Page 1
8
BAB II
STUDI LITERATUR
A. PENGERTIAN JUDUL
Pengertian dari judul “Desain Interior Lansia Theraphist Center di
Surakarta dengan Pendekatan Suasana Surga“ adalah sebagai berikut :
1. Desain
a) Proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Suatu pemikiran
baru atas fundamental seni dengan tidak hanya menitik-beratkan pada
nilai estetik, namun juga aspek fungsi dan latar industri secara massa.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/desain 23 Juli 2016, 11:23)
2. Interior
a) Bagian dalam gedung atau ruang , tatanan perabot, yang berada
di dalam gedung. (http:/kbbi.com/interior diakses pada tanggal 14
Maret 2016 pukul 22.20)
3. Lansia
a) Tahap Lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan (http://googleweblight/pujiastuti,2003 23 Juli 2016 , 11:34)
4. Therapist
a) Remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/terapi 23 Juli 2016, 12.04)
5. Center
a) Tempat yang letaknya di bagian tengah. Pokok pangkal yang menjadi
pumpunan. (http://kbbi.web.id/surga 15 Maret 2016, 10.15)
6. Surakarta
a) Wilayah Otonom dengan status kota di bawah Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia, dengan penduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan
13.636/ km2. Kota dengan luas 44 Km
2, ini berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara,
kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan
Page 2
9
barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/kota_Surakarta 14 Maret 2016, 23.21)
7. Surga
a) Alam akhirat yang membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal
di dalamnya (dalam keabadian) (http://kbbi.web.id/surga 15 Maret
2016, 10.15)
B. KAJIAN TENTANG LANSIA
1. Pengertian Lansia
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut Setyonegoro adalah orang
yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70–75
tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Maryam
dkk (2008) lansia diklasifikasikan menjadi beberapa, yaitu :
a) Pralansia (prasenilis) yaitu seorang yang berusia antara 45–59 tahun
b) Lansia yaitu seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c) Lanjut Usia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun
atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d) Lanjut Usia Potensial yaitu lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang
atau jasa.
e) Lanjut Usia Tidak Potensial yaitu lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain.
2. Kebutuhan manusia Menurut Maslow dalam Koswara (1991)
meliputi:
a) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau
biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.
b) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman baik lahiriah maupun batinlah seperti
Page 3
10
kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan
sebagainya.
c) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk
bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui
paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan
sebagainya.
d) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan
harga diri untuk diakui akan keberadaannya.
e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah
kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun
daya pikir berdasar pengalamannya masing–masing, bersemangat
untuk hidup dan berperan dalam kehidupan.
Menurut Nugroho (2008) perawatan lansia dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu pendekatan fisik (kebutuhan dasar
sandang, pangan, papan), pendekatan psikis, pendekatan sosial dan
pendekatan spiritual. Pendekatan tersebut dilakukan pada tempat tinggal
lansia, sehingga lansia merasa nyaman di lingkungan tempat
tinggalnya. Tempat tinggal bagi lansia mengalami banyak
perkembangan sehingga terdapat variasi bentuk.
3. Berikut adalah ciri- ciri lansia secara fisik adalah:
a) Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin
meningkatnya usia, seperti kurangnya pendengaran, jarak pandang.
b) Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degenerative.
c) Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple
pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit
keriput, gigi rontok, tulang rapuh, dsb.
4. Ciri - ciri manula secara psikososial dinyatakan krisis apabila:
a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan
orang lain).
b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan
karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun,
Page 4
11
setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup
dan lain-lain.
c) Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
(homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan /
kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif,
apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor
psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup,
kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak
hukum, atau trauma psikis.
5. Hak dan Kewajiban Lansia berdasarkan UU 13/1998 Pasal 5 :
a) Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b) Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan
hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi:
(1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual
(2) Pelayanan kesehatan
(3) Pelayanan kesempatan kerja
(4) Pelayanan pendidikan dan pelatihan
(5) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana
umum
(6) Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
(7) Perlindungan sosial
(8) Bantuan sosial
C. KAJIAN UMUM IMAN KATOLIK
1. Pengertian
a) Katolik :
Berasal dari bahasa latin “Catholicus” yang berarti umum, jadi
gereja Katolik mendedikasikan keterbukaan kepada semua orang,
tanpa kecuali.
Page 5
12
b) Iman :
Secara etimologis kata iman, amin, dan aman berasal dari kata
ibrani, Arab yaitu “mn” yang mengandung arti keteguhan, kesetiaan,
kepercayaan, keyakinan, kesetabilan, kemantapan, kekokohan,
ketaatan, dan kebenaran. Dalam ajaran Katolik iman adalah, tanggapan
manusia terhadap perwahyuan Allah. Jika Allah tidak mewahyukan
diri kepada manusia, tidak mungkin manusia dapat menyerahkan diri
kepada Allah. (P.Hendrik Njolah, Pr. 2003 : 9-0;25)
Jadi dapat disimpulkan bahwa arti dari ajaran ima katolik adalah
suatu tanggapan manusia terhadap perwahyuan Allah yang bersifat
terbuka dan diperuntukkan bagi semua orang. Dan tanggapan manusia
tersebut salah satunya diwujudkan melalui kegiatan sosial terhadap
lansia, dimana segala kegiatan yang dilakukan untuk lansia
berpedoman pada ajaran iman katolik.
2. Ajaran Iman Katolik
Orang Katolik adalah orang yang menyerahkan diri seluruhnya
kepada Kristus sebagai jalan kebenaran dan kehidupan. Orang katolik
percaya akan Tuhan Yesus mengenai hidup yang membaca keselamatan.
Iman dalam hidup merupakan sebuah tumpuan yang dapat membimbing
mereka menjalani seluk beluk kehidupan. Dari iman munculah sebuah
harapan untuk menempuh jalan hidup dalam kepercayaan kepada
kemurahan kasih Tuhan yang tak terbatas.
Ajaran Katolik menganut ajaran non sola fide (tidak hanya iman)
yaitu bahwa selain iman sebagai jalan keselamatan, kita juga perlu
melakukan perbuatan baik sebagai wujud iman kita kepada Kristus.
