-
6
BAB II
TEORI PERTUKARAN SOSIAL
2.1 Pengertian Pertukaran
Pertukaran berasal dari kata dasar tukar, sedangkan kata kerja
bertukar memiliki
beberapa pengertian. Pertama, memperoleh sesuatu dengan
memberikan sesuatu atau
bergantian memberi sesuatu dengan sesuatu yang lain, seperti
seseorang memberikan sesuatu
kepada seseorang lain yang memberikan sesuatu sebagai gantinya.
Kedua, berubah dari atau
menjadi yang lain. Ketiga, berpindah dari kendaraan yang satu ke
kendaraan yang lain.
Dalam melakukan aktivitas bertukar kedua pihak memiliki maksud
dan tujuan yang sepaham,
meskipun berlainan cara melaksanakannya. Sedangkan arti kata
pertukaran itu sendiri
menunjuk pada tindakan dan perbuatan bertukar atau
mempertukarkan sesuatu sebagaimana
yang dimaksudkan dalam pertukaran tersebut.1 Jadi pertukaran
dapat diartikan sebagai
aktivitas memberi sesuatu atau melakukan sesuatu dan menerima
sesuatu sebagai sebuah
imbalan.2
Apa yang dipertukarkan, diberikan atau diterima? The New Oxford
Illustrated
Dictionary mencatat sesuatu yang dipertukarkan biasanya berupa
uang, catatan-catatan
penting, deposito bank, kata-kata, pandangan-pandangan (glances)
tentang sesuatu hal. Hal
yang dipertukarkan pada dasarnya memiliki nilai yang lebih
kurang sama.3 Selanjutnya,
pertukaran dalam pengertian konseptualisasi interaksi sosial
memiliki sejarah yang panjang
dalam bidang antropologi dan pada periode akhir diadopsi oleh
beberapa tokoh sosiologi.
Teori pertukaran, demikian konseptualisasi tersebut. Pendekatan
tersebut dapat ditemukan
dalam karya G.C. Homans (1910-1989)dan P.M. Blau
(1918-2002).
1 Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departeman
Pendidikan Nasional, 2008, 1555-1556 2 Oxford Advanced Learner’s
Dictionary (ed.7th). Oxford University Press: 2005. 527-528. Lihat
juga: Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi. Jakarta: Penerbit CV
Rajawali, 1985.The New Oxford
3 The New Oxford Illustrated Dictionary. Oxford University
Press: 1978, 580.
-
7
2.2 Pertukaran Sosial dalam Masyarakat Modern
Teori pertukaran sosial merupakan satu teori yang dikembangkan
oleh pakar psikologi
John W. Thibaut (1917-1986) dan Harold H. Kelley (1921-2003),
ahli sosiologi seperti
George C. Homans (1910-1989), Richard Emerson dan Peter M. Blau
(1918-2002).4
Berdasarkan teori ini, manusia selalu berada dalam hubungan
pertukaran antara yang satu
dengan yang lain, baik antara pribadi dengan pribadi maupun
antara pribadi dengan
kelompok. Teori ini melihat hubungan pertukaran antar aktor
sebagai hubungan yang saling
mempengaruhi (reciprocal). Pada umumnya hubungan sosial yang
terjadi dalam masyarakat,
mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan
tersebut, dimana
didalamnya terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost)
dan keuntungan (profit).
Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya
pengorbanan, sedangkan
pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan
adalah ganjaran
dikurangi oleh pengorbanan.5 Analisa hubungan sosial menurut
cost and reward inilah ciri
khas teori pertukaran.6 Misalnya, pola-pola perilaku di tempat
kerja, percintaan, perkawinan,
dan persahabatan. Teori pertukaran sosial mencadangkan tabiat
sosial itu adalah hasil satu
proses pertukaran. Tujuan pertukaran ini adalah memaksimumkan
faedah dan
meminimumkan biaya. Menurut teori ini, aktor mempertimbangkan
potensi faedah dan risiko
bagi perhubungan sosial. Apabila risiko-risiko itu lebih berat
untuk memberi ganjaran, rakyat
akan menamatkan atau meninggalkan begitu saja hubungan. Teori
pertukaran sosial ini juga
digunakan untuk menjelaskan berbagai penelitian mengenai sikap
dan perilaku dalam
ekonomi. Selain itu, teori ini juga digunakan dalam penelitian
komunikasi, misalnya dalam
konteks komunikasi antar pribadi, kelompok dan organisasi.
4 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern
(edisi ke-6). Jakarta:
Kencana, 2007, 355; Jonathan H. Turner, The Structure of
Sociological Theory (6th edition).
261; Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi: Klasik dan Modern,
(jilid 2), 55. 5 Makalah Social Exchange Theory,
www.gumilarcenter.com/ 6 Johnson, Teori Sosiologi, 55
-
8
2.3 Teori Pertukaran George Caspar Homans
2.3.1 Pendekatan Dasar
Homans pernah belajar di Harvard Business School bergabung
dengan Prof.
