10 BAB II ACUAN TEORITIK 2.1 Deskripsi Teoritik 2.1.1 Konsep kepercayaan diri Siswa a. Pengertian Kepercayaan diri Kepercayaan diri dalam bahasa inggris yaitu “belief” yang artinya percaya diri. Istilah "keyakinan" atau kepercayaan diri sering disamakan artikan dengan istilah sikap (attitude), diposisi (disposition), pendapat (opinion), filsafat (philosophy), atau nilai (value) (Leder dan Forgasz, 2002 : 99). Pernyataan tentang kepercayaan diri juga disampaikan oleh pendapat para ahli seperti Bandura bahwa self-efficacy (SE) pada perakteknya sinonim dengan keyakinan diri, meskipun keyakinan diri (sikap percaya diri) terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang akan mengarahkannya kepada hasil yang diharapkannya. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasilseperti yang diharapkan. Lauster mengungkapkan ciri-ciri orang yang percaya diri adalah mandiri, tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, optimis, tidak pemalu, yakin dengan pendapatnya sendiri dan tidak berlebihan. Sementara itu Taylor dkk mengatakan bahwa orang yang percaya diri memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri (Siska, dkk, 2003 : 68-69). Kepercayaan diri melibatkan struktur kognitif serta memiliki pengertian berupa suatu sikap percaya terhadap suatu objek tertentu. Seperti halnya menurut Cooper dan Me Gaugh mengatakan bawa keyakinan (beliefs) adalah sikap yang melibatkan sejumlah struktur kognitif. Secara operasional, kepercayaan diri dimana seorang bersikap percaya tentang suatu objek. Keyakinan dapat berkonotasi berupa sikap seseorang secara mendalam terhadap suatu objek. Seseorang menggunakan keyakinan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang akan menjadi kemudian. (Leder dan Forgasz, 2002 : 96) Kepercayaan diri Yang menjadi kontruksi sentral dalam teori kognitif sosial, yang dimiliki seseorang akan : 1. Mempengaruhi pengambilan keputusan, dan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukannya. Seseorang cendrung akan menjalankan sesuatu ketika dirinya merasa kompeten dan percaya diri, dan akan menghindarinya apabila tidak.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
ACUAN TEORITIK
2.1 Deskripsi Teoritik
2.1.1 Konsep kepercayaan diri Siswa
a. Pengertian Kepercayaan diri
Kepercayaan diri dalam bahasa inggris yaitu “belief” yang artinya percaya diri.
Istilah "keyakinan" atau kepercayaan diri sering disamakan artikan dengan istilah sikap
(attitude), diposisi (disposition), pendapat (opinion), filsafat (philosophy), atau nilai
(value) (Leder dan Forgasz, 2002 : 99). Pernyataan tentang kepercayaan diri juga
disampaikan oleh pendapat para ahli seperti Bandura bahwa self-efficacy (SE) pada
perakteknya sinonim dengan keyakinan diri, meskipun keyakinan diri (sikap percaya diri)
terhadap kemampuan sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang akan mengarahkannya
kepada hasil yang diharapkannya.
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa
dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasilseperti yang
diharapkan. Lauster mengungkapkan ciri-ciri orang yang percaya diri adalah mandiri, tidak
mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, optimis, tidak pemalu, yakin dengan
pendapatnya sendiri dan tidak berlebihan. Sementara itu Taylor dkk mengatakan bahwa
orang yang percaya diri memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri (Siska, dkk, 2003
: 68-69).
Kepercayaan diri melibatkan struktur kognitif serta memiliki pengertian berupa
suatu sikap percaya terhadap suatu objek tertentu. Seperti halnya menurut Cooper dan Me
Gaugh mengatakan bawa keyakinan (beliefs) adalah sikap yang melibatkan sejumlah
struktur kognitif. Secara operasional, kepercayaan diri dimana seorang bersikap percaya
tentang suatu objek. Keyakinan dapat berkonotasi berupa sikap seseorang secara
mendalam terhadap suatu objek. Seseorang menggunakan keyakinan sebagai dasar untuk
memprediksi apa yang akan menjadi kemudian. (Leder dan Forgasz, 2002 : 96)
Kepercayaan diri Yang menjadi kontruksi sentral dalam teori kognitif sosial, yang
dimiliki seseorang akan :
1. Mempengaruhi pengambilan keputusan, dan mempengaruhi tindakan yang akan
dilakukannya. Seseorang cendrung akan menjalankan sesuatu ketika dirinya merasa
kompeten dan percaya diri, dan akan menghindarinya apabila tidak.
