Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 4 Bab II Sumber-Sumber Energi Untuk mengidentidikasi sesuatu sebagai sumber energi, perlu terlebih dahulu dipahami apa itu energi. Secara umum energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Sumber-sumber energi adalah sesuatu yang dapat diolah/dikonversi sehingga dapat memberikan kemampuan untuk melakukan kerja yangkita butuhkan dalam menunjang semua aktifitas kehidupan. Berdasarkan dapat-tidak sumber energi itu diperbaharui, sumber-sumber energi dapat dibagi menajdi 2 bagian: 1) Sumber energi tak terbaharukan; dan 2) Sumber energi terbaharukan. Energi-energi tersebut diperoleh dalam bentuk yang berbeda-beda; panas (termal), sinar (radiant), mekanik, elektrik, bahan kimia, dan energi nuklir. 2.1. Sumber Energi Tak Terbaharui Sumber energi tak tebaharui terdiri dari 1. Minyak bumi (Oil) 2. Gas Alam (Natural Gas) 3. Batu Barat (Coal) 4. Nuklir (Nuclear) Gambar 2.1. Sumber-sumber energi Tak Terbaharui
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 4
Bab II
Sumber-Sumber Energi
Untuk mengidentidikasi sesuatu sebagai sumber energi, perlu terlebih dahulu
dipahami apa itu energi. Secara umum energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja. Sumber-sumber energi adalah sesuatu yang dapat diolah/dikonversi
sehingga dapat memberikan kemampuan untuk melakukan kerja yangkita butuhkan
dalam menunjang semua aktifitas kehidupan.
Berdasarkan dapat-tidak sumber energi itu diperbaharui, sumber-sumber energi
dapat dibagi menajdi 2 bagian:
1) Sumber energi tak terbaharukan; dan
2) Sumber energi terbaharukan.
Energi-energi tersebut diperoleh dalam bentuk yang berbeda-beda; panas
(termal), sinar (radiant), mekanik, elektrik, bahan kimia, dan energi nuklir.
2.1. Sumber Energi Tak Terbaharui
Sumber energi tak tebaharui terdiri dari
1. Minyak bumi (Oil)
2. Gas Alam (Natural Gas)
3. Batu Barat (Coal)
4. Nuklir (Nuclear)
Gambar 2.1. Sumber-sumber energi Tak Terbaharui
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 5
Semua sumber energi tersebut tidak dapat digunakan secara berualang dan tidak dapat
terbentuk dalam periode waktu yang singkat sehingga ia disebut sumber energi tak
terbaharukan. Sumber-sumber energi ini terbentuk di alam dalam waktu ribuan sampai
jutaan tahun. Waktu eksploitasi oleh manusia sangat singkat dibanding dengan waktu
terbentuknya, sehingga suatu saat sumber energi ini akan habis.
2.1.1. Energi Batu Bara
Umum
Satu abad yang lampau batu bara merupakan sumber langsung atau
tidaklangsung sebagian terbesar energi komersial dunia. Bahkan batu bara telah
memercikkan dan menggerakkan terjadinya apa yang dinamakan Revolusi Industri.
Dewasa ini peranan batu bara sudah jauh menurun, dan hanya memenuhi seperempat
pamakaian energi seluruh dunia. Namun demikian, volume penggunaannya masih
sangat besar, dan dengan perkembangan-perkembangan terakhir dunia bidang energi,
terutama setelah terjadinya apa yag dinamakan kemelut energi di tahun-tahun 1970-an,
dapat disimpulkan, bahwa di masa yang akan datang, peranan batu bara akan meningkat
lagi dengan pesat.
Batu bara terdiri atas berbagai campuran karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
dan beberapa pengotoran lain.
Sebagian karbon itu tetap padat bilamana dipanaskan, dan Sebagian lagi akan
berubah menjadi gas dan keluar bersama-sama unsur-unsur gas lainnya. Bagian gas ini
mudah terbakar dan menyala terus-menerus serta agak lebih berasap daripada karbon
padat yang membara.
Kadar air dan abu yang tidak dapat dibakar yang terkandung dalam batu bara,
tidak bermanfaat.
Kokas dibuat dengan memanaskan batu bara s~ingga gas dan pengotoran
menguap: bagian karbon yang padat itu disebut kokas.Kokas terutama dipergunakan
untuk mencairkan bijih besi. Semula bagian gas dan batu bara itu dibuang, akan tetapi
kini gas itu dapat dimanfaatkan.
Batu bara dibagi dalam berbagai kategori dan subkategori berdasarkan nilai
panas karbonnya, dimulai dengan lignit, yang kadar karbon padatnya terendah, melalui
berbagai tingkatan batu bara muda, batu bara subbituminus, batu bara bituminus, hingga
kepada antrasit.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 6
Batu bara yang tingkatannya terendah berwarna cokelat, mengandung banyak
abu dan lembap. Batu bara yang tingkatannya lebih tinggi, mengandung karbon lebih
banyak. Baban organik yang tidak cukup terurai sehingga terbentuk karbon, oleh karena
itu belum dapat dikatakan sebagai batu bara, disebut gambut (peat).
Batu bara adalah suatu batu endapan yang terutama berasal dan zat organik.
Kebanyakan ahli geologi berpegang pada teori, bahwa tumbuh-tumbuhan yang sangat
lebat, baik pohon-pohon besan maupun tumbuh-tumbuhan lainnya, tergenang dalam
rawa-rawa atau air lainnya, kemudian berturut-turut ditutup oleh endapanendapan lain,
biasanya non-organik. Pengumpulan-pengumpulan ini mula-mula menjadi semacam
lumpur organik, lambat laun agak mengeras, kemudian berubah menjadi gambut.
Setelah berlalu masa yang lama sekali, lapisan-lapisan endapan ini mengakibatkan
penekanan-penekanan, sehingga bahan-bahan gambut ini menjadi lebih keras. Misalnya
karena penekanan suatu lapisan yang semula tebalnya 10 meter, kemudian menjadi satu
meter atau kurang. Bilamana tekanan-tekanan itu disertai gerakan-gerakan atau
perubahan-perubahan lapisan atas kulit bumi, maka penekanan menjadi lebih besar lagi:
terjadilah batu bara melalui proses pengarangan.
