-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Distribusi sistem tenaga listrik adalah suatu sistem penyaluran
tenaga listrik
dari pusat pembangkit sampai ke pusat beban (konsumen). Tegangan
yang
dihasilkan oleh pusat pembangkit antara 11 - 24 kV. Dengan
bantuan
transformator, tegangan tersebut dinaikkan menjadi 70 - 500 kV
dan selanjutnya
disalurkan melalui jaringan saluran transmisi. Penaikan tegangan
bertujuan agar
rugi-rugi daya listrik pada jaringan saluran transmisi tidak
terlalu besar. Dimana
pada kondisi tersebut rugi-rugi daya adalah sebanding dengan
kwadrat arus yang
mengalir (I kwadrat R). Maka, dengan daya yang sama bila nilai
tegangannya
diperbesar arus yang mengalir semakin mengecil sehingga
rugi-rugi daya juga
akan mengecil pula.[5]
Dari jaringan saluran transmisi, kemudian tegangan dialirkan
menuju
saluran transmisi tegangan menengah sebesar 20 kV melalui gardu
distribusi dan
trafo distribusi. Melalui trafo distribusi yang terdapat di
berbagai pusat beban,
tegangan saluran distribusi primer ini diturunkan menjadi
tegangan rendah
220/380 Volt yang kemudian disalurkan oleh saluran distribusi
sekunder ke
pelanggan. Saluran distribusi digunakan sebagai pendistribusian
daya listrik dari
gardu induk distribusi menuju tiap beban konsumen. Beban
konsumen dapat
berupa rumah tinggal, bangunan konvensional, dan
industri.[5]
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Gedung Bertingkat
Pada umumnya sistem instalasi listrik pada gedung di suplai
dengan 2
sumber energi yaitu sumber listrik dari PLN dan sumber listrik
dari Genset.
Sumber energi utama pada suatu gedung menggunakan sumber energi
dari PLN,
sedangkan untuk sumber energi cadangan apabila terdapat gangguan
pada sumber
energi utama adalah menggunakan sumber energi dari generator
set.
-
6
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem instalasi listrik
yang
berfungsi sebagai penyalur tegangan menengah menuju tegangan
rendah
(220/380V) yang akan diterima oleh konsumen. Tegangan yang
dibutuhkah oleh
sebuah bangunan ialah tegangan rendah, akan tetapi tegangan dari
sumber enenrgi
utama PLN adalah tegangan menengah. Tegangan menengah diturunkan
menjadi
tegangan rendah dengan bantuan transformator Step Down, yang
kemudian
didistribusikan melalui panel distribusi tegangan rendah (PUTR).
Selanjutnya
panel distribusi tegangan rendah ini didistribusikan menuju sub
panel distribusi
(SDB) untuk mensuplai kebutuhan daya listrik pada gedung
termasuk penerangan,
kotak kontak , AC, Elektronik, panel kontrol pompa, dll.
Gambaran umum sistem
distribusi listrik pada gedung dapat dilihat pada Gambar
2.1.
`
PLN Panel MVMDP Panel LVMDP
Trafo Step Down
Genset
SDP
SDP
SDP
Gambar 2. 1 Distribusi Tenaga Listrik
2.2.1 Gardu Induk Tegangan Menengah
Gardu induk tegangan menengah atau kubikel 20 kV merupakan
perlengkapan sistem kelistrikan utama pada sistem instalasi
listrik yang
disediakan oleh PLN dan menjadi tanggung jawab PLN. Gardu induk
tegangan
menengah yang berada di sebuah gedung pada umumnya dibangun di
area khusus
serta berbahan dari beton. Selanjutnya daya yang yang ada pada
gardu tegangan
menengah akan disalurkan menuju ke Panel Tegangan Menengah (PTM)
atau
kubikel pelanggan.
