-
5 Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI)
1. Definisi ASI
ASI adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang
bersifat alamiah, dan mengandung berbagai zat gizi yang
dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyo, 2008). ASI
Eksklusif
adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan cairan lain
seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat
misalnya pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim
atau makanan
lain selain ASI (Nurkhasanah, 2011).
2. ASI Eksklusif
World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens
Fund (UNICEF) merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya
segera
setelah melahirkan dalam waktu 1 jam dan melanjutkan memberikan
ASI
Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, memberikan
makanan
pendamping yang bergizi dan aman kepada bayi sejak usia 6 bulan
disertai
dengan pemberian ASI sampai bayi berusia 2 tahun.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif, ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada
bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan atau
mengganti
dengan makanan atau minuman lain kecuali obat dan vitamin.
B. Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat ASI Bagi Bayi
Berikut manfaat ASI yang diperoleh bayi menurut Nisman (2011)
:
a. ASI mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan bayi yang
belum
sempurna.
-
6
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
b. ASI termasuk kolostrum yang mengandung zat kekebalan
tubuh,
meliputi immunoglobulin, lactoferin, enzyme, macrofag,
lymphosit,
dan bifidus factor. Semua faktor ini berperan sebagai
antivirus,
antiprotozoa, antibakteri, dan antiinflamasi bagi tubuh bayi
sehingga
bayi tidak mudah terserang penyakit. Jika mendapatkan ASI, bayi
juga
tidak mudah mengalami alergi.
c. ASI juga menghindarkan bayi dari diare karena saluran
pencernaan
bayi yang mendapatkan ASI mengandung lactobacilli dan
bifidobabateria (bakteri baik) yang membantu membentuk feses
bayi
yang pH-nya rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri
jahat penyebab diare dan masalah pencernaan lainnya.
d. ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan
memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan
otak
bayi. Berdasarkan suatu penelitian, anak yang mendapatkan ASI
pada
masa bayi mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan anak
yang
tidak mendapatkan ASI.
e. Mengisap ASI membuat bayi mudah mengkoordinasi saraf
menelan,
mengisap, dan bernapas menjadi lebih sempurna dan bayi
menjadi
lebih aktif dan ceria.
f. Mendapatkan ASI dengan mengisap dari payudara membuat
kualitas
hubungan psikologis ibu dan bayi menjadi semakin dekat.
g. Mengisap ASI dari payudara membuat pembentukan rahang dan
gigi
menjadi lebih baik dibandingkan dengan mengisap susu formula
dengan menggunakan dot.
h. Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan bayi yang
diberi
susu formula. Pemberian susu formula pada bayi dapat
meningkatkan
risiko infeksi saluran kemih, saluran napas, dan telinga. Bayi
juga bisa
mengalami diare, sakit perut (kolik), alergi makanan, asma,
diabetes,
dan penyakit saluran pencernaan kronis. sebaliknya, ASI
membantu
mengoptimalkan perkembangan sistem saraf serta perkembangan
otak
bayi.
-
7
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
2. Manfaat Menyusui bagi ibu
Sementara itu, menyusui juga memberikan manfaat bagi ibu
(Nisman,
2011):
a. Menghentikan perdarahan pasca persalinan
Ketika bayi menyusu, isapan bayi akan merangsang otak untuk
memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon oksitosin,
selain
mengerutkan otot-otot untuk pengeluaran ASI, juga membuat
otot-otot
rahim dan juga pembuluh darah di rahim sebagai bekas proses
persalinan,
cepat terhenti. Efek ini akan berlangsung secara lebih maksimal
jika
setelah melahirkan ibu langsung menyusui bayinya
b. Psikologi ibu
Rasa banggga dan bahagia karena dapat memberikan sesuatu
dari
dirinya demi kebaikan bayinya dengan menyusui bayinya akan
memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayi.
c. Wanita yang menyusui memiliki angka insidensi terkena
kanker
payudara, indung telur, dan rahim lebih rendah.