Gambar 2.1 memperlihatkan secara skematis apa yang terjadi. Dalam proses itu
daun menyerap energi cahaya yang digunakan dalam proses fotosintesis sebagai
berikut:
Dalam proses ini diperlukan energi sebesar 112 kCal per mole CO2. yang diambil dari
energi matahani.Dapat dihitung jumlah energi cahaya yang diperlukan dalam
fotosintesis itu dengan berpegang pada teori kuantum cahaya Einstein:
di mana
E = energi cahaya;
h = konstanta Planck;
γ = frekuensi cahaya;
c = kecepatan cahaya dalam pakem; dan
λ = panjang gelombang cahaya.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 7
Dalarn proses pengarangan yang memakan waktu jutaan tahun sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, kayu itu mula-mula menjadi gambut, kemudian meningkat
menjadi lignit, dan selanjutnya menjadi batu bara. batu bara ini kemudian digali oleh
manusia, lalu dibakar, misalnya dalam sebuah pusat listrik tenaga uap. Dalam proses
pembakaran dipakai oleh api zat asam 02, dilepaskan ke udara gas C02, dan dibebaskan
pula energi yang berupa panas, yang merupakan tujuan utama penggalian batu bara itu.
Gambar 2.1. Siklus Zat Asam.
Dan skema Gambar 2.1 itu dapat ditarik beberapa kesimpulan. Yang pertama
adalah, bahwa ada semacam siklus zat asam (02). Pohon yang “bernapas” melepaskan
ke udara zat asam, sedangkan pada proses pembakaran diperlukan zat asam tersebut.
Kesimpulan kedua adalah, bahwa bersamaan dengan proses itu terdapat siklus lain
yang mempunyai arab yang berlawanan. Pada proses pembakaran batu bara dibebaskan
CO2 sedangkan daun-daun pohon menyerap CO2 itu. Dan kesimpulan ketiga adalah
bahwa dalam proses pertumbuhan pohon, panas matahari diserap oleh daun-daun, untuk
kemudian disimpan sebagai energi ikatan dalam kayu. Bilamana kayu itu dibakar,
langsung sebagai kayu bakar, atau setelah melalui proses terjadinya gambut, lignit atau
batu bara, maka panas matahari yang disimpan dalam kayu irn dibebaskan kembali.
Yang berbeda adalah persoalan waktu energi yang disimpan alam yang memerlukan
waktu beberapa juta tahun, dihabiskan oleh manusia hanya dalam beberapa ratus tahun.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 8
Istilah Bahan bakar Fosil Padat (Solid Fossil Fuels) yang sering dipakai dalam
literatur biasanya mencakup batu bara maupun gambut. Sedangkan batu bara sering
pula dibagi menurut urutan lignit (atau batu bara muda), batu bara sub-bituminus (sub-
bituminous coal), batu bara bituminus (bituminous coal) dan antrasit (anthracite).
Dalam Tabel 2.1 tercantum suatu klasifikasi yang dipakai oleh WEC ( World
Energy Council). Perlu dikemukakan, bahwa klasifikasi WEC ini dipakai banyak
negara, akan tetapi terdapat pula negara lain, yang memakai suatu klasifikasi lain.
Klasifikasi ASTM1 pada asasnya juga mempergunakan klasifikasi WEC, akan tetapi
klasifikasi itu masih membagi masing-masing jenis, atau kelas dalam grup, misalnya
antrasit dibagi dalam meta-antrasit, antrasit dan semi-antrasit. Begitu pula halnya
dengan kelompok-kelompok lainnya.
Tabel 2.1. Batas-hatas Klasifikasi Bahan Bakar Padat Menurut World Energy
Council
Jenis Bahan Bakar Padat Kadar Air(%) berat Nilai Panas(k Cal/kg)
Gambut 70 —75 1k 1600
Lignit 35 —40 4.500 — 4.600
Batu Bara Subbituminus 1k 10 5.700 — 6.400
Barn Bara Bituminus
dan Antrasit
1k 3 1k 8.500
Suatu ketidakseragaman yang serupa terdapat pula pada klasifikasi penentuan
cadangan sumberdaya energi, dan dalam hal ini klasifikasi cadangan batu bara.
WEC memakai istilah “cadangan terbukti di tempat” yang diartikan dengan
“cadangan terduga”. Sedangkan istilah proved recoverable reserves diartikan dengan
“cadangan teragakan” .
Tabel 2.2 memperlihatkan cadangan dan produksi batu bara, lignit dan gambut
dunia pada tahun 1982. Sebagaimana diketahui, sumber-sumbendaya energi di dunia
adalah terbatas adanya, sedangkan pemakaiannya tenus-menerus meningkat. Sampai
kapankah, misalnya batu bara, akan dapat dimanfaatkan hingga sumbendaya itu telah
habis?
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 9
Tabel 2.2. Cadangan dan Produksi Dunia Batu Bara, Lignit dan Gambut, 1982 (109 ton) Jenis Bahan Bakar Cadangan
Terbukti Di Tempat
Cadangan Dapat Di manfaatkan
Jumlah Cadangan
Prod uksi
Bituminus & Antrasit Pangsa (%)
920 (64,1)
515 (35,9)
1,435 (100)
2,70
Subbituminus Pangsa (%)
260 (61,0)
166 (39,0)
426 (100)
0,30
Lignit Pangsa (%)
340 (56,2)
265 (43,8)
605 (100)
0,95
Gambut Pangsa (%)
52 (68,4)
24 (31,6)
76 (100)
4,50
Sumber: World Energy Conference, “Survey of Energy Resources 1983.”
Salah satu estimasi tenlihat pada Gamban 2.3. Dengan mengasumsikan bahwa
selunuh cadangan dunia akan batu bara berjumlab 4,3 x 1012 ton, dan dengan
menganggap pemakaian batu bara akan benlanjut terus, maka menurut salah satu
perkinaan batu bana akan habis terpakai kira-kira lima ratus tahun lagi. Tampaknya
suatu jangka waktu yang masih lama, namun setelah tahun 2100 jumlah batu bara yang
akan dapat dimanfaatkan akan terus-menenus menurun secara cukup deras.
Gambar 2.4 memperlibatkan dalam bentuk skema beberapa proses utama
konversi batu bara menjadi bahan bakar untuk dipakai. Batu bara yang satu berbeda
sifatnya dengan batu bara yang lain. Oleb karena itu pada pembelian batu bara perlu
diperhatikan spesifikasinya, baik yang mengenai nilai panas, maupun sifat-sifat lain
seperti kadar abu, kadar air, dan kadar pengotoran lain.
Sumber: M.K. Hubbert, “The Energy Resources of the Earth”, in Energy and Power, Freeman & Co,
San Francisco, 1971. Catatan: Estimasi Cadangan Dunia Batu Bara 4,3 x 1012 ton.