2.2.2 Transformator Penurun Tegangan
-
7
Transformator penurun tegangan (Step-down) merupakan bagian
dari
jaringan distribusi pada gedung, berfungsi menurunkan tegangan
rendah menjadi
380/220 V agar dapat digunakan oleh konsumen. Transformator Step
Down
memiliki tegangan keluaran pada kumparan sekunder lebih rendah
dibandingan
dengan tegangan masukan pada kumparan primer.[9] Transformator
ini terhubung
dengan Panel Utama Tegangan Renda (PUTR) yang ada pada gedung.
Pada
gambar 2.2 merupakan trafo Step-down yang ada pada gedung.
2.2.3 Panel Distribusi
Panel distribusi yang umum digunakan pada gedung bertingkat
adalah
sebagai berikut:
A. Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTM)
B. Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR)
C. Panel Sub Distrisbusi
D. Panel Utilitas
2.2.3.1 Panel Distribusi Tegangan Menengah (PDTM)
Panel distribusi tegangan menengah (PDTM) merupakan panel
pengendali
utama yang berfungsi sebagai penghubung dan pemutus antara
tegangan
menengah (TM) di sisi pengguna. Daya listrik dari panel utama
tegangan
menengah kemudian dialirkan ke Transformator step-down agar
menjadi tegangan
Gambar 2. 2 Transformator Step Down
-
8
rendah yang siap digunakan oleh konsumen. Panel ini biasanya
dilengkapi dengan
alat pelindung bagi komponen tenaga listrik berkenaan surja
petir atau biasa
dikenal dengan sebutan Arrester. Alat pelindung ini berfungsi
sebagai proteksi
pada sistem instalasi listrik dengan cara mengalirkan surja
tegangan yang berlebih
menuju ke tanah. Cara kerja dari alat pelindung ini adalah
apabila surja datang ke
gardu induk maka dengan otomatis arrester melepaskan muatan daya
listrik dan
juga dapat meminimalis tegangan yang tidak beraturan yang akan
mengenai
komponen pada gardu induk.[6]
Pada gambar 2.3 ditunjukkan panel distribusi tegangan menengah
(PDTM)
yang ada di gedung.
2.2.3.2 Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR)
Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR) digunakan untuk
pendistribusian
aliran tegangan mengarah ke Panel sub distribusi dengan tegangan
220/380V.
Keluaran atau outgoing dari Panel sub distribusi akan
didistribusikan menuju ke
Panel Beban agar dapat digunakan oleh pelanggan. Pada gambar 2.4
dibawah ini,
merupakan panel utama tegangan rendah.
Gambar 2. 3 Panel Utama Tegangan Menengah (kubikel 20kV)
-
9
2.2.3.3 Panel Sub Distribusi
Panel sub distribusi merupakan panel yang berisi kebutuhan daya
total pada
satu lantai. Panel sub distribusi bertujuan untuk mempermudah
dalam
pemeliharaan jika tedapat kerusakan pada panel distribusi tiap
lantai. Jadi, tidak
perlu mematikan panel distribusi lain apabila terdapat kerusakan
pada lantai
tersebut.
2.2.3.4 Panel Utilitas
Panel utilitas ini merupakan panel khusus yang berisi peralatan
penunjang
sebuah bangunan. Panel ini berfungsi sebagai suplai daya bagi
perlatan penunjang
seperti panel elektronik yang berisi sistem tata suara, telepon,
CCTV, MATV
maupun fire alarm. Panel gondola, panel lift, panel pompa dan
panel penerangan
luar.
2.3 Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber
cahaya
buatan manusia yang dikenal dengan lampu atau luminer.
Perkembangan
teknologi sumber cahaya buatan memberikan kualitas pencahayaan
buatan yang
memenuhi kebutuhan manusia. Pada kehidupan sehari-hari apabila
waktu malam
hari maupun cuaca yang tidak baik, pencahayaan buatan atau lampu
sangat
dibutuhkan.[7]
Pada dasarnya untuk menentukkan jumlah titik lampu pada suatu
tempat
atau ruangan dapat ditentukkan dengan cara mengetahui ukuran
ruang, fungsi
Gambar 2. 4 Panel PUTR
-
10
ruang, warna dinding ruang serta tipe armatur yang digunakan.
