BAB II TINJAIJAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah suatu bentuk emosi yang lain selain emosi dasar (Hilgard dkk., 1979). Kecemasan adalah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidak menyenangkan. Kondisi ini dapat dikatakan pernah dialami oleh semua orang walaupun dengan taraf yang berbeda-beda. Seberapa besar pengaruh dan bagaimana individu menghadapinya tergantung pada kondisi individu tersebut. Jadi kecemasan merupakan pengalaman emosional yang sifatnya subyektif (Atwater, 1983), yang merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) (Daradjat, 1975). Menurut Drever (1986), kecemasan adalah keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan keterperangkapan dan rasa takut sebagai unsurnya yang paling menonjol, khusus pada berbagai gangguan syaraf dan mental. Biasanya kecemasan ini timbul karena adanya ancaman-ancaman baik yang bersifat nyata maupun imajiner terhadap keamanan seseorang (Hall dan Lindzey, 1978). Kecemasan sering muncul pada orang yang dianggap normal, meskipun kecemasan merupakan simtom semua 8
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAIJAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengert ian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu bentuk emosi yang lain selain emosi dasar
(Hilgard dkk., 1979). Kecemasan adalah suatu keadaan atau kondisi emosi
yang tidak menyenangkan. Kondisi ini dapat dikatakan pernah dialami oleh
semua orang walaupun dengan taraf yang berbeda-beda . Seberapa besar
pengaruh dan baga imana individu menghadapinya te rgantung pada kondisi
individu tersebut . Jadi kecemasan merupakan pengalaman emosiona l yang
sifatnya subyektif (Atwater , 1983), yang merupakan mani fes tas i dari
berbagai proses emosi yang bercampur , yang ter jadi ket ika orang sedang
mengalami tekanan perasaan (f rustas i ) dan per tentangan bat in (konf l ik)
(Daradjat, 1975).
Menurut Drever (1986), kecemasan adalah keadaan emosi yang
kronis dan kompleks dengan keterperangkapan dan rasa takut sebagai
unsurnya yang pal ing menonjo l , khusus pada berbagai gangguan syaraf dan
mental. Biasanya kecemasan ini t imbul karena adanya ancaman-ancaman
baik yang bers i fa t nyata maupun imaj iner terhadap keamanan seseorang
(Hall dan Lindzey, 1978). Kecemasan sering muncul pada orang yang
d ianggap normal , meskipun kecemasan merupakan s imtom semua
8
9
psikopatologi terutama gangguan neurotik (Davison dan Neale, 1978).
Menurut Hurlock (1973), kecemasan sama seperti kekhawatiran
yang berasal dari ketakutan. Biasanya seseorang yang mengalami
kecemasan mempunyai perasaan yang tidak menyenangkan (Hilgard dkk.,
1979) disertai satu atau lebih keluhan fisik. Perasaan ini hampir sama
seperti bila dia mengalami ketakutan. Akan tetapi pada kecemasan,
perasaan ini sifatnya kabur atau tidak jelas objeknya. Sedangkan pada
ketakutan objeknya jelas. Walaupun demikian tidak jarang kecemasan dan
ketakutan terjadi secara bersamaan (Atwater, 1983).
Kecemasan, walaupun merupakan suatu perasaan yang t idak enak
mempunyai peranan yang konstruktif , yaitu sebagai peringatan akan adanya
bahaya (Atwater , 1983). Dalam keadaan ini seseorang akan lebih waspada
dan berusaha mengatasi masalahnya dengan mengadakan perencanaan
tindakan yang efektif . Sebaliknya bila kecemasan begitu kuat , maka ia
tidak lagi berfungsi sebagai peringatan adanya bahaya, dan seseorang tidak
lagi mampu mengadakan perencanaan yang efektif terhadap t indakannya.
Lazarus (1976) memberikan batasan kecemasan sebagai reaksi
individu terhadap hal yang dihadapi yang merupakan suatu perasaan yang
menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, kekhawat i ran dan
sebagainya yang berhubungan dengan aspek subjektif emosi seseorang.
Ditambahkannya pula bahwa kecemasan merupakan gangguan yang
kompleks, disertai dengan perubahan fisiologis.
10
Lazarus (1976) juga mengatakan bahwa istilah kecemasan
mempunyai dua macam arti, yaitu: kecemasan sebagai suatu respon, dan
kecemasan sebagai intervening variable.
a. Kecemasan sebagai suatu respon
Hampir setiap individu pernah mengalami kecemasan sebagai suatu
peasaan yang tidak menyenangkan. Perasaan ini ditandai oleh kegelisahan,
kebingungan, ketakutan, kekhawatiran, dan sebagainya. Perasaan yang
dialami individu tersebut hanya dapat dirasakan dan diketahui oleh yang
bersangkutan saja. Kecemasan disini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) State anxiety, adalah gejala kecemasan yang timbul bila individu
berhadapan dengan situasi tertentu yang menyebabkan individu
mengalami kecemasan, dan gejalanya akan selalu kelihatan
selama situasi tersebut terjadi.
2) Trait anxiety, adalah kecemasan sebagai suatu keadaan yang
menetap pada individu. Kecemasan ini berhubungan erat dengan
kepribadian individu yang sedang mengalami kecemasan. Dengan
kata lain kecemasan mengandung pengertian disposisi untuk
menjadi cemas dalam menghadapi bermacam-macam situasi.
Sehubungan dengan hal ini, kecemasan dipandang sebagi suatu
simtom, yaitu keadaan yang menunjukkan kesukaran dalam
menyesuaikan diri.
11
b. Kecemasan sebagai intervening variable
Kecemasan disini diartikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi serangkaian stimulus dan respon. Jadi, kecemasan dalam hal
ini tidak dapat diketahui secara langsung melalui observasi, akan tetapi
hanya dapat diketahui secara tidak langsung dari keadaan yang mendahului
dan akibatnya. Observasi hanya dapat mengetahui maupun akibatnya,
dalam bentuk fisiologis keadaan yang mencemaskan (Lazarus, 1969).
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kecemasan adalah
suatu pengalaman emosional yang dirasakan sebagai suatu yang tidak
menyenangkan, tidak je las apa yang dirasakan dan tidak diketahui pasti
penyebabnya, yang biasanya timbul karena ancaman baik dari luar maupun
dari dalam tubuh terhadap integritas aspek psikologis maupun aspek
fisiologis. Pada umumnya kecemasan dapat mempengaruhi kehidupan
sehari-hari, juga mempengaruhi penyesuaiannya terhadap lingkungan dan
merupakan problem yang subjektif .
2. Reaksi Terhadap Kecemasan
Telah dinyatakan sebelumnya bahwa kecemasan adalah suatu bentuk
emosi yang lain selain emosi dasar, maka reaksi terhadap kecemasan,
seimbang dengan reaksi manusia pada umumnya terhadap emosi yang
meningkat, dapat dibedakan atas reaksi fisiologik dan reaksi psikologik
(Hilgard dkk., 1979).
12
Reaksi fisiologik adalah reaksi tubuh terutama oleh organ-organ
yang diproses oleh syaraf otonomi simpatik seperti jantung, peredaran
darah, kelenjar , pupil mata, sistem pencernaan makanan, dan sistem
pembuangan (Hilgard dkk., 1979). Dengan meningkatnya emosi atau
perasaan cemas satu atau lebih dari organ-organ tersebut akan meningkat
dalam fungsinya sehingga dapat dijumpai meningkatnya jumlah asam
lambung selama kecemasan, atau meningkatnya detak jantung dalam
memompa darah, sering buang air atau sekresi keringat yang berlebihan.
Dalam situasi ini kadang-kadang individu mengalami rasa sakit yang
berkaitan dengan organ yang meningkat fungsinya secara t idak wajar.