Lawrence Henderson dan Elton Mayo. Beberapa tulisannya adalah
The Human Group, The
Nature of Social Science (1967) dan Social Behavior (1961,
1974).7
Pemikiran Homans banyak dipengaruhi oleh behaviorisme. Dalam
psikologi,
behaviorisme berpengaruh langsung terhadap sosiologi perilaku,
dan secara tidak langsung
terutama terhadap teori pertukaran.8 Sosiologi perilaku
memusatkan perhatian pada hubungan
antara pengaruh perilaku seseorang terhadap lingkungan dan
sebaliknya, dampak lingkungan
terhadap seseorang. Lingkungan tempat munculnya perilaku, baik
berupa sosial maupun
fisik, dipengaruhi oleh perilaku sebelumnya dan selanjutnya
“muncul” kembali dalam
berbagai cara. “Perilaku baru” yang muncul entah itu positif,
negatif ataupun netral akan
mempengaruhi “perilaku-perilaku” berikutnya. Bila reaksi
tersebut menguntungkan, perilaku
yang sama kemungkinan akan diulang di masa depan dalam perilaku
yang serupa.
Sebaliknya, bila reaksi yang berikutnya menyakitkan atau tidak
menguntungkan maka
kemungkinan kecil perilaku yang sama di masa depan akan
diulang.9 Dalam pengertian ini,
sosiologi perilaku memberikan perhatian pada hadiah atau penguat
(reinforces) atau hukuman
(punishment). Dengan kata lain, “hadiah ditentukan oleh
kemampuannya memperkuat
perilaku, sedangkan biaya mengurangi kemungkinan perilaku.
Behaviorisme pada umumnya,
7 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern, 360; Johnson,
Teori Sosiologi,. 59. 8 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern,
356-357; Turner, The Structure of Sociological Theory, 264. 9
Penelitian psikologi perilaku dilakukan oleh B.F. Skinner (1948)
terhadap merpati yang ditempatkan dalam kotak yang dirancang khusus
(sekarang dikenal dengan kotak Skinner). Skinner menggunakan burung
merpati
dalam suatu operant conditioning, dengan mengemukakan perilaku
merpati yang mematuk sembarangan,
patukannya mengenai sebuah “sasaran” yang mungkin secara
otomatis memberinya makan dengan butiran padi.
Setiap kali merpati mematuk “sasaran” secara otomatis ia
mendapatkan hadiah makanan butiran padi, sehingga
perlakuan yang sama terus dilakukan – semakin meningkat.
-
9
dan gagasan tentang hadiah dan biaya pada khususnya, besar
pengaruhnya terhadap teori
pertukaran.”10
Bagi Homans, perilaku manusia memiliki penjelasan atau dasar
psikologis yang
menyebabkannya. Ia juga menyamakan antara perilaku sosial dan
perilaku individual serta
mengkhususkan kajian pada interaksi sosial. Meskipun Homans
membahas prinsip
psikologis, ia tidak sedang memikirkan manusia dalam keadaan
terisolasi. Ia mengakui
bahwa manusia adalah mahluk sosial dan menggunakan banyak
waktunya untuk
bersosialisasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Homans
mengembangkan teori sosial
dengan “membayangkan perilaku sosial
sebagai pertukaran aktivitas, nyata atau tak nyata, dan kurang
lebih sebagai pertukaran hadiah
dan biaya, sekurang-kurangnya antara dua orang.”11 Ini yang
membedakan secara kontras
dengan Skinner yang membatasi kajiannya pada binatang, burung
merpati di laboratorium
(Laboratorium Skinner). Homans mengembangkan temuan Skinner pada
kehidupan sosial
manusia yang secara konstan terdapat proses member dan menerima
(take and give), atau
pertukaran rewards dan punishments.
2.3.2 Prinsip Pertukaran Homans
Inti pertukaran Homans terletak pada sekumpulan proposisi
fundamental. Menurutnya
proposisi bersifat psikologis karena dua alasan. Pertama,
proposisi itu biasanya dinyatakan
dan diuji secara empiris oleh orang yang menyebut dirinya
sendiri psikolog. Kedua, proposisi
itu lebih mengenai perilaku manusia individu daripada kelompok
atau masyarakat; dan
umumnya dianggap menjadi bidang kajian psikologi. 12Menurutnya
sosiologi ilmiah
membutuhkan sekumpulan proposisi umum tentang hubungan antara
kategori-kategori itu,
10 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern, 357. 11 Ritzer
dan Goodman, Teori Sosiologi Modern, 359. 12 Ritzer dan Goodman,
Teori Sosiologi Modern, 358.
-
10
karena tanpa proposisi demikian maka penjelasan adalah mustahil.
“Tidak ada penjelasan
tanpa proposisi.”
Sebagaimana dijelaskan diatas, Homans mengembangkan pemikiran
teoritisnya berdasarkan
temuan Skinner dan membawa dirinya pada interaksi sosial dalam
kehidupan sehari-hari,
untuk itu ia mengembangkan beberapa proposisi.13
2.4 Peter Blau
2.4.1 Sekilas Biografi
Peter M. Blau (1918-2002) adalah seorang tokoh terkemuka dalam
sosiologi
sepanjang paruh kedua abad kedua puluh, dan dengan ujungnya di
antara yang paling sering
dikutip dari semua sosiolog aktif. Kontribusinya sangat besar
untuk mempelajari struktur-
makrososial menganalisis sistem berskala besar organisasi, kelas
sosial, dan dimensi
masyarakat sekitar yang terstruktur. Pada saat yang sama ia
adalah penulis dari studi
microsociological enduringly berpengaruh dalam hubungan
pertukaran.