Tabel tingkat
pencahayaan rata-rata sesuai dengan ketentuan SNI ditampilkan
pada Gambar
2.5.[8]
-
11
Berikut ini persamaan perhitungan untuk menentukan banyak titik
lampu
N = 𝐸 ×𝐴Ø × 𝐿𝐿𝐹 × 𝐶𝑈 (2.1)
Dimana :N = Banyaknya titik lampu
E = Kuat/target penerangan (Lux)
A = Luas ruang
Ø = Lumen lampu
LLF = Faktor rugi cahaya (0,7-0,8)
CU = Faktor pemanfaatan (50-60%)
2.4 Komponen Pada Sistem Ditribusi
2.4.1 Kabel/Penghantar
Menurut PUIL 2000 PASAL 7.1.1 tentang persyaratan umum
penghantar,
menerangkan bahwa “semua penghantar yang digunakan harus dibuat
dari bahan
Gambar 2. 5 Tingkat pencahayaan sesuai dengan SNI
-
12
yang memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta
telah diperiksa
dan diuji menurut standart penghantar yang dikeluarkan atau
diakui oleh instansi
yang berwenang.”[1]
Kabel/Penghantar merupakan suatu benda yang dapat mengalirkan
arus
terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator adalah pelindung
kabel yang terbuat
dari karet ataupun plastik, sedangkan konduktor terbuat dari
serabut tembaga atau
tembaga pejal. Kabel yang digunakan pada instalasi gedung dapat
melalui saluran
tanah dan udara.
Berikut ini merupakan beberapa jenis kabel yang biasa
digunakan:
2.4.1.1 Kabel NYA
Penghantar jenis NYA ini dipasang melalui saluran udara, berinti
tunggal,
dilapisi dengan isolasi PVC. Kabel ini biasa digunakan pada
instalasi penerangan
dengan kode warna isolasi merah, kuning, biru ataupun hitam
sesuai dengan
peraturan pada PUIL.
2.4.1.2 Kabel NYM
Penghantar NYM ini memiliki inti kabel 2, 3 atau 4, mempunyai 2
lapisan
isolasi, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dibandingkan
dengan
penghantar NYA. Penghantar ini dapat digunakan dalam kondisi
lingkungan
basah atau kering tetapi tidak boleh di tanam, dengan kode warna
putih atau abu-
abu.
Gambar 2. 6 Penghantar NYA Dengan Beberapa Isolasi
-
13
Gambar 2. 7 Potongan Penghantar NYM
2.4.1.3 Kabel NYY
Kabel NYY berinti 2, 3 atau 4, dengan kode warna hitam dan
memiliki
insulasi yang lebih aman dibandingkan dengan penghantar jenis
NYM.
Pemasangan penghantar ini dapat ditanam dan digunakan pada
penerangan dan
stop kontak.
2.4.1.4 Kabel NYFGbY
Penghantar NYFGbY dipergunakan untuk instalasi listrik
tegangan
menengah yang dapat menghubungkan antar panel. Penghantar ini
dapat dipasang
bawah tanah, ruangan, salura-saluran dan pada tempat-tempat
terbuka.
Gambar 2. 8 Potongan Penghantar NYY
Gambar 2. 9 Penghantar NYFGbY
-
14
2.4.1.5 Kabel BCC
Bentuk fisik dari kabel Bare Copper Conductor (BCC) yaitu
penghantar ini
tidak diisulasi dan dapat digunakan untuk saluran udara dan
kabel tanah. Kabel
BCC ini sering dipergunakan untuk instalasi penyalur petir dan
pentanahan.
