13 BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA 1. Bahasa Dunia bahasa telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Bahasa bukan lagi dipahami berdasarkan dimensi logis antara realitas tetapi telah dipahami sebagai logosentrisme 1 . Manusia sudah tidak lagi memahami bahasa melalui struktur bahasa tetapi juga melalui berdasarkan fungsi bahasa berdasarkan konteks bahasa digunakan. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan aturan- aturan sintaksis dalam bahasa. Bahasa dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang dikendalikan oleh aturan sinteksis tersebut. 2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahasa adalah Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa sering kali dipandang untuk menunjukkan tabiat seseorang dan sifatnya. Dalam tingkat masyarakat, bahasa memerankan banyak fungsi. Yang utama diantara fungsi bahasa adalah bahwa bahasa menciptakan batasan dan menyatukan para penuturnya sebegai anggota masyarakat tutur. Pada tingkat individu dan kelompok yang berinteraksi, fungsi- fungsi bahasa secara langsung berkaitian dengan tujuan dan kebutuhan partisipan. Menurut Hymes ada beberapa kategori fungsi komunikasi bahasa antara lain : fungsi ekspresif ( menyampaikan perasaan atau emosi), fungsi direktif (memohon atau memerintah), fungsi referensial ( isi proposisi benar atau salah), fungsi poetic (estetika), 1 H. Kaelan, Filsafat Bahasa : Semiotika dan Hermeneutika ( Yogyakarta : Paradigma, 2009) 339. 2 Linda Thomas dan Shan Wareing : Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006) 8.
18
Embed
BAB II TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15968/2/T2_752016039_BAB II... · yakni fungsi estetis sebuah kata yang disusun sedemikian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
13
BAB II
TEORI BAHASA dan SEMIOTIKA
1. Bahasa
Dunia bahasa telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan. Bahasa bukan lagi dipahami berdasarkan dimensi logis
antara realitas tetapi telah dipahami sebagai logosentrisme1. Manusia sudah tidak lagi
memahami bahasa melalui struktur bahasa tetapi juga melalui berdasarkan fungsi bahasa
berdasarkan konteks bahasa digunakan. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan aturan-
aturan sintaksis dalam bahasa. Bahasa dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang
dikendalikan oleh aturan sinteksis tersebut.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Bahasa adalah Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa sering
kali dipandang untuk menunjukkan tabiat seseorang dan sifatnya. Dalam tingkat
masyarakat, bahasa memerankan banyak fungsi. Yang utama diantara fungsi bahasa
adalah bahwa bahasa menciptakan batasan dan menyatukan para penuturnya sebegai
anggota masyarakat tutur. Pada tingkat individu dan kelompok yang berinteraksi, fungsi-
fungsi bahasa secara langsung berkaitian dengan tujuan dan kebutuhan partisipan.
Menurut Hymes ada beberapa kategori fungsi komunikasi bahasa antara lain : fungsi
ekspresif ( menyampaikan perasaan atau emosi), fungsi direktif (memohon atau
memerintah), fungsi referensial ( isi proposisi benar atau salah), fungsi poetic (estetika),
1 H. Kaelan, Filsafat Bahasa : Semiotika dan Hermeneutika ( Yogyakarta : Paradigma, 2009) 339.
2 Linda Thomas dan Shan Wareing : Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan ( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2006) 8.
14
fungsi fatik ( empati dan solidaritas) dan fungsi metalinguistik (referensi pada bahasa itu
sendiri).3
Berbeda dengan Bloomfield yang fokus pada etnografi bahasa, bahwa bahasa itu
hidup dalam masyarakat tutur (Speech-Community) dan berdasarkan pada frekuensi
interaksi oleh sekelompok orang.
“The particular speech sound which people utter under particular stimuly,
differ among different group of men; mankind speaks many languange. A
group of people who use the same system of speech signals is a speech-
community. Obviously the value of languange depends upon people’s using it
in same way. Every member of the social group must upon suitable occasion
utter the proper speech-sounds, must make the proper response. He must speak
intelligibly and must understand what other say. This holds good for even the
least civilized communities; wherever we find man, he speaks”4
Kesulitan tersendiri yang dihadapi adalah mendefisikan masyarakat tutur,
masyarakat harus diarahkan pada perbedaan ruang lingkup yang dimiliki masyarakat
berdasarkan kriteria yang berbeda : 5
1. Merupakan kelompok manapun dalam masyarakat yang memiliki sesuatu yang
signifikan secara umum (termasuk agama, etnis, ras, usia, orientasi jenis
kelamin, jabatan dll)
2. Merupakan unit batasan fisik orang yang memiliki kesempatan peran
sepenuhnya (suku atau bangsa yang terorganisir secara politis, tetapi bukan satu
jenis kelamin, usia atau satu kelas saja seperti rumah jompo)
3. Merupakan kumpulan etnisitas yang berada pada tempat yang sama yang
memiliki sesuatu yang umum
3 Abd. Syukur Ibrahim, Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi (Surabaya : Usaha Nasional, 1994)
15-16 4 Leonard Bloomfield, Languange (London : George Allen and Unwin LTD, 1933) 29.
