-
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kota Layak Anak
2.1.1. Konsep Kota Layak Anak
Kota Layak Anak adalah konsep kota yang menjamin pemenuhan hak
hak
anak, seperti hak kesehatan, pendidikan, perlindungan,dan non
deskriminasi
(UNICEF,2016 dan Riggio, 2002). Konsep Kota Layak Anak berawal
dari
penelitian Kevin Lynch, lalu di adopsi oleh UNHABITAT dan
UNICEF
(R.puspita). Pada tahun 2006 Indonesia mulai menerapkan konsep
Kota Layak
Anak yang diawali dari 5 Kabupaten/Kota, antara lain Kota
Surakarta, Kota
Jambi, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Sidoharjo, dan Kabupaten
Kutai
(BAPERMAS, 2013). Hal ini lalu tertuang dalam Peraturan Menteri
Negara
Pemberdayaan Perempuan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Kebijakan
Kota/Kabupaten Layak Anak. Jumlah Kabupaten/Kota Layak Anak di
Indonesia
terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat sampai dengan tahun
2016 ada sekitar
302 Kabupaten/Kota yang sudah menerapkan konsep Kota Layak Anak
(Patilima,
2014)
Untuk memenuhi hak anak sebagai warga kota tersebut dengan
membangun
kabupaten/kota Layak Anak (KLA) yang idealnya harus memenuhi
semua
indikator yang ditetapkan oleh Konvensi Hak Anak . pedoman
untuk
pengembangan kebijakan Kota Layak Anak yang merujuk pada 5
klaster
Konvensi Hak Anak yang terdiri dari:
1. Hak Sipil dan Kebebasan
a. Hak atas identitas
b. Hak perlindungan identitas
c. Hak berekpresi dan mengeluarkan pendapat
d. Hak bepikir, berhati nurani dan beragama
e. Hak berorganisasi dan berkumpul secara damai
f. Hak atas perlindungan kehidupan pribadi
-
20
g. Hak akses informasi yang layak
h. Hak bebas dari penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam,
tidak
manusiawi atau merendahkan martabat manusia
2. Lingkungan Keluarga dan Pengasuh Alternatif
a. Bimbingan dan tanggung jawab orang tua
b. Anak yang terpisah dari orang tua
c. Reunifikasi
d. Dukungan kesejahtraan bagi anak
e. Anak yang terpaksa di pisah dari lingkungan keluarga
memastikan
anak yang diasingkan dari lingkungan keluarga mendapat
pengasuh
alternative atas tanggungan Negara
f. Pengangkatan/adopsi anak
g. Tinjauan penetapan secara berkala
h. Kekerasan dan penelantaran
3. Kesehatan dasar dan kesejahtraan
a. Anak penyandang disabilitas
b. Kesehatan dan layanan kesehatan memastikan setiap anak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
terintergrasi
c. Jaminan sosial layanan dan fasilitas kesehatan
d. Standar hidup memastikan anak mencapai standar tertinggi
kehidupan dalam hal fisik, mental, spiritual, moral dan sosial.
Hal ini
dapat di capai dengan menurunkan kematian anak, mempertinggi
usia harapan hidup , standar gizi, kesehatan, pendidikan,
dan
lingkungan.
4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya
a. Pendidikan untuk memastikan setiap anak mendapatkan akses
pendidikan dan pelatihan yang berkualitas tanpa diskriminasi
b. Tujuan pendidikan yaitu pendidikan sesuai minat bakat
c. Kegiatan liburan, kegiatan budaya, dan olah raga
5. Perlindungan Khusus
a. Anak dalam situasi darurat
-
21
b. Anak yang berhadapan dengan hukun
c. Anak dalam situasi ekploitasi
d. Anak yang masuk dalam kelompok minoritas dan adat
memastikan
bahwa anak anak dari kelompok minoritas dan adat dijamin hak
nya
untuk menikmati budaya, bahasa dan kepercayaannya.
2.1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Kota Layak Anak
1. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan
Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Indikator
Kabupaten/Kota Layak Anak.
Peraturan ini di dalamnya memuat 31 indikator tentang Indikator
Pemenuhan
Hak Anak yang sekaligus juga merupakan Indikator Kota Layak
Anak. Indikator
ini sebagai acuan kabupaten/kota untuk menjadi Kabupaten/Kota
Layak Anak.
Peraturan dan indikator ini dibuat berdasarkan Konvensi Hak Anak
dan
perundang undangan yang terkait. Keseluran indikator ini di
kelompokan lagi
menjadi 6 bagian yaitu, bagian penguatan kelembagaan dan 5
klaster hak anak
yang meliputi
a. Klaster hak sipil dan kebebasan
b. Klaster lingkungan keluarga dan pengesuhan alternative
c. Klaster kesehatan dasar dan kesejahtraan
d. Klaster pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan
budaya
e. Klaster perlindungan khusus
2. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 35 Tahun 2013 tentang
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak.
Pemerintah provinsi dalam hal pengembangan Kabupaten/Kota Layak
Anak
memiliki peran sebagai upaya mendukung peraturan pusat.