Blau lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1918 pada masa jatuhnya
kekaisaran Austro-
Hungaria. Dia adalah anak seorang Yahudi sekuler dan turut
menyaksikan keprihatinan
munculnya fasisme di Austria pasca perang. Ketika Hitler menuju
ke Wina pada tahun 1938,
keluarga Blau memilih untuk tetap tinggal, meskipun adiknya
dikirim ke Inggris pada
Kindertransport. Tahun 1939 ia bermigrasi ke AS dan resmi
menjadi warga negara Amerika
tahun 1943. Karena keterampilan bahasa Jerman-nya, ia menjabat
sebagai petugas interogasi.
Dia kemudian mengetahui bahwa keluarganya telah dibunuh di
Auschwitz tahun 1942.14
Pada tahun yang sama ia mendapatkan gelar BA dari Elmhurst
College di Elmhurst, Illionis.
Pecahnya perang PD II membuat pendidikannya terganggu dan ia
harus bergabung dalam
AD. Dalam karirnya sebagai anggota AD, ia menerima penghargaan
the browse star. Setelah
13 Turner, The Structure of Sociological Theory, 265 – 266,
dalam poin the basic exchange priciples. 14 W. Richard Scott and
Craig Calhoun, Peter Michael Blau 1918 – 2002 (Biographical
Memoirs, Vol. 85). Washington, D.C: The National Academies Press,
2004, 7.
-
11
akhir Perang Dunia II, Blau mampu melanjutkan pendidikan,
memasuki departemen sosiologi
di Columbia University pada bulan Februari tahun 1946 dan
mendapatkan gelar Ph.D. dari
Universitas Columbia tahun 1952.
Sejak mahasiswa Blau mempunyai ketertarikan pada masalah yang
berkaitan dengan
ilmu-ilmu sosial. Ia mendapatkan penghargaan secara luas dalam
sosiologi karena
sumbangan pemikirannya tentang organisasi formal. Hasil studi
empiris dan buku ajar
tulisannya tentang organisasi formal tetap dikutip secara luas
dan menjadi sumbangan yang
berarti dalam ilmu sosial. Exchange and Power in Social Life
adalah kontribusi Blau pada
teori pertukaran masa kini. Ia mengembangkan teori pertukaran
yang tidak terbatas pada
kelompok primer berskala kecil, tetapi menerapkannya pada
kelompok sosial yang lebih luas
(makro). Karyanya merupakan upaya penting untuk mengintegrasikan
secara teoritis masalah
sosiologi berskala luas dan berskala kecil.
Blau pun berada di barisan terdepan pakar teori struktural.
Selama masa jabatanya
selaku presiden the American Sociological Association
(1973-1974) ia menjadikan teori
struktural ini sebagai tema pertemuan-tahunan asosiasi sosiologi
itu. Sejak itu ia telah
menerbitkan sejumlah buku dan artikel yang direncanakan untuk
menjelaskan dan
mengembangkan teori struktural. Karya terakhir sebelum akhir
hayatnya pada 12 Maret 2002
adalah Structural Contexts of Opportunities dan Crosscutting
Social Circle edisi kedua.15
2.4.2 Prinsip Pertukaran Dasar
Peter M. Blau mendasari teori sosialnya pada perilaku manusia
yang kemudian
disebut dengan teori pertukaran. Inilah dasar dari proses
sosial. Ia mencoba menemukan
bentuk proses pertukaran pada tingkat mikro dan makro dengan
melihat apa yang mendasari
pertukaran antar pribadi seperti juga terjadi pertukaran antar
unit dalam suatu organisasi
(kelompok).
15 Ritzer dan Goodman, Teori Sosiologi Modern, 368.
-
12
Secara sederhana Blau menjelaskan prinsip dasar teori
pertukarannya pada proposisi-
proposisi sebagai berikiut :16
I. Prinsip Rasionalitas: Semakin banyak keuntungan yang
diharapkan orang-orang satu
sama lainnya dalam melakukan aktifitas tertentu, semakin
memungkinkan mereka
melakukan aktifitas tersebut.
II. Prinsip Timbal balik:
A. Semakin banyak orang bertukar sesuatu yang berharga satu sama
lain, semakin besar
pula proses pertukaran timbal balik dilakukan.
B. Semakin kewajiban dalam relasi pertukaran dilanggar, maka
pihak yang dilanggar
memberi sanksi kepada pihak yang melanggar kesepakatan
pertukaran.
III. Prinsip Keadilan:
A. Semakin banyak hubungan pertukaran dilakukan, semakin
memungkinkan mereka
untuk diatur oleh norma “pertukaran yang adil”.
B. Kurangnya pelaksanaan noram yang adil dalam pertukaran, pihak
yang dirugikan
memberikan sanksi kepada pihak yang melanggar norma pertukaran
yang ada.
IV. Prinsip manfaat Marginal: semakin sesuatu yang diharapkan
dalam pertukaran telah
tersedia, maka pertukaran itu kurang bermanfaat.
V. Prinsip Ketidakseimbangan: Semakin stabil dan seimbang
beberapa hubungan pertukaran
diantara unit-unit sosial, semakin memungkinkan hubungan
pertukaran lain untuk
menjadi tidak seimbang dan tidak stabil.