Dengan demikian dapat disimpulan bahwa ajaran iman katolik
memandang sebuah sarana sosial seperti Lansia Theraphistt Center sebagai
sarana untuk meneruskan karya penyelamatanNya.
3. Kekhasan dalam Ajaran Iman Katolik
Ciri-ciri khusus secara visual yang mampu membedakan antara
Theraphistt Center dengan lainnya adalah terdapatnya Kapel pada
Page 6
13
Therapist Center ini yang terdapat berbagai sarana yang menguatkan
diantaranya adalah :
a) Penghormatan terhadap Sakramen
Sakramen merupakan sarana penyelamatan Allah untuk
meneruskan karya penyelamatanNya
b) Meja Perjamuan Ekaristi (Altar)
Selain mimbar yang digunakan
untuk ibadat sabda, dalam perayaan
liturgy atau misa membutuhkan suatu
meja yang digunakan untuk persiapan
ekaristi. Diatas meja Altar terdapat lilin
dan piala untuk tempat hosti dan anggur
sebagai lambing tubuh dan darah
Kristus.
c) Tabernakel
Semacam almari kecil untuk
menyimpan Sakramen Mahakudus.
Biasanya Sakramen Mahakudus sudah
disimpan didalam sibori yang
ditudungi kain putih atau kuning
keemasan. Tabernakel berarti “kemah”
merupakan temapt Tuhan tinggal dan
bersemayam. Maka umat perlu
memberikan penghormatan kepada
Tabernakel dengan berlutut sebelum
memasuki Altar.
d) Lampu Tuhan
Lampu merah yang harus selalu menyala di dekat tabernakel
sebagai tanda bahwa dalam tabernakel disimpan Sakramen
Mahakudus. Lampu Tuhan juda sering disebut juga lampu suci.
Disebut suci karena Tuhan selalu hadir di dekat lampu tersebut.
Gambar 1 Meja Altar
Gambar 2 Tabernakel
Page 7
14
e) Simbol Salib berkorpus dan Patung (Bunda Maria dan orang kudus)
Simbol salib yang berkorpus
dan adanya patung-patung seperti
patung Bunda Maria dan orang-
orang kudus, mampu menjadi
petunjuk bahwa suatu tempat
beriman pada ajaran Katolik.
Disini hal itu hanya sebagai
symbol dan bukan untuk disembah.
f) Sedilia
Tempat duduk untuk imam dan para
pembantunya (para prodiakon, misdinat dan
konselebran). Yang terdapat di sebelah Altar.
g) Kredens
Meja kecil yang diletakkan di panti imam. Dan di atas kredens
diletakkan piala, purificatorium, palla, corporal, patena, sibori, piksi,
montram, ampul berisi air dan anggur.
h) Sakristi
Bagian ruang gereja yang merupakan
tempat mempersiapkan misa kudus.
i) Tempat duduk umat
Kursi yang digunakan untuk tempat duduk
umat pada saat melakukan perayaan ekaristi.
D. KAJIAN KHUSUS LANSIA THERAPHIST CENTER
1. Pengertian Lansia Theraphist Center
Dalam terapi center ini merupakan Terapi modalitas yaitu yang
dalam kegiatannya dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
Gambar 3 Simbol salib berkorpus
Gambar 4 Sedilia
Gambar 5 Sakristi
Gambar 6 Tempat duduk umat
Page 8
15
a) Tujuan
(1) Mengisi waktu luang bagi lansia
(2) Meningkatkan kesehatan lansia
(3) Meningkatkan produktifitas lansia
(4) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
b) Jenis Kegiatan
(1) Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema da
pat dipilih sesuai dengan masalah lansia.
(2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman dan mengubah peilaku. Untuk terlaksananya
terapi ini dibutuhkan leader, coleader, dan fasilitator. Misalnya :
cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
(3) Terapi Musik
Bertujuan untuk mrnghibur para lansia sehingga
meningkatkan gairah para lansia sehingga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : Lagu-lagu
kroncong, music dengan gamelan.
(4) Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memanfaatkan waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung,
bayam, lombok, dan lain-lain.
(5) Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan
mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang.
Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dan lain-lain.
(6) Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatk
an produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari b
ahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat
keset, membuat sulak dari tali raffia, membuat bunga dari bahan
Page 9
16
yang mudah di dapat, menjahit dari kain, merajut dari benang,
kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan
sekitar, menjemur kasur, dan lain-lain)
(7) Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti
mengadakan cerdas cermat, mengisi Teka-teki Silang (TTS),
tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
(8) Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri
dengan menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita
di masa mudanya.
(9) Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasinya, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya :
mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke
kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
(10) Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang
kematian, dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan
pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah dan lain-lain.
(11) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh
anggota keluarga sebagai unit penangan (treatment unit). Tujaun
terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga
yang mengalami disfungsi, tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi
yang dituntut oleh anggotanya.
2. Manfaat Terapi aktivitas Kelompok bagi Lansia
a) Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksisten
sinya oleh anggota kelompok yang lain.
b) Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta mer
ubah perilaku yang destrkutif dan maladaptive.
Page 10
17
c) Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu s
ama lain unutk menemukan cara menyelesaikan masalah.
3. Jenis-jenis terapi aktivitas kelompok pada Lansia
a) Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para
pendengar yang mendengarkan maupun perhatian, bagi pemusik yang
mengubahnya. Kualitas dari music yang memiliki andil terhadap
fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan
urutan matematis yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidak
beresan dalam kehidupan seseorang.
Peran sertanya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti meny
anyi, dapat menghasilkan integrasi pribadi yang mempersatukan tubuh,
pikiran, dan roh.
(1) Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
(2) Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
(3) Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok dimana
individu telah mengesampingkan kepentingannya demi kepenting
an kelompok.
b) Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi
dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini maka diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan :
seperti baca majalah, menonton acara televisi, stimulus dari
pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang
mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian.
c) Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar klien,
yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang
yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai
Page 11
18
hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat
ini, waktu yang alu, dan rencana ke depan. Aktifitas yang dapat berupa
: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua
kondisi nyata.
d) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang
ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap
dari interpersonal, kelompok, dan massa.Aktifitas dapat berupa latihan
sosialisasi dalam kelompok.