d. Menyusui dengan frekuensi yang sering dan lama dapat
digunakan
sebagai metode kontrasepsi alami yang dapat mencegah
terjadinya
ovulasi pada ibu.
e. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
Dengan
menyusui,cadangan lemak dari tubuh ibu yang memang disiapkan
sebagai sumber energi pembentukan ASI. Akibatnya, cadangan
lemak
tersebut akan menyusut sehingga penurunan berat badan ibu pun
akan
berlangsung lebih cepat.
f. ASI tersedia setiap saat tanpa harus menunggu waktu
menyiapkan
dengan temperatur atau suhu yang sesuai dengan kebutuhan
bayi.
g. ASI mudah disajikan dan tanpa kontaminasi bahan berbahaya
dari luar
serta steril dari bakteri.
-
8
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
C. Kandungan ASI
Menurut Maryunani (2012), kandungan ASI nyaris tak tertandingi,
ASI
mudah dicerna karena mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim
untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
ASI
mengandung zat-zat gizi yang berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. Kandungan zat gizi dalam
ASI yaitu :
1. Laktosa (Karbohidrat)
a. Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang
berperan
penting sebagai sumber energi.
b. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat
yang
terdapat dalam ASI murni.
c. Sebagai sumber penghasil energi, sebagai karbohidrat
utama,
meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, merangsang
tumbuhnya
laktobasilus bifidus.
d. Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan
berbagai
penyakit atau gangguan kesehatan.
e. Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan
galaktosa
yang berperan dalam perkembangan saraf.
f. Zat gizi membantu penyerapan kalsium dan magnesium di
masa
pertumbuhan bayi.
g. Komposisi dalam ASI:Laktosa -7 gr/100 ml.
2. Lemak
a. Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi
sumber
energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh
bayi.
b. Berfungsi sebagai penghasil kalori/energi utama, menurunkan
resiko
penyakit jantung di usia muda.
-
9
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
c. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu
:
asam linoleat dan asam alda linoleat yang akan diolah oleh tubuh
bayi
menjadi AA dan DHA.
1) Arachidonic Acid (AA) dan Decosahexonic Acid (DHA) adalah
asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids)
yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
2) Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk
menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak.
3) Disamping itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa
dari substansi pembentuknya (pre-cursor) yaitu masing-masing
dari
Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
4) AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi.
5) AA dan DHA merupakan zat yang didapat dari perubahan
omega-3
dan omega-6 yang berfungsi untuk perkembangan otak janin dan
bayi.
d. Lemak : 50 % tinggi pada ASI prematur, asam lemak
esensial.
e. Komposisi dalam ASI : Lemak 3,7 – 4,8 gr/100 ml.
3. Protein
a. Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi.
b. Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi
sebagai
pembentuk struktur otak.
c. Protein dalam susu adalah whey dan casein/kasein.
1) ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai
untuk
bayi.
2) Rasio Whey dengan Casein merupakan salah satu keunggulan
ASI
dibandingkan dengan susu sapi.
3) ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35.
4) Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah
diserap.
5) Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan whey :
casein
adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
6) Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan casein yang
merupakan protein utama dari susu sapi.
-
10
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
d. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu sistin, taurin,
triptofan, dan
fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses
ingatan.
e. Sistin dan taurin merupakan dua macam asam amino yang
tidak
terdapat dalam susu sapi.
1) Sistin : diperlukan untuk pertumbuhan somatik.
2) Taurin : Neotransmitter yang baik untuk perkembangan otak
anak.
3) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI
yang berfungsi sebagai neuorotransmitter dan berperan penting
untuk
proses maturasi sel otak.
4) Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin
akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
f. Komposisi dalam ASI : Protein 0,8 – 1,0 gr/100 ml.
4. Garam dan Mineral
a. ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya
relatif
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6
bulan.
b. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat
stabil
dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet
ibu.
1) Zat besi : zat yang membantu pembentukan darah untuk
menghindarkan bayi dari penyakit kurang darah atau anemia.
2) Ferum : Fe rendah tapi mudah diserap.
c. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi
sebagian
besar tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usus
bayi
serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah
karena
obstipasi atau gangguan metabolisme.
5. Vitamin
a. ASI mengandung berbagai jenis vitamin, yaitu : vitamin A,
karoten,
vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin C (asam askorbat),
biotin, kolin,
-
11
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
asam piridoksin (Vitamin B3), riboflavin (B2), thiamin (B1),
dan
siaonokobalamin (Vitamin B12).
b. ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi
kebutuhan
bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir
ususnya
belum mampu membentuk vitamin K.
c. Vitamin-vitamin tersebut antara lain :
1) Vitamin A : Vitamin yang sangat berguna bagi perkembangan
penglihatan bayi.
2) Vitamin D
3) Vitamin E : terdapat terutama dalam kolostrum
4) Vitamin K : berfungsi sebagai katalisator pada proses
pembekuan
darah dan terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup serta
mudah
diserap. Karena bayi baru lahir ususnya belum mampu
membentuk
vitamin K. Maka setelah lahir, bayi diberikan tambahan vitamin
K.
D. Kandungan ASI sebagai zat pelindung
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
ASI
mengandung beberapa zat pelindung berikut ini :
1. Faktor Bifidus
a. Faktor bifidus : fasilitas pertumbuhan lactobacillus bifidus
(melawan
bakteri patogen dalam usus)
b. Zat ini penting untuk merangsang pertumbuhan bakteri
Lactobacillus
bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan
atau
penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi beberapa jenis
bakteri
merugikan, seperti keluarga E.coli.
c. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung
nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus.
2. Laktobasilus Bifidus
a. Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan
berbagai
penyakit atau gangguan kesehatan.
-
12
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
b. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna
untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Laktoferin
a. Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi.
b. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen
zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
c. Laktoferin : menyerap fe dari saluran pencernaan, mengurangi
suplai
Calbicans dan E.coli.
d. Laktoferin berfungsi menghambat perkembangan jamur kandida
dan
bakteri stafilokokus yang merugikan kesehatan bayi.
4. Lysozim
a. Lysozim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli
dan
Salmonella) dan virus. Jumlah lysozim dalam ASI 300 kali
lebih
banyak daripada susu sapi.
b. Lysozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri
(bakteriosidal) dan anti-inflamatory, bekerjasama dengan
peroksida
dan askorbat untuk menyerang untuk menyerang E-coli dan
sebagian
spesies Salmonela.
c. Lysozim sangat bermanfaat untuk mengurangi karies dentis
dan
maloklusi serta dapat memecah dinding bakteri yang
merugikan.
d. Lysozim : whey, protein, baktericidal, anti inflamasi
melawan
shigella dan salmonella, kadar makin tinggi setelah umur 6
bulan.
5. Immunoglobulin
a. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya
cukup
tinggi. Sekretori ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan
bakteri
patogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan
sedangkan
susu formula hanya sedikit mengandung immunoglobulin dan
sebagian besar merupakan jenis yang tidak dibutuhkan dalam
tubuh
bayi.
b. Immunoglobulin : Ig.A BALT dan GALT (Bronchus/Gut
Associated
Immuno Competent Lymphoid Tissue).
-
13
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
E. Komposisi ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu : kolostrum, air susu
transisi, dan
air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda
dengan ASI hari ke 5
– 10 (transisi) dan ASI matur. Masing-masing ASI tersebut
dijelaskan sebagai
berikut :
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum
merupakan
cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang
mengandung
tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli
dan duktus dari
kelenjar mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan..
Kolostrum ini
disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari
keempat pasca
persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental,
lengket,
dan berwarna kekuningan.
Kolostrum banyak mengandung protein, antibody (kekebalan tubuh),
dan
immunoglobin. Kolostrum mengandung protein, mineral, garam,
vitamin A,
nitrogen, sel darah putih dan antibody yang tinggi daripada ASI
matur. Protein
utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM)
yang
digunakan sebagai zat antibody untuk mencegah dan menetralisir
bakteri,
virus, jamur, dan parasit.
Kolostrum memiliki efek pencahar ringan yang membantu untuk
membersihkan usus bayi dari mekonium (tinja pertama bayi yang
berwarna
kehitaman) juga membersihkan bilirubin dari usus, dan membantu
untuk
mencegah bayi kuning (jaundice). Kolostrum mengandung faktor
pertumbuhan yang membantu perkembangan usus bayi yang belum
matang
setelah lahir. Ini membantu untuk mencegah bayi dari infeksi,
alergi, dan
intoleransi terhadap jenis makanan lainnya.
Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi
pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup
untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus
diberikan
kepada bayi. Volume kolostrum yang ada dalam payudara
mendekati
kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum
antara 150-
300 ml/24 jam.
-
14
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
2. Air Susu Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum
ASI matur yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10, berisi
karbohidrat dan
lemak serta volume ASI meningkat. Kadar protein semakin rendah
sedangkan
kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. Selama dua minggu,
volume
ASI bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya.
Kadar
Immunoglobulin dan protein menurun sedangkan lemak dan
laktosa
meningkat.
3. Air Susu Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI
matur
tampak berwarna putih kekuning-kuningan karena mengandung
casineat.
Riboflavin dan karotin. Kandungan ASI matur relatif konstan,
tidak
menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama
disebut
foremilk yang memiliki kandungan rendah lemak dan tinggi
laktosa, gula,
protein, mineral, dan air serta memiliki tekstur lebih encer.
ASI matur
memiliki antimikrobakterial faktor, yaitu Antibody terhadap
bakteri dan virus,
Sel (fagosile, granulosit, makrofag, limfosil tipe T), Enzim
(Lisozim,
lactoperoxidese), Protein (laktoferin, B12 Ginding Protein) dan
Faktor resisten
terhadap staphylococcus.
Tabel 1
Kandungan Kolostrum, ASI Transisi, dan ASI Matur
Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur
Energi (Kkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (g/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (g/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (g/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (g/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobulin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Sumber : Maryunani, 2012
-
15
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
F. Faktor - Faktor Keberhasilan ASI Ekslusif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif,
dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
(Wahyuningsih, 2012).
1. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam
diri individu itu
sendiri, meliputi:
a. Faktor Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk
menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap terhadap
nilai-
nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI
Eksklusif
(Wahyuningsih, 2012).
b. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian
ASI
Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif
pada
bayi. kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal
Care),
mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI
Eksklusif,
kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika
tidak
memberikan ASI Eksklusif (Wahyuningsih, 2012).
c. Faktor Sikap/Perilaku
Menurut Roesli (2008), dengan menciptakan sikap yang positif
mengenai
ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian
ASI
Eksklusif.
d. Faktor psikologis
1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
(estetika).
2) Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak
penampilan
dan khawatir akan tampak menjadi tua.
3) Sebagian ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi
sehingga
dapat mendesak ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama
menyusui
bayinya bahkan mengurangi menyusui (Roesli, 2008
-
16
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
e. Faktor Fisik ibu
Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena
ibu
sakit, baik sebentar maupun lama. Sebenarnya jarang sekali ada
penyakit
yang mengharuskan Ibu untuk berhenti menyusui karena lebih jauh
berbahaya
untuk mulai memberi bayi berupa makanan buatan daripada
membiarkan bayi
menyusu dari ibunya yang sakit (Roesli, 2008).
f. Faktor Emosional
Faktor emosional mampu mempengaruhi produksi air susu ibu
(ASI).
Aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa
berubah-ubah oleh
pengaruh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu
dapat
menghambat /meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut,
gelisah,
marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan
mempengaruhi refleks
oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya,
perasaan ibu
yang berbahagia, senang, perasaan menyayangi bayi seperti
memeluk,
mencium, dan mendengar bayinya yang menangis, perasaan bangga
menyusui
bayinya akan meningkatkan pengeluaran ASI (Roesli, 2008).
2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh
lingkungan
maupun dari luar individu itu sendiri, meliputi:
a. Inisiasi Menyusu Dini
1) Definisi Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu
dalam
satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi menyusu dini juga
bisa diartikan
sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan
usaha sendiri
dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusui
dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari
payudara
(Maryunani, 2012).