2.4.3 Proses Dasar Pertukaran Di Kehidupan Sosial
Blau mengawali diskusinya tentang proses pertukaran dasar dengan
asumsi bahwa
orang-orang masuk ke dalam pertukaran sosial karena mereka
merasa kemungkinan dari
penghargaan yang diperoleh (Prinsip I). Blau menamai persepsi
ini sebagai ketertarikan
sosial dan mendalilkan bahwa kecuali jika hubungan melibatkan
ketertarikan, maka itu bukan
merupakan hubungan pertukaran. Dalam memasuki sebuah hubungan
pertukaran, masing-
masing pelaku menerima persepsi orang lain dan memperoleh
beberapa persepsi dari
kebutuhan orang lain. Pelaku kemudian memanipulasi presentasi
mereka tentang diri sendiri
untuk meyakinkan satu sama lain bahwa mereka memiliki kualitas
yang bernilai yang
diinginkan oleh orang lain. Dalam penyesuaian perilaku peran
dalam upaya untuk membuat
orang lain terkesan dengan sumber yang harus mereka tawarkan,
orang-orang berusaha di
bawah prinsip timbal balik dengan menandakan bahwa seseorang
memiliki kualitas yang
16 Turner, The Structure of Sociological Theory, 272.
-
13
bernilai, masing-masing orang berupaya menuntut orang lain untuk
memberikan penghargaan
kepada mereka. Semua pertukaran berjalan di bawah anggapan bahwa
orang yang
memberikan penghargaan kepada orang lain, ia juga akan menerima
penghargaan yang sama
sebagai bayaran untuk suatu penerimaan dalam suatu
pertukaran.
2.4.4 Kekuasaan mempengaruhi proses pertukaran.(pemimpin dan
bawahan)
Dalam menyediakan hadiah-hadiah tersebut, bawahan dituntun oleh
norma
pertukaran yang adil dimana harga yang mereka tawarkan dalam
menawarkan pemenuhan
sebanding dengan nilai dari pelayanan yang mereka terima dari
pimpinan mereka. Sebagai
tambahan bahwa pelaku terikat dalam pertukaran dengan pemimpin
dan sebagai tingkatan
bahwa pelayanan yang disediakan oleh pemimpin sangat dihargai,
pengabdian harus diterima
sebagai perintah yang sah sehubungan dengan norma timbal balik
dan keadilan yang muncul
dalam semua pertukaran. Dengan kondisi ini, kelompok-kelompok
mengembangkan norma
tambahan yang menetapkan bagaimana pertukaran dengan pimpinan
dilakukan untuk
mengatur keperluan untuk timbal balik dan mempertahankan
keadilan pertukaran. Pemimpin
yang menyesuaikan diri dengan kemunculan norma dapat yakin pada
diri mereka sendiri
bahwa kepemimpinan mereka akan dipertimbangkan sebagai perintah
yang sah. Melalui
proses ini, bawahan melatih kontrol dari tindakan sosial satu
sama lain dan mempromosikan
integrasi golongan atas dan bawah dari kelompok.
Wewenang, “diletakkan pada norma yang sama dalam keseluruhan
bawahan yang
memaksa anggotanya untuk memenuhi perintah atasan.” Dalam
berbagai bentuk organisasi
sosial, norma-norma ini muncul dari pertukaran yang kompetitif
diantara seluruh kelompok
pelaku. Untuk melanggar “persetujuan normatif” tersebut, pelaku
pertukaran harus diberi
sosialisasi mengenai nilai-nilai yang sama yang menjelaskan
bukan hanya apa saja pertukaran
adil dalam situasi yang ada, melainkan juga cara pertukaran
harus dilembagakan ke dalam
norma untuk pimpinan dan bawahan. Walaupun ada kemungkinan
pelaku untuk sampai pada
-
14
kesepakatan bersama secara normatif pada proses pertukaran,
kumpulan awal dari nilai-nilai
yang sama melengkapi pengesahan kekuatan. Pelaku dapat memasuki
pertukaran dengan
penjelasan situasi yang sama yang dapat menyediakan sebuah
kerangka umum untuk
peraturan normatif dari kemunculan kekuatan yang berbeda. Tanpa
nilai-nilai yang sama,
persaingan untuk kekuatan dapat menjadi besar. Ketiadaan pedoman
mengenai timbal balik
dan pertukaran yang adil, ketegangan dan tekanan akan
berlangsung seolah definisi dari ini
berhasil. Menurut Blau, pengesahan “memerlukan bukan semata-mata
hanya penerimaan
yang bersifat toleran, tapi juga konfirmasi dan promosi aktif
dari bentuk-bentuk sosial dari
nilai umum, baik yang sudah ada sebelumnya atau yang muncul
dalam perkumpulan interaksi
sosial.
Dengan pengesahan kekuasaan melalui peraturan normatif, seperti
yang ditegaskan
oleh nilai-nilai umum, struktur organisasi kolektif diubah.
Salah satu perubahan yang jelas
adalah kemunduran persaingan interpersonal, presentasi ‘untuk
pelaku sekarang’ tentang
perubahan diri dari perhatian untuk membuat orang lain terkesan
dengan kualitas mereka
yang berharga menuju pada penekanan untuk menetapkan status
mereka sebagai anggota
kelompok yang setia. Bawahan mulai untuk menerima status mereka
dan memainkan peran
perilaku mereka untuk memastikan bahwa mereka menerima
penerimaan sosial dari sesama
sebagai penghargaan untuk kepatuhan terhadap norma kelompok.