5 Abd. Syukur Ibrahim...,21.
15
Etnografi komunikasi harus dimulai dengan entitas sosial yang didefiniskan secara
ekstra-linguistik dan meniliti repertoir komunikatif dalam bentuk masyarakat yang
didefiniskan secara sosial. Pandangan Bloomfield ini mengatakan bahwa kebudayaan
masih merupakan aspek yang relevan dengan komunikasi tetapi tidak lupa pula bahwa ada
aspek-aspek lain seperti struktur sosial, nilai dan sikap yang dimiliki dalam bahasa.
Interpretasi makna dalam bahasa juga turut dipengaruhi oleh budaya, setidaknya ada dua
makna yang bisa menjadi acuan.
1. Makna referensial : bisa diacukan pada banyak elemen dalam kode lingusitik
dalam cara yang statis. Elemen-elemennya antara lain fonologi, gramatika dan
leksikon yang digunakan dalam komunikasi.
2. Makna situasi : harus dipandang sebagai proses yang dinamis. Interaksi
menghendaki persepsi, seleksi dan interpretasi ciri-ciri yang luar biasa dari kode
yang digunakan dalam situasi komunikatif aktual.
Menurut Jacobson6 selain fungsi komunikasi bahasa juga memiliki fungsi peotic
yakni fungsi estetis sebuah kata yang disusun sedemikian rupa sehingga berdasarkan
prinsip keseimbangan (rima dan makna).
Menurut Hymes : “Fungsi-gungsi bahasa memberikan dimensi primer untuk
mengkarakterisasi dan mengorganisasikan proses komunikasi dan produk
dalam masyakarat; tanpa memahami mengapa bahasa digunakan dalam
masyarakat sebagaimana adanya, dan konsekuensi-konsekuensi penggunaan
bahasa itu, tidaklah mungkin untuk memahami maknanya dalam konteks
interaksi sosial”7
6 Yassir Nasanius (Peny.) : Pertemuan Lingusistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya ke 18
(Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004) 47. 7 Abd. Syukur Ibrahim...., 17.
16
Dalam fungsinya, bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu fungsi referensial
dan fungsi afektif.8 Yang pertama fungsi referensial bahasa adalah yang terkait dengan
nama apa yang digunakan untuk menyebutkan objek dan ide serta bagaimana cara
mendeskripsikan kejadian. Atau dengan kata lain bagaiamana seseorang merepresentasikan
dan menggambarkan dunia disekitar dan dampak dari representas itu terhadap cara
berpikir. Yang kedua adalah fungsi afektif dari bahasa terkait dengan kekuasaan dan status
sosial. Kedua fungsi ini sangat erat kaitannya dengan kekuasaan sehingga dengan demikian
potensi untuk menciptakan makna baru dalam bahasa dapat diperhatikan. Menurut Levi-
Strauss, bahasa dalam sistem komunikasi dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang
mempengaruhi sistem perilaku dan nilai9
Berbicara tentang bahasa dan kekuasaan memiliki hubungan yang sangat erat.
Kekuasaan lewat bahasa seringkali terjadi dalam ruang publik. Sebagai contoh bahasa-
bahasa yang digunakan sebagai alat politik untuk mempengaruhi masyarakat. Bukan
hanya dalam ruang publik bahkan secara personal pun kekuasaan lewat bahasa dapat
terjadi dalam relasi sosial suatu individu dengan individu yang lain. Biasanya pengaruh
bahasa sangat besar dalam usaha mengubah masyarakat. Gerakan-gerakan mengubah
bahasa yang biasanya digunakan untuk merujuk pada kelompok-kelompok minoritas.
Gerakan reformasi bahasa sudah ada sejak lama bahkan sudah berpengaruh sejak abad
1810
. Upaya reformasi bahasa dapat bersifat dangkal dan tidak memabawa perubahan
terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Apakah benar masyarakat dapat berubah hanya
dengan bahasa yang baru ataukah memungkinkan bahsa menciptakan makna peyoratif