10 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Susilowati (2011) yang melakukan penelitian berkenaan dengan Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Sampel yang digunakan perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia periode 2006 – 2008 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian tersebut rasio keuangan yang diukur dengan menggunakan variabel independen yaitu Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER), sedangkan variabel dependen adalah return saham. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa hanya lima variabel yaitu Erning Per Share (EPS) dengan hasil thitung 1,780 dengan profitabilitas sebesar 0,077. Net Profit Margin (NPM) dengan hasil thitung 0,561 dengan profitabilitas sebesar 0,575. Return On Assets (ROA) dengan hasil thitung 0,419 dengan profitabilitas sebesar 0,676. Return On Equity (ROE) dengan hasil thitung 1,880 dengan profitabilitas sebesar 0,061. Debt to Equity Ratio (DER) dengan hasil thitung 2,776 dengan profitabilitas sebesar 0,006. Indra (2014) yang melakukan penelitian yang berkenaan dengan Pengarruh Current Ratio (CR), Inventory Turnover (ITO), Time Interest Earned (TIE) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa
28
Embed
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37102/3/jiptummpp-gdl-muhammadfa-52929-3-babii.pdfMargin (NPM), Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Susilowati (2011) yang melakukan penelitian berkenaan dengan Reaksi
Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham
Perusahaan. Sampel yang digunakan perusahaan manufaktur di bursa efek
indonesia periode 2006 – 2008 dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Dalam penelitian tersebut rasio keuangan yang diukur dengan
menggunakan variabel independen yaitu Earning Per Share (EPS), Net Profit
Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA) dan Debt
to Equity Ratio (DER), sedangkan variabel dependen adalah return saham.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda. Hasil pengujian secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa
hanya lima variabel yaitu Erning Per Share (EPS) dengan hasil thitung 1,780
dengan profitabilitas sebesar 0,077. Net Profit Margin (NPM) dengan hasil
thitung 0,561 dengan profitabilitas sebesar 0,575. Return On Assets (ROA)
dengan hasil thitung 0,419 dengan profitabilitas sebesar 0,676. Return On
Equity (ROE) dengan hasil thitung 1,880 dengan profitabilitas sebesar 0,061.
Debt to Equity Ratio (DER) dengan hasil thitung 2,776 dengan profitabilitas
sebesar 0,006.
Indra (2014) yang melakukan penelitian yang berkenaan dengan
Pengarruh Current Ratio (CR), Inventory Turnover (ITO), Time Interest
Earned (TIE) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa
11
Efek Indonesia Periode 2009-2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari Current Ratio, Inventory Turnover, Time Interest Earned dan
Return On Equity terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2009-2012, baik secara parsial
maupun secara simultan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji asumsi
klasik, regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,676 < nilai signifikansi
0,017. Inventory Turnover berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Harga Saham dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,584 > nilai signifikansi
0,178. Time Interest Earned berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga
Saham dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,176 < nilai signifikansi 0,000.
Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,799 < nilai signifikansi 0,000. Current
Ratio, Inventory Turnover, Time Interest Earned dan Return On Equity secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham yang dibuktikan
dengan nilai Fhitung (8,332) > Ftabel (2,56 ) dan nilai signifikansi 0,000 <
0,05.
Farda (2016) yang melakukan penelitian berkenaan dengan Pengaruh
Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
rasio keuangan yang dilihat dari Return On Asset (ROA), Debt Equity Ratio
(DER), Current Ratio (CR), Total Asset Turnover (TAT) dan Price Earning
Ratio (PER) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food
andbaverage yang terdapat di BEI periode 2009-2014. Pengambilan sampel
12
dilakukan dengan metode purposive sampling, dan didapat 6 perusahaan
manufaktur yang digunakan sebagai sampel dengan periode pengamatan
selama tahun 2009-2014. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal
dari Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis ini menggunakan analisis linier
berganda. Berdasarkan hasil analisis secara parsial menunjukkan Debt Equity
Ratio nilai signifikan 0,015, Return On Assets nilai signifikan 0,701, Total
Asset Turnover nilai signifikan 0,026 dan Current Ratio nilai signifikan 0,044
berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan Price Earning Ratio
nilai signifikan 0,230 tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Pernelitian terdahulu berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
sekarang, Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama
meneliti faktor yang mempengaruhi harga saham dan ada beberapa variabel
penelitian yang sama Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER),
Current Ratio (CR) dan Harga Saham. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu sampel yang digunakan adalah perusahaan real estate dan
property, jumlah sampel perusahaan sebanyak 48 perusahaan dan rentang
waktu penelitian selama 5 tahun (2011-2015).