2.4.2 Pemilihan Luas Penampang Penghantar
Sesuai dengan standart PUIL 2000, luas penampang kabel
instalasi
penerangan yang terpasang tidak boleh kurang dari 1,5 mm2,
sedangkan untuk
instalasi kotak kontak yang terpasang minimal berdiameter 2,5
mm2.[1]
Berikut ini merupakan rumus-rumus matematis yang digunakan
untuk
perhitungan skedul beban, kabel dan pemutus arus (Circuit
Breaker).
Persamaan perhitungan besarnya arus listrik per fasa untuk
listrik 1 fasa:
In = 𝑃𝑉.𝑐𝑜𝑠∅ (2.2)
Persamaan perhitungan besarnya arus listrik per fasa untuk
listrik 3 fasa:
I n= 𝑃𝑉𝐿𝐿√3.𝑐𝑜𝑠∅ (2.3)
Dimana: I = Arus Listrik (Ampere)
P = Daya Beban Listrik (Watt)
VLL = Tegangan Listrik PLN (380V)
𝑐𝑜𝑠∅ = Faktor Daya Listrik Setelah didapat besarnya arus
nominal, selalnjutnya dicari KHA minimal
penghantar yang akan digunakan. Berikut merupakan persamaan
untuk
menghitung KHA minimal kabel:
IKHA = In X 125% (2.4)
Berikut ini merupakan tabel KHA dan beberapa jenis kabel
instalasi sesuai
dengan standart PUIL 2011:
Gambar 2. 10 Kabel BCC
-
15
Gambar 2. 11 Tabel KHA PUIL 2011
-
16
-
17
-
18
-
19
Gambar 2. 12 Definisi kabel instalasi PUIL 2011
-
20
2.4.3 Pengaman
Peralatan yang tersambung di dalam suatu rangakaian instalasi
listrik dapat
mengalami beberapa gangguan seperti terjadinya hubung sungkat,
beban ataupun
arus lebih. Dibutuhkan sebuah pengaman proteksi untuk menghalau
terjadinya
gangguan tersebut.
Circuit breaker (CB) merupakan suatu gawai proteksi atau
pengaman arus
yang berfungsi sebagai pemutus dan penghubung rangkaian
dilengkapi dengan
fasilitas switching. Circuit breaker (CB) terdiri dari MCB, MCCB
dan ACB.
MCB (Miniature Circuit Breaker) berfungsi sebagai pemutus arus
otomatis.
Pengaman MCB akan memutus arus berlebih yang mengalir pada
rangkaian
kelistrikan secara otomatis. Penentuan kapasitas MCB dapat
mengacu pada
ketentuan PUIL dengan kapasitas beragam mulai dari 2 A hingga 32
A pada
sistem 3 fasa.
MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) memiliki fungsi dan cara
kerja
sama seperti MCB, perbedaan terletak pada kapasitas arus yang
dapat mengalir
pada sistem 3 fasa yang lebih besar dimulai dari nilai 40 A
hingga 1000 A.
ACB (Air Circuit Breaker) dapat digunakan pada jaringan
tegangan
menengah maupun jaringan tegangan rendah dengan menggunakan
udara (air)
sebagai peredam busur api. Cara kerja ACB yaitu tegangan yang
mengalir pada
ACB akan mentrigger togle mekanik sehingga dapat bekerja secara
NC (normally
close). ACB tidak dapat bekerja ketika tidak ada tegangan yang
mengalir sehingga
akan mengunci mekanik dari ACB atau MCCB. Nilai kapasitas ACB
sangat besar
dengan nilai 1250 A hingga 3200 A.
-
21
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Dasar Teori2.2 Sistem Distribusi
Tenaga Listrik Pada Gedung Bertingkat2.2.1 Gardu Induk Tegangan
Menengah2.2.2 Transformator Penurun Tegangan2.2.3 Panel
Distribusi
2.3 Pencahayaan Buatan2.4 Komponen Pada Sistem Ditribusi2.4.1
Kabel/Penghantar2.4.2 Pemilihan Luas Penampang Penghantar2.4.3
Pengaman