4. Tujuan
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
a) Mengembangkan stimulasi persepsi
b) Mengembangkan stimulasi sensoris
c) Mengembangkan orientasi realita
d) Mengembangkan sosialisasi
5. Asas Aksesibilitas
a) Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
b) Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
c) Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang.
d) Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang
lain.
E. TINJAUAN TENTANG SURAKARTA
1. Letak Geografis
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai kota Solo,
merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng
Page 12
19
pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian skeitar 92
m diatas permukaan laut. Dengan luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta
terletak diantara 110 45’ 15”-110 45’ 35” Bujur Timur dan 70’ 36”-70’
56” Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah
Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe.
Batas-batas wilayah Surakarta adalah sebagai berikut :
Batas bagian Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas bagian Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas bagian Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas bagian Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Surakarta terbagi dalam lima wilayah Kecamatan yang meliputi 51
Kelurahan.
2. Keadaan cuaca dan iklim
Suhu udara Maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajad Celcius,
sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajad Celcius. Rata-rata
tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%.
Kecepatan angina 4 Knot dengan arah angina 240 derajad. Solo beriklim
Gambar 7 Peta Kota Surakarta
(Sumber : https://didit34.wordpress.com/letak-dan-geografis/)
Page 13
20
tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang 6
bulan tiap tahunnya.
F. TINJAUAN PERANCANGAN
1. Hubungan Antar Ruang
Merupakan dasar cara untuk menghubungkan ruang- ruang suatu
bangunan sehingga terorganisir menjadi suatu pola – pola dengan
bentuk ruang yang koheren.
a) Ruang di dalam ruang
b) Ruang – ruang yang saling berkaitan
c) Ruang – ruang yang bersebelahan
d) Ruang- ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama
Dalam perencanaan sebuah fasilitas dalam hal ini panti jompo
khususnya, kebutuhan ruang akan menentukan bagaimana organisasi
ruang sesuai kebutuhannya. Contohnya seperti gambar dibawah ini
sebaiknya ruang tidur, kamar mandi, ruang makan, dan ruang kumpul
jaraknya tidak terlalu berjauhan. Karena ruang- ruang tersebut adalah
ruang yang sering dipergunakan oleh manula dalam beraktifitas.
Selain masalah organisasi ruang, ayat ini mengatur masalah sirkulasi
antar ruang, yang tersiri dari sirkulasi ruang secara horizontal maupun
vertikal. Yang dimaksud dengan sirkulasi ruang horizontal adalah
koridor, ramp atau tanjakan akses juga tangga. Sedangkan sirkulasi
vertikal adalah lift atau eskalator, fasilitas tersebut khususnya lift
dibutuhkan apabila gedung terdiri dari empat lantai. Menurut Julius
Panero, bagi sirkulasi horizontal ukuran yang dibutuhkan adalah:
Gambar 8 Hubungan Antar Ruang
Page 14
21
(1) Lebar minimal koridor yang dibutuhkan untuk satu jalur adalah
91,4 cm, koridor dengan lebar sekian dapat dilalui oleh manula
dengan kursi roda. Sedangkan lebar minimal koridor untuk dua
jalur adalah 42 inci (106,7 cm), sedangkan untuk lebar maksimal
adalah 60 inci (152,4 cm), dengan lebar tersebut dapat dilalui oleh
manula dengan kursi roda, manula dengan alat bantu jalan maupun
manula dengan keadaan normal.
Gambar 9 Dimensi Kursi Roda
(Sumber : Julius Panero AIA, ASID dan Martin Zelnik AIA, ASID. 1979:45)
Gambar 10 Antopometrik pemakai kursi roda
(Sumber : Julius Panero AIA, ASID dan Martin Zelnik AIA, ASID. 1979:46-48)
Page 15
22
(2) Sedangkan dimensi pintu untuk manula dalam berbagai kondisi
baik normal maupun berkursi roda yaitu dengan lebar pintu
selebar 32 inci (81,3 cm), dengan ketinggian 210 cm.
(3) Untuk ukuran tangga yang diperlukan dengan dua jalur adalah 68 inci
(172,7 cm). Dengan ukuran pelangkah selebar 30 cm, penaik 16 cm
dan pada setiap pinggiran anak tangga diberi garis warna yang
berbeda. Juga dilengkapi dengan reilling dikedua sisi tangga.
Untuk tinggi reilling sendiri yaitu 30-34 inci (76,2-86,4 cm).
Sedangkan untuk jarak reilling dengan dinding minimal 2 inci atau
5,1 cm, dan tebal reillingnya sendiri berdiameter 1,5 inci atau 3,8 cm.
(4) Ramp atau lebih dikenal dengan tanjakan akses sangat diperlukan
untuk akses bangunan bagi orang cacat atau manula. Ramp ini dapat
dilalui oleh manula dengan kursi roda maupun alat bantu jalan.
Panjang maksimal untuk ramp ini adalah 30 kaki atau setara dengan 9
m. Dengan kemiringan 1:12. Ramp ini juga wajib dilengkapi dengan 2
reilling dengan ketinggian yang berbeda. Untuk reilling bawah setinggi
18-20 inci atau setara dengan 45,7-50,8 cm, sedang untuk reilling
atas setinggi 33-34 inci atau setara dengan 83,8-86,4 cm. Reiling
Gambar 11 Sirkulasi kursi roda
(Sumber : Julius Panero AIA, ASID dan Martin Zelnik AIA, ASID. 1979:272-273)
Page 16
23
bagian bawah diperuntukkan untuk mempermudah manula atau
orang cacat dengan kursi roda.
