8 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Teori Tinjauan teori membahas tentang teori-teori yang relevan dan digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. Teori ini bersumber dari jurnal penelitian, media elektronik, maupun text-book. Berikut ini adalah pembahasan lebih lanjut: 1. Niat Pembelian Ulang Dalam memasarkan suatu produk atau jasa, perusahaan harus bias mengembangkan strategi pemasaran atas produk maupun jasa yang dimilikinya, promosi yang sesuai dengan target pasar. Produsen harus bisa mengetahui cara pandang konsumen terhadap produk-produknya. Konsumen akan menilai produk tersebut, selanjutnya penilaian ini akan mempengaruhi niat konsumen. Niat beli ulang adalah manifestasi dari loyalitas pelanggan. Meskipun literatur mengidentifikasi dimensi lain dari kesetiaan pelanggan, perilaku pembelian kembali memiliki efek yang lebih langsung pada keuntungan vendor (Zhang et al, 2011). Niat beli ulang merupakan kecenderungan bahwa konsumen akan membeli barang atau jasa di toko yang sama dan membagikan pengalaman penggunaannya kepada teman dan kerabat (Kuo et al, 2009).
14
Embed
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Teorieprints.umm.ac.id/41632/3/BAB II.pdf · 2018-12-07 · intensitas akan membawa perbedaan dalam soal terang tidaknya sinar yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Teori
Tinjauan teori membahas tentang teori-teori yang relevan dan digunakan
untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. Teori ini bersumber
dari jurnal penelitian, media elektronik, maupun text-book. Berikut ini adalah
pembahasan lebih lanjut:
1. Niat Pembelian Ulang
Dalam memasarkan suatu produk atau jasa, perusahaan harus bias
mengembangkan strategi pemasaran atas produk maupun jasa yang
dimilikinya, promosi yang sesuai dengan target pasar. Produsen harus bisa
mengetahui cara pandang konsumen terhadap produk-produknya.
Konsumen akan menilai produk tersebut, selanjutnya penilaian ini akan
mempengaruhi niat konsumen.
Niat beli ulang adalah manifestasi dari loyalitas pelanggan.
Meskipun literatur mengidentifikasi dimensi lain dari kesetiaan pelanggan,
perilaku pembelian kembali memiliki efek yang lebih langsung pada
keuntungan vendor (Zhang et al, 2011). Niat beli ulang merupakan
kecenderungan bahwa konsumen akan membeli barang atau jasa di toko
yang sama dan membagikan pengalaman penggunaannya kepada teman dan
kerabat (Kuo et al, 2009).
9
Dapat disimpulkan bahwa niat beli ulang merupakan penilaian
konsumen setelah melakukan pembelian, selanjutnya berdasarkan penilaian
tersebut digunakan untuk pedoman pembelian dimasa depan.
a. Faktor yang mempengaruhi niat beli ulang
Niat beli ulang memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya,
diantara yaitu menurut Kotler dan Keller (2009) ada dua faktor yang
mempengaruhi niat pembelian ulang yaitu sikap atau pendirian orang
lain dan faktor situasi yang tidak teratasi. Swasta dan Irawan dalam
Putri (2011), niat pembelian ulang dipengaruhi oleh word of mouth,
kepribadian, iklan, kepercayaan, harga dan manfaat yang diharapkan.
1) Word of mouth
Word of mouth merupakan faktor yang dapat mempengaruhi niat
pembelian ulang. Word of mouth atau komunikasi dari mulut ke mulut
merupakan proses komunikasi yang merupakan pemberian
rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu
produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara
personal. Word of moth yang negatif lebih cepat beredarnya di
masyarakat dibandingkan dengan word of mouth yang positif.
Berita yang disampaikan pun kadang akan menjadi berlebihan dan
akan mendapat respon negatif pula berupa penurunan niat beli ulang
konsumen, karena mendapat saran atau rekomendasi dari pihak yang
lebih terpercaya untuk tidak melakukan pembelian ulang. Terlebih
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang lebih menggunakan
10
mulut dalam berkomunikasi daripada tangan dan matanya untuk
menulis dan membaca.
