8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louisencephalitis. Dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Menurut Damayanti (2018) klasifikasi dari nyamuk Culex adalah : Phylum : Arthropoda Classis : Insecta Subclassis : Pterygota Ordo : Diptera Subordo : Nematocera Familia : Culicidae Subfamilia : Culianeae Genus : Culex Spesies : Culex quinquefasciatus 2. Morfologi Nyamuk Culex sp Nyamuk Culex sp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya rapuh. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis pada nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap
26
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.poltekkes-tjk.ac.id/493/4/BAB II.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp 1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyamuk Culex sp
1. Klasifikasi Nyamuk Culex sp
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit
yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis,
St Louisencephalitis. Dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh
umum: kepala, dada, dan perut.
Menurut Damayanti (2018) klasifikasi dari nyamuk Culex adalah :
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Subclassis : Pterygota
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culianeae
Genus : Culex
Spesies : Culex quinquefasciatus
2. Morfologi Nyamuk Culex sp
Nyamuk Culex sp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya
rapuh. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang
kepala. Probosis pada nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap
9
darah, sedangkan pada nyamuk jantan digunakan untuk menghisap zat-zat seperti
cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Terdapat palpus yang
mempunyai 5 ruas dan sepasang antena dengan jumlah ruas 15 yang terletak di
kanan dan kiri probosis. Pada nyamuk jantan terdapat rambut yang lebat
(plumose) pada antenanya, sedangkan pada nyamuk betina jarang terdapat rambut
(pilose) (Sutanto, 20011 dalam Rahmi, 2018).
Sebagian besar thoraks yang terlihat (mesonotum) dilingkupi bulu-bulu
halus. Bagian belakang dari mesonotum ada skutelum yang terdiri dari tiga
lengkungan (trilobus). Sayap nyamuk berbentuk panjang akan tetapi ramping,
pada permukaannya mempunyai vena yang dilengkapi aisik-sisik sayap (wing
scales) yang letaknya menyesuaikan vena (Sitohang, 2013 dalam Rahmi, 2018).
Terdapat barisan rambut atau yang biasa disebut fringe terletak pada pinggir
sayap. Abdomen memiliki 10 ruas dan bentuknya menyerupai tabung dimana dua
ruas terakhir mengalami perubahan fungsi sebagai alat kelamin. Kaki nyamuk
berjumlah 3 pasang, letaknya menempel pada toraks, setiap kaki terdiriatas 5 ruas
tarsus 1 ruas femur dan 1 ruas tibia (Hoedojo, 2008 dalam Rahmi, 2018).
Ciri Secara Umum :
a. Telur : lonjong seperti peluru
b. Larvasifon : panjang dan bulunya lebih dari satu pasang
c. Fase dewasa :abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda
tanpa tanda khas
d. Sayap : sisik sempit panjang dengan ujung runcing
e. Peran medis :sebagai vektor filariasis dan penyakit Japanese B.
encephalitis
10
f. Perilaku : menghisap darah pada malam hari
g. Habitat : air jernih dan air keruh
Gambar 2.1 Nyamuk Culex dewasa (Sumber: Rahmi, 2018)
Keterangan :
1 : Kaki belakang 6 : Torak
2 : Kepala 7 : Kaki tengah
3 : Palp besar 8 : Abdomen
4 : Palp kecil 9 : Sayap
5 : Belalai 10 :Antena
Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas
kaput, toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu
pasang sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada
sayap dan adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk
ke dalam familia Culicidae (Astuti, 2011).
Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen nyamuk betina yang
tumpul pada bagian ujungnya. Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan
memiliki sepasang mata,sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas
5segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan 6
11
Aedes,pada genus Culex tidak terdapat rambut pada spiracular maupun pada post
spiracular (Astuti, 2011).
Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan sama dengan proboscis. Bagian
toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks.
Bagian metatoraks mengecil dan terdapat sepasang sayap yang mengalami
modifikasi menjadi halter. Abdomen terdiri atas segmen tanpa bintik putih di
tiap segmen (Astuti, 2011).
Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang
permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki
belakang yang sedikit terangkat. Genus Culex tumpul dan badannya yang
penuh dengan sisik-sisik. Selain itu, struktur yang membedakan genus ini
dengan genus yang lain adalah struktur yang disebut pulvilus yang berdekatan
dengan kuku diujung kaki nyamuk.
Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat, berukuran sedang,
dengan bintik bintik putih di bagian dorsal abdomen. Sedangkan kaki dan
probocis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik putih. Spesies ini sulit
dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya (Astuti, 2011).
3. Siklus Hidup Nyamuk Culex sp
Nyamuk Culex sp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva,
pupa, dan imago (dewasa) antara lain sebagai berikut :
a. Telur
Seekor nyamuk betina dapat menempatkan 100-400 butir telur pada
tempat peindukan. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat
12
bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari. Masing-
masing spesies nyamuk memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda satu sama
lain. Di atas permukaan air, nyamuk Culex sp menempatkan telurnya secara
menggerombol dan berkelompok untuk membentuk rakit. Oleh karena itu mereka
dapat mengapung di atas permukaan air (Borror, 1992 dalam Rahmi, 2018).
Gambar 2.2 Telur Nyamuk Culex sp A. Ovariumparous (a) trakeolar
menggulung, B. Ovarium nuliparous (b) trakeolar terurai (perbesaran 40x10)
(Sumber: Rahmi, 2018)
b. Larva
Telur akan mengalami penetasan dalam jangka waktu 2-3 hari sesudah
terjadi kontak dengan air. Faktor temperatur, tempat perkembang biakan, dan
keberadaan hewan pemangsa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
larva. Lama waktu yang diperlukan pada keadaan optimum untuk tumbuh dan
berkembang mulai dari penetasan sampai menjadi dewasa kurang lebih 7-14 hari
13
(Sogijanto, 2006 dalam Rahmi, 2018).
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon
dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air.
Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan
larva tersebut, yaitu :
1) Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah
menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan
pada siphon belum jelas.
2) Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas.
Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
3) Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas.
Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.
4) Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 –6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur
menetas, dengan warna kepala (Astuti, 2011).
Gambar 2.3 Larva Nyamuk Culex sp (Sumber: Astuti, 2011)
c. Pupa
Stadium paling akhirdari metamorphosis nyamuk yang bertempat di dalam
air adalah pupa. Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Sebagian
kecil tubuh pupa kotak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan
14
ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk Culex (Astuti, 2011)
Pada stadium ini tidak membutuhkan nutrisi dan berlangsung proses
pembentukan sayap sampai mampu terbang. Stadium kepompong terjadi dalam
jangka waktu mulai satu sampai dua hari. Pada saat pupa menjalani fase ini pupa
tidak melakukan aktifitas konsumsi sama sekali dan kemudian akan keluar dari
larva dan menjadi nyamuk yang sudah bisa terbang dan meninggalkan air.
Nyamuk memerlukan waktu 2-5 hari untuk menjalani fase ini sampai menjadi
nyamuk dewasa (Rahmi, 2018).
Gambar 2.4 Pupa Nyamuk Culex sp (Sumber: Astuti, 2011)
Keterangan :
1. Antena
2. Kaki
3. Tabung Pernafasan
d. Dewasa
Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang
putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorakter
dapat 2 garis putih berbentuk kurva (Astuti, 2011).
1
3
4
15
Nyamuk jantan dan betina akan melakukan perkawinan setelah keluardari pupa.
Seekor nyamuk betina akan melakukan aktivitas menghisap darah dalam waktu
24-36 jam setelah dibuahi oleh nyamuk jantan. Untuk proses pematangan telur
sumber protein yang paling penting adalah darah. Perkembangan nyamuk mulai
dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 hari
(Wibowo, 2010 dalam Rahmi, 2018).