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Perusahaan Real Estate dan Property
Real estate lebih mengacu phisik (tanah dan bangunan), sedangakan
Property lebih mengacu kepada kepemilikan terhadap phisik (tanah dan
bangunan). Atau bisa dikatakan Real estate merupakan subset (bagian) dari
Property. Perusahaan Real estate dan Property berarti yang disamping
memiliki kepemilikan juga melakukan penjualan (pemasaran) atas
13
kepemilikannya. Pemasaran disini bisa mencakup menjual ataupun
menyewakan.
Perusahaan properti dan real estate adalah perusahaan yang bergerak di
bidang penyediaan berbagai keperluan konsumen berupa rumah dan properti
lainnya. Perusahaan ini biasanya membantu para konsumen yang tengah
mencari dan membutuhkan sebuah hunian atau apapun yang berhubungan
dengan properti dan keperluan lainnya.
Pada umumnya, masyarakat atau para calon konsumen pencari hunian
baru hanya akan memilih perusahaan yang besar dan memiliki kredibilitas
yang bagus dalam bisnis real estate. Di Indonesia sendiri, Ciputra Group dan
Agung Podomoro Group merupakan sebagian contoh perusahaan properti dan
real estate yang memiliki kredibilitas yang baik.
2. Pasar Modal
Menurut Undang - Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan menyatakan bahwa “ Pasar Modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek. Perubahan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan menurut Martono &Harjito
(2010) Pasar Modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana
jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana
jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat
berharga. Jenis surat berharga yang di perjual belikan dipasar modal memiliki
jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo.
14
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan
tempat transaksi jual beli surat berharga dengan memakai jasa perantara efek
dimana calon pemodal (investor) dari satu pihak emiten yang membutuhkan
dana jangka menengah atau dana jangka panjang dilain pihak, atau dengan
kata lain adalah tempat (dalam arti abstrak) bertemunya penawaran dan
permintaan dana jangka menengah atau dana jangka panjang.
3. Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai konsumsi dimasa yang akan datang,
tetapi pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan aktiva yang
produktif untuk mengubah satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian,
investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk
dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu.
(Jogiyanto, 2015). Sedangkan menurut Martalena dan Malinda (2011),
Investasi berbeda dengan menabung, dalam berinvestasi kita harus
mempertimbangkan beberapa hal seperti tingkat keuntungan yang
diharapkan, risiko investasi, serta jenis investasi apa yang akan dipilih.
Berikut ini disajikan beberapa perbedaan antara investasi dan menabung.
Tabel 2.1 Perbedaan Investasi dan Menabung
Menabung Investasi
Akumulasi dana untuk tujuan
jangka pendek
Digunakan untuk jangka
menengah dan panjang
Dana awal dalam jumlah yang
relatif lebih kecil
Dana awal dalam jumlah yang
relatif lebih besar
Tujuan yang hendak dicapai
umumnya bersifat konsumtif
Tujuannya untuk
melipatgandakan kekayaan
melalui perolehan regular income
dan capital gain
15
Dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan penanaman sejumlah
dana atau sumber daya lain yang memiliki nilai lebih untuk dikorbankan
dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang serta harus
mempertimbangkan tingkat keuntungan, resiko investasi dan jenis investasi.
Seseorang yang menginvestasikan dananya untuk keperluan kegiatan operasi
dalam perusahaan disebut dengan investor. Investor dapat menginvestasikan
dananya di pasar modal dengan membeli saham, obligasi, reksadana maupun
instrumen derivatif lainnya.
