BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pengendalian ProsesPengendalian proses adalah
disiplin ilmu yang melibatkan statistika dan teknik yang melibatkan
pembuatan mekanisme dan algoritma untuk mengendalikan keluaran dari
suatu proses tertentu.Sebagai contoh adalah sistem pengaturan
temperatur ruangan agar temperatur ruangan terjaga konstan setiap
saat, misalnya pada 20C. Pada kasus ini, temperatur disebut sebagai
variabel terkendali. Selain itu, karena temperatur diukur oleh
suatu termometer dan digunakan untuk menentukan kerja pengendali
(apakah ruangan perlu didinginkan atau tidak), temperatur juga
merupakan variabel input. Temperatur yang diinginkan (20C) adalah
setpoint. Keadaan dari pendingin (misalnya laju keluaran udara
pendingin) dinamakan variabel termanipulasi karena merupakan
variabel yang terkena aksi pengendalian.Alat pengendalian yang umum
digunakan adalah Programmable Logic Controller (PLC). Alat ini
digunakan untuk membaca input analog maupun digital, melakukan
serangkaian program logika, dan menghasilkan serangkaian output
analog maupun digital. Pada kasus sistem pengaturan temperatur,
temperatur ruangan menjadi input bagi PLC. Pernyataan-pernyataan
logis akan membandingkan setpoint dengan masukan nilai temperatur
dan menentukan apakah perlu dilakukan penambahan atau pengurangan
pendinginan untuk menjaga temperatur agar tetap konstan. Output
dari PLC akan memperbesar atau memperkecil aliran keluaran udara
pendingin bergantung pada kebutuhan. Untuk suatu sistem
pengendalian yang kompleks, perlu digunakan sistem pengendalian
yang lebih kompleks daripada PLC. Contoh dari sistem ini adalah
Distributed Control System (DCS) atau sistem SCADA.Dalam
prakteknya, sistem pengendalian proses dapat dikarakteristikkan
dalam bentuk: Diskrit Terdapat pada aplikasi manufaktur dan
pengemasan. Pemasangan dengan bantuan robot, seperti yang umum
digunakan pada produksi otomotif, dapat dikarakteristikkan sebagai
pengendalian proses diskrit. Sebagian besar proses manufaktur
diskrit melibatkan produksi bagian produk secara diskrit, seperti
pembentukan logam. Partaian Beberapa aplikasi membutuhkan
digabungkannya beberapa bahan baku spesifik dengan cara tertentu
pada jangka waktu tertentu untuk menghasilkan produk samping atau
produk akhir. Contohnya adalah pada produksi lem dan perekat, yang
umumnya membutuhkan pencampuran bahan baku dalam suatu reaktor yang
dipanaskan selama periode waktu tertentu. Contoh lain adalah pada
produksi makanan dan obat. Proses partaian biasanya dilakukan untuk
memproduksi produk dengan kapasitas rendah hingga sedang. Kontinu
Seringkali proses produksi berlangsung secara terus menerus tanpa
terhenti. Pengendalian temperatur air pada jaket pemanas secara
terus menerus adalah contoh pengendalian proses secara kontinu.
Contoh produksi yang berlangsung secara kontinu adalah produksi
bahan bakar. Proses kontinu pada proses produksi digunakan untuk
memproduksi produk dengan kapasitas besar.