Seirama dengan Hilgard, menurut Kartono (1981), tekanan pikiran yang
berat, menyebabkan keluarnya energi yang luar biasa, yang akhirnya
menjadikan naiknya tekanan darah dan berubahnya susunan kimiawi darah
yang membahayakan kesehatan. Bila hal ini terjadi terus menerus, akan
menimbulkan penyakit lambung, tekanan darah tinggi, dan asma.
Kecemasan dapat terwujud pada reaksi emosional dari keadaan j iwa
individu, baik secara psikologis maupun fisiologis sehingga bisa
mengganggu efisiensi individu dalam menghadapi masalah. Reaksi yang
timbul secara psikologis dapat berupa perasaan yang menyertai reaksi
fisiologis seperti perasaan tegang, rendah diri, kurang percaya diri, tidak
dapat memusatkan perhatian serta adanya gerakkan-gerakkan yang tak
terarah atau tidak pasti (Hadfield, dalam Adi, 1985).
13
Daradjat (1975) mengungkapkan bahwa gejala kecemasan dapat
bersifat fisik maupun bersifat mental. Gejala fisik meliputi u jung-ujung jari
terasa dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung lebih cepat dan
sebagainya. Gejala mental berupa ketakutan, tidak dapat memusatkan
perhatian, tidak tentram dan lain-lain. Individu biasanya tidak mengetahui
penyebab ketakutannya. Pada kecemasan yang tinggi, individu biasanya
sering bermimpi yang menakutkan pada malam hari hingga terkejut dan
tidak dapat tidur lagi. Strange (1976) juga mengemukakan bahwa dalam
kondisi kronis, kecemasan dapat diketahui dari berbagai gejala yang
tampak, seperti misalnya otot kejang, jantung berdebar serta tak teratur,
perubahan kelenjar tubuh serta perasaan akan sesuatu yang tidak
menyenangkan dan tidak diketahui penyebabnya.
Menurut Bucklew (1960), apabila seseorang mengalami kecemasan,
maka reaksi yang tampak ada dua t ingkatan, yaitu:
a. Tingkat psikologis, pada tingkat ini tampak adanya gejala psikologis
seperti gerakan-gerakan tak terarah, perasaan tegang, ragu-ragu,
khawatir , bingung, sukar berkonsentrasi , perasaan tidak menentu dan
tidak jelas , serta gejala lainnya yang saling bercampur aduk.
b. Tingkat f isiologis, pada t ingkat ini kecemasan menyebabkan adanya
disorganisasi proses f isiologis, terutama fungsi-fungsi sistem syaraf
seperti keluarnya keringat dingin yang berlebihan, jantung berdebar-
14
debar, tidak dapat tidur, sirkulasi darah tidak teratur, rasa mual,
gemetar dan lain-lain.
Jadi dapat dikatakan bahwa kecemasan cenderung diubah dalam
bentuk gangguan simtomatik yang dapat membahayakan kesehatan, dan
lebih jauh lagi akan dapat mengakibatkan adanya gangguan pada seseorang
dalam merespon stimulus-stimulus yang datang padanya, baik yang datang
dari dalam dirinya maupun yang datang dari luar.
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa manifestasi
kecemasan adalah suatu bentuk reaksi emosi selain emosi dasar yang
gejalanya dapat bersifat fisik maupun bersifat mental. Pada gejala yang
bersifat fisik terlihat adanya disorganisasi fungsi sistem syaraf sedangkan
pada gejala yang bersifat mental berupa ketakutan, perasaan tidak menentu
dan tidak jelas.
3. Pengukuran Kecemasan
Manifestasi dari kecemasan dapat berupa aspek psikologis maupun
fisiologis. Untuk mengungkap atau mengukur gejala kecemasan ada
beberapa metode, yaitu:
a). Se l f report atau questionaire, merupakan sejumlah pertanyaan-
pertanyaan yang harus di jawab oleh individu berupa test skala
kecemasan.
15
b). Overt behavioral, dengan melakukan observasi terhadap individu,
dapat terlihat dari ekspresi seperti gemetar, pucat, menggigit-gigit
kuku dan sebagainya.
c). Physiological, menggunakan alat-alat pengukur tertentu, seperti