Dalam bukunya Jogiyanto (2010) aktivitas investasi keuangan di
klasifikasikan menjadi dua tipe:
a. Investasi Langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktivitas
keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market),
pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market).
Aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market) berupa
aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan
tingkat cair yang tinggi.
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan membeli surat-surat
berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi menyediakan jasa
keuangan dengan menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana
yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.
16
Pendapat Mudjiyono (2012) mengenai tujuan seseorang melakukan
investasi yaitu:
1) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara
lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
2) Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan
ekspansi, kepentingan sosial.
3) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan
sebagian ekuitas perusahaan tersebut.
4) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk
produk yang dihasilkan.
5) Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang
sejenis.
6) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan
4. Saham
Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
meyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas
pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ( Martalen dan Maalinda, 2011).
Sedangkan menurut Sawidji Widoatmodjo (2012) Saham adalah surat
berharga yang merupakan tanda bukti kepemilikan atau tanda penyertaan
dalam suatu perusahaan dengan menyertakan modal tersebut maka pemilik
saham berhak memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
17
Saham merupakan salah satu jenis investasi yang menjanjikan
keuntungan bagi investor. Saham yang diperoleh melalui pembelian
ataudengan cara lain, yang memberikan hak kepada pemegang saham atas
deviden dan yang lain sesuai dengan investasi yang ada pada perusahaan
tersebut. Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal
luas masyarakat. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012), ada beberapa
jenis saham yaitu:
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas:
1) Saham preferen (preferred stock)
Merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap
(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil
seperti ini dikehendaki oleh investor.
2) Saham biasa (common stock)
Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior
terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi:
1) Saham atas unjuk (bearer stock)
Pada saham tersebut tidaktertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.
18
2) Saham atas nama (registered stock)
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dan
dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
c. Ditinjau dari kinerja perdagangnannya, maka saham dapt dikategorikan
menjadi:
1) Saham spekulatif (spekulative stock)
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secra konsisten
memperoleh penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun
belum pasti.
2) Saham pertumbuhan (growth stock-well known)
Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan
yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi
tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham
dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki
ciri growth stock.
3) Saham pendapatan (income stock)
Saham biasa dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan
pada tahun sebelumnya.
4) Saham unggulan (blue-chip stock)
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi,
sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar dividen.
19
Herarum Sekarwati (2016) bahwa setiap investasi selalu berkaitan
dengan keuntungan maupun kerugian. Investasi dalam bentuk saham juga
tidak selalu berjalan mulus, kadang juga mendapatkan keuntungan namun tak
jarang pula yang mendapatkan kerugian. Oleh karena itu investor juga harus
benar-benar mengetahui keuntungan dan kerugian memiliki saham.
Keuntungan dan kerugian tersebut yaitu :
a. Keuntungan Memiliki Saham
1) Dividen
Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2) Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya transaksi di pasar sekunder.
Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar
keuntungan melalui capital gain.
b. Kerugian Memiliki Saham :
1) Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan
menghasilkan keuntungan.
2) Capital Loss
Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih
rendah daripada harga beli yang disebut capital loss. Dalam jual beli
saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar
20
seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor rela menjual
saham dengan harga rendah yang dikenal dengan istilah cut loss.
3) Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, maka
jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomats
saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist.
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan
menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang
obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih
dahulu dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika
masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
5. Harga Saham
Harga saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi
kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga saham
perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan bergantung pada arus
kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh investor “rata-rata”jika
investor membeli saham ( Brigham dan Houston 2010 ). Sedangkan menurut
Jogiyanto (2010) bahwa harga saham adalah harga saham yang terjadi di
pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar
ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar
bursa.
Dalam jurnal Rescyana (2012) menyebutkan bahwa Penilaian Harga
Saham tersebut tediri dari 3 peniliaan, yaitu:
21
a. Nilai Buku
Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih yang dimiliki
oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
b. Nilai Pasar
Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga
saham tersebut di pasar.
c. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai teoritis merupakan nilai saham yang
sebenarnya atau seharusnya terjadi.
6. Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
a. Faktor yang bersifat fundamental
Faktor ini memberikan informasi terhadap kinerja perusahaan dan
faktor yang lain dapat juga di pengaruhi, yaitu:
1) Perkembangan teknologi dalam kegiatan operasi perusahaan.
2) Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional.
3) Prospek bisnis perusahaan dimasa datang.
4) Kemampuaan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
5) Propek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.
6) Kemampuan mengetahui penjualan, pertumbuhan penjualan suatu
saham.
7) Kemampuan manajemen biaya kebijakan deviden yang diperkirakan
akan mempengaruhi harga saham.
b. Faktor yang bersifat teknikal
22
Faktor teknikal ini meyajikan informasi yang menggambarkan pasaran
bursa efek baik itu secara kelompok atau individu dalam memperkirakan
harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut di waktu lalu.
Pemikiran yang mendasari faktor teknikal, yaitu:
1) Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang.
2) Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan.
3) Volume dan frekuensi transaksi suku bunga.
4) Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
5) Informasi tersebut ditunjukkan perubahan harga di waktu lalu
6) Keadaan pasar modal
7) Perkembangan kurs.
c. Faktor yang bersifat politik
Namun faktor politik ini dapat turut mempengaruhi harga saham di
bursa efek sebagai akibat respon dari kondisi eksternal yang berpengaruh
terhadap kondisi perusahaan. Hal – hal tersebut diantara lain sebagai
berikut:
1) Kondisi perekonomian.
2) Keadaan politik suatu negara
3) Tingkatan inflasi yang terjadi.
4) Kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah.
7. Analisis Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih
(laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi
(return on investment) atau penghasilan per saham (earning per share). Unsur
23
yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban,
dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian konsep
modal dan pemeliharaan modal tang digunakan perusahaan dalam
penyusunan laporan keuangan. (Harmono : 2016).
8. Analisis Kinerja Keuangan
Menurut Rudianto (2013) kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi
yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya
mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Kinerja
keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan
mengevaluasi sampai dimana tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan
aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan.
a. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak
yang berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut tersebut adalah
manajemen, pemilik, kreditur, investor, penyalur, karyawan, lembaga
pemerintah, dan masyarakat umum (Jumingan:2011).
Analisisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu Analisis dan
Laporan Keuangan. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan
sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan
adalah neraca, Labal/Rugi, dan Arus Kas (Dana). Jika dua perngertian itu
digabungkan, analisis laporan keuangan berarti :
24
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi informasi yang
lebih kecil dan melihat hubunganyang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.”
Tujuan analisis laporan keuangan ini dapat di kemukakan sebagai
berikut:
1) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada
yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan
keuangan (implicit).
3) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4) Dapat menentukan peringkat perusahan menurut kreteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
5) Bisa juga meprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di
masa yang akan datang.
Kelemahan analisis laporan keuangan ini dapat di kemukakan sebagai
berikut:
1) Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh
karenanya kelemahan laporan harus selalu diingat agar kesimpulan dari
analisis itu tidak salah.
2) Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
25
3) Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu
dilihat berapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab angka
misalnya : prinsip akuntansi, size perusahaan dan jenis industri.
( Sofyan Syafri : 2013)
b. Informasi Laporan Keuangan
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan informasi
laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis
informasi yang paling mudah dan paling mudah didapatkan dibidang
alternatif informasinya. Dengan menggunakan laporan keuangan, investor
juga akan bisa menghitung beberapa besarnya pertumbuhan earning yang
telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan.
Salah satu informasi yang bisa digunakan investor dalam menilai
suatu perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan ini
merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan seberapa besar
kekayaan perusahaan, seberapa besar penghasilan yang diperoleh
perusahaan serta transaksi-transaksi ekonomi apa saja yang telah dilakukan
perusahaan yang bisa mempengaruhi kekayaan dan penghasilan
perusahaan.
Laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk menentukan
keputusan investasi yang terbaik dan menguntungkan. Berdasarkan
analisis terhadap informasi laporan keuangan, investor bisa mengetahui
perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dibanding harga
pasar saham perusahaan bersangkutan, dan atas dasar perbandingan
tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakah membeli atau
penjual saham bersangkutan.
26
Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan informasi yang telah
dikandung bisa dibagi dalam tiga laporan keuangan utama, yaitu: neraca,
laporan laba-rugi, dan laporan aliran kas perusahaan (Tandelilin, 2001).
9. Rasio Profitabilitas
Menurut Sofyan Syafri Harapan (2013) Profitabilitas menghambarkan
kemampuan perusahaan mendapatakan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang, dan sebagainya. Analisis profitabilitas perusahaan ini
menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat
efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam menggunakan nilai
kemampuan memperoleh keuntungan (Harmono:2016).
Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Harmono (2016) yaitu
“Return On Assets, Net Profit Margin, Gross Profit Margin, Return On
Equity, Return On Investment, Erning Per Share,” Rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA).
Peneliti memilih rasio Return On Assets sebagai faktor yang
mempengaruhi harga saham karena Return On Assets merupakan rasio yang
mewakili pemgembalian atas seluruh aktifitas perusahaan. Return On Assets
tersebut diduga menjadi pertimbangan para investor dalam membeli saham
dan sebagai alat evaluasi bahwa Return On Assets dapat mempengaruhi
saham.
27
9.1.Return On Asset
Menurut Brigham dan Houston (2010), return on asset adalah rasio
laba bersih terhadap total aset. Sedangkan menurut Sofyan Syafri
Harahap (2013) bahwa return on asset merupakan gambaran perputaran
aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin
baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraij
laba. Kasmir (2012) juga menyatakan bahwa “Return On Asset
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aset yang
digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang aktivitas
manajemen.”
Return On Asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat
sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting
diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan
investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai
dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor. Hal ini menyebabkan
rasio ini menjadi salah satu rasio yang selalu diperhatikan oleh calon
investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset
adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa
diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu
digunakan angka laba setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan.
28
Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh
dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Secara
matematis Retutn On Assets dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 =(𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑒𝑥𝑎𝑠)
Total Asset 𝑋 100
10. Rasio Solvabilitas (leverage Ratio)
Manahan P.Tampubolon (2013) menyatakan bahwa, Rasio leverage
digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai sebagian
dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh
bagi korporasi karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap.
Kegagalan korporasi dalam membayar bunga atas hutang yang dapat
menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan kebangkuran.
Oleh karena itu penggunaan hutang harus menyeimbangkan antara
keuntungan dan kerugian. Sedangkan rasio solvabilitas merupakan “Rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya atau kewajiban – kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos – pos yang sifatnya jangka
panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang (Sofyan Syafri
Harahap:2013).
Adapun jenis-jenis rasio leverage menurut Manahan P.Tampubolon
(2013) yaitu “Debt to Assets Ratio (debt ratio), Debt to Equity Ratio, Debt to
Net Worth, Coverage Interest Change, Long Term Debt to Equity Ratio,
Tangible Assets Debt Coverage, Current Liabilities to Net Worth, Liquid
Asset to Net Worth, inventory to Net Worth, Times Interest Earned dan Fixed
29
Charge Coverage.” Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Peneliti memilih rasio Debt to Equity Ratio sebagai faktor yang
mempengaruhi harga saham karena Debt to Equity Ratio memperbaiki
struktur hutang sebagai pendanaan perusahaan. Debt to Equity Ratio tersebut
diduga menjadi pertimbangan para investor dalam membeli saham dan
sebagai alat evaluasi bahwa Debt to Equity Ratio dapat mempengaruhi
saham.
10.1.Debt to Equity Ratio
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2010) menyatakan : “Rasio ini
menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio
terbaik jika modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama.
Namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio leverage ini
sebaiknya besar”. Kasmir (2012) menyebutkan bahwa “Debt to Equity
Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan
antara total utang dengan modal. Debt to Equity Ratio ini berguna untuk
mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari utang.”