2.2 Tujuan Pengendalian ProsesAgar proses selalu stabil
dibutuhkan instalasi alat-alat pengendalian. Alat-alat pengendalian
dipasang dengan tujuan:2.2.1 Menjaga keamanan dan keselamatan
kerjaKeamanan dalam operasi suatu pabrik kimia merupakan kebutuhan
primer untuk orang-orang yang bekerja di pabrik dan untuk
kelangsungan perusahaan. Untuk menjaga terjaminnya keamanan,
berbagai kondisi operasi pabrik seperti tekanan operasi,
temperatur, konsentrasi bahan kimia, dan lain sebagainya harus
dijaga tetap pada batas-batas tertentu yang diizinkan.2.2.2
Memenuhi spesifikasi produk yang diinginkanPabrik harus
menghasilkan produk dengan jumlah tertentu (sesuai kapasitas
desain) dan dengan kualitas tertentu sesuai spesifikasi. Untuk itu
dibutuhkan suatu sistem pengendali untuk menjaga tingkat produksi
dan kualitas produk yang diinginkan.2.2.3 Menjaga peralatan proses
dapat berfungsi sesuai yang diinginkan dalam
desainPeralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi proses
produksi memiliki kendala-kendala operasional tertentu yang harus
dipenuhi. Pada pompa harus dipertahankan NPSH, pada kolom distilasi
harus dijaga agar tidak flooding, temperatur dan tekanan pada
reaktor harus dijaga agar tetep beroperasi aman dan konversi
menjadi produk optimal, isi tangki tidak boleh luber ataupun
kering, serta masih banyak kendalakendala lain yang harus
diperhatikan.2.2.4 Menjaga agar operasi pabrik tetap
ekonomis.Operasi pabrik bertujuan menghasilkan produk dari bahan
baku yang memberi keuntungan yang maksimum, sehingga pabrik harus
dijalankan pada kondisi yang menyebabkan biaya operasi menjadi
minimum dan laba yang diperoleh menjadi maksimum.2.2.5 Memenuhi
persyaratan lingkunganOperasi pabrik harus memenuhi berbagai
peraturan lingkungan yang memberikan syarat-syarat tertentu bagi
berbagai buangan pabrik kimia.Untuk memenuhi persyaratan diatas
diperlukan pengawasan (monitoring) yang terus menerus terhadap
operasi pabrik kimia dan intervensi dari luar (external
intervention) untuk mencapai tujuan operasi. Hal ini dapat
terlaksana melalui suatu rangkaian peralatan (alat ukur, kerangan,
pengendali, dan komputer) dan intervensi manusia (plant managers,
plants operators) yang secara bersama membentuk control system.
Dalam pengoerasian pabrik diperlukan berbagai prasyarat dan kondisi
operasi tertentu, sehingga diperlukan usaha-usaha pemantauan
terhadap kondisi operasi pabrik dan pengendalian proses supaya
kondisi operasinya stabil.Sistem pengendali diterapkan untuk
memenuhi 3 kelompok kebutuhan, yaitu:1. menekan pengaruh gangguan
eksternal2. memastikan kestabilan suatu proses kimiawi3. optimasi
kinerja suatu proses kimiawiVariabel-variabel yang terlibat dalam
proses operasi pabrik adalah F (laju alir), T (temperatur), P
(tekanan) dan C (konsentrasi). Variabel-variabel tersebut dapat
dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu variabel input dan variabel
output. Variabel input adalah variabel yang menandai efek
lingkungan pada proses kimia yang dituju. Variabel ini juga
diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu:1. manipulated
(adjustable) variable, jika harga variabel tersebut dapat diatur
dengan bebas oleh operator atau mekanisme pengendalian2.
disturbance variable, jika harga tidak dapat diatur oleh operator
atau sistem pengendali, tetapi merupakan gangguan.Sedangkan
variabel output adalah variabel yang menandakan efek proses kimia
terhadap lingkungan yang diklasifikasikan dalam 2 kelompok:1.
measured output variables, jika variabel dapat diketahui dengan
pengukuran langsung2. unmeasured output variables, jika variabel
tidak dapat diketahui dengan pengukuran langsungDesain elemen
pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan pengendalian yang
diinginkan dan bekerja delam pengendalian proses pabrik. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu diperhatikan langkah-langkah dalam
mendesain sistem pengendalian Dalam usaha merancang suatu sistem
pengendali yang dapat memenuhi kebutuhan suatu proses kimia
terdapat beberapa unsur penting dan pertimbangan-pertimbangan dasar
yang harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut adalah:1.
pendefinisian/penetapan tujuan dan sasaran pengendalian (control
objective definition)2. penentuan variabel yang harus diukur
(measurement selection)3. penentuan variabel yang akan dimanipulasi
(manipulated variables selection)4. pemilihan konfigurasi
pengendalian (control configuration selection)5. perancangan sistem
pengendali (controller design)Dalam mendefinisikan tujuan
pengendalian perlu diperhatikan beberapa hal pentuing yang
merupakan pronsip dasar penerapan pengendalian proses pada pabrik.