Penempatan atau pemasangan reilling sangat diperlukan sepanjang
jalur atau ruang yang sering dilalui atau digunakan manula. Selain
kenyamanan,keamanan bergerak pun harus diperhatikan menurut
NSA( National Institute of Aging) jalan yang dilalui manula harus
teratur, terbebas dari kabel listrik dan telepon, permadani yang
dipasang harus terekat kuat dilantai dan memiliki tekstur yang kasar dan
tidak berjumbai, hal ini diperlukan untuk mengurangi resiko
kecelakaan khususnya dirumah. Sehingga manula selain nyaman,
manula pun aman bergerak dalam bangunan tersebut
2. Organisasi Ruang
Adalah bentuk – bentuk organisasi ruang secara umum menurut
Francis DK Ching di dalam bukunya yang berjudul Arsitektur
Bentuk Ruang dan Susunannya meliputi :
a) Terpusat
Organisasi terpusat merupakan komposisi
terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah
ruang sekunder, dikelompokkan mengeIiIingi
sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.
(1) Organisasi bersifat stabil . Merupakan
komposisi terpusat yang terdiri dari sejumlah
ruang –ruang sekunder yang dikelompokkan
mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar
dan dominan.
Gambar 12 Dimensi Ramp
(Sumber : Neufret, 1989)
Gambar 13 Org. Ruang Terpusat
Page 17
24
(2) Ruang pusat sebagai ruang pemersatu dari organisasi terpusat ,
pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar
untuk mengumpulkan sejumlah ruang sekunder di sekitar
bentuknya.
(3) Ruang sekunder mungkin setara satu sama lain dari fungsi , bentuk
dan ukuran serta menciptakan suatu konfigurasi keseluruhan
yang secara geometris teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau
lebih.
(4) Ruang sekunder kemungkinan berbeda dalam bentuk dan
ukuran sesuai kebutuhan fungsi , tingkat kepentingan dan
lingkungan suasana sekitarnya
b) Linier
Organisasi linier pada dasarnya
terdiri dari sederetan ruang. Ruangruang
ini dapat berhubungan secara langsung
satu dengan yang lain atau dihubungkan
melalui ruang linier yang berbeda dan
terpisah.
(1) Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang
berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Ruang-
ruang yang secara fungsional atau simbolis penting
keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun
sepanjang rangkaian linier.
(2) Masing – masing ruangan berhubungan secara langsung.
c) Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur
organisasi terpusat dan linier. Organisasi ini terdiri
dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah
organisasi linier berkembang menurut arah jari-
jarinya. Apabila suatu organisasi terpusat adalah
sebuah bentuk yang introvert yang memusatkan
pandangannya ke dalam ruang pusatnya,
Gambar 14 Org. Ruang Linier
Gambar 15 Org. Ruang Radial
Page 18
25
maka sebuah organisasi radial adalah sebuah bentuk yang
ekstrovert yang mengembang keluar Iingkupnya.
(1) Ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya
berbentuk teratur. Lengan-lengan liniernya, mungkin mirip satu
sama lain dalam hal bentuk dan panjang untuk mempertahankan
keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan. Lengan-lengan
radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi
kebutuhan-kebutuhan akan fungsi dan konteksnya.
d) Cluster
Organisasi dalam bentuk kelompok atau
“cluster” mempertimbangkan pendekatan fisik
untuk menghubungkan suatu ruang terhadap
ruang lainnya. Sering kali organisasi ini terdiri
dari ruang-ruang yang berulang yang memiliki
fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang
umum seperti wujud dan orientasi.
Di dalam komposisinya, organisasi ini juga dapat menerima
ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi
berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau
alat penata visual seperti simetri atau sumbu.
(1) Pola dari organisasi cluster tidak berasal dari konsep geometri
yang kaku,bentuk organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat
menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa
mempengaruhi karakternya.
(2) Ruang-ruang cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik
tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang
melaluinya.
e) Grid
Organisasi grid terdiri dan bentuk-bentuk dan ruang-
ruang di mana posisinya dalam ruang dan hubungan
antar ruang diatur oleh pola atau bidang grid tiga
dimensi.
Gambar 16 Org. Ruang Cluster
Gambar 17 Org. Ruang Grid
Page 19
26
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang
tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada
pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka
pola grid berubah menjadi satu set unit ruang modular berulang.Suatu
grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur
rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir suatu grid
dihasilkan dari keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-pola
ini membuat satu set atau daerah titiktitik dan garis-garis referensi
yang stabiI dalam ruang-ruang organisasi grid
(3) Karena sebuah grid tiga dimensi terdiri dari unit-unit ruang
modular yang berulang, maka organisasi ini dapat dikurangi,
ditambahkan, atau dilapisi, dengan tetap mempertahankan
identitasnya sebagai sebuah grid.
(4) Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan khusus mengenai
dimensi ruang atau untuk menegaskan daerah ruang sirulasi, suatu
grid dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah.
(5) Bagian-bagian grid dapat bergeser untuk mengubah kontinuitas
visual maupun kontinuitas ruang yang melampaui daerahnya.
(6) Sebagian dari grid dapat dipisahkan dan diputar terhadap
sebuah titik dalam pola dasarnya.
(7) Pola grid dapat diputus untuk membentuk ruang utama atau
menampung bentuk-bentuk alami tapak.
3. Warna
Warna merupakan hal yang penting dalam ruangan. Suasana
suatu ruangan dapat ditentukan oleh penentuan warna . Pemilihan warna
pada desain lansia Theraphistt center juga mempertimbangkan pada efek
warna pada psikologis lansia. Lansia membutuhkan ruang dengan rasa
bebas , aman , dan menenangkan sehingga lansia dapat merasakan
kenyamanan dengan maksimal ketika berada dalam ruang yang sesuai
dengan kondisi lansia. Pemilihan warna sangat mempengaruhi dalam
mendesain sebuah Therapist center . Dengan mengkombinasikan warna –
Page 20
27
warna hangat dan mengkombinasikan warna terang dengan
memperhatikan psikologi warna.
Berikut adalah sifat dari warna , antara lain adalah :
a) Warna Merah
Warna merah melambangkan sebuah power , kehangatan , cinta ,
agresi dan nafsu.
b) Warna Hijau
Merupakan warna yang alami ,sehat . Warna hijau terkesan segar .
c) Warna Kuning
Merupakan warna optimis ,harapan , ketidakjujuran dan
memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian mendalam dalam
hubungan umat manusia.
d) Warna Orange
Warna yang memberikan kehangatan , kesimbangan dan energi.
e) Warna Ungu
Warna yang dimiliki oleh warna ungu memberikan kesan sejuk . Selain
itu warna tersebut melambangkan kebangsawanan, kekasaran,
keangkuhan .
f) Warna Biru
Warna biru merupakan warna kepercayaan , kebersihan , dan
melambangkan suatu keteraturan .
g) Warna Abu – abu
Merupakan warna masa depan (millenium) , sebuah
kesederhanaan dan kepedihan .
h) Warna Putih
Kesucian, ketepatan , kebersihan dan ketidakbersalahan .
Page 21
28
4. Elemen Pembentuk Ruang
a) Lantai
Lantai adalah bagian bangunan yang paling penting, yang
berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun
beban hidup atau bergerak, contoh bahan seperti lantai kayu, batu
alam atau buatan, logam, beton dan sebagainya. Dalam merencanakan
lantai ruang petunjukan perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:
(1) Fungsi Lantai
Lantai berfungsi sebagai bidang dasar yang digunakan untuk
aktifitas manusia dalam melakukan kegiatan diatasnya dan
sebagai alas dari suatu ruang
(2) Sifat Lantai
Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan
fungsinya. Dimana lantai dapat mmbentuk sifat/daerah dalam
ruang, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan dari
sebagian lantai. Lantai dapat bersifat permanen maupun seni
permanen.
(3) Karakter Lantai
Lantai dapat menentukan karakter ruang, yaitu dengn
menggunakan bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun
warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang ingin
dicapai.
(4) Konstruksi Lantai
Konstruksi lantai perlu diperhatikan bagaimana bahan lantai
dipasang. Bagaimana menempel pada dasaran lantai sehingga
tidak menimbulkan kelembaban atau menimbulkan panas yang
berlebihan, dan sebagainya.
(5) Macam Letak Lantai
(a) Basement
Untuk menghindari pecahan akibat lantai melengkung,
maka digunakan tulangan tegak lurus arah pecah. Sisi
bawah tulangan lebih sedikit dari pada atas.
Page 22
29
(b) Ground Floor
Jika lantai langsung di atas tanah, maka timbul
kemungkinan lantai akan bergelombang. Untuk menghindari
hal tersebut, maka di bawah lantai diberikan pengerasan.
Biasanya digunakan pasir untuk meratakan gaya yang tidak
sama.
(c) Upper Floor
Untuk lantai ini yang bagian tanah diberi tulangan. Beban
lantai di atasnya disalurkan melalui beban pokok. Semua
beban lantai disalurkan melalui kolom-kolom dan diteruskan
pada struktur bahannya.
(6) Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu:
(a) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan
Karpet. Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang
penyerapan bunyi.
(b) Lantai semi keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl,
aspal dan cor.
(c) Lantai keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang
dpakai sebagai bahan lantai
(d) Lantai kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif
bahan lantai yang terbuat dari bahan kayu.
b.) Dinding
Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk ruang-
ruang di dalam bangunan. Fungsi dinding dibagi menjadi 2:
(1) Dinding struktur
Dinding jenis ini merupakan dinding yang mendukung struktur
diatasnya, misalnya sebagai pendukung atau tumpuan atap atau
sebagai penumpu lantai (pada bangunan bertingkat).
(a) Bearing wall : Dinding yang dibangun untuk menahan
tepi dari tumpukan atau urugan tanah
(b) Load bearing wall : Dinding utuk menyokong / menopang
balok, lantai, atap dan sebagainya
Page 23
30
(c) Foundation wall : Dinding yang dipakai dibawah lantai,
tingkat dan untuk menopang balk-balok lantai pertama.
(2) Dinding non struktur/partisi (non bearing wall)
Pada bangunan yang menggunakan sistem non struktur
kebebasan peletakan dinding dan permukaan pada dinding
dapat diatur menurut kehendak perencana, karena tumpuan atap
terletak pada kolom-kolom pendukung. Dinding non bearing wall
terdiri dari pasangan batu bata,pasangan batako, multipleks,
asbes, plat alumunium, dan lain sebagainya.
Beberapa dinding jenis ini diantaranya:
(a) Party walls, adalah dinding pemisah antara dua
bangunan yang bersandar pada masing-masing bangunan
(b) Fire walls, adalah dinding yang digunakan sebagai
pelindung dari pancaran kobaran api.
(c) Certain or Panels walls, adalah dinding yang digunakan
sebagai pengisi pada suatu konstruki rangka baja atau
beton.
(d) Partition walls, adalah dinding yang digunakan sebaga
pemisah dan pembentuk ruang yang lebih kecil didalam
ruang yang besar, dibedakan menjadi:
(i) Partisi permanen, yaitu sistem partisi yang dibuat
untuk membagi ruang seperti halnya dinding struktural,
tetapi tidak membutuhkan pondasi karena hanya
menahan beratnya sendiri.
(ii) Partisi semi permanen, yaitu sistem partisi buatan
pabrik yang mudah dibongkar sesuai lay out.
(iii)Partisi moveable, yaitu partisi yang dipakai pada
hal-hal dimana suatu ruang seringkali perlu dibuka
untuk mendapatkan bentuk ruang satu antai yang lebih
luas.
Page 24
31
(3) Dinding secara konstruksi
(a) Dinding pemikul, ialah suatu dinding dimana dinding
tersebut menerima beban atap atau beban lantai, maka dinding
berfungsi sebagai struktur pokok.
(b) Dinding penahan, ialah suatu dinding yang menahan gaya-
gaya horizontal. Biasanya dibuat untuk menjaga
kemungkinan dari pengaruh dingin, air, dan tanah.
(c) Dinding pengisi, ialah suatu dinding yang fungsinya
mengisi bagian-bagian di antara struktur pokok.
Fungsi dinding adalah sebagai pemikul beban diatasnya,
sebagai penutup dan pembatas ruang baik visual maupun
akustik. Dinding juga dapat menentukan sifat tertentu sesuai
dengan fungsinya. Misalnya dinding bersifat permanen meupun
semi permanen (dapat berubah-ubah). Selain itu dinding dapat
membentuk karakter ruang, yaitu dengan pemilihan bahan, pola,
maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang
ingin dicapai. Bahan buatan yang fungsinya sebagai pelapis
dinding dengan pemasangannya menempel pada dasar dinding.
Beberapa jenis behan yang berfungsi sebagai penutup dinding
adalah sebagai berikut:
Batu : asbes, coraltex, marmer
Kayu : papan, tripleks, bambu, hardboard
Metal : alumunium, tembaga, kuningan
Gelas : kaca, cermin
Plastic : fiberglass, folding door, dsb
Cat : bermacam-macam cat tembok
Kain : batik, sastra, dsb
c) Langit-langit (Ceiling)
Plafond atau langit-langit rumah merupakan bidang pembatas
antara atap rumah dan ruangan di bawahnya. Ketinggiannya plafond
atau langit-langit rumah umumnya berkisar antara 2,75 s/d 3,75 m.
Plafond rumah memiliki banyak fungsi, fungsi utama dari plafond
Page 25
32
adalah untuk menjaga kondisi suhu di dalam ruangan akibat sinar
matahari yang menyinari atap rumah. Udara panas di ruang atap
ditahan oleh plafond sehingga tidak langsung mengalir ke ruang di
bawahnya sehingga suhu ruang dibawahnya tetap terjaga.
Selain menjaga kondisi suhu ruang dibawahnya, plafond juga
berfungsi untuk melindungi ruangan-ruangan didalam rumah dari
rembesan air yang masuk dari atas atap, menetralkan bunyi atau suara
yang bising pada atap pada saat hujan. Selain itu juga plafond dapat
membantu menutup dan menyembunyikan benda-benda (seperti:
kabel instalasi listrik, telfon, pipa hawa).
1) Sifat Bahan dan Karkteristiknya
(a) Tripleks
Plafond berbahan tripleks merupakan jenis penutup
plafond yang sering dipakai. Ukuran tripleks dipasaran adalah
122 cm x 244 cm dengan ketebalan 3 mm, 4 mm dan 6 mm.
Pemasangan plafond ini dapat dipasang lembaran tanpa
dipotong-potong maupun dapat dibagi menjadi empat bagian
supaya lebih mudah dalam penataan dan pemasangannya.
Rangka plafond dapat menggunakan kasau 4/6 atau 5/7 dengan
ukuran rangka kayu 60 cm x 60 cm.
(b) Eternit / Asbes
Ukuran plafond eternit atau asbes adalah 1.00 m x 1.00 m
dan 0.50 m x 1.00 m. Cara pemasangan sama dengan plafond
tripleks.
(c) Serat / Fiber
Plafond rumah menggunakan papan GRC (Glassfiber
Reinforced Cement) Board. GRC Board mempunyai ukuran 60
cm x 120 cm dengan ketebalan standar 4 mm. Rangka plafond
dapat mengunakan kaso 4/6 atau 5/7 maupun besi hollow 40
mm x 40 mm.
Page 26
33
(d) Gypsum Board
Gypsum adalah 122 cm x 244 cm. Untuk rangka seperti
GRC Board anda dapat menggunakan kaso maupun besi
hollow 4/4 dan 4/2.
(e) Akustik Board
Plafond akustik merupakan plafond yang tahan terhadap
batas ambang kebisingan tertentu. Ukuran yang tersedia adalah
60 cm x 60 cm dan 60 cm x 120 cm. Plafond akustik dapat
dipasang dengan rangka kayu atau bahan metal pabrikan yang
sudah jadi.
2) Fungsi Langit-Langit
Langit-langit disamping mempunyai fungsi sebagai
penutup ruang, juga dapat dimanfaatkan untuk pengaturan
udara panas, pengaturan lampu, dan elemen-elemen mekanikal.
3) Penentuan Ketinggian
Penentuan ketinggian langit-langit pertimbangan fungsi
langit-langit itu sendiri, dapat juga berdasarkan pertimbangan
proporsi dari ukuran ruang (panjang, besar, tinggi).
4) Bentuk Penyelesaian
Bentuk penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan
fungsinya, jika sebagai ventilasi udara panas, maka bentuk
lubang atau penurunan langit-langit dibentuk sesuan dengan
sebagaimana langit-langit itu diselesaikan seperti bentuk-bentuk
polos, rata, grid/berkotek-kotek, berpola, struktural.
5) Komunikasi Pemasangan
Konstruksi langit-langit perlu diperhatikan bagaimana
pemasangannya atau begaimana menempel pada dinding, misal
dengan rangka kayu, besi, digantungkan, atau disangga. Perlu
diperhatikan juga konstruksi pemasangan bidang penutup langit-
langit.
Langit-langit membantu penyebaran bunyi vertical dan dapat
digunakan sebagai peredam bunyi. Langit-langit juga digunakan untuk
Page 27
34
menyebarkan bunyi pantul agar dapat ditangkap oleh pendengar secara
merata disemua bagian ruangan.
Bentuk-bentuk pemantulan pada langit-langit yang dapat
mempengaruhi distribusi suara antara lain :
(a) Bentuk Cekung
Bentuk ini sebaiknya dihindari untuk digunakan, karena akan
mengakibatkan pemusatan bunyi.
(b) Bentuk Datar
Bentuk ini dapat mementulkan bunyi dengan baik. Dipasang pada
kemiringan tertentu sehingga dapat mendistribusikan bunyi.
(c) Bentuk Cembung
Bentuk ini dapat digunakan untuk pemantulan bunyi karena bentuk
ini akan mengakibatkan pemantulan yang tersebar dan merata
dengan baik
5. Interior System
a) Pencahayaan
(1) Pencahayaan Alami
Menurut jenis pemakaiannya, system pencahayaan alami dibagi
menjadi 2 yaitu :
(a) Sistem pencahayaan alami langsung ( direct lighting)
Sistem pencahayaan ini langsung diterima ruangan tanpa
adanya suatu penghalang. Cahaya ini langsung masuk ke dalam
ruangan melalui jendela kaca maupun aksen sirkulasi cahaya yang
lain seperti pintu, kaca-kaca hias yang terpasang di dinding sebagai
unsur estetis maupun lubang-lubang dinding yang dimaksudkan
untuk masuknya cahaya matahari
(b) Sistem pencahayaan alami tak langsung ( indirect lighting )
Sistem pencahayaan ini tidak langsung diterima oleh suatu ruangan
tetapi merupakan cahaya pantul yang didapat dari sinar matahari.
Sehingga sinar matahari yang datang lalu diterima oleh benda
pemantul baru benda tersebut memantulkan cahayanya kedalam
ruangan tersebut. Benda yang digunakan untuk memantulkan
Page 28
35
sinar matahari dapat berupa kaca, cermin, aluminium maupun
benda-benda lain yang dapat memantulkan bayangan. Oleh karena
itu hasil dari pantulan sinar matahari tadi dapat diolah maupun dibuat
sebagai unsur estetis ruangan dengan melalui pemantulan tersebut.
(2) Pencahayaan Buatan (artificial lighting)
Adalah system pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya
buatan, seperti lampu, armature, dan peralatan yang memendarkan
cahaya.
Pada prinsipnya ruang pertunjukan menghindari bukaan yang
berlebihan, pencahayaan buatan berada pada level 500 – 1000
lux. Ketajaman penglihatan seseorang sejalan tingkat luminasi
maksimal 5000 apostilb (1asb : 0,32 candella/m persegi).
Ketajaman penglihat juga akan bertambah jelas dengan besarnya
perbedaan tingkat luminasi antara obyek dengan lingkungan sekitar
secara langsung. Tetapi bias juga dengan membuat obyek terang
pada latar belakang yang gelap. Untuk penghematan maksimal
akan pemakaian energi, maka peralatan pengendalia otomatis perlu
dipasang didalam bangunan baru untuk mematikan atau membuat
cahaya listrik menjadi redup. ( Ernest Neufert, Data Arsitek)
Berdasarkan pendistribusiannya cahaya, terdapat 5 sistem
penerangan ( iluminasi ) yang masing-masing berbeda sifat,
karakter dan pengaruh distribusi cahayanya. Lima sistem tersebut
meliputi :
(a) Sistem pencahayaan langsung ( direct lighting )
Sistem iluminasi ini 90 % hingga 100 % cahaya
mengarah langsung ke obyek yang diterangi
(b) Sistem pencahayaan setengah langsung ( semi direct lighting )
Pada sistem iluminasi ini, 60 % sampai 90 % cahaya
mengarah pada obyek yang diterangi dan cahaya selebihnya
menerangi langit-langit dan dinding yang juga memantulkan
cahaya karena obyek tersebut
Page 29
36
(c) Sistem iluminasi difus ( general difusse lighting )
Sistem iluminasi difus jika 40 % sampai 60% cahaya
diarahkan pada obyek dan sisanya menyinari langit-langit dan
dinding, yang juga memantulkan cahaya kearah obyek tersebut
(d) Sistem pencahayaan setengah tak langsung (semi indirect lighting)
60 % hingga 90 % cahaya diarahkan pada langit-langit
dan dinding, sisanya diarahkan langsung ke obyek. Karena
sebagaian besar cahaya mengenai bidang kerja, berasal dari
pantulan langitlangit dan dinding. Maka dapat dikatakan
cahaya yang datang berasal dari segala arah, sehingga
bayangan relatif tidak tampak dan silau dapat diperkecil.
(e) Sistem iluminasi tidak langsung ( indirect lighting )
Pada sistem ini 90 % hingga 100% cahaya diarahkanke
langitlangit dan dinding.
b) Penghawaan
Sistem penghawaan dalam auditorium berfungsi untuk mengatur
kesejukan didalam ruangan. Ada dua jenis system pengaliran udara yaitu :
(1) Sistem Mekanisme yang menggunakan alat mekanisme (listrik),
misalnya kipas angin yang digunakan untuk mempercepat pergerakan
udara dengan tidak mengurangi derajat kelembaban udara sekitar.
(2) Sistem AC yaitu system pengaturan udara dalam ruangan yang
dilakukan secara teratur dan constant. Adapun unsure-unsur udara
yang diatur dengan AC yaitu : kecepatan aliran udara penggantian dan
pembersihan udara, pengaturan temperature, kelembaban dan
pendistribusian aliran udara pada tingkat atau kondisi yang kita
inginkan secara teratur dan constant.
Pada dasarnya system penghawaan ini berfungsi untuk
menghilangkan kalor dan uap air yang berlebihan serta membuang
gas-gas yang tidak membuat nyaman, sekaligus mengalirkan udara
segar kedalam ruang. Adanya sirkulasi udara yang lancer
memgkinkan ruangan berada dalam suhu dan kelembaban yang
wajar dan nyaman.
Page 30
37
Penggunaan AC central menghindari bising yang ditimbulkan,
sehingga tidak melampaui back ground noise yang diisyaratkan yaitu
antara 15-25 db. Suplai udara 28m kubik per orang per jam untuk
penikmatan yang relative nyaman
Penghawaan buatan dalam hal ini adalah pengunaan Air
Conditioning, macamnya terdiri dari :
(a) AC Window, umumnya dipakai pada ruang-ruang kecil
dan dipasang pada salah satu dinding ruang dengan batas
ketinggian yang terjangkau dan penyemprotan udara tidak
mengganggu sipemakai. Sistem mekanismenya terdapat
dalam satu unit yang kompak.
(b) AC Central, biasanya digunakan untuk ruang-ruang luas
dan perlengkapan keseluruhannya terletak diluar ruangan,
kemudian di distribusikan ke ruang-ruang melalui ducting
dan berakhir dengan aliran.