Peraturan ini dibuat
menunjukan keseriusan akan pemerintah provinsi untuk
mengembangkan konsep
Kota Layak Anak ini yang mana dari peraturan ini akan di
detailkan lagi melalui
peraturan di kabupaten/kota yang di tunjuk sebagai pelaksana
pengembangan
Kabupaten/Kota Layak Anak.
-
22
3. Peraturan Pemerintah Kota Bandar Lampung Nomor 02 tahun
2016
tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak
Dalam peraturan terdapat beberapa point yang menjelaskan
pengembangan
konsep Kota Layak Anak antara lain
• Bab X pasal 21 menegaskan:
1. Untuk mewujudkan pemenuhan Hak Anak secara terpadu dan
sistematis
dari seluruh sektor secara berkelanjutan dilaksanakan melalui
kebijakan
Pengembangan Kota Layak Anak
2. Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak sebagaimana pada ayat
(1)
memuat tentang
a. Konsep Kota Layak Anak;
b. Hak Anak;
c. Pendekatan pengembangan Kota Layak Anak
3. Dalam rangka mewujudkan pengembangan Kota Layak Anak
sebagaiman
dimpada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota
• Pasal 22 menegaskan:
1. Kebijakan pengembangan Kota Layak Anak diarahakan pada
pemenuhan
hak anak yang terbagi dalam 5 kluster antara lain:
a. Hak sipil
b. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternative
c. Kesehatan dasar dan kesejahteraan
d. Pendidikan pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya
e. Perlindungan khusus
2. Mekanisme pelaksanaan pemenuhan hak anak sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota
• Pasal 23 menegaskan;
1. Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kebijakan Kota Layak
Anak di
daerah dibentuk Gugus Tugas Kota Layak Anak
2. Gugus Tugas Kota Layak Anak sebagimana yang dimaksud pada
ayat (1)
mempunyai tugas pokok:
a. Mengkordinasikan pelaksanaan kebujakan dan pengembangan
Kota Layak Anak
-
23
b. Menetapkan tugas tugas dari anggota Gugus Tugas
c. Melakukan sosialisasi, advokasi dan komunikasi informasi
dan
edukasi kebijakan Kota Layak Anak
d. Mengumpulkan data dasar
e. Melakukan analisis kebutuhan yang bersumber dari data
dasar
f. Melakukan deseminasi data dasar
g. Menentukan focus dan prioritas program dalam mewujudkan
Kota
Layak Anak, yang disesuaikan dengan potensi daerah
h. Menyusun rencana aksi daerah Kota Layak Anak 5 tahunan
dan
mekanisme kerja dan
i. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan paling kurang
1
tahun sekali
3. Kepengurusan Gugug Tugas Kota Layak Anak ditetapkan
Keputusan
Walikota
4. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan Gugus Tugas Kota Layak
Anak
dibentuk Sekretariat yang bertugas memberikan dukungan teknis
dan
administratif kepada Gugus Tugas Kota Layak Anak. Gugus Tugas
Kota
Layak Anak berkedudukan di SKPD yang membidangi urusan
pemberdayan perempuan dan perlindungan anak atau nama lain
sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
2.2. Anak
2.2.1 Pengertian Anak
Menurut Undang undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18
tahun dan
termasuk anak yang masih di dalam kandungan, yang berarti segala
kepentingan
akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak
anak tersebut
berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun. Hal ini juga
selaras dengan
Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui Majelis Umum PBB 1989,
anak
adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun. Sedangkan
berdasarkan
-
24
pada kantor statistik anak adalah penduduk umur 0- 14 tahun yang
belum pernah
kawin.
Berdasarkan pengertian dan karakteristik anak diatas, maka
dalam
penelitian ini yang dimaksud anak anak adalah anak dengan usia
sekolah dasar
yaitu 8-12 tahun. Pada masa inilah pengaruh bermain dianggap
penting dalam
kehidupan anak untuk mendukung kreatifitas dan sebagai sarana
rekreasi. Pada
masa ini pula anak mulai lebih antusias terhadap tempat, mampu
mengekplorasi
tempat terutama tempat bermain, serta mampu bersosialisasi
dengan teman
seusianya di tempat bermain. Oleh karena itu, hal ini sesuai
dengan tujuan
penelitian yaitu untuk melihat kesesuaian taman kota sebagai
ruang publik terpadu
ramah anak di kota Bandar Lampung.
2.3. Ruang Publik
2.3.1. Pengertian Ruang Publik
Ruang publik adalah sebuah ruang yang dapat dimanfaatkan oleh
segenap
lapisan masyarakat untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Baskoro
Tedjo
(2005) mendefinisikan bahwa ruang publik adalah suatu ruang yang
netral dan
terbuka untuk siapapun serta untuk berkegiatan dan berinteraksi
sosial. Secara
umum, ruang publik dapat berupa taman, tempat bermain, jalan,
atau ruang
terbuka. Kemudian ruang publik didefinisikan sebagai ruang atau
lahan umum,
dimana masyarakat dapat melakukan kegiatan publik fungsional
maupun kegiatan
sampingan lainnya yang dapat mengikat suatu komunitas, baik
melalui kegiatan
sehari-hari atau kegiatan kegiatan lain (Kusumawijaya ,2004
dalam Aswindi,
2006:8).
Dalam pengertian spasial ruang publik adalah tempat dimana
setiap orang
mempunyai hak untuk bebas mengakses dan menggunakan tanpa
harus
membayar. Ruang terbuka publik sendiri merupakan ruang yang
dapat
memberikan kesempatan rekreasi, lingkungan alamiah, tempat
untuk
mengadakan acara khusus dan ruang untuk kota bernafas. Pada
skala yang
lebih besar ruang terbuka publik harus dapat menciptakan
hubungan antara
manusia dengan alam. Untuk skala yang lebih kecil biasanya
standar ruang
-
25
terbuka publik ditetapkan oleh pemerintah setempat.
2.3.2. Jenis Ruang Publik
Ruang terbuka publik terbagi atas beberapa kelompok jenis salah
satunya
pengelompkan menurut Haryati(2008) , yaitu 1) Ruang terbuka
publik skala
lingkungan dengan luas dan lingkup pelayanan kecil seperti ruang
tempat
tinggal; 2) Ruang terbuka publik skala bagian kota yang melayani
beberapa unit
lingkungan, seperti taman umum atau taman kota; 3) Ruang terbuka
publik
dengan fungsi tertentu, seperti ruang sirkulasi kendaraan (jalan
raya/freeway, jalan
arteri, dll), ruang terbuka publik dipusat komersial (area
parkir, plaza, mall), ruang
terbuka publik kawasan industri, dan ruang terbuka publik
peringatan (memorial);
4) Pasar terbuka publik (markets), yaitu ruang terbuka publik
atau jalan yang
digunakan untuk PKL, bersifat temporer pada ruang yang ada
seperti taman,
daerah pinggir jalan, atau area parkir.
Melihat beragamnya fungsi dari ruang publik, maka dibuatlah
pengelompokan jenis ruang publik yang terdapat di perkotaan.
Carr (1992)
mengelompokan ruang publik menjadi 11 kelompok yang dapat
dilihat di tabel
berikut:
Tabel 2. 1 Jenis Ruang Publik di Perkotaan
No. Tipe Karakteristik
1 Public parks
a. Public/central park Dibangun dan dikelola oleh pemerintah dan
merupakan
bagian dari sistem ruang terbuka kota
b. Downtown park
Taman ini berada di pusat kota, berbentuk lapangan
hijau yang dikelilingi pepohonan dengan pola tradisional
atau dengan pengembnagan desain baru.
c. Neighborhood park
Ruang terbuka ini dikembangkan di lingkungan perumahan
untuk kegiatan umum seperti bermain anak-anak, olahraga
dan bersantai bagi masyarakat di sekitarnya.
d. Mini/vest-pocket park
Taman kecil dikelilingi oleh bangunan-bangunan, termasuk
air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana
taman tersebut.
-
26
No. Tipe Karakteristik
2 Squares dan Plaza
Merupakan bagian dari pengembangan sejarah ruang terbuka
publik kota, plaza atau lapangan yang dikembangkan sebagai
bagian dari perkantoran atau bangunan komersial. Lapangan
atau plaza ini dapat dibedakan menjadi lapangan pusat kota
dan plaza pengikat.
3 Memorial
Ruang terbuka publik ini digunakan untuk memperingati
memori atau kejadian penting bagi umat manusia atau
masyarakat di tingkat lokal atau nasional
4 Markets
Ruang terbuka yang digunakan untuk transaksi yang biasanya
bersifat temporer atau hari tertentu dan berlokasi di ruang
yang tersedia, jalan, plaza, atau lapangan parkir
5 Streets
a. Pedestrian sidewalks
Bagian ruang publik kota yang banyak dilalui orang yang
sedang berjalan kaki menyusuri jalan yang satu yang
berhubungan dengan jalan yang lain
b. Pedestrian mall Jalan tertutup bagi kendaraan, dilengkapi
bangku, tanaman,
biasanya berada sepanjang jalan utama di pusat kota
c. Transit mall Dibangun untuk meningkatkan akses transit menuju
pusat kota
d. Traffic restricted streets Jalan yang digunakan sebagai ruang
terbuka publik,
kendaraan tidak diperbolehkan lewat
6 Playgrounds
a. Playground
Tempat bermain yang berlokasi di lingkungan permukiman,
biasanya meliputi peralatan-peralatan permainan tradisional,
kadang dilengkapi dengan bangku, atau bahkan menggunakan
desain yang inovatif
b. Schoolyard Lapangan sekolah sebagai tempat bermain
7 Community open space
Ruang komunitas dapat berupa taman masyarakat (community
garden). Ruang ini dilengkapi dengan fasilitas penataan
taman
termasuk gardu pemandangan, area bermain, tempat-tempat
duduk dan fasilitas estetis lainnya
8 Greenways dan parkways Ruang hijau dan taman bermain yang
dihubungkan oleh jalur
pedestrian dan sepeda
9 Atrium/indoor market place
-
27
No. Tipe Karakteristik
a. Atrium
Interior ruang yang dibangun sebagai atrium, dapat menjadi
bagian sistem ruang terbuka kota, dibangun dan dikelola
secara
privat
b. Marketplace/downtown
shopping center
Interior, private shopping areas, biasanya bangunan baru
atau
rehabilitasi bangunan lama
10 Ruang di Lingkungan
Rumah
Ruang publik ini dapat berupa sisa kavling di sudut jalan
atau
tanah kosong yang belum dimanfaatkan dapat digunakan
sebagai tempat bermain bagi anak- anak atau tempat
komunikasi bagi orang dewasa atau orang tua.