4. Bionomik Nyamuk Culex sp
Bionomik nyamuk mencangkup pengertian tentang perkembangbiakan,
perilaku, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi kepadatan musiman, serta faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhinya, berupa lingkungan fisik (kelembaban,
musim, matahari, arus air), lingkungan kimiawi (kadar garam, pH) dan
lingkungan biologik (tumbuhan, ganggang, vegetasi, di sekitar perindukan).
Distribusi dan kepadatan serangga sangat ditentukan oleh faktor alami setempat,
seperti cuaca, kondisi fisik dan kimiawi medium.
Kondisi lingkungan (pada skala laboratorium) yang mendukung
pertumbuhan telur sampai dewasa adalah suhu 270C serta kelembaban udara 80
%. Mardihusodo dalam Republika (2003) dalam Novianto (2007), menyatakan
bahwa suhu tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya
dapat menjadi lebih cepat, yaitu dari waktu normal 10 hari untuk perkembangan
dari telur sampai dewasa, menjadi 7 hari pada udara yang panas.
Tempat perindukan Culex sp di air keruh dan kotor dekat rumah, dan
nyamuk dewasa menghisap darah di malam hari. Resting place atau tempat
istirahat nyamuk Culex sp di dalam rumah pada siang hari, yaitu di tempat gelap
16
dan lembab, di gantungan baju, dan di balik perabotan rumah tangga yang
berwarna gelap.
Jenis kelamin nyamuk Culex sp dapat ditentukan dengan mudah oleh
bentuk sungut (antenna). Antena nyamuk jantan berambut sangat lebat (plumosa),
sedangkan pada nyamuk betina berambut jarang berupa rambut-rambut yang
pendek (Novianto, 2007).
Umur Culex di alam bebas kurang lebih 10 hari. Dalam waktu 10 hari
cukup untuk berkembangbiaknya bibit penyakit di dalam tubuh nyamuk tersebut.
Nyamuk yang dipelihara di laboratorium dengan suhu tertentu (28oC) dan
kelembaban tertentu (80 %) dapat bertahan hidup sampai 2 bulan. Tambahan
makanan berupa madu yang terkenal sebagai pakan alami, baik untuk
memperpanjang umur nyamuk melebihi nyamuk yang tanpa tambahan madu, atau
hanya menghisap darah dan cairan tumbuhan saja (Novianto, 2007).
Berikut merupakan tempat perindukan beberapa spesies dari Culex :
Tabel 2.1 Tempat perindukan larva dan tempat istirahat Culex sp.
Sumber : Susanto, et al. 2013 dalam Ningrum, 2018
No. Vektor Tempat Perindukan Perilaku Nyamuk Dewasa
1. Culex
quinquefasciatus
Kecomberan dengan
air keruh dan kotor
dekat rumah.
Antropofilik, zoofilik
menggigit pada malam hari.
Tit: di luar dan dalam rumah
(benda yang tergantung dan
berwarna gelap).
2. Culex
annulirostris
Sawah,daerah pantai
dan rawa yang berair
payau.
Menggigit pada malam hari.
Tit : di luar rumah atau dalam
rumah
3. Culex
bitaeniorrhynchus
Tempat yang ada
lumutnya, air payau
dan/atau air tawar.
Antropofilik, zoofilik
menggigit pada malam hari.
Tit : di luar dan bisa juga luar
rumah
Keterangan : Tit= Tempat Istirahat Tetap
17
5. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Nyamuk Culex sp
Penyakit yang ditiularkan oleh nyamuk Culex sp ni banyak ditemukan di
wilayah tropika seluruh dunia, termasuk Negara Indonesia.
Nyamuk genus Culex merupakan nyamuk yang banyak terdapat di sekitar
kita. Beberapa spesies nyamuk ini sudah dibuktikan sebagai vektor penyakit. Di
Indonesia, ada 23 spesies nyamuk sebagai vektor penyakit filariasis, dari genus
Anopheles, Aedes, Culex, Armigeres dan Mansonia diantaranya adalah Culex
quinquefasciatus dan Culex bitaeniorrhynchus. Biasanya, nyamuk genus Culex ini
menyukai tempat-tempat kotor, seperti limbah domestik.