Pemimpin dapat menjadi
pribadi yang rendah hati karena mereka tidak lagi harus
menunjukkan kekuasaan mereka
setiap kali menemui bawahan—khususnya norma sekarang menunjukkan
kapan dan
bagaimana mereka harus mematuhi dan menghargai untuk menyediakan
pelayanan yang
bernilai. Dengan pengesahan kekuatan sebagai wewenang, proses
interaktif (melibatkan cara
anggota kelompok memahami situasi dan mengenalkan diri mereka
pada orang lain)
mengalami perubahan yang dramatis, mengurangi tingkat persaingan
dan meningkatkan
integrasi kelompok.
-
15
Tujuan Peter Blau adalah pengertian atas struktur sosial
berdasarkan analisis atas
proses-proses sosial yang mengatur hubungan-hubungan diantara
individu dan kelompok.
Pertanyaan yang mendasar dari Blau ialah bagaimana kehidupan
sosial menjadi terorganisir
ke dalam struktur asosiasi di kalangan manusia yang semakin
kompleks. Blau memusatkan
perhatiannya pada proses-proses pertukaran, yang dalam
pandangannya mengarahkan banyak
perilaku manusia dan menggarisbawahi hubungan-hubungan di antara
individu dan juga di
antara kelompok.
2.4.5 Mikro ke makro
Pada level individual, Blau dan Homans tertarik pada proses yang
serupa. Akan tetapi
konsep perubahan sosial Blau terbatas pada tindakan-tindakan
yang sementara, yang
bergantung, pada reaksi-reaksi dari orang lain yang memberi
penghargaan, tindakan-tindakan
yang berhenti ketika reaksi-reaksi yang diharapkan tidak datang.
Orang tertarik satu sama
lain karena berbagai macam alasan yang menyebabkan mereka
membangun asosiasi-asosiasi
sosial. Sekali ikatan-ikatan awal ditempa,
penghargaan-penghargaan yang mereka berikan
satu sama lain membantu memelihara dan meningkatkan
ikatan-ikatan itu. Situasi berlawanan
juga mungkin: dengan penghargaan yang tidak memadai, suatu
asosiasi akan melemah atau
pecah. Penghargaan yang dipertukarkan dapat bersifat
intrinsik(misalnya, cinta, kasih sayang,
penghargaan) atau ekstrinsik(contohnya, uang, pekerjaan fisik).
Pihak-pihak tidak selalu
dapat saling memberi penghargaan satu sama lain secara setara;
ketika ada ketidaksetaraan di
dalam pertukaran, suatu perbedaan kekuasaan akan muncul di dalam
suatu asosiasi.
Ketika satu pihak membutuhkan sesuatu dari orang lain, tetapi
tidak mempunyai apa-
apa yang sebanding untuk diberikan sebagai penghargaannya,
tersedia empat alternatif.
pertama ,orang dapat memaksa orang lain untuk membantunya.
Kedua, mereka dapat
menemukan sumber lain untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan.
Ketiga, mereka
-
16
dapat berusaha untuk berhasil tanpa hal yang mereka butuhkan
dari orang lain. Empat,
mereka dapat menempatkan diri di bawah orang lain, dengan
demikian memberi kepada
orang lain “kredit yang digeneralisasi” di dalam hubungan
mereka; kemudian orang lain itu
dapat menggunakan kredit tersebut ketika mereka ingin pihak yang
memberi kredit
melakukan sesuatu. (Alternatif terakhir, saja adalah
karakteristik hakiki kekuasaan).
Hingga pada titik ini, posisi Blau mirip dengan posisi Homans,
tetapi Blau
memperluas teorinya kepada fata-fakta sosial. Dia memerhatikan
misalnya, bahwa kita tidak
dapat menganalisis proses-proses interaksi sosial terlepas dari
struktur sosial yang
mengelilinginya. Struktur sosial muncul dari interaksi sosial,
tetapi ketika hal itu terjadi,
struktur-struktur sosial mempunyai satu eksistensi yang terpisah
yang mempengaruhi proses
interaksi.
Interaksi sosial pertama-tama berada di dalam kelompok-kelompok
sosial. Orang
tertarik pada suatu kelompok ketika mereka merasakan bahwa
hubungan-hubungan itu
memberikan penghargaan yang lebih banyak daripada
hubungan-hubungan dengan
kelompok-kelompok lain. Karena mereka tertarik pada kelompok itu
maka mereka ingin
diterima. Agar dapat diterima, mereka harus memberikan
penghargaan-penghargaan kepada
para anggota kelompok. Hal itu mencangkup pemberian pesan kepada
para anggota
kelompok dengan menunjukan kepada mereka bahwa berhubungan
dengan orang-orang baru
akan memberi imbalan. Hubungan dengan para anggota kelompok akan
dipererat bila para
pendatang baru telah mengesankan kelompok itu, ketika para
anggota telah memberikan
imbalan-imbalan yang mereka harapkan. Usaha-usaha para pendatang
baru untuk
mengesankan para anggota kelompok secara umum menghasilkan
kepaduan kelompok, tetapi
persaiangan, diferensiasi sosial dapat terjadi bila terlalu
banyak orang berusaha secara aktif
mengesankan satu sama lain dengan kemampuan mereka untuk memberi
penghargaan.