Gambar 2.3. Siklus Produksi Dunia Batu Bara.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 10
Gambar 2.4. Beberapa Proses Konversi untuk Pemanfaatan Batu Bara.
Batu Bara di Indonesia
Deposit batu bara ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Akan
tetapi deposit yang mempunyai arti ekonomi terdapat hanya di beberapa tempat sebelah
Barat Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan.
Walaupun tendapat banyak laporan mengenai temuan batu bara yang tercatat dalam
peta-peta geologi dan laporan-laponan lainnya, kegiatan-kegiatan eksplonasi batu bara
belum banyak dilakukan secara sistematis. Tabel 2.3 benikut memberikan beberapa
angka perkiraan cadangan batu bara terpenting yang tendapat di Indonesia. Dalam
angka-angka ini sudab termasuk jenis lignit.
Tambang-tambang utama batu bara di Indonesia semula dapat di Ombilin,
Sumatera Barat, Bukit Asam, Sumatera Selatan, dan Loa Kulu, Kalimantan
limur.Pengembangan tambang Ombilin dimulai tahun 1892, yang menghasilkan batu
bara yang baik untuk listrik. Produksi tertinggi dicapai dalam tahun 1931 dengan jumlah
665.000 ton. Menjelang Perang Dunia II produksi ini masih cukup tinggi, dan berada
agak di bawah 600.000 ton setahun.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 11
Tabel 2.3. Sumberdaya Batu Bara Indonesia (Satuan: 106 Ton)
Wilayah Terukur Terindikasi dan Terduga Hipotetis Total
Sumatera 2.338 6.344 14.290 22.972 Kalimantan 2.991 6.896 18 9.905 Jawa 4 23 20 47 Sulawesi 5 131 — 136 Irian Jaya — 4 — 4 Total Indonesia 5.338 13.398 14.328 33.064
Surnber:Ir. M. Boesono, Direktorat Bata Bara, Direktorat Jenderal Pertambangan, Jakarta, Desember 1990.
Pembukaan tambang batu bara Bukit Asam dimulai dalam tahun 1919. batu bara
yang dihasilkan terutama terdiri atas jenis-jenis lignit, batu bara dan antrasit. Produksi
dalam tahun 1940 mencapai 847.800 ton dan dalam tahun 1941 sebanyak 863.706 ton.
Beberapa tambang batu bara swasta kecil dibuka sebelum Perang Pasifik di
Kalimantan Timur dan Kalimantan lenggara. Yang terpenting terdapat di lenggarong
dekat Samarinda, di daerah Sungai Kelai dan Berau, serta bagian Utara Pub Laut.
Masing-masing tambang mempunyai produksi yang tidak melebihi 100.000 ton setahun.
Produksi tertinggi batu bara dicapai dalam tahun 1941 dengan jumlah sebesar 2.029 juta
ton.
Tabel 2.4 memperlihatkan beberapa angka produksi tambang-tambang
Indonesia, sebelum dan sesudah Perang Dunia II, dengan catatan, babwa tahun 1970
Iambang Loa Kulu di Sungai Mahakain, Samarinda, ditutup.
Tabel 2.4 Produksi Batu Bara Indonesia Menurut Tambang,1939—1988 Tahun Ombilin Bukit Asam Lainnya Jumlah 1939 591 632 558 1781 1941 538 864 627 2029 1966 101 185 34 320 1970 77 91 4 172 1979 92 186 — 278 1980 143 161 34 338 1982 303 178 197 678 1984 584 501 383 1468 1886 710 1015 1025 2750 1988 648 1858 2670 5176
Sumber:Ir. M. Boesono, Direktorat Baw Bara, Direktorat Jenderal Pertambangan, Jakarta 1990.
Satuan: Ribu Ton.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 12
Angka-angka dalam Tabel 2.4 memperlihatkan dengan jelas peranan yang
sangat menurun dari batu bara selama 40 tahun hingga 1980. Sebagaiinana terjadi di
seluruh dunia, sebelum Perang Dunia II batu bara mempunyai peranan yang besar
dalam bidang penyediaan energi. Peranan ini kemudian secara berangsur-angsur
digantikan oleh minyak bumi, karena harga yang lebih baik, pemanfaatan yang lebib
mudah, transportasi yang lebih murah, dan penyimpanan serta pengaturan yang lebih
mudah.
Angka-angka terendah dicapai pada tahun-tahun 1960-an dan awal 1970-an.
Namun setelah terjadi apa yang dinamakan kemelut energi pada tahun 1973, diperoleh
peluang lagi bagi batu bara Untuk kembali menjadi jaya. Tampak peningkatan terlihat
pada tahuntahun 1980-an dan produksi meningkat dengan pesat, bahkan dengan cepat
melainpaui produksi puncak yang dicapai pada tahun 1941. Pada saat ini Indonesia
bahkan mengekspor batu bara ke mancanegara. Perlu dikemukakan, babwa pangsa-
pangsa produksi yang kian besar datang dan tambang-tambang swasta, terutama di
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, yang sejak awal tahuntahun 1980-an mulai
beroperasi dan ~xrproduksi.
Untuk apakah batu bara sekarang dipakai di Indonesia? Walaupun Perusahaan
Jawatan Kereta Api untuk sebagian besar sudah beralib ke bahan bakar minyak , namun
masih terdapat beberapa trayek yang menggunakan lokomotif uap dengan batu bara
sebagai baban bakar. Perusahaan limah, Pabrik Semen, dan beherapa industri lainnya,
juga memakai batu bara sebagai bahan bakar.
Tabel 2.5 memberikan angka-angka pemakaian batu bara Indonesia menurut
jenis-jenis konsumen. Pemakai-pernakai utama adalah Kereta Api, Pabrik Semen dan
Pabrik limah. Karena bekerja di bawah kapasitas yang seharusnya, pemakaian sendiri.
oleh tambang merupakan komponen yang cukup besar dan seluruh pemakaian.
Akan tetapi, sejak tahun-tahun 1980-an, gambaran konsumsi batu bara Indonesia
mengalami perubahan yang cukup besar sekali. Dengan beralihnya Perusabaan Umum
Listrik Negara pada pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap yang memakai batu bara
Sebagai bahan bakar secara besar-besaraii, maka mulai tahun 1985 pemakaian batu bara
untuk pembangkitan tenaga listrik meningkat dengan pesat sekali dan menjadi dominan.