2) Kepribadian
Kepribadian sebagai hal utama yang mencerminkan perbedaan
konsumen sebagai individu karena setiap individu tidak mungkin
memiliki ciri dan karakter yang sama. Kepribadian sebagai suatu
system psikologis individu yang dinamin dalam penyesuaian diri
terhadap lingkungan tertentu. Adapun yang termasuk faktor
kepribadian seperti usia dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, status
ekonomi, konsep diri, nilai, dan gaya hidup konsumen. Keputusan
pembelian kembali juga dipengaruhi oleh psikologis konsumen.
3) Iklan
Iklan mempengaruhi niat pembelian ulang konsumen dalam
tindakannya dan keyakinannya akan merek produk yang ditawarkan
perusahaan. Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan seperti yang
terlihat dari berbagai teknik periklanan televisi dengan tingkat
eksposur iklan memberikan image tersendiri bagi konsumen.
Perusahaan berharap konsumen potensial akan berperilaku seperti
yang diharapkan melalui iklan komersialnya.
4) Kepercayaan
Kepercayaan memegang peranan penting dalam proses pembelian
ketika konsumen memastikan adanya bukti atas barang atau produk
11
yang ditawarkan. Kepercayaan menjadi salah satu faktor psikologis
yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang.
5) Harga
Alasan yang menjadi faktor seorang individu melakukan pembelian
kembali (repurchase) yaitu switching cost dimana harga menjadi
predictor utama dalam pembelian ulang. Sikap ekonomis dalam
pembelian menjadi alasan individu dalam melakukan pembelian,
seperti kebiasaan membeli barang yng tersedia pada toko-toko tertentu,
karena harganya yang murah maupun berbagai alasan praktis lainnya.
Harga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
perilaku konsumen untuk melakukan pembelian.
b. Indikator Niat Beli Ulang
Niat beli ulang dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator,
diantaranya adalah indikator niat beli ulang menurut Chou dan Hsu
(2015) dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:
a) Pertimbangan dalam membeli produk sebagai pilihan utama di
masa datang
b) Terus menggunakan produk yang sama di masa datang
c) Membeli kembali produk di masa datang
Berdasarkan uraian diatas niat beli ulang dapat diketahui bahwasanya
pertimbangan serta pembelian produk dapat digunakan untuk
mengukur niat konsumen dalam melakukan pembelian ulang.
12
2. Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi
manusia dan merespon berbagai aspek dan gejalan yang ada disekitarnya.
Robbins (2013) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dengan mana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka
agar memberi makna pada lingkungan mereka. Namun, apa yang dirasakan
dapat sangat berbeda dari realitas obyektif. Persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun
proses itu tidak berhenti begitu saja, pada umunya stimulus tersebut
diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentu
suatu tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu tersebut
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang
dimilikinya.
a. Bentuk-bentuk persepsi
Menurut Walgito dalam Putri (2011) ada beberapa bentuk persepsi
berdasarkan indera manusia diantaranya yaitu persepsi melalui indera
penglihatan, persepsi melalui indera penciuman, persepsi melalui indera
pendengaran, persepsi melalui indera pengecap, dan persepsi melalui
13
indera peraba (kulit), berikut ini adalah uraian dari masing-masing bentuk
persepsi tersebut:
a) Persepsi melalui indera penglihatan
Alat Indera merupakan alat utama dalam individu mengadakan
persepsi. Seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata
bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mempersepsikan
apa yang dilihatnya, mata hanyalah merupakan salah satu alat atau
bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan ke
syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa
yang dilihat. Apabila seseorang melihat suatu objek maka stimulus
yang mengenai mata bukanlah objeknya secara langsung, tetapi sinar
yang dipantulkan oleh objek tersebut yang bekerja sebagai stimulus
yang mengenai mata.
Sinar yang mengenai mata mempunyai sifat kekuatan atau
intensitas akan membawa perbedaan dalam soal terang tidaknya sinar
yang diterima. Perbedaan panjang pendeknya gelombang akan
membawa perbedaan dalam warna yang dilihat. Apabila seseorang
melihat suatu benda, maka dari benda itu dapat dilihat bentuknya,
jaraknya, warnanya, ukurannya, dan kadang-kadang geraknya.
b) Persepsi melalui indera pendengaran
Orang dapat melihat sesuatu dengan alat pendengaran, yaitu
telinga. Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui
sesuatu yang ada disekitarnya. Telinga dapat dibedakan menjadi
14
beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi atau tugas
sendiri-sendiri, yaitu:
Telinga bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima
stimulus dari luar. Telinga bagian tengah, yaitu merupakan bagian
yang meneruskan stimulus yang diterima oleh telinga bagian luar, jadi
bagian ini merupakan transformer.
Telinga bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitive
yang merupakan syaraf-syaraf penerima. Seperti halnya dalam
penglihatan, dalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang
mengenai reseptor sebagai suatu respon terhadap stimulus tersebut.
Kalau individu dapat mempersepsi apa yang didengar, dan terjadilah
suatu pengamatan atau persepsi
c) Persepsi indera penciuman
Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera penciuman
yaitu hidung. Sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung
sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda-benda yang bersifat
khemis atau gas yang dapat menguap, dang mengenai alat-alat
penerima yang ada dalam hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf
sensorik ke otak, dan sebagai respon stimulus tersebut orang dapat
menyadari apa yang diciumnya yaitu bau yang diciumnya.
d) Persepsi melalui indera pengecap
Indera pengecap terdapat dilidah dan timulusnya merupakan
benda cair itu mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah,
15
yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga
akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang
dikecap itu. Mengenai rasa ini ada empat macam rasa pokok yaitu rasa
pahit, manis, asin, asam. Masing-masing rasa ini mempunyai daerah
penerima rasa sendiri-sendiri pada lidah.
e) Persepsi melaui indera peraba (kulit)
Indera ini dapat merasakan sakit, rabaan, tekanan dan
temperature. Tetapi tidak semua bagian kulit dapat menerima rasa-
rasa ini. Pada bagian-bagian tertentu saja yang dapat untuk menerima
stimulus-stimulus tertentu. Rasa-rasa tersebut diatas merupakan rasa-
rasa kulit yang primer, sedangkan disamping itu masih terdapat variasi
yang bermacam-macam.
Bentuk persepsi pada intinya merupakan persepsi yang tidak hanya
dilakukan oleh penglihatan saja, namun dengan alat indera secara
lengkap agar menghasilkan suatu data yang maksimal dan sesuai
dengan kenyataan yang ada di lapangan, dimana stimulus itu bersifat
kuat maka hasil yang didapat agar lebih spesifik.
b. Menurut Robbins (2013) ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi,
yaitu faktor yang ada pada indra, faktor situasi, serta faktor yang ada
pada target. Lebih rinci berikut ini adalah uraian faktor-faktor tersebut:
1) Faktor-faktor pada pengindra yang meliputi: motif, minat,
pengalaman, dan harapan.
16
2) Faktor-faktor pada situasi yang meliputi: waktu, pengaturan kerja,
dan pengaturan sosial
3) Faktor-faktor pada target yang meliputi: kebaruan, gerak, suara,
ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kesamaan
c. Menurut Robbin (2013) indikator-indikator persepsi ada dua macam,
yaitu sebagai berikut:
1) Penerimaan
Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam
tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap
rangsang dari luar.
2) Evaluasi
Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera,
kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif.
Individu yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang
sulit dan membosankan. Tetapi individu yang lain menilai
rangsang yang sama tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan
menyenangkan.
3. Citra Merek
Citra merek merupakan suatu petunjuk yang digunakan oleh
konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai suatu produk. Terdapat kecendrungan
bahwa konsumen akan lebih memilih produk yang telah dikenal baik
melalui diri sendiri maupun dari berbagai sumber.
17
Pengertian citra merek menurut Kotler (2012) adalah persepsi
konsumen terhadap perusahaan atau produknya. Menurutnya citra tidak
dapat ditanamkan dalam pikiran konsumen dalam semalam atau disebarkan
melalui satu media saja. Sebaliknya, citra tersebut harus disampaikan
melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus
menerus karena tanpa citra yang kuat sangatlah sulit bagi sebuah perusahaan
untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang sudah
ada.
a. Faktor-Faktor yang mempengaruhi citra merek
Schiffman dan Kanuk (2015) mengatakan bahwa ada beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi citra merek, lebih jelasnya berikut ini adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi citra merek tersebut:
1) Kualitas atau mutu yang berkaitan dengan kualitas produk barang
yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
2) Dapat dipercaya atau diandalkan yang berkaitan dengan pendapat
atau kesepakan yang telah dibentuk oleh masyarak tentang suatu
produk yang dikonsumsi.
3) Kegunaan atau manfaat yang berkaitan dengan fungsi dari suatu
produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4) Pelayanan yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani
konsumennya.
5) Resiko yang berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung
dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen.
18
6) Harga yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau
banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk
mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra
jangka panjang.
7) Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,
kesepakan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari
produk tertentu.
b. Menurut Kotler dan Keller (2016) beberapa aspek yang dapat
digunakan untuk mengukur citra merek antara lain:
1) Kekuatan asosiasi merek (streght of brand associantion) adalah
keunggulan-keunggulan merek yang tidak ditemukan pada merek
lainnya
2) Kesukaan asosiasi merek (favourability of brand association)
adalah kemampuan merek tersebut untuk mudah diingat konsumen
3) Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association) yaitu
keunikan atau ciri khas merek tersebut.
19
B. Kerangka Pikir dan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2014) kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai indikator yang yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Gambar 2.1
Kerangka pikir
Kerangka pikir tersebut menggambarkan hubungan pengaruh persepsi label halal,
citra merek (brand image) pada niat beli ulang di kota Malang. Hubungan antar
variabel akan dijelaskan dalam hipotesis. Menurut Sugiyono (2014) hipotesis
adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh persepsi pada niat beli ulang
Ada beberapa penelitian yang mendukung tentang persepsi berpengaruh
positif pada niat beli ulang. Wahyuningtiyas (2016) menunjukkan bahwa
persepsi kemudahan berpengaruh positif pada niat beli ulang pada layanan
Gojek di Surabaya, konsumen merasa adanya layanan aplikasi Gojek
memberikan manfaat yang maksimal dan memiliki tingkat kepuasan yang
Persepsi
(X1)
Minat Beli
Ulang
(Y)
Citra Merek
(X2)
20
tinggi sehingga konsumen dapat melanjutkan untuk melakukan pembelian
ulang layanan jasa Gojek.
Persepsi kualitas layanan Telkom Flexi secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap niat beli ulang (Andriadi dan Utarini, 2013). Penelitian
(Huang dan Yuan, 2015) mengatakan bahwa persepsi nilai berpengaruh
signifikan dan langsung pada niat beli ulang pada 3C pengecer terkemukan di
Taiwan sebagai contoh. Persepsi nilai berpengaruh positif terhadap niat beli
ulang dilihat dari perbedaan jenis kelamin pasien pada Rumah Sakit Pertamina,
konsumen yang mendapatkan pengalaman pengalaman yang baik akan
meningkatkan niat beli ulang dan pasien akan merasa puas saat mereka merasa
tenang pada saat pemeriksaan dilakukan dan pengobatan yang tepat yang
mereka dapatkan (Zainal, 2012).
Dari hasil penelitian terdahulu tersebut maka dapat dihipotesiskan bahwa
persepsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang.
H1: Persepsi label halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli
ulang
2. Pengaruh citra merek (brand image) pada niat beli ulang
Ada beberapa penelitian yang mendukung tentang citra merek (brand
image) berpengaruh positif pada niat beli ulang. Andriadi dan Untarini (2013)
menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh positif dan signifikan pada niat
beli ulang Telkom Flexi, dimensi yang memiliki nilai besar adalah keuntungan
asosiasi merek. Aryadhe dan Rastini (2016) Citra merek berpengaruh positif
terhadap niat beli ulang mobil Merek Toyota di PT. Agung Toyota Denpasar,
21
dimana hal ini menunjukkan bahwa citra merek yang dimiliki oleh produk
Toyota sangat melekat di benak konsumen sehingga konsumen merasa yakin
dengan produk yang dipilihnya.
Ain dan Ratnasari (2015) Mengungkapkan bahwa citra merek
berperngaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang busana muslim
Zoya di Surabaya, adanya citra merek busana muslim yang ada di benak
konsumen mempengaruhi niat konsumen untuk menyebarkan informasi positif
tentang produk Zoya ke orang lain. Citra merek memiliki berpengaruh pada
niat beli ulang produk Zara di gerai Zara Pondok Indah Mall 2 (Fastidianti,
2013)
Dari hasil penelitian terdahulu tersebut maka dapat dihipotesiskan bahwa
citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang.
H2: Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli ulang.