-
17
Paradoksnya disini ialah bahwa meskipun para anggota kelompok
yang memiliki
kemampuan untuk mengesankan dapat menarik para kolega,
karakteristik yang mengesankan
itu juga dapat memunculkan ketakutan akan ketergantungan di
pihak anggota-anggota lain
kelompok itu sehingga mereka mengakui daya tarik itu hanya
dengan cara yang enggan.
Didalam tahap-tahap awal pembentukan kelompok, persaingan untuk
pengakuan sosial di
kalangan anggota kelompok benar-benar bertindak sebagai ujian
penyaring bagi para
pemimpin potensial kelompok itu. Orang-orang yang paling mampu
memberi penghargaan
adalah yang paling mungkin berakhir dengan posisi-posisi
kepemimpinan. Para anggota
kelompok yang kurang untuk memberi penghargaan ingin terus
menerima penghargaan-
penghargaan yang diberikan oleh para pemimpin potensial, dan hal
itu biasanya lebih dari
sekedar mengganti rugi untuk ketakutan mereka akan
ketergabtungannya. Pada akhirnya para
individu dengan kemampuan yang lebih besar untuk memberi
penghargaan muncul sebagai
para pemimpin.
Difernsiasi tidak terelakan kelompok itu menjadi para pemimpin
dan pengikut
menciptakan suatu kebutuhanuntuk intgrasi yang dipengaruhi.
Sekali mereka mengakui status
sang pemimpin, para pengikut mempunyai kebutuhan yang lebih
besar untuk integrasi.
Diawalnya, para pengikut berlagak menunjukan kualitas mereka
yang paling mengesankan.
Sekarang, untuk mencapai penyatuan bersama rekan pengikut,
mereka menunjukan
kelemahannya. Hal itu pada hakekatnya adalah suatu deklarasi
publik bahwa mereka tidak
ingin sebagai pemimpin. Penurunan nilai diri tersebut
mendatangkan simpati dan penerimaan
sosial dari saingan yang kalah. Sang pemimpin juga terlibat
dalam suatu penurunan nilai diri
pada titik ini untuk memperbaiki integrasi seluruh kelompok.
Dengan mengakui bahwa para
bawahan unggul dala beberapa wilayah, sang pemimpin mengurangi
sakit hati yang terkait
dengan pembawahan dan memperlihatkan bahwa dia tidak berusaha
mengendalikan setiap
-
18
wilayah kehidupan kelompok. Tipe-tipe kekuatan demikian membanti
menyatukan kembali
kelompok itu meskipun dengan statusnya baru yang
terdiferensiasi.
Semua itu mirip dengan diskusi Homans mengenai teori pertukaran.
Akan tetapi Blau
melangkah ke level masyarakat dan mendifersiasi di antara dua
tipe oraganisasi sosial. Para
teoritis pertukaran dan sosiolog behavioral juga mengakui
munculnya organisasi sosial, tetapi
seperti yang akan kita lihat ada perbedaan dasar antara Blau dan
para behavioris sosialyang
lebih murni mengenai isu itu.
Tipe pertama, sehubungan dengan pengakuan Blau mengenai
sifat-sifat kelompok-
kelompok sosial yang baru tercipta, muncul dari proses-proses
pertukaran dan persaingan
yang didiskusiakan di depan. Tipe kedua,Oraganisasi sosial tidak
muncul mendadak, tetapi
dibangun secara eksplisit untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dirinci. Contohnya,
memproduksi secara besar-besaran barang-barang yang dapat dijual
untuk memperolah
untung, berpartisipasi didalam turnamen-turnamen bowling,
terlibat di dalam penawaran
kolektif, dan merebut kemenangan-kemenangan politis. Di dalam
mendiskusikan dua tipe
oraganisasi itu, Blau jelas melangkah melampaui bentuk-bentu
elemnter perilaku sosial yang
secara khas diminati pada behavioris sosial.
Selain berminat pada oraganisasi-organisasi tersebut, Blau
tertarik pada sub-sub
kelompok yang ada di dalamnya. Contohnya, dia berargumen bahwa
kepemimpinan dan
kelompok-kelompok oposisi ditemukan di dalam kedua tipe
oraganisasi tersebut. di dalam
tipe yang pertama, keduakelompok itu muncuk dari proses
interaksi. Di dalam tipe yang
kedua, kepemimpinan dan kelompok-kelompok oposisi dibangun ke
dalam struktur
organisasi. Di dalam kedua kasus itu, diferensiasi diantara
kelompok-kelompok tidak
terelakan dan meletakan dasar bagi oposisi dan konflik di dalam
organisasi di antara para
pemimpin dan pengikut.
-
19
Setelah bergerak melampaui bentuk-bentuk perilaku elementer
Homans dan masuk
kedalam struktur-struktur sosial yang kompleks, Blau menegtahui
bahwa dia harus
menyesuaikan teori perubahan dangan level masyarakat.Blau
mengenali perbedaan esensial
diantara kelompok-kelompok kecil dan kolektivitas-kolektivitas
yang besar, sementara
Homans meminimalkan perbedaan itu didalam usahanya untuk
menjelaskan semua perilaku
sosial dari segi prinsip-prinsip psikologis dasar.
