambar 2.9 Pemodelan sistem S-DOF yang dieksitasi oleh massa unbalance
yang berputar
Dimana, M : massa total sistem (Kg)
R : jari-jari eksentrisitas (m)
m : massa tak seimbang (unbalance) yang berputar dengan
kecepatan 𝜔 (Kg)
Jika diasumsikan posisi m seperti terlihat pada gambar di atas dan sistem
sedang bergerak ke arah atas, maka diagram benda bebas sistem tersebut
dapat digambarkan oleh Gambar (2.10) di bawah ini.
16
(Sumber: Sewoyo, 2004)
Gambar 2.10 Diagram benda bebas sistem massa unbalance yang berputar
Persamaan differensial gerak sistem (PDG) didapatkan dengan
menggunakan Hukum Newton I dimana ∑ F = 0, maka :
(M-m) �̈� + m𝑑2
𝑑𝑡 (x +R sin (𝜔𝑡)) + C�̇� + kx = 0 (2.12)
Persamaan (2.6) diatas juga dapat ditulis
M�̈� + C�̇� + kx = m R 𝜔2 sin (𝜔t) (2.13)
Persamaan (2.12) diatas identik dengan persamaan (2.5) dengan
amplitudo gayanya adalah m R 𝜔2(Sewoyo, 2004). Maka, dengan cara yang
sama nilai amplitudo respons dapat dinyatakan :
Amplitudo respons
X = 𝑚 𝑅 𝜔2
√(𝑘−𝑀 𝜔2)2+(𝐶 𝜔)2 (2.14)
Sudut fasa
ϕ= arcus tan (𝐶 𝜔
𝑘−𝑀 𝜔2 ) (2.15)
17
Dalam bentuk fungsi perbesaran dan diasumsikan getaran yang
terjadi pada sistem (𝜔𝑛) besarnya sama dengan nilai getaran yang terjadi
pada motor (𝜔), maka persamaanya menjadi :
𝑀𝑋
𝑚 𝑅 =
(𝜔
𝜔𝑛)
2
√(1−(𝜔
𝜔𝑛)2)2+[2𝜁(
𝜔
𝜔𝑛)]2
(2.16)
𝑀𝑋
𝑚 𝑅 =
1
√(1−(1)2)2+[2𝜁(1)]2 (2.17)
𝑀𝑋
𝑚 𝑅 =
1
2𝜁 (2.18)
Amplitudo respons maksimal
X = 𝑚 𝑅
2∗𝜁∗𝑀 (2.19)
Beda fase maksimal
ϕ = arcus tan (2𝜁 (
𝜔
𝜔𝑛)2
(1−(𝜔
𝜔𝑛)2
) (2.20)
2.6 Beam dari Kuningan
Beam adalah suatu batang yang dibebani gaya atau momen yang bekerja
pada bidang-bidang yang dibentuk oleh sumbu batang tersebut (Frederik, 2018).
Tumpuan Roll-Engsel merupakan tumpuan yang umum digunakan dan mudah di
jumpai, penggunaan tumpuan tipe roll-engsel umumnya dipilih karena beban yang
18
akan ditumpu tidak terlalu besar, pada Gambar (2.11) memperlihatkan bagaimana