21
BAB IILANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Otitis Eksterna
a. PengertianOtitis eksterna ialah radang liang telinga akut
maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur dan virus.
Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna
generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel) atau jerawat (Sander, 2009). Faktor yang mempermudah
radang telinga luar adalah perubahan pH di liang telinga, yang
biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap
infeksi menurun (Soepardi, 2007).
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan
ketika mengorek telinga (Soepardi, 2007).
b. EtiologiOtitis eksterna disebabkan terutama terutama
disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Staphylococcus aureus,
Staphylococcus albus, dan Escherichia coli. Bakteri patogen pada
otitis eksterna akut adalah Pseudomonas sp. (41 %), Streptococcus
sp. (22%), Staphylococcus aureus (15%) dan Bacteroides sp. (11%)
(Oghalai, 2003). Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh jamur
(Aspergillus niger danCandida albicans), alergi (nikel, krom, bahan
kimia hair spray, kosmetik), dan virus. Otitis eksterna dapat juga
disebabkan oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang
bersifat non infeksi (Sander, 2009).
Predisposisi terjadinya otitis eksterna lebih besar pada ras
yang memiliki liang telinga lebih kecil, karena lebih mudah terjadi
obstruksi dan infeksi. Selain itu otitis eksterna memiliki rasio
yang sama pada laki-laki maupun perempuan dan bisa terjadi pada
semua kelompok usia, namun mencapai puncak insidensi pada anak usia
7-12 tahun (Roland, 2002).
Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu (Sander, 2009) :
1) Struktur anatomis.
Penimbunan serumen dapat diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga.
2) Kelembaban lokal.
Udara hangat/panas dan lembab memudahkan kuman bertambah
banyak.
3) Derajat keasaman (pH) liang telinga.
PH basa mempermudah terjadinya otitis eksterna. PH asam
memproteksi terhadap kuman infeksi.
4) Trauma mekanik.
Trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar (meatus
akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga menggunakan
lidi kapas atau benda lainnya.
5) Berenang dan terpapar air.
Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah
terkena air. Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan pada liang
telinga sehingga menjadi media yang bagus buat pertumbuhan bakteri.
Otitis eksterna sering disebut sebagai Swimmer's ear.
6) Benda asing.
Benda asing menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya
manik-manik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas.
7) Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).8) Alergi.
Alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan metal
(nikel).9) Penyakit psoriasis.10) Penyakit eksim atau dermatitis
pada kulit kepala.11) Penyakit diabetes.Otitis eksterna
sirkumskripta sering timbul pada pasien diabetes.12) Penyumbat
telinga dan alat bantu dengar.Terutama jika alat tersebut tidak
dibersihkan dengan baik.Otitis eksterna kronik dapat disebabkan
(Sander, 2009) :
1) Pengobatan. Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak
adekuat.
2) Trauma berulang.
3) Benda asing.
4) Alat bantu dengar (hearing aid). Penggunaan cetakan (mould)
pada hearing aid.c. KlasifikasiOtitis eksterna diklasifikasikan
atas :
1) Otitis eksterna akut
a) Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul) adalah otitis
eksterna lokal yang bermula dari infeksi folikel rambut dan
menimbulkan furunkel (bisul) pada sepertiga luar dari liang telinga
luar (meatus akustikus eksterna) (Sander, 2009). Kulit telinga
sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka tempat
tersebut dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga
membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus
atau Staphylococcus albus (Soepardi, 2007).
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar
bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul
pada penekanan perikrondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan
pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu
terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan
menyumbat liang telinga (Soepardi, 2007).
b) Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus adalah otitis eksterna yang dapat
disebabkan bakteri (Pseudomonas sp., Staphylococcus sp., Proteus
sp.) atau jamur pada dua per tiga dalam dari liang telinga luar
(meatus akustikus eksterna) (Sander, 2009). Biasanya mengenai kulit
liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya (Soepardi, 2007).
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas sp.. Kuman lain
yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia
coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi
sekunder pada otitis media supuratif kronis (Soepardi, 2007).
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat
sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri
tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung
lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada
otitis media (Soepardi, 2007).
2) Otitis eksterna kronik
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung
lama dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks).
Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit (Sander,
2009).
d. PatofisiologiSecara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk
serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga
melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit
mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan
pada liang telinga. Keadaan ini dapat menimbulkan timbunan air yang
masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang
basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur (Sander,
2009).
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat.
Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu
terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri (Sander,
2009).
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi
akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang
telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran (Sander, 2009).
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu
Pseudomonas sp. (41%), Streptococcus sp. (22%), Staphylococcus
aureus (15%) dan Bacteroides sp. (11%). Infeksi pada liang telinga
luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal
(Sander, 2009).
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan (Sander, 2009) :
1) Kulit liang telinga luar beralaskan periostium &
perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan
cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut
saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
2) Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit
dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa
sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.
e. Manifestasi KlinikGejala otitis eksterna umumnya adalah rasa
gatal dan sakit (otalgia). Gejala dan tanda pasien otitis eksterna
selengkapnya (Sander, 2009) :
1) Otalgia
2) Gatal-gatal (pruritus)
3) Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa
terjadi pada tahap awal otitis eksterna difus dan sering mendahului
otalgia dan nyeri tekan daun telinga.
4) Pendengaran berkurang atau hilang.
5) Deskuamasi
6) Tinnitus
7) Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari
liang telinga (otore). Kadang kadang pada otitis eksterna difus
ditemukan sekret / cairan berwarna putih atau kuning, atau nanah.
Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur
dengan lendir (musin).
8) Demam.
9) Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.
10) Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis
eksterna sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika
pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari
telinga.
11) Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang
telinga pada otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan
batas yang tidak jelas. Bisa tidak terjadi pembengkakan,
pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi bengkak
yang benar-benar menutup liang telinga.
Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada
saluran telinga tampak kemerahan, membengkak, bisa berisi nanah dan
serpihan sel-sel kulit yang mati.
Otalgia merupakan keluhan paling sering ditemukan. Otalgia berat
biasa ditemukan pada otitis eksterna sirkumskripta. Keluhan ini
bervariasi dan bisa dimulai dari perasaan sedikit tidak enak,
perasaan penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar, hingga
rasa sakit hebat dan berdenyut. Hebatnya rasa nyeri ini tidak
sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa
makin hebat bila menyentuh, menarik, atau menekan daun telinga.
Juga makin nyeri ketika pasien sedang mengunyah.
Gatal-gatal paling sering ditemukan dan merupakan pendahulu
otalgia pada otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita otitis
eksterna akut, tanda peradangan diawali oleh rasa gatal disertai
rasa penuh dan rasa tidak enak pada telinga.
Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat
terjadi pada otitis eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis
telinga luar oleh edema kulit liang telinga, sekret serous atau
purulen, atau penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama.
Selain itu, peredaman hantaran suara dapat pula disebabkan
tertutupnya lumen liang telinga oleh deskuamasi keratin, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam telinga.
Gangguan pendengaran pada otitis eksterna sirkumskripta akibat
bisul yang sudah besar dan menyumbat liang telinga.
f. DiagnosisDiagnosis otitis eksterna dapat ditegakkan dengan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika terdapat demam dan
gejala toksisitas, dapat dilakukan pememriksaan laboratorium.
Pemeriksaan penunjang lain seperti pewarnaan gram dan kultur
discharge dapat dilakukan jika diduga suspek infeksi bakteri atau
jamur (Ngan, 2007).
g. Diagnosis Banding Diagnosa banding otitis eksterna : (a)
Otitis eksterna nekrotik; (b) Otitis eksterna bullosa; (c) Otitis
eksterna granulosa; (d) Perikondritis yang berulang; (e) Kondritis;
(f) Furunkulosis dan karbunkulosis; (g) Dermatitis seperti
psoriasis dan dermatitis seboroika (Sander, 2009).h. KomplikasiJika
otitis eksterna tidak diobati, infeksi akan menyebar ke struktur
organ disekitarnya yang lebih dalam dan dapat berkembang menjadi
otitis eksterna maligna. Komplikasi ini sering ditemukan pada
pasien imunokompromise seperti diabetes, pasien AIDS, pasien
kemoterapi, pasien dengan pengobatan imunosupresan seperti
glukokortikoid. Otitis eksterna maligna memiliki tingkat mortalitas
hampir 50%. Komplikasi ini dapat dicurigai jika nyeri tekan,
eritema dan edema dari telinga luar atau jaringan yang lebih dalam
ditemukan dari pemeriksaan fisik (Roland, 2002).
i. PenatalaksanaanPenatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta
(Sander, 2009):
1) Lokal. Pada stadium infiltrat, berikan tampon yang dibasahi
dengan 10% ichthamol dalam glycerine, ganti setiap hari. Tampon
dapat juga dibasahi dengan larutan Burrowi (Burrow's solution).