(c) AC Split, AC yang digunakan untuk satu atau beberapa
ruangan, sedangkan kelengkapannya untuk evaporator terpisah
tiap-tiap ruangan.
6. Furniture
Memberikan ruang yang cukup agar manula dengan kursi roda dapat
mengikuti kegiatan dengan penghuni lainnya diruang tersebut. Sedangkan
untuk jarak antara sofa dengan meja yaitu rata-rata 30 cm, padahal jarak
minimal yang dibutuhkan menurut Julius Panero adalah 45,7cm.Untuk jarak
antara sofa dengan meja yaitu rata-rata 30-35 cm, padahal jarak minimal
yang dibutuhkan menurut Julius Panero adalah 45,7 cm agar manula nyaman
bergerak.
7. Sistem Keamanan
Sistem keamanan dapat dikelompokkan menjadi 2 , antara lain adalah :
(a) Keamanan dari ancaman kebakaran
Keamanan dari ancaman kebakaran , menggunakan pengamana yang
berupa :
Page 31
38
(i) Smoke Detektor
Detektor kebakaran adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara
dini kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak berkembang
menjadi lebih besar. Dengan terdeteksinya kebakaran, maka upaya
untuk mematikan api dapat segera dilakukan, sehingga dapat
meminimalisasi kerugian sejak awal.
Berikut adalah jenis-jenis dektektor kebakaran:
(a) Smoke Detector 2 Wire
Alat ini memiliki sistem kerja 2 kabel, sensor ini dapat
diintegrasikan dengan fire alarm panel. Sensor ini menggunakan
teknologi photoelectric sehingga meningkatkan akurasi dan
meminimumkan terjadinya false alarm.Produk ini didesain dengan
stainless steel inner housing dan sensor head yang tahan lama. Smoke
Detector ini dapat ditempatkan pada berbagai ruang yang
membutuhkan deteksi asap sebagai sebagai peringatan awal.
(b) Smoke Detector 4 Wire
Alat ini menggunakan sistem kerja 4 kabel dan dapat
dengan mudah diintegrasikan dengan berbagai jenis (security)
alarm panel ataupun automation panel. Smoke detector ini
menggunakan Photoelectric untuk meminimumkan terjadinya false
alarm.Produk ini didesain dengan stainless steel inner housing dan
sensor head yang tahan lama. Smoke Detector ini dapat ditempatkan
pada berbagai ruang yang membutuhkan deteksi asap sebagai sebagai
peringatan awal.
(c) Smoke Detector Multi
Yaitu alat pendeteksi asap yang dapat bekerja dengan sistem
4 kabel ataupun 2 kabel, hal ini memungkinkan sensor ini untuk
diintegrasikan dengan Security Alarm dan juga Conventional Fire
Alarm. Produk ini didesain untuk dapat mendeteksi adanya
kepulan asap dengan tepat dan bekerja stabil untuk jangka waktu
lama.Smoke detector ini dapat ditempatkan pada berbagai ruang
yang membutuhkan proteksi sensor asap.
Page 32
39
(d) Stand alone Smoke Detector
Yaitu sensor deteksi asap yang berdiri sendiri tanpa
memerlukan koneksi ke panel controller.Smoke Detector ini dapat
dengan mudah ditempatkan dan dioperasikan pada berbagai
ruang.Detektor ini menggunakan baterai sebagai sumber energi dengan
led indicator bila baterai lemah. Pada saat mendeteksi kepulan
asap detektor ini akan membunyikan sirene dengan intensitas 85
decibel.
(ii) Alarm
Alarm pengaman atau alarm keamanan adalah alarm elektronik
yang dirancang untuk memperingatkan terhadap suatu bahaya
tertentu. Sensornya terhubung dengan suatu unit pengendali melalui
perkabelan bertegangan rendah atau sinyal berfrekuensi radio sempit
yang digunakan untuk berinteraksi dengan peranti respons. Sensor
keamanan yang paling umum digunakan adalah untuk menandai
dibukanya suatu pintu atau jendela atau mendeteksi gerakan melalui
sensor infrared pasif (passive infrared sensor, PIR sensor). Instalasi
alarm pengaman pada bangunan baru umumnya diterapkan secara
terpatri karena lebih ekonomis, sedangkan instalasi untuk perbaikan
(retrofit) sering menggunakan sistem nirkabel agar lebih cepat
dipasang.
(iii) APAR / Fire Extinguishers / Racun Api
Fire extinguisher adalah alat pemadam kebakaran atau pemadam api
yang berbentuk tabung yang umumnya diletakkan di dinding gedung-
gedung perkantoran, yang fungsinya adalah untuk memadamkan api
yang masih dalam skala kecil.
Berikut adalah istilah-istilah atau sebutan lain yang mungkin
bisa membantu Anda lebih mudah dalam mencari alat tersebut:
(a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR merupakan singkata dari alat pemadam api
ringan. Istilah ini cukup sering digunakan, dan juga mudah
diucapkan. Terdapat kata "ringan" karena memang alat
Page 33
40
pemadam tipe ini dirancang untuk memadamkan api yang masih
skala kecil, bukan api yang sudah membesar.
(b) Racun Api
Istilah ini digunakan karena memang terkandung zat-zat
kimia tertentu di dalam tabung pemadam api tersebut. Senyawa
kimia ini, atau yang sering juga disebut dengan agent, bisa
berfungsi untuk memadamkan api ketika terjadi kebakaran.
(c) Tabung Pemadam Api
Karena bentuknya yang seperti tabung, maka banyak juga
yang menyebut alat ini sebagai tabung pemadam api. Di
bagian tabung biasanya tertera informasi merek alat pemadam
api yang digunakan, jenisnya, kandungan agent-nya, dan
sebagainya
(b) Keamanan dari ancaman kejahatan , menggunakan alat yaitu :
(i) Security
Security dapat digunakan untuk menjaga keamanan tempat
sehingga terhindar dari kejahatan.
(ii) CCTV
Penggunaan CCTV pada area pintu masuk Lobby dan pada
setiap area pojok yang memungkinkan terjadi kejahatan.