Nyamuk culex merupakan nyamuk pembawa vektor penyakit filaria.
Selain itu penyakit yang ditimbulkan antara lain Japanese Enchepalitis (JE), ST.
Loius Enchepalitis dan West Nile Virus (WNV).
6. Cara Penularan Penyakit Filariasis
Penderita awalnya digigit nyamuk yang didalam tubuhnya sudah
"terkontaminasi" larva stadium III. Nyamuk sendiri mendapat microfilaria karena
menghisap darah penderita atau dari hewan yang mengandung microfilaria dan
pada saat itu microfilaria ikut terhisap dan masuk kedalam lambung nyamuk.
Dalam tubuh nyamuk mikofilaria tidak berkembang biak tetapi hanya berubah
bentuk dari larva instar 1 menjadi larva instar 3 dalam beberpa hari, karenanya
diperlukan gigitan berulang kali untuk bias terjadi infeksi. Didalam tubuh manusia
larva instar 3 menuju limfe dan selanjutnya tumbuh menjadi cacing dewasa jantan
atau betina serta berkembang biak (Meiliadi, 2018).
18
7. Pengendalian Nyamuk Culex sp
Pengendalian bertujuan untuk mengurangi jumlah Culex sp. dan mencegah
penyakit yang berbahaya untuk manusia. Menurut Entjang (2003) dalam Ningrum
(2018), garis besar pengendalian ini dibagi menjadi 4 cara yaitu : 1) Mekanis, 2)
Zat Kimia, 3) Biologis, dan 4) Perlindungan perorangan.
a. Mekanik
Upaya pengendalian ini adalah memasang hambatan mekanis,
menghilangkan atau memindahkan tempat berkembang biaknya, menangkapnya,
dan membunuhnya. Beberapa kegiatan pengendalian secara mekanis antara lain
yaitu perbaikan sanitasi lingkungan, penggunaan perangkap, dan penataan
lingkungan.
b. Zat Kimia
Pemanfaatan bahan kimia sebagai pestisida untuk kebutuhan pertanian,
rumah tangga dan beberapa program pada kesehatan masyarakat sudah beberapa
puluhan tahun dipergunakan. Pemakaian yang berlebihan, cara pakai yang tidak
benar dan kualitas dari pestisida, banyak menimbulkan masalah lingkungan yang
membahayakan kesehatan manusia.
Pengendalian secara kimia berdasarkan sasaran yang akan dibunuhnya
dibagi antara lain :
1) Ovisida, yaitu insektisida untuk membunuh stadium telur
2) Larvasida, yaitu insektisida untuk membunuh stadium larva
3) Adultisida, yaitu insektisida untuk membunuh stadium dewasa
4) Akarisida/mitisida, yaitu insektisida untuk membunuh tungaue.
5) Pedikulisida/lousisida, yaitu insektisida untuk membunuh kutu.
19
c. Biologis
Pengendalian terhadap jenis anthropoda menggunakan makhluk yang
hidup, misalnya dengan memelihara ikan Gambusia affinis yang berfungsi untuk
memangsa larva yang terdapat di dalam air yang sulit dikeringkan, misalnya
seperti rawa.
d. Perlindungan Perorangan
Perlindungan diri adalah upaya seseorang untuk menghindari gigitan dari
serangga sebagai upaya untuk pencegahan dan penularan suatu penyakit atau agar
darahnya tidak dihisap anthropoda dan mencegah akibat lainnya, seperti memakai
baju yang dapat menutupi seluruh tubuh, tidur dengan menggunakan kelambu,
menggunakan zat untuk mengusir serangga.
B. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)
1. Klasifikasi Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)
Menurut Sudarminto (2015) klasifikasi daun pandan wangi adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
20
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb
Gambar 2.5 Daun Pandan Wangi (Sumber: Solehah, 2017)
2. Morfologi Daun Pandan Wangi
Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae.
Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan
negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara