15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Peran teori sangat penting untuk menjelaskan fenomena dan merumuskan suatu hipotesis penelitian. Penelitian ini menggunakan signalling theory (teori sinyal) sebagai grand theory, dengan teori pendukung yang menjelaskan secara lebih detail mengenai ERM disclosure, IC disclosure, nilai perusahaan, dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian terdahulu juga diperlukan untuk merancang konsep-konsep yang mampu menjelaskan objek penelitian yang diteliti. Penelitian ini juga didukung oleh beberapa penjabaran hasil penelitian-penelitian sebelumnya. 2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan bagi keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran tentang keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan mengenai pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
27
Embed
BAB II signalling theory (t eori , dengan teori pendukung ...erepo.unud.ac.id/11708/3/b893c73f96537d8e83299a26cf047046.pdfpasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Peran teori sangat penting untuk menjelaskan fenomena dan merumuskan
suatu hipotesis penelitian. Penelitian ini menggunakan signalling theory (teori
sinyal) sebagai grand theory, dengan teori pendukung yang menjelaskan secara
lebih detail mengenai ERM disclosure, IC disclosure, nilai perusahaan, dan
ukuran perusahaan. Hasil penelitian terdahulu juga diperlukan untuk merancang
konsep-konsep yang mampu menjelaskan objek penelitian yang diteliti. Penelitian
ini juga didukung oleh beberapa penjabaran hasil penelitian-penelitian
sebelumnya.
2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan bagi keputusan investasi pihak di luar perusahaan.
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena
informasi pada hakikatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran tentang
keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan dan mengenai pasaran efeknya. Informasi
yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di
pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
16
keputusan investasi. Pengumuman yang mengandung nilai positif diharapkan
dapat berdampak pada reaksi pasar pada waktu pengumuman tersebut diterima
oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal
buruk (bad news). Pengumuman informasi yang merupakan good news bagi
investor akan berdampak pada perubahan dalam volume perdagangan saham.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi
signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan
tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
informasi financial yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan
informasi nonfinancial yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan
mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna
laporan tersebut. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi
risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio
dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Perusahaan
yang ingin sahamnya dibeli oleh investor harus melakukan pengungkapan laporan
keuangan secara terbuka dan transparan.
Teori Signal menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal perusahaan.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat
asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal. Pihak eksternal
17
kemudian menilai perusahaan sebagai fungsi dari mekanisme signalling yang
berbeda-beda. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang
rendah untuk perusahaan, dan kemungkinan lain pihak eksternal yang tidak
memiliki informasi akan berpersepsi sama tentang nilai semua perusahaan.
Pandangan seperti ini akan merugikan perusahaan yang memiliki kondisi yang
lebih baik karena pihak eksternal akan menilai perusahaan lebih rendah dari yang
seharusnya dan demikian juga sebaliknya. Signalling theory melandasi
pengungkapan sukarela. Sinyal ini berupa informasi mengenai upaya yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang dapat menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Manajemen selalu berusaha untuk
mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati
investor dan pemegang saham khususnya jika informasi tersebut merupakan berita
baik (good news). Manajemen juga berminat menyampaikan informasi yang dapat
meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi
tersebut tidak diwajibkan. Pengungkapan yang bersifat sukarela merupakan signal
positif bagi perusahaan. Pengungkapan IC merupakan salah satu pengungkapan
sukarela yang bisa menjadi sinyal positif bagi perusahaan kepada pengguna
informasi keuangan.
2.1.2 ERM Disclosure
Risiko merupakan situasi ketika terdapat ketidakpastian mengenai dampak
yang terjadi, keuntungan maupun kerugian (Institute of Chartered Accountants in
18
England and Wales, 2002). Risiko yang dihadapi perusahaan dibagi menjadi
risiko keuangan, risiko operasi, risiko teknologi, risiko integritas, dan risiko
strategi (Linsley dan Shrives, 2006). Risiko keuangan merupakan risiko yang
berkaitan dengan instrumen keuangan perusahaan seperti risiko pasar, kredit,
likuiditas, serta tingkat bunga atas arus kas. Risiko operasi berkaitan dengan
kepuasan pelanggan, pengembangan produk, pencarian sumber daya, kegagalan
produk, dan lingkungan. Risiko teknologi berkaitan dengan akses, ketersediaan,
dan infrastruktur. Risiko integritas berkaitan dengan kecurangan manajemen dan
karyawan, tindakan ilegal, dan reputasi. Risiko strategi berkaitan dengan
pengamatan lingkungan, industri, portofolio bisnis, pesaing, peraturan, politik dan
kekusaan. Semua elemen yang terdapat dalam risiko harus dapat dikelola oleh
perusahaan. Pengelolaan risiko dapat mempengaruhi tujuan perusahaan. Risiko
harus dapat dikelola dengan baik sehingga risiko yang ada tidak berdampak buruk
pada perusahaan, tetapi dapat membantu perusahaan dalam memahami
ketidakpastian kondisi ekonomi.
Pengelolaan atas risiko yang dihadapi perusahaan disebut dengan
manajemen risiko. Manajemen risiko adalah proses dan metode yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengelola risikonya yang berhubungan dengan pencapaian
tujuan-tujuan perusahaan (Amran et al., 2009). Manajemen risiko yang dipilih
setiap perusahaan umumnya berbeda satu sama lain, walaupun perusahaan-
perusahaan tersebut dalam industri yang sejenis yang mungkin menghadapi risiko
yang serupa. Hal ini dikarenakan manajemen yang berbeda memiliki strategi
pengelolaan, toleransi terhadap risiko, dan tujuan yang berbeda pula, sehingga
19
penting bagi investor untuk lebih memperhatikan kunci risiko bisnis dan
pengelolaan risiko yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Lajili dan Zeghal
(2005), kerangka kerja manajemen risiko melibatkan proses-proses sebagai
berikut.
1) Mengidentifikasi, mengukur, dan menilai tipe atau jenis risiko yang mungkin
dihadapi perusahaan.
2) Memilih metode atau tindakan strategis yang tepat untuk mengontrol risiko,
termasuk menentukan pilihan untuk menghindari risiko, mengurangi risiko,
atau memindahkan risiko ke pihak lain.
3) Memonitor dan mengawasi semua tindakan yang direncanakan untuk
mengatasi risiko yang mungkin dihadapi.
Pengungkapan merupakan penyampaian informasi yang bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan. Pengungkapan memiliki tiga konsep, yaitu
pengungkapan yang cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full) (Ghozali
dan Chariri, 2007). Pengungkapan yang cukup berarti mencakup pengungkapan
minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.
Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar saat memberikan
perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan,
sedangkan pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya menyajikan
semua informasi yang relevan (Ghozali dan Chariri, 2007). Linsley dan Shrives
(2006), menyatakan bahwa perusahaan dikatakan telah mengungkapkan risiko jika
pembaca laporan tahunan diberi informasi mengenai prospek, bahaya, kerugian,
dan ancaman yang akan berdampak bagi perusahaan pada masa sekarang ataupun
20
dimasa mendatang. Penyampaian informasi mengenai risiko tersebut menjadi
kebutuhan stakeholder. Beberapa peneliti menyatakan manfaat dan pentingnya
pengungkapan risiko yaitu sebagai berikut.
1) Menyediakan transparansi yang lebih besar dan meningkatkan kepercayaan
investor (Linsley dan Shrives, 2006; Abraham dan Cox, 2007; Latridis,
2008).
2) Memperbaiki image perusahaan dan memberi informasi kepada stakeholder
mengenai kemampuan manajerial perusahaan dalam mengelola risiko
(Latridis, 2008 dalam Hassan, 2009).
3) Dapat menentukan profil risiko perusahaan, estimasi nilai pasar, dan akurasi
ramalan harga sekuritas bagi investor (Beretta dan Bozzolan, 2004).
4) Mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan investor serta untuk
mengurangi biaya pendanaan eksternal perusahaan (Bujaki et al., 1999 dalam
Aljifri dan Hussainey, 2007).
ERM disclosure dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko
yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas upaya perusahaan dalam
mengendalikan risiko. ERM disclosure berpotensi memiliki manfaat untuk para
analis, investor, dan stakeholders (Amran et al., 2009). Setiap perusahaan publik
diwajibkan membuat laporan tahunan sebagai sarana pertanggungjawaban
terutama kepada pemegang saham. Laporan tahunan (annual report) merupakan
laporan yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan setahun sekali yang
berisi informasi financial dan nonfinancial perusahaan yang berguna bagi pihak
stakeholders untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tersebut.
21
Informasi yang dimuat dalam laporan tahunan ini lebih dikenal dengan istilah
pengungkapan laporan tahunan atau annual report disclosure. Ada dua
pengungkapan dalam pelaporan keuangan tahunan yang telah ditetapkan oleh
Bapepam No. Kep. 38/ PM/ 1996 kemudian direvisi dalam Bapepam Nomor Kep-
134/ BL/ 2006, dan berdasarkan ketentuan dari Ikatan Akuntansi Indonesia
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan
Publik yaitu sebagai berikut.
1) Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yaitu informasi yang harus
diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu
negara.
2) Voluntary disclosure yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela
oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Perusahaan akan
melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika
tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan kompetitif yang dapat
memberikan manfaat bagi perusahaan, dan merasa pengungkapan semacam
itu akan dapat membantu menurunkan biaya modal. Perusahaan-perusahaan
akan mengungkapkan lebih sedikit apabila merasa pengungkapan tersebut
akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk
perusahaan di depan berbagai pihak.
Pengungkapan manajemen risiko perusahaan merupakan salah satu elemen
dari informasi laporan nonfinancial perusahaan. Berdasarkan ERM framework
yang dikeluarkan COSO, terdapat 108 item ERM disclosure yang mencakup
delapan dimensi yaitu: (1) lingkungan internal, (2) penetapan tujuan, (3)
22
identifikasi kejadian, (4) penilaian risiko, (5) respon atas risiko, (6) kegiatan
pengawasan, (7) informasi dan komunikasi, dan (8) pemantauan (Desender,
2007). Kedelapan komponen ini diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
perusahaan yang meliputi tujuan strategis, operasional, pelaporan keuangan,
maupun kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Berikut ini adalah
komponen-komponen ERM.
1) Lingkungan internal (internal environment)
Lingkungan internal sangat menentukan karakteristik dari sebuah organisasi
dan memberi dasar bagi cara pandang terhadap risiko dari setiap orang dalam
organisasi tersebut. Lingkungan internal ini termasuk, filosofi manajemen
risiko dan risk appetite, nilai-nilai etika dan integritas.
2) Penentuan tujuan (objective setting)
Tujuan perusahaan harus ada terlebih dahulu sebelum manajemen dapat
mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berpotensi mempengaruhi
pencapaian tujuan tersebut. ERM memastikan bahwa manajemen memiliki
sebuah proses untuk menetapkan tujuan yang dipilih atau ditetapkan serta
mendukung misi perusahaan dan konsisten dengan risk appetite-nya.
3) Identifikasi kejadian (event identification)
Kejadian internal dan eksternal yang mempengaruhi pencapaian tujuan
perusahaan harus diidentifikasi dan dibedakan antara risiko dan peluang.
Peluang dikembalikan (channeled back) kepada proses penetapan strategi
atau tujuan manajemen.
23
4) Penilaian risiko (risk assessment)
Risiko dianalisis dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya
(likelihood) dan dampaknya (impact), sebagai dasar bagi penentuan
pengelolaan risiko tersebut.
5) Respon risiko (risk response)
Manajemen memilih respon risiko untuk menghindar (avoiding), menerima
(accepting), mengurangi (reducing), atau mengalihkan (sharing risk) dan
mengembangkan satu set kegiatan agar risiko tersebut sesuai dengan toleransi
(risk tolerance) dan risk appetite.
6) Kegiatan pengendalian (control activities)
Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan diimplementasikan untuk
membantu memastikan respon risiko berjalan dengan efektif.
7) Informasi dan komunikasi (information and communication)
Informasi yang relevan diidentifikasi, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan
waktu yang memungkinkan setiap orang menjalankan tanggungjawabnya.
8) Pengawasan (monitoring)
Keseluruhan proses ERM dimonitor dan modifikasi dilakukan apabila perlu.
Pengawasan dilakukan secara melekat pada kegiatan manajemen yang
berjalan terus-menerus, melalui evaluasi secara khusus, atau dengan
keduanya.
Badan regulator di Indonesia mengeluarkan aturan-aturan yang
mensyaratkan adanya informasi terkait risiko yang dilaporkan perusahaan dalam
annual report, seperti yang tertuang dalam PSAK No. 60 (Revisi 2010) tentang
24
Instrumen Keuangan: Pengungkapan, yang menyebutkan bahwa informasi yang
dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi jenis dan
tingkat risiko dari instrumen keuangan harus diungkapkan. Pengungkapan
informasi tersebut berupa pengungkapan kualitatif dan pengungkapan
kuantitatif. Dalam pengungkapan kualitatif, entitas diwajibkan mengungkapkan
eksposur risiko, bagaimana risiko timbul, tujuan, kebijakan dan proses
pengelolaan risiko serta metode pengukuran risiko. Dalam pengungkapan
kuantitatif, entitas diharuskan mengungkapkan risiko kredit, risiko likuiditas, dan
risiko pasar termasuk membuat analisis sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar.
Peraturan lain yang mengatur tentang pengungkapan risiko adalah
Keputusan Ketua Bapepam LK Nomor: Kep-431/ BL/ 2012 mengenai
Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik,
bahwa perusahaan diharuskan untuk menyajikan penjelasan mengenai risiko-
risiko yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha yang dihadapi perusahaan
serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut. Bank
Indonesia juga memiliki ketentuan tersendiri terkait dengan permasalahan
pengungkapan risiko seperti yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor: 14/ 14/ PBI/ 2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank.
Peraturan tersebut mengharuskan Bank untuk menyusun Laporan Tahunan paling
kurang mencakup jenis risiko dan potensi kerugian (risk exposures) yang dihadapi
Bank serta praktek manajemen risiko yang diterapkan Bank.
Bagi Bank Umum Konvensional praktek manajemen risiko minimum
mengenai risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko
25
strategik, risiko reputasi, risiko kepatuhan, dan risiko hukum. Perusahaan
keuangan memiliki ketentuan yang lebih ketat terkait pengungkapan risiko
daripada perusahaan nonkeuangan. Ketentuan yang membedakan keduanya yaitu
selain harus memenuhi ketentuan PSAK 60 dan Keputusan Ketua Bapepam LK
Nomor: Kep-431/ BL/ 2012, perusahaan keuangan juga diwajibkan memenuhi
ketentuan minimum pengungkapan seperti yang disyaratkan dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 14/ 14PBI/ 2012. Ketentuan lain yaitu perusahaan