Pada stadium abses, lakukan insisi abses dan berikan tampon larutan
rivanol 0,1%.
2) Sistemik. Minumkan antibiotik pada otitis eksterna
sirkumskripta yang cukup berat.
3) Analgetik. Minumkan paracetamol atau antalgin.
Pada kasus otitis eksterna sirkumskripta yang berulang, cari
adanya faktor penyakit sistemik seperti diabetes. Penatalaksanaan
otitis eksterna bertujuan : (a) Membuang serumen, kotoran, dan
sel-sel kulit mati dari liang telinga. Bersihkan dan keringkan
menggunakan alat penghisap atau kapas kering; (b) Mengeluarkan
mikroorganisme. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke dalam
liang telinga untuk menghindari infeksi bakterial akut dan
ulserasi. Berikan juga antibiotik sistemik jika perlu; (c)
Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat golongan
kortikosteroid misalnya metil prednisolon; (d) Menghilangkan rasa
tidak enak; (e) Memulihkan pendengaran; (f) Menghilangkan gatal dan
penggarukan yang berulang. Terapi antifungal untuk menghindari
infeksi jamur; (g) Terapi antialergi dan antiparasit (Sander,
2009). Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi
rekonstruksi liang telinga.
j. PencegahanTelinga perenang kemungkinan dicegah dengan
meneteskan cairan yang mengandung campuran alkohol dan cuka di
dalam telinga sebelum dan sesudah berenang. Orang tersebut harus
menghindari berenang di dalam air yang terpolusi, menggunakan
semprotan rambut, dan menghabiskan waktu yang lama di air hangat,
iklim yang lembab. Berusaha untuk membersihkan saluran dengan lap
kapas mengganggu mekanisme membersihkan-sendiri yang normal dan
bisa mendorong serpihan ke dalam gendang telinga, dimana kotoran
menumpuk. Juga, tindakan ini bisa menyebabkan kerusakan kecil yang
mempengaruhi otitis eksternal (Sander, 2009).
2. Cotton Bud
a. Pengertian
Cotton bud terdiri dari segumpal kecil kapas yang dibungkuskan
pada satu atau kedua ujung tongkat pendek, biasanya terbuat dari
kayu, kertas yang digulung, atau plastik. Cotton bud umumnya
digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk pertolongan pertama,
aplikasi kosmetik, pembersihan, seni dan kerajinan. Alat ini
ditemukan pada tahun 1920 oleh Leo Gerstenzang (Schueller,
1996).
Cotton bud tradisional mempunyai ujung tunggal pada batang kayu,
dan ini masih sering digunakan terutama dalam tindakan medis.
Panjangnya sekitar 6 inchi (15 cm). Cotton bud ini dikemas steril
dalam kertas atau plastik. Kemasan ini dapat disterilkan
menggunakan autoclave. Cotton bud yang digunakan untuk kebutuhan
rumah berukuran lebih pendek, sekitar 3 inchi (7,6 cm) dan memiliki
dua ujung kapas. (Moser, 2006)
Cotton bud sering digunakan untuk membersihkan lubang telinga
dan untuk mengeluarkan serumen telinga. Walaupun dokter mengatakan
selama bertahun-tahun bahwa penggunaan cotton bud untuk
membersihkan telinga tidak aman, masyarakat tetap menggunakannya
(Moser, 2006) (Stein, 2001). Selain itu cotton bud juga sering
digunakan untuk mengaplikasikan dan menghapus riasan wajah, serta
digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti membersihkan lukisan
dan kerajinan (Moser, 2006)
Cotton bud dapat digunakan untuk membersihkan air yang secara
tidak sengaja masuk ke liang telinga dalam beberapa keadaan. Cotton
bud hanya disarankan untuk mengeluarkan air atau kotoran di liang
telinga, bukan untuk membersihkan serumen atau menggaruk liang
telinga yang terasa gatal. Serumen hanya diproduksi di bagian luar
liang telinga (Lee, 2005).
b. Efek penggunaan Cotton budPenggunaan cotton bud untuk
membersihkan telinga dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui
kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat (Oghalai, 2003). Cotton bud
dapat memasukkan elemen bakteri dan jamur ke dalam liang telinga
dan jika epitel mengalami trauma, akan mudah terjadi infeksi. Di
samping itu, cotton bud juga dapat mendorong serumen ke dalam liang
telinga. Semakin lama, serumen akan terakumulasi dan mengakibatkan
penimbunan serumen (Lee, 2005).
c. Serumen
Serumen umumnya dapat ditemukan di kanalis akustikus eksternus.
Kanalis akustikus eksternus normalnya memproduksi serumen dengan
berbagai tujuan, antara lain sebagai lubrikasi membran timpani dan
epitelium, perlindungan untuk melawan kehilangan cairan
transepidermal dan mengumpulkan debris dan organisme (Angus, 2005).
Serumen akan memberikan suasana asam dan kaya lisozim. Serumen
adalah campuran sekresi glandula sebasea dan glandula seruminosa
(modifikasi kelenjar keringat apokrin) (Stout-Graham, 1990) yang
berkombinasi dengan epitel deskuamasi dan rambut (Gortel,
2006).
Sekresi normal dari glandula seruminosa memiliki konsistensi
yang lebih sedikit daripada glandula sebasea. Jika terjadi
inflamasi kanalis akustikus akan terjadi akumulasi produksi
serumen, yang akan melindungi bakteri dan jamur dari terapi topikal
dan menambah kelembaban kanalis akustikus (Gotthelf, 2006)
Normalnya kanalis akustikus mempunyai mekanisme pembersihan
sendiri. Reflek ini akan mengeluarkan serumen, deskuamasi
keratinosit dan debris yang terperangkap serta bakteri yang
pelan-pelan akan dikeluarkan dari kanalis akustikus melalui migrasi
epitel dari bagian yang lebih dalam ke arah superfisial, proses ini
akan dimulai dari sel germinal pada membran timpani yang akan
dibantu dengan pergerakan artikulasi temporomandibular (Gotthelf,
2006).
3. Pengaruh Penggunaan Cotton bud terhadap Otitis Eksterna
Penggunaan cotton bud merupakan salah satu predisposisi
timbulnya otitis eksterna. Cotton bud dapat menimbulkan trauma
mekanik, dapat berupa trauma lokal dan ringan pada epitel liang
telinga luar (meatus akustikus eksterna). Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan
bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat
(Oghalai, 2003). Cotton bud dapat memasukkan elemen bakteri dan
jamur ke dalam liang telinga dan jika epitel mengalami trauma, akan
mudah terjadi infeksi. Cotton bud dapat mengganggu mekanisme reflek
pembersihan serumen (Sander, 2009). Cotton bud mendorong serumen ke
dalam liang telinga sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
terakumulasi di sekitar gendang telinga (Lee, 2005). Masalah ini
juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada
liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke
dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah,
lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur (Sander, 2009).
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: mempengaruhi tapi tidak diteliti dan tidak dapat
dikendalikan
: mempengaruhi tapi tidak diteliti dan dapat dikendalikan
: menghambatB. Hipotesis
Terdapat pengaruh penggunaan cotton bud terhadap insidensi
otitis eksterna.Kanalis akustikus eksternus
Produksi Serumen
Mekanisme
Pembersihan Sendiri
Migrasi Epitel
Mengeluarkan serumen, deskuamasi keratinosit,debris dan
bakteri
Cotton bud
Mendorong Serumen
Ke dalam telinga
Akumulasi Serumen
Perkembangan bakteri dan jamur
Kelembaban MAE
Otitis Eksterna
Trauma mekanik epitel MAE
Bakteri masuk MAE
Inflasi dan Eksudat dalam MAE
Kelembaban lokal
Derajat keasaman (pH) liang telinga
Struktur anatomis telinga
Perenang
Benda asing
Bahan iritan
Alergi
Penyakit psoriasis.
Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.
Penyakit diabetes.
Penyumbat telinga dan alat bantu dengar
Frekuensi
Intensitas
Durasi
Teknik penggunaan
Bahan
Kondisi Telinga
4