Bertambahnya pabrikpabrik semen di Indonesia secara pesat serta beralihnya pemakaian
bahan bakar dan minyak dan gas menjadi batu bara juga meningkatkan dengan sangat
pesat pemakaian batu bara untuk produksi semen. Ekspor batu bara kemudian juga
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 13
menjadi sangat penting, setelah tambang-tambang batu bara swasta di Kalimantan
Non-OPEC 1. Uni Soviet 58,4 6,1 12,2 2,4 13,1 2. Meksiko 56,4 5,9 2,6 5,0 59,4 3. Amerika Serikat 25,9 2,7 7,7 14,8 9,2 4. RR Cina 24,0 2,5 2,8 5,4 23,5 5. Norwegia 11,5 1,2 1,5 2,9 21,0 6. India 7,5 0,8 0,7 1,3 29,4~ 7. Kanada 6,1 0,6 1,6 3,1 10,4 8. Mesir 4,5 0,5 0,9 1,7 13,7 9. Inggris 4,3 0,5 1,7 3,3 6,9 Total Non-OPEC 192,8 20,8 31,0 59,7 17,5 Jumlah Besar 952,0 100 51,9 100 50,3 *Tjmur Tengah 639,1 67,1 13,9 26,~ 125,9
Surnber: Fortune, 7 Mei 1990. Cat atan 1. SBM = Setara Barel minyak .
2. SBMH Setara Barel minyak Sehari. 3 .OPEC = Organization of Oil Exporting Countries.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 22
Suatu proyeksi perkembangan produksi dunia minyak bumi yang dibuat oleh
Lane terlihat pada Gambar 2.8. Proyeksi ini juga memperkirakan bahwa minyak akan
tersedia hanya hingga pertengahan abad ke-2 1. Menurut perkiraan ini , titik puncak
produksi akan dicapai sekitar tahun 2000.
Sumber: J.A. Lane, Outlook for Alternative Energy Sources, Wina, 1975.
Gambar 2.8. Proyeksi Perkembangan Produksi minyak .
Tabel 2.10 memperlihatkan angka-angka tahun 1979 mengenai situasi dunia
gas bumi per wilayah dunia.
Tabel 2.10. Produksi Kumulatif dan Cadangan Dunia Gas Bumi Tahun 1979
Wilayah Dunia
Produksi kumulatif hingga awal 1979 1012 m3 %
Cadangan terbukti dapat dimanfaatkan (awal 1979) 1012 m3 %
Cadangan mungkin dan terduga dapat dimanfaatkan 1012m3 %
Jumlah Ca-dangan da pat diman faatkan 1012 m3 %
Afrika 0,1 0,4 7,3 9,9 26 13,5 33,4 11,4 Amerika Utara 16.9 63,1 7,5 10,1 42 21,9 66,4 22,7 Amerika Latin 1,8 6,7 4,7 6,3 10 5,2 16,5 5,6 Timur Jauh 0,2 0,7 3,3 4,5 10 5,2 13,5 4,6 Pasifik Timur Tengah 1,1 4,1 20,5 27.6 30 15,7 51,6 17,6 Eropa Barat 1,5 5,6 3,9 5,3 6 3,1 11,4 3,9 USSR, RRC, 5,2 19,4 26,9 36,3 64 33,3 96,1 32,8 EropaTimur Antartika — — — — 4 2,1 4,0 1.4 Jumlah 26,8 100 74,1 100 192 100 292,9 100
Sumber: WEC, Survey of Energy Resources, 1980.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 23
Dari tabel 2.10 dapat dilihat bahwa produksi kumulatif gas bumi hingga awal
1979 adalah terbesar pada Amerika Utara dengan porsi 63,1%, disusul oleh Wilayah
USSR, RRC dan Eropa Timur dengan 19,4%. Akan tetapi mengenai jumlah cadangan
yang dapat dimanfaatkan maka USSR, RRC dan Eropa Timur menempati kedudukan
pertama dengan 32,8%, disusul oleh Amerika Utara dengan 22,7%, kemudian Timur
Tengah dengan 17,6%.
Diperkirakan., bahwa permintaan akan gas bumi akan mencapai lebih-kurang
1500 miliar in3 dalam tahun 1985, untuk meningkat lagi menjadi 2400 miliar m3 dalam
tahun 2000 dan lebih dad 3000 miliar m3 dalam tahun 2020.
Angka-angka tersebut tercanrnm dalani Gambar 2.10. Dalani gambar tersebut
tercantum pula perkiraan garis potensi produksi. lanipak bahwa dalam tahun 2020 garis
permintaan mendekati garis potensi dan diperkirakan bahwa pada pertengahan abad ke-
21 p0-tensi produksi tidak lagi akan dapat memenuhi permintaan.
Sumber: WEe, World Energy: Looking Ahead to 2020.
Gambar 2.10. Perkiraan Potensi Produksi dan Permintaan Dunia
Gas Bumi Hingga 2020.
Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
Minyak bumi ditemukan dalam jumlah-jumlah yang ekonomis di Sumatera
Tengah, Sumatera Selatan, lepas pantai Jawa Barat, lepas pantai Kalimantan limur,
Kalimantan Selatan dan lepas pantai Irian Jaya.
Suatu masa sekurang-kurangnya tiga tahun diperlukan unrnk melakukan
eksplorasi yang luas untuk dapat membuat perkiraan yang baik akan cadangan minyak
bumi. Menurut data terakhir, besarnya cadangan bumi di Indonesia diperkirakan
berjumlah 59 miliar barel.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 24
Sebelum Perang Dunia II beberapa perusahaan minyak telah melakukan
kegiatan eksplorasi dan eksploatasi, seperti BPM, Standard Vacuum Petroleum
Company, dan Caltex Pacific, dengan kegiatan-kegiatan terutama di Sumatera Tengah
dan Surnatera Selatan. Semua lapangan yang diketemukan pada akhir abad lalu awal
abad in praktis sudah habis atau sudah mendekati batas produksi ekonomis.
Tabel 2.11 memperlihatkan angka-angka mengenai sumberdaya minyak bumi
di Indonesia. Tampak bahwa terbanyak minyak ditemukan di Sumatera, dan juga di
Kalimantan dan Jawa. Cadangan pasti berjumlah 10,2 miliar barel, sedangkan seluruh
sumberdaya berjumlah 58,6 miliar barel.
Tabel 2.11. Sumberdaya minyak Indonesia (Satuan: 109 Barel)
Wilayah Cadangan Belum Ditemukan Total
Sumatera 6.4 17.4 23.8 kalimantarn 1.4 16.0 17.4 Jawa 2.0 8.7 10.7 Wilayah Lain 0.4 6.3 6.7 Total Indonesia 10.2 48.4 58.6 Sumber: Erwin S., Mutu Batu Bara Indonesia Sebagai Bahan Bakar. Makalah disampaikan pada
“Lokakarya Energi 1988”. Komite Nasional Indonesia, World Energy Conference, 1-2 Agustus 1988.
Tabel 2.12 memperlihatkan produksi minyak bumi Indonesia dan tahun 1985
sampai 1988. tampak bahwa sebeluin Perang Dunia II produksi minyak tidak seberapa
banyak, namun dalam dekade 1970-an produksi minyak meningkat dengan pesat untuk
mencapai titik tertinggi pada tahun 1977, unrnk kemudian secara berangsur-angsur
menurun.
Peranan gas bumi kini kian lama kian besar, balk sebagai bahan bakar untuk
pemakaian energi didalam negeri, maupun sebagai komoditi ekspor dan penghasil
devisa. Hal ini disebabkan terdapatnya gas bumi sebagai sumberdaya yang cukup besar
di Indonesia. Tabel 2.13 memberikan suatu ikhtisar sumberdaya gas bumi di tanah air.
lerlihat bahwa terbanyak gas bumi, baik sebagai cadangan, maupun sebagai sumberdaya
keseluruhannya, terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Sekalipun dalam jumlah yang
lebih kecil, cadangan gas bumi juga ditemukan di Pulau Jawa.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 25
Tabel 2.12. Produksi minyak Bumi Indonesia Hingga 1988. (Dalam Juta Barel)
Beberapa Edisi. Catatan: Produksi Tertinggi terjadi pada tahun 1977.
Cadangan gas bumi terbesar terdapat di Aceh, di mana terdapat sebuah pabrik
elenji Arun, di Kalimantan limur, dengan pabrik elenji Badak, dan di Kepulauan
Natuna, yang belum dieksploatasi. Di samping irn terdapat pula cadangan-cadangan
yang lebih kecil di sekitar Indramayu, Jawa Barat, dan di lepas pantai Pulau Madura.
Juga di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan terdapat cadangan gas bumi dalam jumlah
yang tidak begitu besar. Gas bumi yang dihasilkan oleh lapangan-lapangan lndramayu,
lepas pantai Pulau Madura, dan Sumatera Utara dan Selatan pada umuninya
dipergunakan untuk bahan bakar dan bahan baku pabrilc pupuk, industri petrokimia,
dan pembangkitan tenaga listrik. Gas yang berasal dan lapangan Lndramayu juga
dipergunakan untuk gas kota dan pabrik baja Krakatau Steel.
Tabel 2.13. Sumberdaya Gas Bumi Indonesia. (Satuan: 1012 SKK)
Wilayah Cadangan Belum Ditemukan Total
Sumatera 59.6 11.3 70.9
Kalimantan 17,6 13,1 30,7
Jawa 2,8 7,0 9,8
Wilayah Lain 0,5 3,6 4,1
Total Indonesia 80,5 35,0 115,5 Swnber: Badan Pengkajian & Penerapan Teknologi, The Indonesia Gas Sektor, Laporan Data & Modeling Terakhir, Jakarta, Januari 1989. Catatan: 1) Lapangan Natuna termasuk Sumatera. 2) SKK = Standar Kaki Kubik.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 26
Tabel 2.14 memberikan angka-angka produksi gas bumi Indonesia menurut
produsen dan tahun 1986 sampai dengan 1988. Tampak banwa produsen terbesar adalah
kontraktor bagi hasil Pertamina
Tabel 2.14. Produksi Gas Bumi Indonesia Menurut Produsen, 1986-1988, 109 SKK
Produsen 1986 1987 1988
Pertaniina 229,1 240,3 249,1
Kontraktor Bagi-Hasil 1.377,8 1.470,9 1.576,5
Lemigas 0,2 0,2 0,1
PT Stanvac Indonesia 21,8 20,5 22,0
PT Calasiatic-Topco 0,02 0,02 0,03
Jumlah 1.628,9 1.731,9 1.847,7
Sumber: Buku Tahunan Pertambangan Indonesia 1988, Departemen Pertambangan & Energi, Jakarta,
April 1989.
Catatan: SKK = Standar Kaki Kubik.
Dari tabel itu dapat pula dilihat bahwa produksi gas bumi secara berangsur-
angsur meningkat, sekalipun tidak dengan jumlah yang besar.
Gas bumi di dalain negeri dipergunakan untuk keperluan industri, rumahtangga,
dan belakangan juga untuk transportasi, walaupun yang terakhir ini inasih dalam
jumlah yang kecil.
2.1.3. Energi Nuklir
Reaksi Nuklir
Dalam tahun 1938 Otto Hahn, seorang ahli kimia Jerman, menemukan
pemecahan atau fisi nuklir, suatu bentuk reaksi nuklir; beberapa tahun kemudian, yaitu
tahun 1942, Enrico Fermi, di University of Chicago, Amerika Serikat.
Produksi pertama dipakai untuk sebuah bom. Pembebasan energi pada reaksi
nuklir semula dimanfaatkan untuk keperluan perang berupa bom atom. Sungguh pun
demikian penemuan itu sering dianggap sebagai kemajuan teknis terpenting setelah
penemuan api. Menurut salah satu definisi, reaksi nuklir adalah berbagai macam
interaksi (interactions) antara partikel-partikel bebas dan inti-inti (nuclei). Dalam salah
satu jenis reaksi nuklir yang tercapai antara inti degnan neutron, yang disebut absorpsi
neutron, terjadi tubrukan antara sebuah neutron bebas dan suatu inti (nucleus), sehingga
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 27
neutron bebas tersebut kehilangan kebebasannya, dan diserap, atau diabsorpsi oleh inti
itu, Salah satu kemungkinan kejadian akibat absorpsi neutron itu adalah pemecahan atau
fisi (fission). Dalam fisi ini, inti pecah menjadi dua atau lebih, dengan melepaskan dua
atau tiga neutron bebas, yang terbang dengan kecepatan yang tinggi sekali, sehingga
mempunyai energi kinetik yang besar. Dalam suatu reaktor energi ini dilepaskan kepada
moderator, yang merupakan bagian dan sumber panas dalam reaktor nuklir. Akan
terjadi reaksi berantai bilamana jumlah neutron bebas yang diabsorpsi. Dalam teknologi
nuklir bila keadaan ini terjadi maka disebut tercapai criticality, atau knitikalitas.
Reaksi fisi nuklir dapat dirumuskân sebagai berikut:
di mana:
n : neutron
U : uranium
F1 : fraksi 1
F2 : fraksi 2
E : energi yang dibebaskan
Bilamana inti uranium 235 menyerap sebuah neutron (n), terjadilah suatu
transisi inti yaitu uranium -236 yang memasuki keadaan labil atau keadaan eksitasi
(diberi tanda bintang*), yang kemudian dapat melepaskan energinya dengan beberapa
cara. Tambahan energi yang diperoleh inti U -236 adalah jumlah energi kinetik dan
energi ikatan dari neutron yang diserap.
Untuk inti-inti berat dengan angka massa ganjil seperti U -235 energi eksitasi
yang berkaitan dengan serapan neutron adalah lebih besar daripada ambang (threshold)
atau energi aktivasi untuk pemisahan dua hasil fisi dalam keadaan eksitasi F1* dan F2*
dengan angka atom masing-masing Z1 dan Z2 serta angka massa A1 dan A2. Pada saat
yang sama sejumlah b neutron dan energi sebanyak E dilepaskan. Walaupun
memerlukan waktu yang lama, hasil-hasil fisi F akan kehilangan energi eksitasinya
dengan memancarkan sinan-sinar beta dan gama dan melepaskan beberapa neutron.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 28
Suatu inti yang memancarkan sinar beta akan bertambah angka atomnya (atau muatan
intinya) dengan satu unit dan menjadi satu unsur baru.
Jumlah energi yang dibebaskan reaksi nuklir adalah kira-kira sebanyak:
Energi kinetik fraksi fisi F1 dan F2 E1 + E2 = 167 MeV
Energi kinetik neutron En = 5 MeV
Energi sinar gamma berupa foton . . . Eg = 13 MeV
Energi sinar beta berupa elektron . . . . Eb = 7 MeV
Jumlah energi per atom U-235 E = 192 MeV.
Dengan demikian, maka per pemecahan atom U-235 dibebaskan energi
sejumlah 192 MeV.
Bilamana dibandingkan dengan pembakaran sebuah atom zat arang C dengan atom zat
asam 02 yang menghasilkan energi sebanyak kira-kira 4eV, kiranya massa relatif zat
arang (C- 12) dan nuklir (U-235) untuk bahan bakar yang diperlukan bagi produksi
energi setara akan lebih-kurang mempunyai perbandingan:
Dengan demikian maka 2,45 ton zat arang adalah setara dengan 1 gram bahan
bakan nuklir untuk menghasilkan jumlah energi yang sama. Angka itu berlaku untuk
zat-zat yang murni. Untuk bahan bakar dalam keadaan yang sebenarnya berlaku angka--
angka praktek yang lebih rendah, yaitu 1 10.000 bagi batu bara dan 1: 7.000 bagi
minyak bumi. Walaupun demikian angka-angka ini masih sangat tinggi, sehingga hal ini
merupakan salah satu kelebihan tenaga nuklir, bahwa banyak energi tersimpan dalam
jumlah berat yang kecil. Dipandang dari sudut angkutan dan penyimpanan hal ini
merupakan suatu keunggulan, sebab memungkinkan untuk melakukan pembangkitan
listrik secara besar-besaran tanpa persoalan angkutan.
Terjadinya reaksi nuklir secara visual terlukis dalam Gambar 4.1.Pada taraf a,
sebuah neutron bebas, yang berjalan secara“biasa” atau “lambat”, bertubrukan dengan
inti uranium U-235. Neutron ini diserap oleh U-235, yang menjelma menjadi U-236,
sebagaimana tampak pada taraf b Gambar 4.1. Inti uranium-236, mengalanii eksitasi.
Inti ini kemudian pecah menjadi dua jenis atom lam yang lebih ringan, yang dinamakan
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 29
hasil fisi, atau pemecahan, atau hash pemecahan, sebagaimana terlihat pada -taraf c
Gamban 4.1. Pecahan itu sering berupa iodine atau perak.
Gambar 4.1. Skema Terjadinya Reaksi Nuklir dengan Fisi.
Bersamaan dengan pemecahan itu, terjadi dua hal; Hal pertama, terjadi radiasi
beberapa jenis sinar, seperti sinar alpha, betha dan gamma. Radiasi ini pada umumnya
berbahaya untuk kesehatan. Hal kedua, ada dua atau tiga neutron terlempar keluar
dengan kecepatan yang besan, yang menimbulkan panas.
Pada asasnya yang terjadi dalam proses pemecahan inti Uranium-235 adalah inti itu
pecah menjadi dna atom lain yang lebih ringan, sedangkan energi pengikat atom semula
dibebaskan. Dan energi yang dibebaskan itu berbentuk energi kinetik dan dua atau tiga
neutron cepat yang dilempar keluar dan radiasi beberapa jenis sinar dan panas.
Oleh karena itu menjadi penting adalah ~bagaimana “menangkap” energi yang
dibebaskan tersebut di atas. Hal ini dilakukan dengan melepaskan neutron-neutron cepat
itu ke dalam suatu zat yang dinamakan “moderator”. Moderator itu mempenlambat
kecepatan neutron-neutron cepat itu. Atau dengan perkataan lain, moderator itu
mengerem kecepatan neutron-neutron itu. Energi kinetik neutron itu diubah oleh
moderator menjadi panas: suhu moderator naik. Bilamana neutron cepat, yang kini
sudah menjadi neutron lambat, bertemu lagi, atau bertubrukan lagi dengan sebuah inti
uranium235, sebagaimana terlukis pada fase e, maka terulanglah serapan neutron oleh
U-235 yang menjadi U-236, yang kemudian menyebabkan terjadmya lagi proses
pemecahan. Knitikalitas sebagaimana telah disebut di atas tercapai, bilamana reaksi ini
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 30
telah mencapai taraf berupa reaksi berantai. Perlu dicatat bahwa dapat terjadi, neutron
lambat itu bertubrukan dengan inti uranium-238. Uranium238 tidak fisil, akan tetapi
akan menyerap neutron itu sehingga terjadi U-239, dan yang kemudian menjeLma
menjadi plutonium
239. Bila dilcatakan U-235 itu fisil, maka U-238 dinamakan fertil atau subur.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, diperlukan suatu bahan, yang
dinaniakan moderator, untuk menyerap semua energi yang dikembangkan, dan untuk
memperlambat jalannya neutron cepat yang dihasilkan oleh proses pemecahan. Reaktor-
reaktor yang pertama dibuat menggunakan grafit sebagai moderator. Bahanbaban lain
yang dipakai kemudian adalah air biasa (H20) dan air berat (D20).
Bahan yang dipakai sebagai moderator harus memenuhi syarat agar jangan
menyerap terlampau banyak neutron, karena neutron diperlukan untuk bertubrukan
seterusnya supaya reaksi berantai dapat terpelihara. Salah satu karakteristik suatu
material sebag~i moderator disebut “rasio moderator” yang untuk air biasa adalah 60,
untuk grafit sekitar 220 dan untuk air berat 1700. Lebih tinggi rasio moderator, lebih
baik sifat-sifatnya.
Bahan Bakar Nuklir
Penggunaan tenaga nuklir memerlukan isotop-isotop fisil, terutama uranium-235
yang fisil. Kiranya eksplorasi dan~ penambangan mineral uranium merupakan langkah
pertama ke arah pembuatan bahan bakar nuklir. Besar cadangan yang dapat diman-
faatkan akan tergantung danipada harga pasaran dunia bahan bakar in Kiranya jelas
bahwa harga bahan bakar nuklir berkaitan erat dengan harga bahan bakar lainnya,
seperti misalnya minyak bumi. Selain danipada itu, harga bahan bakar nuklir akan juga
tergantung pada penerimaan masyarakat terhadap penggunaan energi nuklir pada
umumnya, dan yang kini telah menjadi persoalan politis.
Dalam Tabel 2.15 tercantum angka-angka mengenai cadangan teragakan dan
cadangan terduga, sebagai ketergantungan dan harga bahan bakar nuklir di pasaran
dunia.
Uranium dijual di pasaran dunia berupa konsentrat dengan suatu komposisi
kimia tertentu dengan nama Yellou Cake; ia merupakan suatu campuran dan amonia,
sodium dan manganese, sedangkan harganya ditentukan isi uraniumnya, yang dihitung
per pound U308. Pada asasnya, Yellow Cake merupakan suatu produk, berisi uranium
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 31
alam dengan komposisi isotope sebagaimana ditemukan dalam alam, dan biasanya
berisi uranium dengan kadar 0,7%. Untuk penggunaan sebagai bahan bakar nuklir dan
reaktor air biasa, kadan uranium ini masih harus ditingkatkan dan 0,7% menjadi antara
2 dan 3%. Untuk penggunaan dalam reaktor air~ berat, bahan bakar ini tidak perlu
diperkaya, karena kadar 0,7% uranium sudah meneukupi.
Tabel 2.15. Cadangan Sebagai Fungsi Harga Bahan Bakar Nuklir Harga U308 (US$ per pound)
Cadangan Teragakan (Ribu Ton)
Cadangan Terduga (Ribu Ton)
Sampai10 765 470 Sampai 15 1.375 775 Sampai 30 1.760 1.740 Sampai 130 2.192 2.176
Sumber: Energy Technology Handbook, McGraw-Hill Book Coy, New York.
Sebagaimana telah dijelaskan, untuk penggunaan dalam reaktor air biasa, bahan
bakar uranium masih perlu diperkaya, ditingkatkan kadar uranium sampai meneapai
taraf antara 2 dan 3%. Ada beberapa proses pengkayaan uranium yang dikenal pada
masa mi. Proses-proses itu umumnya dilandaskan pada fakta, bahwa uranium dengan
angka atom yang tinggi, merupakan salah satu unsur terberat yang dikenal. Pada proses
difusi, yang kini dipakai secara besan-besaran di USA dan USSR, pada asasnya atom-
atom “disaring” sehingga unsur-unsur yang mempunyai perbedaan berat terpisah.
Hal ini juga terjadi pada sistem nozzle yang dikembangkan oleh Jerman Barat
dan sistem sentrifugal yang dikembangkan di negeri Belanda. Prancis pada saat ini
sedang mengembangkan suatu proses keempat, yang berlandaskan suatu reaksi kimia.
Untuk dapat memperkaya bahan bakar uranium, bentuknya yang seperti roti atau
kue, harus diubah menjadi berupa gas. Salah satu jenis gas yang memenuhi syarat,
adalah gas UF6. Karenanya, sebelum diperkaya, U308 perlu dikonversi menjadi UF6.
Setelab diperkaya, bahan bakar nuklir ini perlu diberi bentuk yang cocok untuk dipakai
dalam reaktor nuklir, yaitu berbentuk tablet atau pelet. Oleh karena itu gas UF6 diubah
menjadi U02’yang berbentuk bubuk atau powder, dan yang kemudian dicetak dalam
bentuk tablet atau pelet, yang diisikan dalam elemen-elemen bahan bakan nuklir, berupa
tabung-tabung. Bahan bakar nuklir kini telah siap untuk dipakai dalam pusat listrik
tenaga nuklir. Sekedar untuk mendapatkan gambaran, sebuah PLTN dengan daya terpa-
sang 600 MW PWR akan memerlukan bahan bakar U02 sebanyak 30 ton setahun, yang
berasal dad 130.000 ton bahan penambangan (uranium ore) dengan kemurnian 0,1%.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 32
Bahan bakan yang telah dipakai didinginkan dulu, selama beberapa waktu, dalam
sebuah kolam pendingin, dan kemudian diangkut ke pabrik proses ulang. Pabrik proses
ulang menghasilkan tiga produk. Pertama adalab uranium yang masih dapat diman-
faatkan biasanya dalam bentuk UNH yang masih perlu diubah menjadi UF6, agar
kemudian dapat dibawa ke pabrik pengkayaan. Hasil kedua adalah plutonium, yang juga
dapat dimanfaatkan, dan “produk” ketiga adalah bahan buangan yang harus “dibuang”.
Kanena bahan buangan nuklir ini masih sangat radioaktif, dan masih sangat berbahaya,
penyimpanannya dilakukan dengan menanamnya dalam tanah, yang mempunyai sifat
dapat bertindak sebagai perisai lagi pula tidak mengandung air tanah. Salah satu tempat
yang dipakai untuk keperluan ini di Jerman Barat adalah suatu tambang garam yang
tidak dipakai lagi terletak di kota kecil Assen, sebelah timur Hannover, berdekatan
dengan perbatasan Jerman Timur. Bekas tambang ini diperkirakan cukup untuk 25
tahun, kira-kira sampai tahun 2000. Sedang dipersiapkan suatu tempat lain yang serupa
untuk menyimpan bahan bakar nuklir buangan pada taraf selanjutnya. Diakui, bahwa
cara penyimpanan ini, walaupun sudah dianggap baik, masih bersifat sementara.