Di satu sisi, Blau jelas-jelas menyingkirkan behaviorisme sosial
sebagai suatu
paradigma yang memadai untuk membahas struktur-struktur sosial
yang kompleks. Di sisi
lain, dia menyingkirkan paradigma defenisionis sosial karena dia
berargumen bahwa interaksi
sosial dan defenisi-defenisi sosial yang menyertainya tidak
terjadi secara langsung di dalam
organisasi berskala besar. Oleh karena itu, bertolak dari
paradigma perilaku sosial, Blau
menyekutukan dirinya dengan paradigma fakta-fakta sosial dalam
menangani struktur-
struktur sosial yang lebih kompleks.17
2.4.5 Norma-Norma Dan Nilai-Nilai
18Bagi Blau, mekanisme-mekanisme yang berpengaruh di antara
struktur-struktur
sosial yang kompleks adalah norma-norma dan nilai-nilai yang ada
di dalam masyarakat:
Menurut Blau; Umumnya disepakati bahwa nilai-nilai dan
norma-norma
membantu sebagai media kehidupan sosial dan menengahi
hubungan-
hubungan untuk transaksi-transaksi sosial. Mereka memungkinkan
pertukaran
sosial berlangsung, dan mereka mengatur proses-proses integrasi
sosial dan
17 George Ritze & Goodman, Dauglas J., Teori Sosiologi
(Edisi Terbaru). Bantul: Kreasi Wacana. 2011.hlm 727 18 George
Ritze & Goodman, Dauglas J., Teori Sosiologi, halm 731
-
20
diferensiasi di dalam struktur-struktur sosial yang kompleks dan
juga
berkembang oraganisasi sosial dan reorganisasi di dalamnya.
Mekanisme-mekanisme lainnya menengahi di antara
struktur-struktur sosial, tetapi
Blau fokus pada konsesnsus nilai. Melihat pertama pada
norma-norma sosial, Blau
menyatakan bahwa mereka menggantikan pertukaran tidak langsung
menjadi pertukaran
langsung. Seorang anggota menyesuaikan diri dengan norma
kelompok dan mendapat
persetujuan karena penyesuaian itu dan persetujuan implisit
karena fakta bahwa persetujuan
menyumbang bagi pemeliharaan dan stabilitas kelompok. Dengan
kata lain, kelompok atau
kolektivitas terlibat dalam suatu hubungan pertukaran dengan
individu itu. Hal tersebut
berbeda dengan gagasan Homans yang lebih sederhana, yang
berfokus pada pertukaran
antarpribadi.
2.5 Diskusi Teori Pertukaran Sosial George Homans dan Peter M.
Blau
Dinamika pertukaran George Homans yang memandang perilaku sosial
sebagai
pertukaran aktivitas dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-
masing individu. Teori
Homans ini berangkat dari asumsi ekonomi dasar (pilihan
rasional), yaitu individu memberi
apa dan mendapatkan apa, apakah menguntungkan atau tidak. Tujuan
dari teori pertukaran
sosial Peter Blau adalah “memahami struktur sosial berdasarkan
analisis proses - proses
sosial yang mengatur hubungan antar individu dengan kelompok.
Menurut Penulis analisis
proses sosial bagi Blau adalah memahami struktur sosial atau
kelompok sosial sebagai upaya
untuk memahami perilaku individu yang merupakan bagian dari
kelompok sosial itu. Kita
-
21
tidak dapat menganalisis proses-proses interaksi sosial antar
individu selai dari struktur
sosial yang ada di sekitarnya”.(Ritzer menyimpulkan pemahaman
Peter Blau tentang teori
Pertukaran Sosial.
Perilaku politik masyarakat di Provinsi Mauku sebagian besar
diarahkan oleh struktur
sosial di sekitarnya, biasanya dialami oleh masyarakat middle
class dan lower class.
Keputusan politik masyarakat tersebut seringkali mengikuti
kelompok-kelompok sosial yang
mereka percayai dan memberikan keuntungan atau imbalan bagi
mereka.19
2.5.1 Teori Pertukaran dan Proposisi Homans
Keterkaitan kasus yang diuraikan di atas dengan teori pertukaran
Homans adalah
interaksi antar individu yang melakukan pertukaran kepentingan
dengan hukum dasar
“imbalan dan keuntungan yang didapat oleh individu yang
melakukan pertukaran itu”. Teori
Homans tidak berhenti sampai pada persoalan itu. Jauh dari itu,
yaitu menguraikan proposisi-
proposisi yang dapat menjelaskan secara utuh proses pertukaran
sosial. Pertukaran sosial
yang terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena tidak
selamanya individu
mendapatkan keuntungan dari proses pertukaran sosial itu. Oleh
karena itu, bagi Homans
dalam teori pertukaran sosial perlu dilakukan proposisi. Menurut
Homans ada lima proposisi
yang dapat menjelaskan teori pertukaran sosial secara utuh,
diantaranya; proposisi sukses,
proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi kelebihan dan
kekurangan, proposisi agresi-
pujian, dan proposisi rasionalitas. Asumsi dasar proposisi
sukses adalah “semakin sering
tindakan seseorang itu dihargai maka semakin sering orang itu
melakukan tindakan yang
sama”. Sebaliknya, semakin sering tindakan seseorang itu gagal
atau tidak mendapatkan
penghargaan maka tindakan itu tidak akan diulangi lagi olehnya.