11
2. Membantu seberapa jauh upaya dirinya bertindak dalam suatu aktivitas, berapa lama
dirinya bertahan apabila mendapat masalah, dan seberapa fleksibel dalam suatu situasi
yang kurang menguntungkan baginya. Semakin besar SE seseorang, makin besar
upaya, ketekunan, dan fleksibilitasnya.
3. Mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosionalnya. Seseorang dengan SE yang rendah
mudah dalam menghadapi masalah, cenderung menjadi Setres, dan depresi, dan
mempunyai sesuatu visi yang sempit tentang apa yang terbaik untuk menyelesaikan
masalah. SE yang tinggi, akan membantu sesorang dalam menciptakan suatu perasaan
tentang dalam menghadapi masalah atau aktifitas yang sukar (Leder dan Forgasz, 2002
: 160).
Percaya diri dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri
yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara tepat.
Sebagaimana psikolog Miskell (1939 : 55) telah mendeflnisikan arti percaya diri adalah
kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang
dimiliki, serta dapat memanfaatkan secara tepat. Rasa percaya diri sangat diperlukan untuk
mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Karena kepercayaan diri merupakan
suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang
dibutuhkan, tidak tergantung pada orang lain dan melihat kenyataan secara obyektif
(Ernawati, 2012 : 130).
Kepercayaan diri sangat penting untuk mengaktualisasikan diri, seperti yang
Maslow katakan bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk mengembangkan
aktualitas diri. Proses percaya diri pada seorang akan mampu mengenal dan memahami
diri sendiri, sementara itu kurangnya percaya diri akan menghambat perkembangan potensi
diri. Orang kurang percaya diri akan menjadikan dirinya menjadi seorang yang pesimis
dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta
bimbang dan menentukan pilihan dan sering membanding bandingkan dirinya dengan
orang lain.” (Greer, dkk, 2002 : 122).
Kepercayaan pada diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi
berbagai kebutuhan sendiri. Seorang manusia mempunyai kebutuhan untuk berkebebasan
berfikir dan berperan sehingga seorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperan
akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri yang dimilikinya. Salah satu
langkah pertama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami kelebihan dan
12
kelemahan kelemahan masing masing yang telah diberikan oleh Allah SWT. Kelebihan
yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk dirinya dan
berguna bagi orang lain sekitarnya. Memperhatikan apa yang dikatakan oleh Bandura,
bahwa sebuah kejadian pasti akan bisa mempengaruhi terhadap perbuatan yang akan
dilakukan selanjutnya. Kesimpulan bahwa ada sebab dan akibat dari suatu yang telah
terjadi sebelumnya.
Menurut Thursan Hakim dalam Goldin (2002 : 51) rasa percaya diri tidak muncul
begitu saja pada diri seseorang dan proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah
pembentukan rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses:
1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan
yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Munculnya bakat yang menunjang
kearah proses pembelajaran matematika siswa sebagai contohnya.
2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan kelebihan yang dimilikinya akan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan
kelebihan kelebihannya.
3. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.
4. Pengalaman didalam menjalani berbagi aspek kehidupan dengan menggunakan segala
kelebihan yang ada pada dirinya.
Penjabaran Thurasan hakim diatas, lebih menitik beratkan bahwa rasa percaya diri
itu timbul dari beberapa aspek yang secara umum disimpulkan yaitu memaksimalkan
kelebihan yang dimiliki agar timbulnya rasa percaya diri dalam diri itu keluar dengan
sendirinya. Menurut Firmansyah dan Fauzi dalam Goldin (2002 : 68) mengambarkan
dalam diri dalam setiap individu mempunyai emosi, sikap (attitude), keyakinan, dan nilai /
etika / moral yang dimiliki sendiri. Proses pembentukan kemandirian belajar dan
keyakinan adalah seperti bagan berikut:
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Keyakinan Siswa
Sumber : Goldin, G.A. (2002 : 68) Affect, MetaAffect and Mathematical
Beliefs Structures in Beliefs.London: Kluwer Academics Publisher
Emosi Sikap Kemandirian Keyakinan Nilai
13
Menurutnya bahwa emosi adalah akar penyebab segalanya sampai terjadinya proses
terakhir yaitu nilai yang dihasilkannya. Percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri
untuk berhasil. Keinginan supaya termotivasi, seseorang yang mendapatkan ketenangan
dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotifasi dirinya. Banyak orang yang
mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar benar
mangalahkan kemalangan dan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus
tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan yang bisa diselesaikan dengan baik.
Peristiwa yang dapat dijadikan contoh, Napoleon Bonaparte yang tinggi badannya
hanya mencapai lima kaki dan dua inci. Tak satu haripun merasa pendek dan kerdil
dihadapan lawan-lawannya dan pasukannya namun, melihat dirinya menjadi raksasa dan
diantara laki-laki lainnnya meskipun sebenarnya tidak demikian. Keperacayaan diri dan
kebesaran hati membuatnya bersikaf, bergaul bersama orang lain dan penuh percaya diri
dan kemampuan menghadapi segala dengan percaya diri yang besar. Banyak faktor yang
diduga sebagai penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
matematiaka.
Salah satu diantara faktor tersebut adalah masih banyak siswa yang berkeyakinan
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan sangat abstrak. Siswa, para guru dan
yang berada disekitar siswa tersebut memegang peran penting dalam membangun
keyakinan (Beliefs) siswa terhadap matematika ( Goldin, 2002 : 70). Pajares dan Kiran
sebagaimana dikutip oleh Asrori (2002 : 87) mengatakan bahwa Self-efficacy adalah suatu
alat yang berguna dalam pelajaran metematika. Self-efficacy matematika didefinisikan
sebagai suatu penilaian situasional dari suatu keyakinan individu dalam kemampuan untuk
berhasil membentukatau menyelesaikan tugas-tugas atau masalah masalah matematis
tertentu.
Masalah kepercayaan diri siswa dapat menimbulkan hambatan besar pada bidang
kehidupan pribadi, sosial, belajar dan karirnya. Siswa yang memiliki kepercayaan diri
rendah dalam kehidupan pribadinya diliputi dengan keragu-raguan untuk menentukan
suatu tindakan, mudah cemas, selalu tidak yakin dan mudah patah semangat. Dalam
kehidupan sosial, remaja yang kurang percaya diri seringkali menunjukan sikap yang pasif,
merasa malu, menarik diri dari pergaulan, komunikasi terbatas, kurang berani
menampilkan kreatifitas dan kurang inisiatif. Dampak dari semua itu bermuara pada
bidang kehidupan karir siswa, yaitu siswa mengalami hambatan dalam merencanakan dan
menentukan pilihan karir atau menentukan pilihan studi lanjutnya (Mastur, dkk, 2012 : 75).
14
Proses tersebut artinya ketika kepala siswa/mahasiswa diberikan suatu masalah
matematika ia dapat menyatakan/meyakini dirinya tentang kemampuan dalam
menyelesaikan masalah tersebut dan rasa percaya diri tersebut harus ada sebelum melihat
dan mengetahui masalah yang ada dalam matematika tersebut. Keyakinan (belief) siswa,
sebagian besar berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama belajar matematika
sebelumnya. Memberi pengalaman kepada siswa bahwa pelajaran matematika itu mudah,
tidak semuanya abstrak, tidak hanya berisi rumus-rumus dan bisa diikuti oleh semua siswa.
Tujuan tersebutlah memerlukan kemauan dan kemampuan guru dalam memilih
pendekatan, strategi atau metode pembelajaran matematika yang tepat.
Memperhatikan dan beberapa pendapat diambil kesilmpulan bahwa percaya diri
memiliki hubungan dengan perbuatan seseorang dari sebelumnya. Tergantung perbutan
seseorang tersebut, baik atau buruk akan berdampak langsung kepada perbuatan seseorang
tersebut, baik atau buruk akan berdampak langsung kepada perbutan yang dilakukan.
b. Karakteristik Kepercayaan diri
Karakteristik diri sangat dibutuhkan untuk beraktivitas, tak terkecuali pada dunia
pendidikan. Jika kita sudah memiliki kepercayaan diri maka akan memudahkan kita untuk
menerima, menyerap, memahami, dan mengimprovisai materi yang didapat, Kepercayaan
diri akan ditampakkan atau dicerminkan pada perilaku yang ditampilkan seseorang.
Individu dengan rasa kepercayaan diri yang proporsional biasanya memiliki karakteristik
sebagai berikut (Fatimah, 2010 : 149) :
1. Percaya akan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak membutuhkan pujian,
pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat dari orang lain.
2. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap yang konformitas demi diterima oleh orang
lain atau kelompok. Konformitas adalah proses dimana tingkah laku seseorang
terpengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain atau kelompok.
3. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.
4. Mempunyai pengendalian diri yang baik, tidak moody dan emosinya stabil.
5. Memiliki unternal focus of control, yaitu memandang keberhasilan atau kegagalan
bergantung kepada usaha diri sendiri, tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan,
serta tidak tergantung atau mengharapkan bantuan orang lain.
6. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi
diluar dirinya.
15
7. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak
terwujud, ia mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Menurut Hakim (2002 : 5) ciri-ciri orang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
sebagai berikut:
1. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan segala sesuatu.
2. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
3. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi.
4. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
5. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya.
6. Memiliki kecerdasan yang cukup.
7. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.
8. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang.
9. Memiliki kemampuan bersosialisasi.
10. Memiliki latar belakang keluarga yang baik.
11. Memiliki pengalaman hidup yang menimpa mentalnya menjadi kuat.
12. Selalu bereaksi positif didalam menghadapi berbagai masalah.
Menurut Lauster, mengemukakan bahawa ciri-ciri orang yang mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi adalah sebagai berikut (Lauster, 1997 : 58):
1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif tentang dirinya bahwa mengerti
sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.
3. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu
sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut
dirinya sendiri.
4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang
telah menjadi konsekuensinya.
5. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian
dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri seorang itu
sangat penting apa lagi seorang siswa. Siswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi
16
akan menghasilkan hasil yang positif, hasil positip tersebut diantaranya sikap yang
mandiri, optimis selalu yakin akan kopetensi / kemampuan dirinya pantang menyerah,
bertanggung jawab dan mempunyai cara pandang yang psitif terhadap dirinya sendiri,
dengan adanya rasa percaya diri seorang akan mampu mandiri segala sesuatu tidak
bertanggung pada orang lain dalam melakukan sesuatu pekerjaannya.
2.1.2 Kemampuan Berpikir Matematis Pada Materi Aljabar
a. Pengertian Kemampuan Berfikir
Kemampuan/ Kompetensi adalah kemampuan bersikap. Berfikir dan bertindak
secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan sikap dan keterampilan yang
dimiliki. Sedangkan berfikir (Solso, 1991 : 18) merupakan proses menghasilkan
refresentasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi
secara konsfleks antra atribut-atribut mental seperti penilaian abstraksi secara kompleks
antra atribut-atribut mental seperti penilaiyan abstraksi, imajinasi, dan pemecahan
masalah.
Berpikir dapat diartikan sebagai pross menghasilkan representasi mental yang baru
melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antara atribut-
atribut mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah
(Suharnan, 2005 : 280). Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari
sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh
pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang
dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir
juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat
analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada,
menimbang, dan memutuskan.
Poerwadarmita (1984 : 752) menyebutkan bahwa berfikir adalah menggunakan akal
budi untuk mempertimbangkan memutuskan suatu. Berfikir merupakan proses
mempertimbangkan dan memutuskan segala sesuatu yang berkitqn dengan masing masing
17
individu. Pembentukan dan perkembangan kemampuan berpikir seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu lahir dari kematangan kemampuan intelektual serta yang diperoleh
dari belajar selama waktu tertentu. Pentingnnya kemampuan berpikir pada pelaksanaan
pembelajaran matematika jika dihubungkan dengan teori piaget ( teori perkembangan
kognitif ).
Maka berdasarkan teori ini, proses belajar dapat berlangsung apabila terjadi proses
pengolahan data yang aktif dipihak pembelajran. Pengolahan data yang aktif merupakan
aktifitas lanjutan dari kegiatan mencari informasi dan di lanjutakan dengan kegiatan
penemuan (Gredler dalam Soviawati, 2011 : 82). Bruner membangun teori belajar yang
dinamakan dengan teori Bruner. Menurut teori ini, belajar merupakan proses aktif di mana
siswa mengkonstruk gagasan atau konsep baru berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Siswa menyeleksi dan mengubah informasi mengkonstruksi hipotesis
dan membuat keputusan didasarkan pada struktur kognitif (Kamarga dalam Soviawati,
2011 : 182-83).
Menurut Bruner dalam Soviawati (2011 : 83) bahwa pengembangan dalam
pembelajaran menjelaskan, bahwa “ Mengajarkan suatu pelajaran kepada siswa pada usia
manapun dapat memperkenalkan struktur keilmuan pada pelajaran tersebut asalkan
disesuaikan dengan cara berfikir siswa”. Berdasarkan teori yang dikemukakan, Zruner
mengajarkan untuk mengajarkan disiplin ilmu pada siswa sehingga terjadi apa yang
dinamakan dengan transfer of training yaitu pemahaman terhadap struktur keilmuan yang
menyebabkan bahan pelajaran menjadi lebih komprehensif.
Sebenarnya kemampuan berpikir seorang siswa dapat dilatih sejak usia dini sesuai
dengan pendapat Nasution (2008 : 24) yang mengatakan bahwa kemampuan berpikir
adalah sekumpulan ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Tetapi
banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan berpikir siswa, Kemampuan
berpikir seorang siswa sebenarnya dapat ditingkatkan, salah satunya dengan memberikan
pertanyaan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan serta dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir merupakan salah satu faktor penting yang
harus diperhatikan oleh setiap guru, karena seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan
berpikir yang baik apabila hasil belajar siswa tersebut jauh lebih maksimal atau sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah.
Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat
mereka. Berikut ini akan dijelaskan macam - macam berpikir, yaitu :
18
1. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya, misal; penalaran tentang panasnya api yang dapat
membakar jika dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.
2. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat, misal; dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu
pada saat yang sama dala satu kesatuan.
3. Berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau
wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan,
dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
4. Berpikir realistik: berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata,
biasanya disebut dengan nalar (reasoning). Ada tiga macam berpikir realistik, antara
lain :
a) Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere
(de berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti ‘mengantar’, ‘memimpin’). Dengan demikian,
kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar dari satu hal ke hal lain’.
Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang
bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan.
b) Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir yang bertolak dari
satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi).
Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomenafenomena
yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum
melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, proses penalaran itu juga disebut
sebagai corak berpikir ilmiah. Namun, induksi tidak akan banyak manfaatnya jika tidak
diikuti oleh proses berpikir deduksi.
c) Berpikir induktif
Berfikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian
(data) yang ada di sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah
sintesis. Tingkatan berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini
mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan.Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara
berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung pada representatif atau
tidaknya sampel yang diambil, yang mewakili fenomena keseluruhan.Makin besar jumlah
19
sampel yang diambil, makin representatif dan makin besar taraf validitas dari kesimpulan
itu, demikian juga sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan
pula oleh obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang
diselidiki (Purwanto, 1998 : 47-48).
d) Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya
suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan.
Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Perlu diingat bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai
macam faktor. Suatu masalah yang sama mungkun menimbulkan pemecahan yang
berbeda-beda pula. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara
lain, yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang
tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang
tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.
Selain jenis-jenis berpikir yang telah disebutkan di atas, masih ada pendapat lain
dari beberapa ahli.
1. Morgan dkk. membagi dua jenis berpikir, yaitu;
Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangatpribadi
menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi.
Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.
2. Menurut Kartono ada enam pola berpikir, yaitu :
Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau
disempurnakan keluasannya.
Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut
kelas-kelas tingkat tertentu.
Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antarperistiwa atas dasar
kemiripannya
Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang
lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih
dangkal dan seringkali tidak logis.
20
b. Kemampuan Berfikir Matematis
Menurut Sumarmo (2010 : 4) istilah berfikir matematis diartikan sebagai cara
berfikir berkenaan dengan proses matematika atau cara berfikir dalam menyelesikan
matematis baik yang sederhana maupun yang kompleks. Merujuk pendapat dari ahli
tersebut berfikir matematis dapat diartikan sebagi proses berfikir untuk menyelesaikan
soal matematis baik yang tingkat rendah maupun tingkat tinggi.
Berfikir matematis dikaitkan dengan konsep berfikir tersebut berarti ”cara untuk
meningkatkan pengertian terhadap matematika dengan menyusun data dan informasi
yang diperoleh melalui penelitian atau pengkajian terhadap obyek-obyek matematika.
Sebelum dapat menggunakan cara berfikir matematis, ada suatu tahap pendahuluan
dimana informasi dipisah-pisahkan dan kemudian diterjemahkan kedalam simbol-simbol.
Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah bahwa berfikir matematis merupakan
kemampuan seseorang untuk menghubung-hubungkan permasalahan sehingga
menghasilkan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah tersebut. Yang dimaksud
dengan menghubung-hubungkan masalah tersebut yaitu melakukan langkah langkah yang
bersifat penyelidikan dan pengkajian yang sistematis. (Sumarmo, 2010 : 18).
Dan pada dasarnya siswa memiliki kemampuan berpikir dari diri sendiri yang
merupakan benih kodrati untuk ditumbuh kembangkan untuk mengoptimalisasi diri
potensi dalam proses pembelajaran seperti pendapat A. Chaeder Alwasilah dalam Johson
(2007 : 69) bahwa peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan memiliki kemampuan
berpikir diri yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuh kembangkan tanpa henti.
Proses belajar mengajar (pembelajaran) merupakan optimalisasi potensi diri sehinggga
dicapailah kualitas yang ideal dan relatif permanen.
2.1.3 Materi Aljabar Kelas VIII
1. Bentuk Aljabar
a. Pengertian Bentuk Aljabar
Bentuk Aljabar adalah kalimat matematika matematika yang didalamnya terdapat
suku rangkayang koefisien, variabel, dan konstanta menggunakan operasi aljabar.
Contoh:
Tentukan jenis, suku, variabel, dan koefisien dari bentuk aljabar 2x+14y+5
21
Koefisien
Variabel konstanta
2x + 14y + 5suku suku suku
Bentuk Aljabar
Contoh di atas merupakan bentuk aljabar suku tiga.
Suku-suku adalah 2x, 14y dan 5
Variabelnya adalah x, dan y
Koefisiennya adalah 2 dan 14
Konstantanya adalah 5.
Latihan
1) Tentukan banyak suku dari bentuk aljabar dengan cara menyebutkannya!
5 + x – 2y
-p + 7
3
2) Tentukan jenis, suku, variabel, dan koefisien dari bentuk aljabar 8x3 + 4y2 – z
b. Pengertian Suku Sejenis dan Berbeda Jenis
Dua suku atau lebih jika memiliki variabel yang sama disebut suku sejinis jika
memiliki variabel yang berbeda, maka disebut suku tidak sejenis.
Contoh :
Suku Sejenis
5x + 7y - 6x + 9y
Suku Sejenis
c. Penjumlahan Dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Bentuk-bentuk aljabar yang mengandung suku sejenis dapat disederhanakan dengan
cara menjumlahkan dan menguranginya, sedangkan suku-suku yang tidak sejenis tidak