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang
saham kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah
pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Rasio ini
juga merupakan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang
diberikan kepada para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
30
diberikan oleh pemilik perusahaan. Hal ini biasanya digunakan untuk
mengukur financial leverage suatu perusahaan.
Maka dari pengertian Debt to Equity Ratio diatas menurut Kasmir
dan Sofyan, ditarik kesimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan
suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membiayai besar kecilnya utang jangka pendek maupun jangka
panjangnya. Secara matematis Debt to Equity Ratio dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
Debt to Equity Ratio =Total Hutang (𝐷𝑒𝑏𝑡)
Total Ekuitas (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)
11. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Menurut Brigham dan Houston (2010) rasio likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan
kewajiban lancarnya. Sedangkan menurut Harmono (2016) rasio likuiditas
dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah
hutang jangka pendek, umumnya kurang dari satu tahun. Menurut Shofyan
(2013) bahwa rasio likuiditas ini menggambarkan kemampuaan perusahaan
untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio – rasio ini dapat
dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos – pos aktiva
lancar dan hutang lancar.
Menurut Harmono (2016) Adapun jenis-jenis rasio likuiditas yaitu
“Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dan Working Capital to Total Asset
Ratio. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current
Ratio (CR).
31
Peneliti memilih rasio Current Ratio sebagai faktor yang mempengaruhi
harga saham karena Current Ratio menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Current
Ratio tersebut diduga menjadi pertimbangan para investor dalam membeli
saham dan sebagai alat evaluasi bahwa Current Ratio dapat mempengaruhi
saham.
11.1.Current Ratio
Current Rasio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban – kewajiban lancaar. Makin besar perbandingan aktiva lancra
dan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya (Shofyan:2013). Current Rasio merupakan
rasio yang dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban
lancar, rasio current ratio menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban
lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas
dalam waktu dekat (Brigham dan Houston:2010). Menurut Megawati
(2016) Current ratio (CR) berfungsi untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya. Semakin besar nilai CR, maka semakin
tinggi tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini akan menyebabkan tingkat
dana yang menganggur tinggi, yang menyebabkan perusahaan
kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan dananya yang menganggur
guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Current Ratio = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
32
12. Hubungan Rasio Keuangan dengan Harga Saham
Rasio keuangan adalah angka yang di peroleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan (Sofyan:2002). Melalui rasio keuangan
kita bisa membuat perbandingan yang berarti dalam dua hal, yaitu
membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu untuk
kecenderungan yang sedang terjadi atau membandingkan rasio keuangan
perusahaan lain yang masih bergerak dalam industri sejenis pada periode
tertentu.
Dalam bentuk rasio keuangan investor akan mengukur dan memberikan
indikasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang mengeluarkan saham
tersebut. Apabila rasio – rasio keuangan tersebut baik maka kinerja keuangan
perusahaan tersebut juga baik sehingga para investor akan berminat guna
membeli saham perusahaan tersebut sehingga permintaan terhadap saham
perusahan tersebut menjadi meningkat dan menyebabkan semakin besar
harga saham akan naik, demikian sebaliknya.
33
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian yang di olah
Untuk melihat bagaimana pengaruh dari masing-masing variabel terhadap
harga saham dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hubungan Return On Asset terhadap Harga Saham
Return On Assets merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari
sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek
perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Return On Assets ini penting
diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan
investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang diisyaratkan oleh investor. manajemen keuangan perusahaan
34
menyatakan bahwa para pemegang saham menaruh perhatian utama pada
tingkat keuntungan baik sekarang maupun masa yang akan datang karena
tingkat keuntungan ini akan mempengaruhi harga saham-saham yang
mereka miliki. Jadi, dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti
meningkatkan harga saham secara tidak langsung akan meningkatkan
pendapatan per lembar saham (earning per share) yang akan diterima oleh
pemegang saham.
Menurut hasil penelitian Syahib Natarsyah (2000) Return On Assets
mempunyai hasil yang positif dan signifikan terhadap harga saham.