Proposisi ini
19 Keuntungan dan imbalan yang dimaksud adalah sebagaimana yang
berlaku umum pada teori pertukaran sosial.
-
22
menggambarkan teori pertukaran sosial yang dinamis, dimana
individu memiliki kesempatan
untuk lebih leluasa melakukan pertukaran sosial sesuai dengan
kebutuhan individu itu.
2.5.2 Teori Pertukaran Peter M. Blau
Sebagaimana yang dijelaskan pada awal tulisan ini, teori Homans
dianggap tidak bisa
menjelaskan secara komprhensif tentang perilaku politik dalam
proses pemilihan kepala
daerah. Perilaku politik adalah perilaku yang terjadi didalam
lingkungan sosial seutuhnya,
termasuk struktur sosial. Teori pertukaran sosial Peter M. Blau
membantu kita untuk melihat
dan menganalisi perilaku politik individu dalam kelompok
sosial.
Penulis melihat pemikiran Peter M. Blau tentang pertukaran
sosial mendapatkan
respon positif dari banyak kalangan ilmuwan. Pertukaran sosial
Blau merupakan hasil dari
kritikannya atas teori Homans tentang pertukaran sosial yang
menitik beratkan pada perilaku
individu, menurut Blau malah sebaliknya, hal utama untuk
memahami fakta sosial adalah
memahami struktur sosial bukan individu seperti kajian Homans.
Meskipun demikian, Blau
mengakui kajian perilaku individu adalah hal yang penting yang
arus dilakukan untuk menuju
pemahaman yang lebih kompleks yaitu struktur sosial.
Inti dasar pemikiran M. Blau tentang pertukaran sosial: Pertama,
membedakan
kelompok besar (organisasi) dengan kelompok kecil (individu yang
merupakan bagian dari
organisasi atau menut Homans perilaku individu), Kedua,
pertukran sosial berlangsung antar
individu dengan kelompok. Ketiga, nilai norma sebagai perantara
atau media dalam aktivitas
individu dan kelompok tersebut.
2.6 Pertukaran sosial antar individu dan kelompok dalam
politik
Di era demokratisasi saat ini, untuk menjadi calon kepala daerah
harus melalui partai
politik. Individu sebagai calon harus memiliki kemampuan untuk
melakukan komunikasi
-
23
politik dengan partai politik. Hemat saya komunikasi politik
adalah proses menuju pertukran
sosial (dalam politik, pertukaran sosial diartikan sebagai dil
politik). Bagi Peter Blau
pertukaran individu dan kelompok sosial tersebut berlaku konsep
norma. Konsep norma
adalah aturan yang berlaku secara umum dalam pertukrana sosial.
Pada contoh kasus diatas,
konsep norma itu tidak berlaku dalam dunia politik.
2.7 Pertukaran Nilai, Individu, dan Partai Politik sebagai
Kelompok Sosial
Penulis melihat Peter M. Blau menekankan pada peran nilai dalam
hubungan antar
kelompok sosial sangat dibutuhkan. Karena dengan nilai kelompok-
kelompok sosial dalam
berinteraksi dapat terintegrasikan dan tercipta solidaritas
antar mereka. Partai politik yang
melakukan koalisi dalam menyatukan kekuatan politik adalah fakta
sosial yang memperkuat
argument Peter Blau terkait peran nilai dalam kelopok social
itu. Koalisi partai politik ada
aturan dan nilai sebagai ikatan politik mereka. Dengan itu
koalisi akan terjaga dari
kepentingan individu yang ada didalam partai politik itu
sendiri. Penulis melihat analisis Blau
membawa kita semakin jauh dari versi teori pertukaran Homans.
Individu dan perilaku
individu dua hal terpenting dalam pandangan Homan, nyaris tidak
termasuk ke dalam
konsepsi Peter Blau. Yang menggantikan posisi individu adalah
beragam fakta sosial.
Sebagai contoh, Blau membahas kelompok, organisasi,
kolektivitas, masyarakat, norma, dan
nilai. Analisis Blau terpusat pada hal- hal yang
mencerai-beraikannya, yang jelas menjadi
pokok perhatin utama penganut fakta sosial. Berdasarkan uraian
Ritzer diatas, Blau lebih
menekankan pada sosiologi makro yang melihat fakta sosial pada
struktur sosial yang ada
pada masyarakat itu, termasuk organisasi masyarakat, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat,
Organisasi Pemerintahan (birokrasi), Partai Politik, dan
organisasi sosial lainya.
Penulis melihat Teori Blau membantu kita untuk mencermati
bagaimana perilaku
antar organisasi dalam melakukan pertukaran sosial atau
kepentingan politik. Pada umumnya
-
24
perilaku politik organisasi sama dengan perilaku yang berlaku
pada individu sebagaimana
analisis Homans di atas. Yaitu mencari posisi keuntungan atau
imbalan dalam melakukan
pertukaran sosial. Bedanya adalah perilaku organisasi bersifat
institusional yang didalamnya
terdapat nilai, norma dan aturan yang harus dipatuhi dan
dijalankan dalam melakukan
pertukaran sosial itu.