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan
nalurinya
sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah
lahir, bersamaan
dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi
dibiarkan setidaknya
-
17
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
selama satu jam di dada ibu sampai bayi menyusu sendiri
(Kemenkes RI, 2018).
Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah asing sering di sebut early
inisiation
breastfreeding yaitu memberi kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusu
sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Ketika
bayi sehat di
letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan
terjadi kontak kulit
(skin to skin contac) merupakan pertunjukan yang menakjubkan,
bayi akan
bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak
di atas perut ibu
dan menjangkau payudara. (Roesli, 2008).
Inisiasi Menyusui Dini disebut sebagai tahap ke empat persalinan
yaitu tepat
setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan,
meletakkan bayi baru lahir
dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum
dibersihkan,
tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan
memastikan bayi
mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan
mendapatkan
kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar (Roesli, 2008).
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses menyusu bukan menyusui
yang
merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu
menyusui
bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu
ibu. Setelah
lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu reflek
menghisap bayi
timbul setelah 20-30 menit setelah lahir dan bayi akan
menunjukan kesiapan
untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir (Roesli, 2008).
Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, IMD adalah suatu
rangkaian
kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong
tali pusatnya
secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan
menemukan
puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama
kelahiran.
2) Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)
Inisiasi Menyusui Dini dilakukan dengan cara meletakkan bayi
secara
tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi bersentuhan
pada kulit ibu
yang dilakukan sekurang-kurangnya 1 jam segera setelah lahir,
jika kontak
tersebut terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari satu jam
maka dianggap
belum sempurna dan tidak melakukan IMD (Kemenkes RI, 2018).
Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi
diletakkan di
-
18
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan
bayi berada
dalam satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami
bayi mencari
payudara ibu dan mulai menyusu. (Rosita, 2008).
Prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru
lahir
dengan kain atau handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus
(bedong)
kemudian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap
sehingga ada
kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk
menyusu sendiri
pada satu jam pertama kelahiran.
3) Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Menurut Roesli (2008), menyampaikan bahwa IMD bermanfaat bagi
ibu
dan bayi baik secara fisiologis maupun psikologis, yaitu sebagai
berikut:
a) Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya
oksitoksin
yang menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu
keluarnya
plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin juga menstimulasi
hormon-
hormon lain yang menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman,
sehingga
ASI keluar dengan lancar.
b) Bayi
Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan
sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.Bayi
memperoleh
kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi
pertama.
Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor pertumbuhan
yang
membantu usus bayi berfungsi secara efektif, sehingga
mikroorganisme
dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh
bayi.
c) Manfaat secara Psikologis :
Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding) seperti hubungan
ibu-bayi
lebih erat dan penuh kasih sayang, Ibu merasa lebih bahagia,
bayi lebih
jarang menangis, ibu berperilaku lebih peka (affectionately) dan
lebih
jarang menyiksa bayi (child abused) serta perkembangan anak
menunjukkan uji kepintaran yang lebih baik di kemudian hari.
-
19
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
4) Tata laksana Inisiasi Menyusui Dini
Secara umum menurut Maryunani (2012), tata laksana IMD adalah
sebagai
berikut:
a) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat
persalinan.
b) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat
kimiawi saat
persalinan dan dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya,
pijat,
aroma, terapi gerakan atau hypnobirthing.
c) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan
misalnya
melahirkan tidak normal di dalam air atau dengan jongkok.
d) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali
kedua
tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi
sebaiknya
dibiarkan.
e) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit
bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini
dipertahankan
minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai kemudian
keduanya
diselimuti jika perlu gunakan topi bayi.
f) Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang
bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting
susu.
g) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda
atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung
beberapa
menit atau satu jam, dukungan ayah akan meningkatkan rasa
percaya diri
ibu. Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam
waktu
satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit
ibunya sampai
berhasil menyusu pertama.
h) Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit
pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan
i) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap
setelah satu
jam
j) Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam.