Semakin besar Return On Assets menunjukkan kinerja semakin baik
sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan dan akan mengundang
investor untuk membeli saham akan tinggi. Sebaliknya apabila Return On
Assets semakin kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan
perusahaan mendapatkan kerugian , maka investor kurang suka melirik
saham perusahaan tersebut dan harga sahamnnya rendah.
“Return On Assets mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham”.
2. Hubungan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio dipergunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki
perusahaan. Total debt merupakan total liabilities (jangka pendek/jangka
panjang), sedangkan total shareholder equity menunjukkan total modal
sendiri yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan yang sedang berkembang dan tumbuh hampir pasti akan
memerlukan sumber pendanaan untuk mendanai operasional perusahaan.
35
Perusahaan tersebut memerlukan banyak dana operasional yang tidak
mungkin dapat dipenuhi hanya dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Sumber pendanaan yang bagi perusahaan diantaranya berasal dari hutang
karena mempunyai kelebihan diantaranya; 1) bunga mengurangi pajak
sehingga biaya hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas
sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi
bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memliki hak suara sehingga pemegang
saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil.
Penggunaan hutang yang makin banyak, yang dicerminkan oleh debt
ratio (rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin besar, pada
perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang sama akan
menghasilkan laba per saham yang lebih besar. Jika laba per saham
meningkat, maka akan berdampak pada meningkatkannya harga saham
(Susilowati:2011).
Menurut hasil penelitian Farda dan aniek (2016) Debt to Equity Ratio
mempunyai hasil yang positif dan signifikan terhadap harga saham. Debt
Equity Ratio (DER) dapat dijadikan dasar untuk menentukan return saham.
Karena dapat diketahui dari perhitungan rasio Debt Equity Ratio (DER)
perusahaan manufaktur sektor food and baverage memiliki nilai DER yang
cukup tinggi. Namun, meskipun nilai DER-nya cukup tinggi, proporsi
hutang lancar lebih besar daripada hutang tetapnya, karena hutang lancar
digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan produksi sehingga
menghasilkan barang untuk dijual dan untuk mendapatkan modalnya
kembali, sehingga secara teoritis DER akan berpengaruh positif pada return
saham
36
“Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham”.
3. Hubungan Current Ratio terhadap Harga Saham
Kriteria perusahaan yang memiliki posisi keuangan kuat adalah
perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan kepada pihak luar
secara aman. Semakin tinggi rasio likuiditas suatu perusahaan maka
semakin baik karena semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendek dan semakin diminati oleh para
investor untuk menanamkan saham di perusahaan tersebut. Dengan semakin
tinggi Current Ratio (CR) perusahaan maka memberikan sinyal yang baik
agar investor berminat untuk menanamkan modalnya. Current Ratio (CR)
yang tinggi menandakan bahwa kewajiban jangka pendeknya dapat
terpenuhi sehingga kegiatan operasionalnya tidak terganggu sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan keutungan yang besar. Investor
menyukai perusahaan yang memiliki Current Ratio (CR) yang tinggi
sehingga perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasionalnya secara
maksimal dan tidak terganggu oleh hutang sehingga dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal.
Menurut Septiana (2016) Current Ratio mempunyai hasil yang positif
dan signifikan terhadap harga saham. Current Ratio menunjukkan sejauh
mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Namun,
dengan dimilikinya aktiva lancar yang tinggi maka akan cenderung
memiliki aset lain yang dapat dicairkan setiap waktu dengan tidak
37
berkurang nilai pasarnya sehingga investor lebih menyukai untuk membeli
saham- saham perusahaan dengan nilai aktiva lancar yang tinggi
dibandingkan perusahaan yang mempunyai nilai aktiva lancar yang rendah.
“Current Ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham”.
D. Perumusan Hipotesis
Gambar 2.2 Pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan Current
Ratio terhadap Harga Saham
Berdasarkan hubungan antara variabel dan permasalahan diatas, maka
dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Diduga Return On Assets, Debt to Equity Ratio dan Current Ratio
berpengaruh positif terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate dan
Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.