Diperkirakan, bahwa di waktu yang akan datang, bahan buangan liii akan dimasukkan
dalam suatu kapsul, yang kemudian “ditembakkan” ke dalam ruang angkasa. Secara
ideal adalah, bilamana bahan buangan itu dapat didaratkan di matahari, akan tetapi hal
liii dipandang terlampau mahal. Atau diorbitkan di ruang angkasa yang cukup jauh dan
bumi, mengelilingi sebuah planet lain. Kiranya masalah bahan buangan ini masib
merupakan persoalan. Gambar 4.3 memperlihatkan apa yang dinamakan Sildus Bahan
Hakar Nuklir (Nuclear Fuel Cycle), mulai dan penambangan, pemanfaatan, sampai
dengan penyimpanan akhir.
Pasaran pengkayaan juga masih merupakan persoalan yang cukup berat. Secara
praktis, di waktu lalu USA memegang monopoli dalam jasa-jasa pengkayaan. Beberapa
tahun kemudian, USSR menyusul dan dalam waktu dekat, beberapa negara lain
kemudian juga menyusul antaranya dan Perancis, Spanyol dan Iran (Eurodif) dan dan
Jerman Barat, Inggris dan Belanda (Urenco). Pada saat ini masih dirasakan adanya
ketergantungan politis yang berat terhadap negara-negara besar dalam bidang
pengkayaan. Diharapkan ketergantungan ini akan berkurang bilamana proses-proses
pengkayaan lainnya dengan nozzle, sentrifugal, dan cara kimia telah mencapai
kematangan penuh secara ekonomis.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 33
Catatan: Sebuah PLTN 600 MW jenis PWR akan memerlukan bahan bakar U02 sebanyak 30 ton
pertahun, yang berasal dan baha~’ penambangan sebanyak 130.000 ton uranium (uranium ore)
dengan kemurnian 0,1%
Gambar 4.3. Siklus Bahan Bakan Nuklir.
Kemampuan pabrik-pabrik untuk proses ulang bahan bakar yang telah dipakai,
juga masih jauh daripada mencukupi. Walaupun berbagai pabrik untuk proses ulang ini
telah dibangun: di Perancis (La Hague) dengan kemampuan 800 ton setabun, di Inggrins
(Windscale) dengan kemampuan 1200 ton setahun, dan di Jerman (Kewa) dengan
kemampuan 1500 ton setahun, namun jumlah bahan bakar terpakai yang setiap tahun
memerlukan reprosesing, jauh melampaui kapasitas pabrik yang ada.
Tiap PLTN harus mempunyai suatu rencana pengungsian. Bilamana terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan, misalnya terjadi sesuatu bencana nuklir yang dapat
membahayakan penduduk Sekitamya, maka sudah harus tersedia suatu rencana
pengungsian, yang mempakan pola bagi pemerintah daerah untuk mengambil tindakan-
tindakan. Pula harus tersedia, suatu unit, suatu task force, lengkap dengan peralatan,
untuk setelah terjadinya rencana itu, datang memberi bantuan untuk mengurangi atau
men~batasi bahaya-bahaya yang terjadi karena bencana nuklir itu.
Di Jerman Barat hal ini dilakukan dengan membentuk suatu Tim Penolong, yang
dipusatkan pada Pusat Penelitian Nuklir di Karlsruhe secara tetap. Tim di Karlsruhe itu,
yang terdiri atas regu-regu terlatih baik lengkap dengan peralatan, diperuntukkan
membantu seluruh Jerman Barat.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 34
Bersamaan dengan penggunaan PLTN, perlu dibuat juga rencana penutupan atau
pengakhirannya - kelak. Hal ini diperlukan bukan saja karena sebuah PLTN merupakan
bangunan yang besar dengan dinding-dinding yang sangat tebal akan tetapi terutama
karena di dalam PLTN itu terdapat banyak bagian-bagian dan alat-alat yang juga pada
akhir masa pemakaiannya masih mengandung kegiatan-kegiatan radioaktif yang besar.
Di antara sebabsebab pengakhiran pemakaian PLTN dapat disebut:
• Telah mencapai akhir pemakaian secara teknis, ataupun secara ekonomis;
• Telah mencapai akhir pemakaian secara fungsional misalnya untuk reaktor-reaktor
percobaan atau prototipe;
• Terjadinya suatu kerusakan yang besar, yang akan memerlukan biaya yang
terlampau tinggi untuk perbaikan.
Pengalaman hingga kini masih terbatas pada pengakhiran beberapa PLTN ukuran
kecil saja, dengan masa pemakaian yang agak singkat. Pada pengakhiran pemakaian,
perlu dicatat sisa radio aktivitas yang ada (inventory).
Cara-cara pengakhiran pemakaian suatu PLTN terdiri atas:
• Penutupan secara aman. Bagian-bagian radioaktif yang ditaruh dalam mangan-
ruangan tertentu dalam bangunan PLTN, kemudian ditutup darn dijaga.
• Pembongkaran sebagian beserta penutupan secara aman dan bagian-bagian yang
tidak dibongkar.
• Pembongkaran secara keseluruhan. Dalam hal ini bagian-bagian yang mengandung
bahan bakar radioaktif disimpan di tempat lain yang aman.
Perkembangan PLTN
Dalam tahun 1955 di seluruh dunia hanya terdapat dua buah PLTN dengan daya
terpasang total 7,8 MWe, di dna negara. Sepuluh tahun kemudian, dalam tahun 1965,
jumlah ini menjadi 66 buah PLTN dengan daya terpasang keseluruhan 7.000 MWe, di 9
negara. Dalam tahun 1980, lima belas tahun berikutnya, jumlah ini menjadi 249 PLTN,
dalam 25 negara, dengan daya terpasang 142.000 MWe. Sedangkan dalam tahun 1991
angka-angka di atas menjadi 420 PLTN di 28 negara mengoperasikan daya terpasang
total 326,6 ribu MWe. Sedangkan pada tahun 1991 itu sejumlah 76 satuan dengan daya
terpasang sebesar 62 nbu MW berada dalam taraf pembangunan. Angka-angka di atas
terlihat pada Tabel 2.16
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 35
Tabel 2.16. Perkembangan Daya Terpasang PLTN 1955—1991 Keterangan 1955 1960 1965 1970 1975 1980 1988 1991