-
20
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
b. Rooming In (Rawat Gabung)
1) Definisi Rooming In (Rawat Gabung)
Rawat gabung adalah suatu sitem perawatan ibu dan anak
bersama-sama
pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu
dan setiap
saat ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Dalam pelaksanaannya
bayi harus
selalu dekat ibunya semenjak dilahirkan sampai saatnya pulang.
(Soetjiningsih,
2013).
2) Tujuan Rooming In (Rawat Gabung)
a) Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja
dibutuhkan.
b) Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang
benar
seperti yang dilakukan oleh petugas.
c) Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri
selagi
ibu masih di rumah sakit.
d) Dalam rawat gabung, suami dan keluarga dapat dilibatkan
secara aktif
untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat
bayinya secara baik dan benar.
e) Ibu mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu
kontak
dengan bayinya.
3) Syarat-syarat rooming in (rawat gabung)
Bayi dan ibu yang dilakukan rooming in (rawat gabung) harus
memenuhi
syarat sebagai berikut :
a) Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.
b) Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan
setelah bayi
cukup sehat , reflek menghisap baik, tidak ada tanda infeksi
dsb.
c) Bayi yang dilahirkan dengan secsio cesarea dengan anastesia
umum,
rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi
tidak
ngantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai, bayi tetap
disusukan
meskipun mungkin ibu masih terpasang infus.
d) Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai apgar
minimal 7)
e) Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
-
21
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
f) Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih.
g) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
h) Bayi dan ibu sehat.
4) Kontraindikasi rooming in (rawat gabung)
Rawat gabung tidak boleh diberikan pada ibu dan bayi yang
mengalami :
a) Bayi yang prematur
b) Bayi berat lahir kurang dari 2000-2500 gram
c) Bayi dengan sepsis.
d) Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya : hidrosephalus,
maningokel,
anansefali, atresia ani, omfalokel, dsb.
e) Bayi dengan gangguan napas.
f) Ibu dengan infeksi berat, misalnya : sepsis, dsb.
5) Manfaat rooming in (rawat gabung) bagi ibu dan bayi.
a) Aspek fisik
(1) Menyusui anak akan mudah dilaksanakan dan mudah berhasil
karena
anak berada disamping ibunya. Ibu tahu betul waktu menyusui
dan
waktu anaknya lapar.
(2) Bahaya infeksi dari bayi lain dapat dikurangi karena bayi
terpisah
dari bayi lain karena bayi sekamar dengan ibunya.
b) Aspek fisiologis
(1) Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui
dan
frekuensinya lebih sering dan ini merupakan proses fisiologis
yang
alami.
(2) Dengan menyusui maka akan timbul refleks oksitosin yang
akan
membantu proses fisiologis infolusi rahim, dan prolaktin yang
akan
memacu proses produksi ASI.
c) Aspek Psikologis.
(1) Bayi akan menerima rasa keibuan lebih besar dari pada
diruang bayi.
Didalam satu ruangan bayi akan mendapatkan rasa dan sentuhan
ibunya lebih sering. Hal ini diperlukan anak sebagai rasa
kasih
-
22
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
sayang yang penting untuk menimbulkan rasa aman bagi bayi.
(2) Menimbulkan kepuasan bagi bayi dan ibu karena hubungan
diantara
mereka dapat selalu dijalin.
(3) Membentuk temperamen yang baik bagi bayi karena bayi tidak
perlu
marah atau menangis karena lapar atau karena kurang perhatian
sebab
sewaktu-waktu ibu dapat menolong dan memperhatikannya.
(4) Waktu kunjungan kedua orang tua yaitu ibu dan ayah akan
lebih
gembira karena merasa dapat bertemu dalam satu kesatuan
keluarga.
d) Aspek pendidikan
(1) Bagi yang belum berpengalaman dengan adanya rawat gabung
dapat
mempelajari bayinya menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam
merawat anaknya bila telah pulang kerumahnya.