Prinsip utama penerapan pengendalian proses pada pabrik adalah
untuk memastikan kinerja suatu proses kimia, memastikan kestabilan
suatu proses kimia, dan menekan gangguan eksternal. Prinsip dasar
ini harus tercakup dalam pendefinisian tujuan pengendalian baik
satu atau kombinasi dari ketiga hal tersebut. 2.3 Perancangan
Sistem PengendaliSistem pengendali (controller) adalah elemen aktif
dalam sistem pengendalian yang menerima informasi dari pengukuran
dan membuat tindakan yang sesuai untuk mengatur harga manipulated
variables. Pengaturan manipulated variables sangat bergantung pada
control law yang diterapkan secara otomatis pada controller.
Beberapa control law yang umum diterapkan pada sistem
pengendalian:1. Penggunaan proportional controller (P-controller)
dimana nilai output dari P-controller akan sebanding terhadap
error.2. Penggunaan proportional-integral controller
(PI-controller) dimana nilai output dari PI-controller akan
sebanding terhadap error ditambah suatu faktor dikali nilai
integrasi error sebagai fungsi waktu.3. Penggunaan
proportional-integral-derivative controller dimana nilai output
dari PID-controller akan ditentukan oleh konstanta yang
menghubungkan kesebandingan error terhadap output ditambah suatu
faktor dikali nilai integrasi error sebagai fungsi waktu lalu
ditambah suatu faktor dikali nilai diferensial (gradien/slope)
error sebagai fungsi waktu.2.4 Kontroler Proposional Kontroler
proposional memiliki keluaran yang sebanding/proposional dengan
besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan
dengan harga aktualnya) [Sharon, 1992, 19]. Secara lebih sederhana
dapat dikatakan, bahwa keluaran kontroller proporsional merupakan
perkalian antara konstanta proporsional dengan masukannya.
Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara
langsung mengubah keluarannya sebesar konstanta pengalinya. Gambar
1 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan antara
besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran kontroller
proporsional. Sinyal keasalahan (error) merupakan selisih antara
besaran setting dengan besaran aktualmya. Selisih ini akan
mempengaruhi kontroller, untuk mengeluarkan sinyal positip
(mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif (memperlambat
tercapainya harga yang diinginkan).
Gambar 1 Diagram blok kontroler proporsional Kontroler
proporsional memiliki 2 parameter, pita proporsional (proportional
band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroller efektif
dicerminkan oleh Pita proporsional (Gunterus, 1994, 6-24),
sedangkan konstanta proporsional menunjukkan nilai faktor penguatan
terhadap sinyal kesalahan, Kp. Hubungan antara pita proporsional
(PB) dengan konstanta proporsional (Kp) ditunjukkan secara
prosentasi oleh persamaan berikut:
Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan antara PB, keluaran
kontroler dan kesalahan yang merupakan masukan kontroller. Ketika
konstanta proporsional bertambah semakin tinggi, pita proporsional
menunjukkan penurunan yang semakin kecil, sehingga lingkup kerja
yang dikuatkan akan semakin sempit[Johnson, 1988, 372].
Gambar 2: Proportional band dari kontroler proporsional
tergantung pada penguatan. Ciri-ciri kontroler proporsional harus
diperhatikan ketika kontroler tersebut diterapkan pada suatu
sistem. Secara eksperimen, pengguna kontroller proporsional harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini: 1. Kalau nilai Kp
kecil, kontroler proporsional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang
lambat. 2. Kalau nilai Kp dinaikkan, respon sistem menunjukkan
semakin cepat mencapai keadaan mantabnya. 3. Namun jika nilai Kp
diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan
berosilasi [Pakpahan, 1988, 193]. 2.6 Kontroler Integral Kontroller
integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan mantap nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki
unsur integrator (1/s ), kontroller proporsional tidak akan mampu
menjamin keluaran sistem dengan kesalahan keadaan mantabnya nol.
Dengan kontroller integral, respon sistem dapat diperbaiki, yaitu
mempunyai kesalahan keadaan mantapnya nol. Kontroler integral
memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran
kontroller sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan
nilai sinyal kesalahan(Rusli, 18, 1997). Keluaran kontroler ini
merupakan jumlahan yang terus menerus dari perubahan masukannya.
Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan
menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Sinyal keluaran kontroler integral merupakan luas bidang yang
dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak- lihat konsep numerik.