11 Waterfront Ruang ini berupa pelabuhan, pantai, bantaran
sungai, bantaran
danau atau dermaga.
Sumber : Car (1992)
Sedangkan berdasarkan Undang Undang nomer 26 tahun 2007
tentang
Penataan Ruang, ruang publik dapat berupa Ruang Terbuka Hijau
Publik (RTHP)
dan Ruang Terbuka Non Hijau Publik (RTNHP). Pada penelitian ini
akan lebih
difokuskan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang
diidentifikasi
dengan jenis ruang publik yaitu public centrak park berupa ruang
terbuka hijau
publik.
2.4. Konsep Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
Konsep RPTRA pada dasarnya bertujuan untuk mendukung hak hak
anak
dengan mewujudkan daerah sebagai Kota Layak Anak yang aman
(Netti Herlina,
2018). Hal ini sejalan dengan komitmen dari provinsi Lampung dan
kota Bandar
Lampung untuk mengwujudkan Kota Layak Anak seperti yang telah di
jelaskan di
latar belakang.
2.4.1. Fungsi dan Tugas RPTRA
RPTRA yang nantinya pembangunan dan pengolahannya oleh
pemerintah
untuk kepentingan publik nantinya mempunyai multifungsi, yang
mana terdapat
10 fungsi RPTRA dan 6 tugas RPTRA (Tangen Vika Indriany, 2017)
yaitu
sebagai berikut:
-
28
Fungsi:
a) Taman terbuka publik
b) Wahana permainan dan tumbuh kembang anak
c) Prasarana dan sarana kemitraan antara Pemerintah Daerah dan
masyarakat
dalam memenuhi hak anak
d) Bagian dari prasarana dan sarana Kota Layak Anak
e) Ruang terbuka hijau dan tempat penyerapan air tanah
f) Prasarana dan sarana kegiatan sosial warga termasuk
pengembangan
pengetahuan dan keterampilan kader PKK
g) Usaha meningkatkan pendapatan keluarga
h) Pusat informasi dan konsultasi keluarga
i) Halaman keluarga yang asri, teratur, indah, dan nyaman;
dan,
j) Sistem informasi manajemen
Tugas:
a) Menyediakan ruang terbuka untuk memenuhi hak anak agar dapat
hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan
harkat dan martabat kemanusiaan.
b) Menyediakan prasarana dan sarana kemitraan antara Pemerintah
Daerah
dan masyarakat dalam memenuhi hak anak.
c) Menyediakan prasarana dan sarana kota sebagai Kota Layak
Anak.
d) Menyediakan prasarana dan sarana untuk pelaksanaan kegiatan
10
program PKK.
e) Meningkatkan pencapaian ruang terbuka hijau dan tempat
penyerapan air
tanah dan
f) Meningkatkan prasarana dan sarana kegiatan sosial warga
termasuk
pengembangan pengetahuan dan keterampilan kader PKK.
2.5. Taman
2.5.1 Pengertian Taman
Taman atau Garden berasal dari 2 kata dalam bahasa Ibrani yaitu
Gan dan
Oden yang memiliki makna, Gan berarti menjaga serta melindungi
lahan yang ada
-
29
dalam suatu lingkungan berpagar, Oden berarti kesenangan,
kegembiraan, dan
kenyamanan. Secara lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang
lahan
berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan,
kegembiraan serta
kenyamanan (Laurie, 1986 : 9). Taman juga dapat diartikan wajah
dan karakter
tapak bagian muka bumi dengan segala kehidupan dan apa saja yang
ada
didalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia, yang
merupakan
bagian atau keseluruhan lingkungan hidup manusia beserta makhluk
hidup
lainnya.
2.5.2 Jenis Taman
Menurut Suharto (1994) berdasarkan rancangannya taman terdiri
atas :
a. Taman alami (Natural)
Taman alami atau natural adalah taman yang sudah diterbentuk
dari alam yang
penataanya disesuaikan dengan kondisi lahan kota. Taman ini di
rancang untuk
memberikan kesan alami atau menyatu dengan alam seperti misal
hutan kota,
taman pengarah jalan, taman alami yang tumbuh dalam kota dan
sejenisnya.
b. Taman buatan (Artificial)
Taman buatan merupakan taman yang sebagian besar elemen
elemennya hasil
buatan manusia. Taman ini di rancang untuk menyimbangkan kondisi
kota seperti
mengendalikan suhu, memperbaiki kualitas udara, untuk sarana
bermain dan
sejenisnya.
2.6 Taman kota
2.6.1 Pengertian taman kota
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008
Taman
Kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetika
sebagai sarana
kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat
kota. Taman kota
mampu melayani penduduk kota atau bagian dari wilayah perkotaan
dengan
jumlah minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 144.000
meter
persegi. Taman kota ini merupakan lapangan hijau yang dilengkapi
dengan
fasilitas rekreasi, dan olahraga dengan minimal RTH 80%-90%..
Sedangkan
-
30
menurut Arifin (1991) , taman kota merupakan salah satu ruang
terbuka hijau
lengkap dengan segala fasilitasnya sesuai untuk pemenuhan
kebutuhan rekreasi
masyarakat setempat, baik rekreasi aktif maupun pasif.
Berdasarkan uraian di atas taman kota adalah ruang terbuka hijau
yang dapat
digunakan masyarakat untuk bersosial dan untuk estetika sebagai
sarana rekreasi,
edukasi dan kegiatan lainnya yang memberikan rasa aman dan
nyaman di tingkat
kota yang dikelola oleh pemerintah kota.
2.6.2 Karakteristik taman kota
Beberapa karakteristik taman kota, antara lain (Suharto, 1994)
:
a. Pada umumnya vegetasi beragam, mulai dari semak, perdu,
rumput dan
pohon.
b. Akseseble atau mudah dijangkau dan memenuhi fungsi
perlindungan dan
regulatifnya.
c. Ekosistem yang ada dipengaruhi faktor abiotik seperti suhu,
intensitas
cahaya matahari, air, tanah, ketinggian dan garis lintang.
d. Memiliki sedikit komunitas biotik, umumnya hanya berupa
serangga yang
memakan daun tumbuhan.
2.6.3 Fungsi taman kota
Menurut Irwan dalam Sasongko (2002), fungsi taman kota
dikelompokan
menjadi tiga fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi lanskap, meliputi
1) Fungsi fisik, yaitu vegetasi berfungsi melindungi secara
kondisi fisik
alami seperti terhadap angin dan sinar matahari.
2) Fungsi sosial, penataan unsur unsur yang berbeda seperti
bangku,
telepon, air mancur dan patung ditata sedemikian rupa sehingga
bisa
memberikan tempat interaksi sosial yang sangat produktif
(Carmona,
2003). Taman kota dengan aneka vegetasi memiliki nilai nilai
ilmiah
sehingga dapat dijadikan sebagai laboratorium hidup untuk
sarana
pendidikan dan penelitian.
b. Fungsi pelestarian lingkungan
-
31
1) Paru paru kota dan mengurangi polusi udara
2) Menyeimbangkan suhu kota
3) Penyangga dan perlindungan air tanah
4) Sebagai habitat bagi satwa dan tumbuhan
5) Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindokator
c. Fungsi estetika
Memberikan kesan indah pada wajah kota dengan formasi dari
vegetasi
yang ada dan memberikan kesan alami dan natural.
2.7 Taman Kota berdasarkan konsep Kota Layak Anak
Taman kota yang mendukung dan berdasarkan Kota Layak Anak
adalah
taman kota yang menerapkan prinsip prinsip dan menjelankan
fungsi Kota Layak
Anak (S Widyastuti, 2017) yang dalam hal ini adalah RPTRA. Untuk
menentukan
taman kota berdasarkan konsep Kota Layak Anak dilakukan
persilangan teori
taman kota dengan konsep Kota Layak Anak. Faktor taman kota yang
harus
disesuai dengan konsep layak ialah berupa faktor - faktor yang
di jelaskan oleh
para ahli. Kemudian dari setiap faktor yang ada ini, selanjutnya
ditentukan
indikator berdasarkan teori.
2.7.1 Faktor Taman Kota berkonsep Layak Anak
Taman kota dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Uumum
No.5
Tahun 2008 menjelaskan bahwa taman kota merupakan lahan terbuka
yang
berfungsi sosial estetik sebagai kegiatan rekreatif., edukasi
atau kegiatan lain pada
tingkat kota. Selain itu anak anak juga mempunyai hak untuk
beristirahat dan
memanfaatkan waktu luang, bermain, bergaul dengan teman sebaya,
dan berkreasi
secara kreatif sesuai bakat masing masing yang juga dijelaskan
dalam salah satu
pasal di Undang Undang No.23 tahun 2002. Sehingga dalam taman
anak anak
dapat melakukan aktivitas bermain, bersosialisasi, serta
berkreasi dan rekreatif,
maka dari itu untuk mendukung keseluruhan aktivitas tersebut
taman kota
haruslah memenuhi beberapa faktor. Salah satu faktor menurut
(Baskara, 2011)
adalah Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan, Kemudahan
aksesibelitas,
Keamanan, Keindahan. Namun faktor faktor tersebut belum dapat
menjadi acuan.
-
32
Perlu dilakukan sintesa terhadap faktor faktor yang ada karena
masih terdapat
beberapa ahli yang menyebutkan faktor faktor yang belum
mencangkup faktor
diatas.
2.7.2 Indikator Taman Kota berkonsep Layak Anak
Menurut Buku Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota
– Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia 2004 indikator adalah
variable yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan
memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap perubahan perubahan yang
terjadi dari waktu
ke waktu. Penentuan indikator Taman Layak Anak belum memiliki
standar resmi
sehingga banyak penelitian yang menkaji indikator Taman Layak
Anak tersebut.
Sesuai dengan salah satu faktor Taman Layak Anak yang telah
disebutkan di atas
ada beberapa indikator yang harus dipenuhi agar menjadi Taman
Layak Anak.
Adapun indikator tersebut sebagai berikut
A. Faktor Keselamatan
a. Taman bermain terhindar dari pagar yang tidak mudah dipanjat
oleh
anak anak.
b. Pengaturan tata letak taman bermain anak didasarkan pada
zonasi
aktivitas bermain aktiv-pasif, kelompok umur dan jenis
permainan.
c. Area alas peralatan permainan harus dirancang dengan material
yang
mampu meminimalisir benturan
d. Area pinggir dan pojokan harus dibentuk dengan tingkat
kelengkungan tinggi serta dihindarkan dari bentuk yang tajam
dan
membentuk sudut
B. Faktor Kesehatan
a. Taman bermain jauh dari polusi udara, air, punyi dan odor
(bau)
b. Material taman tidak mengandung karat dan tidak mudah
karat
C. Faktor Kenyamanan
a. Lokasi taman bermain ternaungi oleh vegetasi/struktur
bangunan
b. Tersedianya fasilitas tempat duduk sebagai area tunggu dan
istirahat
bagi orang tua dan atau pendamping anak
-
33
c. Tersedianya fasilitas berlindung saat hujan dan gangguan
alam
lainnya
d. Ukuran fasilitas taman yang ergonomis
D. Faktor Kemudahan Aksesibilitas
a. Lokasi taman bermain mudah dijangkau oleh semua anak
dengan
adanya sarana aksesibilitas yang baik
b. Sistem informasi menuju lokasi dan gerbang taman bermaikn
mudah
terlihat dan dikenali
c. Peralatan bermain dapat dimengerti dan digunakan oleh semua
anak
dengan mudah
E. Faktor Keamanan
a. Tersedia pos keamanan untuk menjaga keamanan dilokasi
tersebut
b. Tata letak taman bermain memudahkan orang tua maupun
pendamping dalam mengawasi anak anak yang sedang bermain
F. Faktor Keindahan
a. Pemilihan vegetasi yang mampu menambah estetika dan
diusahan
tidak berduri
b. Peratan permainan mempunyai bentuk yang mampu
mengeksplorasi
daya imajinasi anak anak
c. Desain struktur harus menciptakan kesatuan estetika dengan
fasilitas
taman lainnya serta lingkungan sekitar
2.8 Hasil Sintesa Variabel
Dalam perencanaan taman kota yang layak anak sebagai bagian
dari
RPTRA di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada standar
khusus yang
mengatur terkait faktor serta indikator penentunya. Tetapi telah
banyak penelitian
yang membahas terkait taman layak anak atau RPTRA, sehingga dari
penelitian
ini dapat dijadikan salah satu standar untuk menentukan faktor
dan indikator
kesesuaian dari taman layak anak ini sebagai bagian dari RPTRA
untuk
mendukung konsep kota layak anak. Dari beberapa penelitian ada 5
sumber
penelitian yang akan digunakan untuk menilai kesesuaian taman
kota sebagai
bagian dari RPTRA untuk mendukung konsep kota layak anak,
yaitu:
-
34
Tabel 2. 2 Penelitian Sebelumnya
Penulis Tahun Judul Faktor
(Variable)
Medha
Baskara 2011
Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Bermain
Anak di Ruang Pulik
Keselematan
Kenyamanan
Kemudahaan
Keamanan
Kesehatan
Keindahan
Karya
Widyawati 2015
Penilaian Ruang Bermain Anak di Kota Depok
Sebagai Salah Satu Indikator Tercapainya Kota Layak
Anak
Keselematan
Kenyamanan
Kemudahaan
Keamanan
Kesehatan
Keindahan
Rahma
Puspita Sari 2017
Kesesuaian Taman Cerdas Sebagai Ruang Publik
Skala Pelayanan Kelurahan Terhadap Konsep Kota
Layak Anak
Kenyamanan
Kemudahaan
Keamanan
Kesehatan
Kelengkapan
Endy
Hernowo 2017
Karakteristik Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) Bahari di Kecamatan Cilandak Jakarta
Selatan
Kenyamanan
Kemudahaan
Keamanan
Kelengkapan
Vegetasi
APA Gayo 2011
Penilaian Kualitas Lingkungan Perumahan Ditinjau
Dari Ketersediaan Ruang Bermain Anak di Kelurahan
Tlogosari Kulon
Keselematan
Kenyamanan
Kemudahaan
Keamanan
Sumber: A; Baskara (2011) B; Widyawati (2015) C; Rahma Puspita
Sari (2017) D; Endy Hernowo (2017)
E; Andhika Gayo (2011)
Dari 5 sumber penelitian terdapat 8 faktor yang akan digunakan
untuk menilai
kesesuaian taman kota sebagai bagian dari RPTRA untuk mendukung
konsep kota
layak anak, yaitu:
-
35
Tabel 2. 3 Kajian Literatur Faktor Penelitian
Faktor/Variable Pendapat Ahli
Baskara Widyawati R.P.Sari Hernowo A.Gayo
Keselematan √ √ √
Kenyamanan √ √ √ √ √
Kemudahaan √ √ √ √ √
Keamanan √ √ √ √ √
Kesehatan √ √ √
Keindahan √ √
Kelengkapan √ √
Vegetasi √ Sumber: A; Baskara (2011) B; Widyawati (2015) C;
Rahma Puspita Sari (2017) D; Endy Hernowo (2017)
E; Andhika Gayo (2011)
Dari tabel sintesa faktor di atas, maka penelti memilih
mengambil semua
faktor yang ada untuk melihat kesesuaian taman sebagai RPTRA
dikarena
penelitian ini bersifat baru dan haruslah mencangkup semua
variable atau faktor
dari penelitian sebelumnya agar penelitian ini bersifat
komperhensif dan lengkap
dari penelitian sebelumnya.
Namung, selain faktor yang telah dipilih ini, peneliti
menambahkan faktor
yang menurut peneliti penting untuk mendukung fungsi taman
sebagai RPTRA
yaitu: Kebudayaan Lokal. Faktor ini di anggap penting karena
dengan adanya
budaya lokal di taman, anak dapat mengenal dan belajar tentang
budaya lokal
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan mencintai budaya,
daerah, bangsa
dan negaranya. Selain itu hal ini juga dapat menjadi sarana
untuk melastarikan
budaya lokal/daerah yang mana hal ini selaras dengan Perda
Provinsi Lampung
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pemeliharaan Budaya Lampung.
Maka, faktor yang digunakan untuk melihat kesesuaian taman kota
sebagai
RPTRA sebagai berikut:
Tabel 2. 4 Hasil Sintesa Faktor Penelitian No Faktor
1 Keselamatan dalam bermain
2 Kenyamanan dalam bermain
3 Kemudahan aksesibilitas
4 Keamanan pada taman
5 Kesehatan pada taman
-
36
No Faktor
6 Keindahan pada taman
7 Kelengkapan sarana prasarana
8 Vegetasi pada taman
9 Kebudayaan Lokal pada taman
Sumber: Hasil Sintesa Peneliti 2020
Dari 9 faktor ini, akan di tentukan indikator kesesuaian taman
kota sebagai
RPTRA untuk mendukung konsep kota layak anak yang nantinya akan
menilai
faktor faktor di atas. Sama dengan penentuan faktor, penentuan
indikator ini pun
menggunakan 5 sumber penelitian yang sama dengan sumber
penelitian
penentuan faktor, adapun indikator nya sebagai berikut:
Tabel 2. 5 Kajian Literature Indikator Penelitian Pada Faktor
Keselamatan
Indikator Pendapat Ahli
Baskara Widyawati A. Gayo
Taman bermain terhindar dari pagar yang tidak
mudah dipanjat oleh anak anak. √
Pengaturan tata letak taman bermain anak didasarkan
pada zonasi aktivitas bermain aktiv-pasif, kelompok
umur dan jenis permainan.
√ √
Area alas peralatan permainan harus dirancang
dengan material yang mampu meminimalisir
benturan
√ √
Area pinggir dan pojokan harus dibentuk dengan
tingkat kelengkungan tinggi serta dihindarkan dari
bentuk yang tajam dan membentuk sudut
√ √
Fisik taman tidak menimbulkan kecelakaan bermain √ √
Area bermain berjarak >10 meter dari jalan √
Sumber: A; Baskara (2011) B; Widyawati (2015) C; Andhika Gayo
(2011)
Tabel 2. 6 Kajian Literatur Indikator Penelitian Pada Faktor
Keamanan
Indikator Pendapat Ahli
Baskara Widyawati R.P.Sari Hernowo A.Gayo
Tersedia pos keamanan √ √ √ √ √
-
37
Indikator Pendapat Ahli
Baskara Widyawati R.P.Sari Hernowo A.Gayo
Tata letak taman memudahkan untuk
mengawasi anak yang sedang
bermain
√
Material yang digunakan aman untuk
bermain anak √ √
Terdapat pagar pembatas yang aman √ √ √ √ √
Desain taman pada pojok dan pinggir
tidak berbentuk tajam √
Jarak taman bermain dengan
permukiman
-
38
Tabel 2. 8 Kajian Literature Indikator Penelitian Pada Faktor
Kenyamanan
Indikator Pendapat Ahli
Baskara Widyawati R.P.Sari Hernowo A.Gayo
Lokasi taman bermain ternaungi
oleh vegetasi/struktur bangunan √ √ √
Tersedianya fasilitas tempat duduk
sebagai area tunggu √ √ √
Tersedianya fasilitas berlindung
saat hujan dan gangguan alam
lainnya
√
Desain taman menyatu dengan
sekitar dan bagus secara visual √ √ √ √
Terdapat tempat sampah √ √ √ √
Sumber: A; Baskara (2011) B; Widyawati (2015) C; Rahma Puspita
Sari (2017) D; Endy Hernowo (2017)
E; Andhika Gayo (2011)
Tabel 2. 9 Kajian Literature Indikator Penelitian Pada Faktor
Kesehatan
Indikator Pendapat Ahli
Baskara Widyawati R.P.Sari
Taman bermain jauh dari polusi udara, air, punyi dan odor
(bau) √ √ √
Material taman tidak mengandung karat dan tidak mudah karat
√
Terdapat fasilitas cuci tangan √
Terdapat vegetasi untuk menjaga kualitas udara dan
mengurangi polusi √
Sumber:A; Baskara (2011) B; Widyawati (2015) C; Rahma Puspita
Sari (2017)
Tabel 2. 10 Kajian Literature Indikator Penelitian Pada Faktor