(2) Dengan mengamati tingkah laku anaknya, ia akan mengetahui
hal-
hal yang perlu mendapatkan pertolongan, misalnya : bila muka
anaknya pucat, bernafas tidak teratur, BAB encer, dll.
e) Aspek Ekonomi.
(1) Dengan rawat gabung maka pemberian ASI dapat dilakukan
sedini
mungkin, hal ini merupakan suatu penghematan anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol dot, serta
peralatan
lain yang dibutuhkan.
(2) Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi
rahim
menjadi lebih cepat. Demikian juga infeksi dapat dikurangi
atau
dicegah, berarti penghematan biaya bagi keluarga ibu karena
perawatan lebih singkat.
C. Pemberian MP-ASI Dini
1) Definisi Makanan Pendamping ASI
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi,
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi
selain dari ASI (Kemenkes RI, 2018). MP-ASI merupakan makanan
peralihan
dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI
harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini
dimaksudkan
-
23
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima
MP-ASI
(Kemenkes RI, 2018).
MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu
menuju
ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan
keterampilan
motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks
menghisap
menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan
memindahkan
makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang
(Kemenkes RI, 2018).
2) Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini juga dapat dipengaruhi
karakter
sosial baik internal ataupun eksternal yaitu :
a) Pengetahuan ibu
Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
dan menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah beralih ke susu formula.
Oleh
itu perlu dukungan oleh berbagai pihak agar ibu mengetahui
informasi
yang jelas tentang pemberian ASI eksklusif dengan memberikan
penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI. Faktor internal
ini yang
mempengaruhi bayi kurang mendapatkan ASI yang cukup (Anton,
B.
2008). Menurut Ginting, dkk (2012) ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan dalam kategori “tidak baik” memiliki risiko sebesar
2,425
kali untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia
-
24
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
dan memudahkan bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara
manual
akan membentuk puting susu tertarik kedalam (Kemenkes RI.
2018).
(2) Puting susu lecet
Puting susu yang nyeri jika tidak segera ditangani dengan
benar
maka menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan
bahkan
akan mengeluarkan darah. Puting susu yang lecet akan
menyebabkan
posisi menyusui menjadi salah, apabila sangat menyakitkan,
berhenti
menyusui pada puting yang sakit, beri kesempatan untuk puting
susu yang
sakit menjadi sembuh. Jika dalam waktu satu minggu luka tidak
kunjung
sembuh, rujuk ke puskesmas. Posisi menyusui yang benar itu
bayi
diletakan menghadap ibu, perut bayi menempel keperut ibu,
telinga bayi
segaris dengan lengan, mulubayi terbuka lebar, bibir bayi
lengkung keluar,
dagu bayi menempel pada payudara (Kemenkes RI. 2018).
(3) Puting susu nyeri
Pada awalnya ibu akan mengalami sakit atau nyeri pada saat
awal
menyusui. Rasa nyeri ini akan berhenti ketika ASI sudah keluar.
Bila
posisi mulut dan puting susu dalam posisi yang tepat, perasaan
nyeri itu
akan menghilang. Cara menanganinya adalah dengan cara
memastikan
posisi menyusui sudah benar, jangan membersihkan puting susu
dengan
sabun, hindarkan puting susu menjadi lembab (Kemenkes RI,
2018).
(4) Payudara bengkak
Pada hari pertama (sekitar 2 – 4 jam), payudara sering
terasa
penuh dan nyeri itu karena bertambahnya aliran darah
kepayudara
bersama ASI yang mulai diproduksi dalam jumlah banyak.
Penyebab
bengkaknya payudara adalah posisi mulut bayi dan puting susu
yang
salah, produksi ASI berlebih, terlambat menyusui, pengeluaran
ASI yang
jarang, dan waktu menyusui yang terbatas. Cara mengatasinya
adalah
dengan menyusui bayi sesering mungkin tanpa ada jadwal dan
batas
waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan
bantuan
tangan/pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum
menyusui
dapat dilakukan juga kompres air dingin untuk mengurangi
oedema
(Kemenkes RI, 2018).