Sinyal keluaran akan berharga sama dengan harga sebelumnya ketika
sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 3 [Ogata, 1997, 236]
menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang disulutkan ke dalam
kontroller integral dan keluaran kontroller integral terhadap
perubahan sinyal kesalahan tersebut.
Gambar 3 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t)
terhadap t pada pembangkit kesalahan nol.
Gambar 4 menunjukkan blok diagram antara besaran kesalahan
dengan keluaran suatu kontroller integral.
Gambar 4: Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan
kontroller integral
Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral
ditunjukkan oleh Gambar 5. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda,
maka nilai laju perubahan keluaran kontroler berubah menjadi dua
kali dari semula. Jika nilai konstanta integrator berubah menjadi
lebih besar, sinyal kesalahan yang relatif kecil dapat
mengakibatkan laju keluaran menjadi besar (Johnson, 1993, 375).
Gambar 5 Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan
kesalahan Ketika digunakan, kontroler integral mempunyai beberapa
karakteristik berikut ini: 1. Keluaran kontroler membutuhkan selang
waktu tertentu, sehingga kontroler integral cenderung memperlambat
respon. 2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran kontroler
akan bertahan pada nilai sebelumnya. 3. Jika sinyal kesalahan tidak
berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan
yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki
(Johnson, 1993, 376). 4. Konstanta integral Ki yang berharga besar
akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi semakin besar nilai
konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran kontroler (Guterus, 1994, 7-4).
2.7 Kontroler PID Setiap kekurangan dan kelebihan dari
masing-masing kontroler P, I dan D dapat saling menutupi dengan
menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler
proposional plus integral plus diferensial (kontroller PID).
Elemen-elemen kontroller P, I dan D masing-masing secara
keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem,
menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang
besar(Guterus, 1994, 8-10). Gambar 8 menunjukkan blok diagram
kontroler PID.
Gambar 8 Blok diagram kontroler PID analog Keluaran kontroller
PID merupakan jumlahan dari keluaran kontroler proporsional,
keluaran kontroler integral. Gambar 9 menunjukkan hubungan
tersebut.
Gambar 9 Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran
dengan masukan untuk kontroller PID Karakteristik kontroler PID
sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga parameter P, I
dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ti, dan Td akan mengakibatkan
penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari
ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih menonjol dibanding
yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan
kontribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan
(Gunterus, 1994, 8-10). Penalaan Paramater Kontroler PID Penalaan
parameter kontroller PID selalu didasari atas tinjauan terhadap
karakteristik yang diatur (Plant). Dengan demikian betapapun
rumitnya suatu plant, perilaku plant tersebut harus diketahui
terlebih dahulu sebelum penalaan parameter PID itu dilakukan.
Karena penyusunan model matematik plant tidak mudah, maka
dikembangkan suatu metode eksperimental. Metode ini didasarkan pada
reaksi plant yang dikenai suatu perubahan. Dengan menggunakan
metode itu model matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi,
karena dengan menggunakan data yang berupa kurva krluaran, penalaan
kontroler PID telah dapat dilakukan. Penalaan bertujuan untuk
mendapatkan kinerja sistem sesuai spesifikasi perancangan.2.8
Karakteristik StatikKarakteritik statik adalah perilaku sistem yang
tergantung pada waktu dan frekuensi sinyal masukan. Karakteritik
ini ditunjukkan oleh static gain atau steady-state gain, yaitu
bilangan yang menyatakan perbandingan antara perubahan keluaran
mantap (steady) dan perubahan masukan jika masukan berupa fungsi
tangga (step function).
Bentuk grafik karakteristik statik untuk sistem proses tidak
selalu berupa garis lurus. Dalam hal ini nilai K adalah kemiringan
garis singgung di suatu titik tertentu pada kurva. Manfaat
mengetahui karakteristik statik dari sistem proses adalah untuk
mengetahui batas-batas pengendalian.Kurva karakteristik statik pada
berbagai nilai F.
2.9 Karakteristik DinamikKarakteristik dinamik adalah perilaku
sistem yang tergantung pada waktu dan frekuensi sinyal masukan.
Karakteristik ini ditunjukkan oleh dynamic gain yaitu bilangan yang
menyatakan perbandingan antara sinyal keluaran dan masukan jika
masukan berupa fungsi sinusoida.
a. Sistem Statik atau Sistem Orde NolSistem orde nol adalah
sistem yang memiliki tanggapan seketika terhadap perubahan masuk.
Dalam sistem demikian, dinamikanya diabaikan, karena keluaran
sistem dapat berubah sangat cepat mengikuti perubahan masukan,
sehingga sistem selalu dalam keadaan mantap.
yxKp
Sistem orde nol.
Model matematika sistem orde nol adalah:
Gain untuk sistem orde nol adalah:
Fungsi transfer untuk sistem orde nol adalah :
atau dalam bentuk koordinat polar,
Sebagai contoh sistem orde nol adalah keran (katup) air yang
berperilaku linier. Di sini sebagai besaran masukan adalah
persentase bukaan keran, dan keluarannya laju alir. Sifat-sifat
sistem orde nol : Respons keluaran sistem terjadi seketika, tanpa
terjadi keterlambatan (tidak ada beda fase antara keluaran dan
masukan). Sistem ini hanya memiliki satu parameter, yaitu steady
state gain (Kp).
b. Sistem Dinamik Orde PertamaSistem orde pertama adalah suatu
sistem yang outputnya y(t) dapat dimodelkan oleh suatu persamaan
diferensial orde pertama. Dengan demikian bentuk umum sistem orde
pertama untuk sistem linier atau hasil linierisasi adalah sebagai
berikut :,dimana f(t)adalah input sistem Jika konstata ao 0, maka
persamaan di atas dapat ditulis ulang : Pendefinisian, subtitusi
akan menghasilkan bentuk persamaan berikut : dimana, p = konstanta
waktu (time constant) proses Kp = steady state gain atau statik
gain prosesSifat-sifat sistem orde satu: Respons keluaran sistem
berbentuk eksponensial jika masukannya berupa fungsi step (tangga).
Terdapat kelambatan respons sebesar, . Sistem orde satu memiliki 2
(dua) parameter yaitu steady state gain (Kp) dan konstanta waktu
().
Respons kelambatan temperatur keluar pada perubahan masukan
Proses-Proses yang Dimodelkan Sebagai Sistem Orde Pertama.
Proses-proses orde pertama dapat dikenal/dikarakterisasi dari :1.
Kemampuannya untuk menyimpan (menampung) massa, energi atau
momentum2. Terdapat tahanan yang terkait dengan aliran massa,
energi, momentum dalam mencapai kapasitas tampung tersebut.Dengan
demikian respons dinamik tangki-tangki yang mempunyai kemampuan
untuk menyimpan cairan atau gas dapat dimodelkan sebagai sistem
orde pertama. Pada tangki tahanannya adalah pompa, katup,
penghalang dan pipa-pipa yang terdapat pada aliran masuk atau
keluar tangki. Respons temperatur sistem gas, cairan dan padatan
yang dapat menyimpan energi juga dapat dimodel sebagai sistem orde
pertama, contohnya termometer bulb.Dari penjelasan di atas terlihat
bahwa sistem orde pertama dengan kemampuan menyimpan massa dan
energi merupakan sistem dinamik yang paling umum dijumpai di pabrik
kimia. Respons Dinamik Orde Pertama terhadap Masukan Fungsi
StepFungsi transfer untuk sistem lag orde pertama dinyatakan
sebagai berikut :
Jika masukan f(t) berubah sesuai dengan fungsi step satuan
(fungsi tangga) dengan , maka :Hasil inversi Transformasi Laplace
di atas adalah : Jika masukan berupa fungsi tangga dengan perubahan
sebesar x = x xo, maka hubungan keluaran dan masukan dapat
dituliskan :
atau, Secara grafik hubungan keluaran (y) dan masukan (x)
digambarkan sebagai berikut :Respons masukan step (tangga) pada
sistem orde satu.c. Sistem Dinamik Orde DuaSistem orde dua disebut
juga osilatori, sebab sistem ini dapat mengalami osilasi, baik
osilasi teredam maupun kontinyu.Persamaan umum sistem orde dua
dinyatakan oleh persamaan berikut
Dimana:
Sedangkan model persamaan sistem orde dua adalah: + 2pp + y =
dengan :p = waktu karakteristik prosesp = faktor redaman (damping
factor) prosesKp = steady state gain prosesFungsi transfer orde 2
adalah :Gp = = Bentuk umum kurva respon orde dua untuk masukan
sinyalunit stepditunjukkan oleh Gambar berikut:
Respon Orde Dua Terhadap MasukanUnit StepDari grafik di atas
diketahui karakteristik keluaran sistem orde dua terhadap
masukanunitstep, yaitu:0. Waktu tunda (delay time),td. Ukuran waktu
yang menyatakan faktor keterlambatan respon output terhadap input,
diukur mulai t = 0 s/d respon mencapai 50% dari responsteady state.
Persamaan berikut menyatakan besarnya waktu tunda dari respon orde
dua.
2. Waktu naik (rise time),tr. Waktu naik adalah ukuran waktu
yang di ukur mulai dari respont= 0sampai dengan respon memotong
sumbusteady stateyang pertama. Besarnya nilai waktu naik dinyatakan
pada persamaan berikut:
3. Waktu puncak (peak time),tp. Waktu puncak adalah waktu yang
diperlukan respon mulai darit=0hingga mencapai puncak
pertamaovershoot. Waktu puncak dinyatakan pada persamaan
berikut:
4.Overshootmaksimum,Mp. Nilai relatif yang menyatakan
perbandingan antara nilai maksimum respon (overshoot) yang
melampaui nilai steady statedibanding dengan nilaisteady state.
Besarnya persen overshoot dinyatakan dalam persamaan berikut:Mp =
.100% = exp (-).100%5. Waktu tunak (settling time),ts. Waktu tunak
adalah ukuran waktu yang menyatakan respon telah masuk 5%, atau 2%,
atau 0.5% dari keadaansteady state, dinyatakan dalam persamaan
berikut:
6.Decay Ratio. Decay ratio adalah perbandingan antara amplitudo
kedua dan pertama.Decay ratio = = exp(- )7.Periode osilasiT = Jika
=0, akan terjadi osilasi kontinyu dan periode osilasinya disebut
periode osilasi alami (Tn)
d. Respon Dinamik suatu Proses Kapasitif Murni
(Integrator)Proses Kapasistif murni dikenal sebagai sistem tanpa
regulasi diri (nonself-regulation). Sistem ini disebut juga
Integrator. Sistem tanpa regulasi diri tidak dapat mencapai keadaan
seimbang dengan sendirinya tanpa dikendalikan. Sebagai contoh
adalah sistem pengisian air ke dalam tangki sementara laju
keluarnya tetap. Pada keadaan ini perubahan laju alir air masuk
dari satu nilai ke nilai yang lain menyebabkan tinggi air terus
berubah (naik atau turun) terus menerus hingga mencapai batas
kemampuan sistem. Dalam contoh pengisian air di atas kamampuan
sistem adalah pada saat air tumpah. Fungsi transfer dari suatu
proses kapasitif murni adalah sebagai berikut:
Jika fungsi input f(t) berubah menurut fungsi step satuan:
dengan fungsi transfer untuk fumgsi input tersebut sebagai
berikut:
Substitusi f(s) ke dalam persamaan 4.17 akan menghasilkan
persamaan dalam bentuk Transformasi Laplace untuk output y(s)
berikut :
Penyelesaian dengan inversi Transformasi Laplace persamaan di
atas diperoleh:
Dari persamaan di atas terlihat bahwa output sistem akan terus
bertambah secara linier terhadap waktu secara tanpa batasan
(unbounded), sehingga :
Proses-proses dengan aksi integrasi yang paling umum dijumpai
pada suatu pabrik kimia adalah tangki berisi cairan, bejana berisi
gas, sistem penyimpanan bahan baku atau produk dan lain-lain.
e. Respons Dinamik Orde Pertama terhadap Masukan Fungsi
SinusoidalJika fungsi masukan (x) berupa fungsi sinusoidal,x = xs +
A sin t, setelah tercapai keadaan mantap (steady state), keluaran
(y) dari sistem orde satu mempunyai bentuk:
atau,
f. Waktu MatiWaktu mati adalah waktu antara pada masukan dan
munculnya reaksi pada keluaran.Model matematika waktu mati:y(t) = u
(t-p)Fungsi transfer untuk waktu mati adalah :Gp = = Sifat-sifat
sistem dengan waktu mati : Sistem waktu mati hanya menunda
tanggapan keluaran Tanggapan keluaran mengalami kelambatan sebesar,
= - d Sistem memiliki satu parameter yaitu waktu mati (d)