Keindahan
Indikator Pendapat Ahli
Baskara Widyawati
Pemilihan vegetasi yang mampu menambah estetika dan
diusahan tidak berduri √
Peratan permainan mempunyai bentuk yang mampu
mengeksplorasi daya imajinasi anak anak √
-
39
Indikator Pendapat Ahli
Baskara Widyawati
Desain struktur harus menciptakan kesatuan estetika dengan
fasilitas taman lainnya serta lingkungan sekitar √ √
Menarik secara visual, mendorong orang untuk datang √ √
Sumber: A; Baskara (2011) B; Widyawati (2015)
Tabel 2. 11 Kajian Literature Indikator Penelitian Pada Faktor
Kelengkapan
Indikator Pendapat Ahli
Hernowo R.P.Sari
Terdapat fasilitas bermain √
Terdapat fasilitas olahraga √ √
Terdapat fasilitas bersantai √
Terdapat fasilitas penunjang √
Terdapat fasilitas edukasi √
Terdapat fasilitas rekreasi √
Sumber: A; Rahma Puspita Sari (2017) B; Endy Hernowo (2017)
Tabel 2. 12 Kajian Literature Indikator Penelitian Pada Faktor
Vegetasi
Indikator Pendapat Ahli
Hernowo
Terdapat Vegetasi yang membuat nyaman dan tidak berbahaya √
Sumber: A; Endy Hernowo (2017)
Tabel 2. 13 Analisis Indikator Penelitian Faktor Kebudayaan
Lokal
No Indikator
1 Terdapat icon yang menggambarkan budaya local
2 Fasilitas yang ada menggambarkan kebudayaan local
3 Terdapat aktivitas kebudayaan ditaman
Sumber: Hasil analisis peneliti 2020
Dari tabel indikator di atas, setalah di analisis maka
terpilihlah indikator
yang akan dijadikan standar kesesuaian taman kota sebagai RPTRA
untuk
mendukung konsep kota layak anak. Indikator indokator ini
terpilih berdasarkan
-
40
kajian dari 5 sumber dan hasil analisis penambahan faktor lalu
di . Berikut hasil
sintesa indikator :
Tabel 2. 14 Hasil Sintesa Indikator Penelitian
No Faktor Indikator Sumber
1
Keselamatan
Pengaturan tata letak taman bermain
didasarkan pada zonasi aktivitas
bermain aktiv-pasiv, kelompok umur
dan jenis permainan Baskara (2011), Widyawati
(2015), A.Gayo (2011) 2
Material yang digunakan aman untuk
bermain anak
3 Area bermain berjarak >10 meter dari
jalan
4
Keamanan
Tersedia pos kemanan Baskara (201), Widyawati
(2015), R.Puspita Sari
(2017), Hernowo (2017),
A.Gayo (2011)
5 Tata letak taman memudahkan untuk
mengawasi anak
6 Terdapat pagar pembatas
7 Terdapat lampu taman
8
Kemudahan
Lokasi taman mudah dijangkau
Baskara (2011), Widyawati
(2015), R.Puspita Sari
(2017), Hernowo (2017),
A.Gayo (2011)
9 Landmark mudah terlihat dan
dikenali
10 Lokasi taman tidak tertutup dan aman
11 Terdapat fasilitas umum di sekitar
taman seperti halte atau terminal
12
Kenyamanan
Tersedianya tempat duduk untuk area
tunggu Baskara (2011), Widyawati
(2015), R.Puspita Sari
(2017), Hernowo (2017),
A.Gayo (2011)
13
Tersedia fasilitas tempat duduk dan
berlindung saat hujan dan bencana
alam lain
14 Tersedia tempat sampah yang cukup
15 Kesehatan
Taman bermain jauh dari polusi
udara, bau dan bunyi Baskara (2011), Widyawati
(2015), R.Puspita Sari
(2017) 16 Terdapat fasilitas cuci tangan
17
Keindahan
Permainan mampu mengesplorasi
imaginasi anak Baskara (2011), Widyawati
(2015) 18
Menarik secara visual, mendorong
orang datang
19 Kelangkapan
Terdapat fasilitas bermain dan
beragam R.Puspita Sari (2017),
Hernowo (2017) 20 Terdapat fasilitas untuk olahraga
21 Vegetasi Terdapat Vegetasi yang aman dan
nyaman Hernowo (2017)
22
Kebudayaan Lokal
Terdapat fasilitas dan icon yang
menggambarkan kebudayaan lokal Analisis Peneliti (2020)
23 Terdapat aktivitas kebudayaan lokal
di taman
Sumber: Hasil Sintesa Peneliti 2020
-
41
Dalam menentukan kesusuaian taman kota sebagai RPTRA untuk
mendukung
konsep kota layak anak, faktor dan indikator diatas tertulis
untuk standar penilaian
dan juga digunakan dalam proses survey untuk pengambilan data
baik itu
observasi ataupun data gambar.