-
25
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
c) Dukungan keluarga
Dukungan adalah sebuah penyemangat atau support atau
motivasi
yang diberikan kepada seseorang, sedangkan keluarga adalah
suatu
perkumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota
keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak, at all. 2011).
Menurut (Friedman, at all. 2010) mengemukakan bahwa dukungan
keluarga dapat diberikan dalam beberapa bentuk seperti
dukungan
informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan
emosional. Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan,
baik
ketika memulai maupun melanjutkan menyusui.
Dukungan suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan
atau
kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran
pengetahuan
ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan
emosi dan
perasaan ibu. Dukungan atau support dari orang lain atau orang
terdekat,
sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin
besar
dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan
semakin
besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus untuk
menyusui.
Dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang
ibu
yang kurang mendapatkan dukungan oleh suami, ibu, adik atau
bahkan
ditakut-takuti, dipengaruhi untuk beralih ke susu formula
(Roesli, 2008).
3) Resiko Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
a) Resiko jangka pendek
Telah dibuktikan bahwa pengenalan makanan selain ASI eksklusif
kepada
bayi akan menurun frekuensi dan intensitas pengisapan bayi,
yang
merupakan salah satu resiko menurunnya produksi ASI. Resiko dari
bayi
yang mendapatkan makanan pendamping yang terlalu dini adalah
penyakit
diare.
b) Resiko jangka panjang
Pemberian makanan dalam jangka panjang yang kurang memadai
juga akan menimbulkan kerugian jangka panjang yaitu :
-
26
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
(1) Obesitas
Ditemukan adanya korelasi yang baik antara peningkatan berat
badan
selama usia bayi dengan terjadinya kegemukan dikemudian
hari,
penambahan berat badan pada bayi yang diberikan makanan buatan
lebih
besar sedangkan bayi yang diberi ASI eksklusif tampak dapat
mengatur
masukan konsumsi mereka sehingga dapat disesuaikan dengan
kebutuhannya.
(2) Alergi makanan
Telah terbukti bahwa menyusui yang berkepanjangan dan
pengenalan
makanan tambahan yang dipilih dengan hati-hati dan yang tepat
waktu
pemberiannya akan mempunyai peran perlindungan terhadap
alergmakanan, terutama untuk bayi-bayi yang mempunyai
predisposisi
kearah gangguan tersebut. Dan tidak hanya alergi terhadap susu
sapi tetapi
juga makanan yang lainnya. Manifestasi alergi terhadap susu sapi
secara
klinis meliputi gangguan-gangguan seperti gangguan
gastrointestinal,
dermatologis dan gangguan pernafasan.
D. Teknik Menyusui
Menurut Maryunani (2012), teknik meyusui yang benar dapat kita
amati
melalui beberapa respon dari bayi, jika ibu menyusui dengan
teknik yang tidak
benar mengakibatkan puting susu menjadi lecet. ASI keluar tidak
optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi tidak
mau menyusu.
1) Cara Pengamatan Teknik Menyusui
Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar
dapat
diperhatikan :
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian
bawah
lebih banyak masuk.
e. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
-
27
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
f. Bayi nampak mengisap dengan kuat dengan irama perlahan.
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala agak menengadah.
2) Langkah-langkah Menyusui yang benar
Menurut Soetjiningsih (2013) laktasi (memproduksi ASI)
merupakan
proses yang sangat efisien selama laktasi, ibu perlu menyadari
bahwa bayi harus
disusui sesuai permintaannya, dan ibu memastikan bahwa ia
menyusui dengan
posisi dan pelekatan yang tepat. Berikut adalah langkah-langkah
menyusui yang
benar :
1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada
puting dan di areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai
disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain
menopang di
bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja
4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roofting reflex)
dengan
cara:
a) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
b) Menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut
bayi.
a) Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut
bayi
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah
bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak
di
bawah areola payudara. Posisi yang salah, apabila bayi hanya
mengisap
pada puting susu saja dan akan mengakibatkan masukan ASI yang
tidak
adekuat dan puting susu lecet.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga
lagi.