5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pola siklus hidrologi merupakan bagian dari lingkaran gerak perubahan air pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) baik itu sebagai curah hujan, penguapan, infiltrasi, perkolasi, aliran air permukaan maupun aliran air tanah. Proses perubahan air dalam siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan kondisi geografi suatu DAS. Kondisi iklim yang mempengaruhi siklus hidrologi pada suatu DAS dilakukan pengukuran dengan peralatan hidroklimatologi untuk mengetahui dan mengamati iklim spesifik suatu DAS. Peralatan hidroklimatologi tersebut mengamati cuaca seperti kondisi kecepatan angin, temperatur, kelembaban, penyinaran matahari, curah hujan dan penguapan. Letak geografis, jenis tanah, kondisi tutupan lahan serta aktifitas manusia pada suatu DAS juga mempengaruhi kondisi pola aliran permukaan pada DAS tersebut. Peralatan hidrometri mengukur pola aliran permukaan untuk kebutuhan dan kepentingan aktivitas manusia yang hidup diatas permukaan suatu DAS dalam rangka bersinergi dengan kondisi alam. Kondisi alam meliputi kondisi yang cenderung dianggap statis, seperti letak geografi dan jenis tanah, sedangkan kondisi yang cenderung dianggap dinamis meliputi iklim dan tata guna lahan, akan tetapi karena perubahan tata guna lahan cenderung berangsung lambat perubahannya, maka sering dikelompokkan kedalam kondisi alam yang cenderung statis. 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Berdasarkan PP No 37 tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti
15
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.itenas.ac.id/506/5/05 BAB 2 222015128.pdfNilai porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Porositas Tanah Tekstur Tanah Porositas Pasir
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pola siklus hidrologi merupakan bagian dari lingkaran gerak perubahan air pada
suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) baik itu sebagai curah hujan, penguapan, infiltrasi,
perkolasi, aliran air permukaan maupun aliran air tanah. Proses perubahan air dalam
siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan kondisi geografi suatu DAS.
Kondisi iklim yang mempengaruhi siklus hidrologi pada suatu DAS dilakukan
pengukuran dengan peralatan hidroklimatologi untuk mengetahui dan mengamati iklim
spesifik suatu DAS. Peralatan hidroklimatologi tersebut mengamati cuaca seperti kondisi
kecepatan angin, temperatur, kelembaban, penyinaran matahari, curah hujan dan
penguapan.
Letak geografis, jenis tanah, kondisi tutupan lahan serta aktifitas manusia pada
suatu DAS juga mempengaruhi kondisi pola aliran permukaan pada DAS tersebut.
Peralatan hidrometri mengukur pola aliran permukaan untuk kebutuhan dan kepentingan
aktivitas manusia yang hidup diatas permukaan suatu DAS dalam rangka bersinergi
dengan kondisi alam. Kondisi alam meliputi kondisi yang cenderung dianggap statis,
seperti letak geografi dan jenis tanah, sedangkan kondisi yang cenderung dianggap
dinamis meliputi iklim dan tata guna lahan, akan tetapi karena perubahan tata guna lahan
cenderung berangsung lambat perubahannya, maka sering dikelompokkan kedalam
kondisi alam yang cenderung statis.
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Berdasarkan PP No 37 tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, Daerah Aliran Sungai
yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempengaruhi waktu
konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti
6
semakin singkat waktu konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi
banjir yang terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang
diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. Menurut
Sosrodarsono dan Takeda (2003) berdasarkan perbedaan debit banjir yang terjadi, bentuk
DAS dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu:
1. DAS berbentuk bulu burung
DAS ini memiliki bentuk yang sempit dan memanjang, dimana anak sungai (sub
DAS) mengalir memanjang di sebelah kanan dan kiri sungai utama. Umumnya
memiliki debit banjir yang kecil tetapi berlangsung cukup lama karena suplai air
datang silih berganti dari masing-masing anak sungai.
2. DAS berbentuk radial
Sebaran aliran sungai membentuk seperi kipas atau menyerupai lingkaran. Anak-
anak sungai mengalir dari segala penjuru DAS dan tetapi terkonsentrasi pada satu
titik secara radial. Akibat dari bentuk DAS yang demikian, debit banjir yang
dihasilkan umumnya akan besar, dengan catatan hujan terjadi merata dan bersamaan
di seluruh DAS tersebut.
3. DAS berbentuk paralel
Sebuah DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-DAS yang cukup besar di
bagian hulu, tetapi menyatu di bagain hilirnya. Masing-masing sub-DAS tersebut
dapat memiliki karakteristik yang berbeda, ketika terjadi hujan di kedua sub-DAS
tersebut secara bersamaan, maka akan berpotensi terjadi banjir yang relatif besar.
Gambar 2.1 Macam Bentuk DAS
(1) (2) (3)
7
2.2 Curah Hujan Rerata Daerah
Curah hujan rerata daerah merupakan rata-rata dari hujan dari masing-masing pos
hujan yang terjadi dalam waktu yang sama. Perlunya menghitung curah hujan rerata
daerah adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan