22
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
Landasan teori pada bab ini akan menjelaskan teori-teori para
ahli sastra sebagai dasar penelitian. Landasan teori yang digunakan
untuk mendukung penelitian ini antara lain: Karya Sastra, Aspek
Moralitas dan Moral, Pendekatan Moral dalam Analisis Sastra, Tokoh
dan Penokohan, Fiksi dalam Kajian Film.
1. Karya Sastra
Dalam sebuah karya sastra bersumber dari kenyataan-kenyataan
yang hidup di dalam masyarakat (realitas-objektif), akan tetapi
karya sastra bukanlah hanya pengungkapan realitas objektif itu
saja. Di dalamnya diungkapkan pula nilai-nilai yang lebih tinggi
dan lebih agung dari sekedar realitas objektif itu. Karya sastra
bukanlah semata tiruan dari pada alam (imitation of nature) atau
tiruan daripada hidup (imitation of life), akan tetapi karya sastra
juga merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam dan kehidupan itu
(interpretation of life).
Karya sastra juga mengungkapkan tentang masalah-masalah manusia
dan kemanusiaan. Tentang makna hidup dan kehidupan. Ia melukiskan
penderitaan-penderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang dan
kebencian, nafsu dan segala yang dialami manusia. Dengan karya
sastra, pengarang hendak menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi
dan lebih agung. Mau menafsirkan tentang makna hidup dan hakekat
hidup.
Sebuah karya sastra dapat saja menceritakan tentang kehidupan
binatang, namun sebetulnya kehidupan binatang itu dimaksudkan
sebagai lambang atau gambaran dari kehidupan manusia.
Ada dua daya yang harus dimiliki oleh seorang pengarang. Yakni
daya kreatif dan daya imajinatif. Daya kreatif adalah daya untuk
menciptakan hal-hal yang baru dan asli. Manusia penuh dengan seribu
satu kemungkinan tentang dirinya. Maka seorang pengarang berusaha
memperlihatkan kemungkinan tersebut, memperlihatkan masalah-masalah
yang bervariasi dalam karya sastra-karya sastra yang ia tulis.
Sedang daya imajinasi adalah kemampuan membayangkan serta
menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa. Seorang pengarang
yang memiliki daya imajinasi yang kaya ialah apabila ia mampu
memperlihatkan dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan, kehidupan
dan masalah-masalah serta pilihan-pilihan alternatif yang mungkin
dihadapi manusia. Kedua daya itu akan menentukan berhasil tidaknya
sebuah karya sastra.
Sebuah karya sastra juga memiliki keindahan atau estetik, nilai
moral, dan nilai-nilai yang bersifat konsepsional. Dengan kata
lain, kesusastraan merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia melalui bahasa
sebagai medium yang mempunyai efek positif terhadap kehidupan
manusia.
Keberadaan kesusastraan yang demikian berasal dari proses
penciptaan dari realitas objektif, fakta-fakta faktual yang diubah
menjadi fakta-fakta imajinatif dan bahkan fakta-fakta yang
artistik. Sehingga pesan-pesan moral yang disajikan menjadi
pesan-pesan artistik yang ditawarkan dalam keterpesonaan dan
senandung.
Karena itu, minat masyarakat terhadap karya sastra semakin
meningkat sehingga dirasakan perlu untuk menggali khazanah
kesusastraan terutama Kesusastraan Indonesia sendiri. Untuk itu,
kita perlu mengenal kesusastraan lebih jauh, terutama beberapa
teori. Para ahli sastra mendefinisikan karya sastra untuk
mempermudah pemahaman para pecinta karya sastra. Berikut ini ada
beberapa definisi karya sastra menurut para ahli karya sastra
diantaranya:
Soeratno (2011:77) menyatakan bahwa Karya sastra adalah wahana
komunikasi estetis antara pengarang dan pembaca dan adanya
kesadaran sastra adalah ekspresi menggunakan bahasa yang mengundang
tanggapan pembaca, resepsi sudah berkembang.
Berdasarkankutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa karya sastra
adalah ungkapan atau ekspresi diri yang disampaikan oleh pengarang
kepada para pembacanya.
Sastra dapat diartikan sebagai aliran yang menampilkan suatu
pengertian atau pemahaman bahwa manusia seolah-olah tidak berarti,
tidak memiliki nilai-nilai yang positif, dan tingkah laku para
tokoh selalu bertentangan dengan etika yang ada dalam
masyarakat.(Martin Esslin, 1987:11)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dideskripsikan bahwa karya
sastra merupakan pengajaran yang memberikan suatu pemahaman yang
bertolak belakang dengan realita kehidupan manusia.
Karya sastra adalah hasil ciptaan oleh seorang pengarang yang ia
refleksikan dalam sebuah tulisan sebagai suatu seni yang indah yang
didapatkan disepanjang sejarah kehidupan manusia karna karya sastra
sangat diperlukan oleh manusia.(Melani Budianta, 2003:32)
Dari kutipan tersebut, dapat diuraikan bahwa dengan karya
sastra, seseorang dapat mengembangkan kreativitasnya dalam
menghasilkan suatu karya yang adalah cerminan atau refleksi dari
kejadian atau perjalanan kehidupan manusia dan dapat membantu untuk
menemukan jati dirinya melalui karya sastra yang dibacanya. Atau
bahkan menceritakan kisahnya dengan mengemasnya lebih indah melalui
tulisan.
Karya sastra adalah buah hasil kreativitas yang memiliki unsur
seni yang indah dan memiliki makna yang dalam atau sebuah anak anak
kehidupan yang kreatif dari seorang penulis dan yang berusaha untuk
mengungkapkan pribadi pengarang yang ia tuangkan dalam bentuk
tulisan yang mengandung makna tertentu. (Selden, 2013:1)
Dari kutipan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karya
sastra merupakan buah atau hasil kreativitas seorang penulis dalam
menjabarkan jati dirinya kepada para pecinta karya seni khususnya
karya sastra.
Berdasarkan pandangan beberapa pakar tentang definisi sastra,
maka dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra merupakan sebuah
usaha sastrawan dalam menyampaikan ide atau pemikiran melalui
sebuah tulisan yang indah dan dapat dinikmati oleh sastra dan
memberikan manfaat bagi penikmatnya.
2. Aspek Moralitas dan Moral
Dalam kehidupan manusia, moralitas merupakan kualitas dalam
perbuatan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu benar atau
salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik-buruknya
perbuatan seseorang yang dapat dibuktikan. Bahkan nilai-nilai
moralitas yang tedapat dalam sebuah karya sastra berbentuk novel
dapat ditemukan melalui pembuktian pada setiap perilaku tokoh yang
diceritakan. Sehingga akan lebih nampak pesan moral yang ingin
disampaikan oleh pengarangnya.
Pembuktian moralitas yang dimaksud adalah suatu usaha penelitian
atau penyelidikan yang menyeluruh tentang proses pencarian dalam
menanamkan norma moralitas pada sebuah karya sastra berbentuk novel
atau film.
Dalam Common Morality: Deciding What To Do, Bernard Gert
menyatakan:
Morality is an informal public system that applying to all
rational persons, governing behavior that affects others or
possible to the people around the world, and has the lessening of
evil or harm as its goal.(Gert, 2004:27)
Dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan bahwa secara tidak
langsung moralitas menjadi sebuah hukum informal yang berfungsi
mengatur perilaku seseorang dan diterima oleh semua orang menurut
sudut pandang mereka masing-masing, yang bertujuan untuk mengurangi
sebuah tindakan kejahatan dan merugikan orang lain.
Moralitas merupakan akar kata dari mores (Latin) untuk
menunjukkan kode-kode, norma-norma atau perilaku-perilaku maupun
adat istiadat kebiasaan dalam suatu lingkungan atau suatu daerah
tertentu yang turun temurun dan tetap dipertahankan dan
dilestarikan keberadaannya yang menjadi suatu tradisi atau
kebiasaan yang bernilai tinggi dan mulia, baik individu maupun
kelompok. Dalam arti yang sangat luas yang berarti sopan santun,
ahlak, budi pekerti, tata krama dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan etika, seperangkat pertimbangan untuk melakukan sesuatu yang
dianggap benar dan yang tidak merugikan orang lain atau menyinggung
orang lain .(Freud,2013:295)
Dari kutipan tersebut dapat diuraikan bahwa moral diartikan
sebagai sikap sopan santun, seperti bagaimana seseorang harus
menghormati satu sama lain. Dan hal-hal kecil lain yang berkaitan
dengan sikap sopan santun untuk menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Moralitas baik adalah moral yang menyangkut hubungan manusia
dengan kehidupan diri pribadinya sendiri atau tentang cara manusia
memperlakukan dirinya sendiri. Moral baik ini mencakup: kepatuhan,
rela berkorban, jujur, rendah hati. Sedangkan moral buruk adalah
moral yang menyangkut perilaku seseorang yang dapat merugikan
manusia yang satu dengan manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat
atau lingkungan sekitarnya. Atau dengan kata lain, bagaimana
manusia itu sendiri tidak memberikan dampak positif antara manusia
yang satu dengan manusia yang lain dalam membentuk suatu hubungan,
apakah itu hubungan yang baik atau hubungan yang buruk yang
bergantung pada apa yang dilakukan oleh dua individu atau bahkan
lebih dalam mengisi kehidupan ini. Moral buruk ini mencakup:
sombong, iri hati, kecemburuan, pikiran kotor, tidak perduli dengan
nasib orang lain. (Sulistyorini, 2011:4)
Kutipan dari beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa
moral adalah sebuah aturan informal yang berlaku di masyarakat yang
mengatur perilaku manusianya seperti bersikap sopan, menghargai dan
menghormati orang lain, saling menolong dan perbuatan-perbuatan
baik lain. Jenis moral dibagi menjadi dua, yaitu moral baik dan
moral buruk.
3. Pendekatan Moral dalam Analisis Sastra
Sebuah karya sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang
beralun-alun dan penuh irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan:
temanya, amanatnya dan strukturnya. Ada beberapa nilai yang harus
dimiliki oleh sebuah sastra. Nilai-nilai itu adalah: nilai-nilai
estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat
konsepsional. Ketiga nilai tersebut sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan sama sekali. Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang
memiliki nilai-nilai moral. Tidak ada keindahan tanpa moral.(Mursal
Esten: Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah).
The extend to which people and communities can take part,
fluently effectively and critically, in the various text- and
discorse based- events that characterize contemporary semiotic
societies and economies. To be literate is to be an everyday
participant in literate societies, themselves composed of a vast
range of sites, locations and events that entail print, visual,
digital, and analogue media (Bull and Anstey,2013:53)
Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa sebuah karya sastra
juga merupakan cerminan dari perstiwa-peristiwa kehidupan manusia
yang pernah terjadi di masa yang lampau atau bahkan dalam situasi
yang sedang berlangsung yang mungkin berada di sekitar kita yang
dikemas sedemikian rupa dan berupaya membuatnya lebih menarik dalam
bahasa yang indah sehingga dapat dilihat, dimengerti atau dipahami
dan dinikmati dan dapat memberikan nilai-nilai yang positif serta
mampu dalam menyajikan pelajaran-pelajaran yang sangat berarti bagi
kehidupan kehidupan manusia itu sendiri serta lingkungan
sekitarnya..
Pendekatan pragmatik yang memandang suatu makna karya sastra
serta yang dapat ditentukan oleh publik pembaca selaku penyambut
hasil karya sastra seseorang. Dengan demikian, karya sastra dapat
dipandang sebagai karya seni yang berhasil atau dapat mempengaruhi
banyak orang yang membacanya serta unggul apabila bermanfaat bagi
masyarakat atau publiknya, seperti menyenangkan, atau
mendidik.(Yudiono,2009:42)
Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa pendekatan moral
dalam analisis sastra disebut juga sebagai pendekatan pragmatik.
Karya sastra dipandang berhasil atau dipandang dapat memberikan
perubahan-perubahan yang positif yang sangat besar yang bisa
mengubah hidup sesorang yang tentunya ke arah yang lebih baik di
dalam bersikap atau berperilaku jika memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan moral dalam analisis sastra disebut juga sebagai
pendekatan pragmatik. Karena menitik beratkan pada bagaimana sebuah
sastra dapat menyajikan atau menyampaikan pesan moral bagi para
penikmat karya sastra terutama karya sastra pada sebuah film.
4. Tokoh dan Penokohan
Dalam sebuah karya sastra, tokoh dan penokohan adalah unsur yang
sangat penting dan diperlukan agar sebuah film berkesinambungan
guna jalannya cerita. Dengan adanya tokoh dan penokohan, maka jalan
cerita akan tergambar lewat paparan sang penulis. Penokohan dapat
menjadi berkembang atau tetap tergantung dari sang penulis
menggambarkan tokohnya melalui penokohan yang ada dalam film
melalui ide dan imajinasi sang pengarang.
Jadi bagian terpenting dari sebuah cerita tidak hanya terletak
pada plot atau tema sebuah karya sastra saja, melainkan juga pada
pelaku cerita itu sendiri yang disebut dengan tokoh.
Tokoh menunjuk kepada seseorang sebagai pelaku cerita baik dalam
novel maupun film. Dan berbagai karakter yang dilakoni atau
diperankan oleh seorang tokoh dan beberapa hal yang mempengaruhinya
di dalam suatu cerita yang dimainkannya. Abrams(1981:20) memaparkan
defenisi dalam suatu tokoh cerita adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama dalam berbagai
peran yang mereka mainkan atau yang mereka pertunjukkan dan yang
oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan atau perbuatan (dalam Nurgiyantoro, 2002:165)
Dari kutipan tersebut di atas, dapat dideskripsikan bahwa tokoh
merupakan karangan imajinatif atau khayalan oleh para sastrawan
sebagai salah satu media atau alat penyampai cerita melalui ucapan
dan tindakan dan yang dapat ditafsirkan atau diterjemahkan oleh
diri sendiri atau penikmat sastra. Pesan moral yang ingin
disampaikan sastrawan pun tanpa disadari telah memberikan suguhan
tersendiri yang sangat melekat pada tokoh sehingga mampu
menghipnotis para penikmat sastra yang akan menangkap pesan
tersebut lebih mudah tanpa terkesan menggurui dan lebih alami.
Tokoh, menurut Teguh ( 2013:14) adalah seseorang atau individu
rekaan yang mengalami berbagai peristia-peristiwa baik atau
buruknya peristiwa yang dialaminya dan dalam suatu peran yang
dimainkannya atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam suatu
cerita
Dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan bahwa tokoh merupakan
pelaku yang berperan dalam berbagai tindakan ataupun yang mengalami
suatu kejadian yang baik maupun kejadian buruk atau bahkan mungkin
mengalami hal yang tragis di dalam akhir cerita yang terdapat dalam
suatu cerita.
There are two kinds of character in the story. There are main
character and minor character. Main character is a character who
plays an important role of a character who is often focused on and
given some commnets by the author. Minor character is a character
who function as a supporting character, plays additional role and
gives support to the main character.(Resminy, 2007:13)
Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa ada dua jenis tokoh
atau character, yaitu main character atau tokoh utama dan minor
character atau tokoh pembantu. Tokoh utama merupakan tokoh yang
ditulis di hampir disetiap plot kejadian dari awal hingga akhir
cerita atau dengan kata lain bisa dikatakan bahwa tokoh utama
mendapat lebih banyak porsi dalam peran yang ia mainkan, tetapi
tidak berarti bahwa perannya lebih penting dibanding dengan
peran-peran yang lain atau sebut saja peran pendukung. Sedangkan
tokoh pembantu adalah tokoh yang hanya muncul di beberapa plot
kejadian untuk membantu menghidupkan tokoh utama saja dan
melahirkan suasana yang baru yang bisa membuat ceritanya lebih
menarik dan merasa rugi untuk dilewatkan.
Flat characters are characterized by one or two traits that they
can be summed up into a sentence, meanwhile round characters are
complex and many-sided that they might require an essay for full
analysis.(Kennedy;2005:43)
Dari kutipan di atas, dapat dideskripsikan bahwa tokoh datar
adalah tokoh yang hanya memiliki satu sisi kepribadian saja, baik
atau buruk, dengan penokohan yang cenderung hitam putih atau
monoton, serta tidak mengalami perubahan kepribadian sepanjang
cerita. Sementara tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki lebih dari
satu sisi kepribadian dalam karakter yang dibawakannya, sehingga
penokohannya lebih kompleks dan tidak monoton, serta memungkinkan
terjadinya perubahan kepribadian.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh
dan penokohan mempunyai andil yang sangat penting dalam
menghidupkan sebuah karya sastra terutama dalam film, drama ataupun
novel. Selain itu, tokoh dan penokohan merupakan salah satu alat
penyampai pesan atau pemikiran si penulis. Karena tak jarang para
penikmat karya sastra terutama film memperoleh inspirasi dan
motivasi melalui tokoh yang diperankan dalam film tersebut.
5. Fiksi dalam Kajian Film
Fiksi merupakan hasil dialog yang dikarang atau ditulis
sedemikian rupa atau suatu buah karya yang tidak sesuai dengan yang
sebenarnya ( fakta yang ada ) yang dikemas semenarik mungkin, dan
reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan manusia maupun
alam sekitar. Walau hanya berupa khayalan saja, tidak benar jika
fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan
penghayatan dan perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan,
perenungan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Fiksi
merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung
jawab oleh seorang pengarang terhadap buah atau hasil
karyanya.(Burhan, 2000:3)
Dari kutipan diatas, dapat dideskripsikan bahwa karya fiksi
bersifat fiktif yang dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan
pengarang, tapi masih berpijak pada kebenaran yang sangat rasional
dan yang bisa diterima oleh siapa pun dan yang masuk akal pikiran
semua orang. Hal ini berarti semua kisah atau kejadian yang
diceritakan dalam karya fiksi tidak benar-benar terjadi atau hanya
fiktif saja, tetapi bisa saja terjadi karena mempunyai landasan
yang kuat atau bahkan mungkin terinspirasi oleh suatu kejadian dan
yang tidak terkesan melebih-lebihkan. Salah satu karya sastra yang
bersifat fiksi adalah film.
Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan
tanggung jawab penuh dari segi kreatifitas sebagai karya seni yang
membahas kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan
sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan
Tuhan. (Altenbernd dan Lewis, 2012:3)
Berdasarkan kutipan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
karya fiksi merupakan suatu imajinasi yang dilandasi dengan
kesadaran bahwa pentingnya interaksi atau hubungan dengan
lingkungan atau sesama manusia, terutama dengan Tuhan.
The understanding of literary elements can be very helpful in
analyzing literary work, for example, novel, drama and poetry.
Literary elements can be classified into two categories. They are
intrinsic and extrinsic elements. The intrinsic element of a
literary work includes elements which establish a literary work
inside. The elements are theme, plot, setting, character and
characterization, and figure of speech.(Semi,1998:31)
Berdasarkan teori pada kutipan di atas, dapat dideskripsikan
bahwa dalam karya sastra terdapat dua unsur, yaitu unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, plot, setting, tokoh
dan penokohan.
Analisis apek ekstrinsik karya sastra adalah analisis karya
sastra itu sendiri, dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat
kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu
sendiri. Analisis aspek intrinsik adalah analisis mengenai karya
sastra itu sendiri tanpa melihat kaitannya dengan data diluar cipta
sastra tersebut.(Wellek dan Warren,1962:81-110)
Berdasarkan kutipan teori di atas, dapat dijelaskan bahwa unsur
ekstrinsik merupakan unsur yang dipengaruhi oleh
kenyataan-kenyataan diluar dari karya itu sendiri.
Berdasarkan teori-teori diatas, dapat disimpulkan bahwa novel
merupakan salah satu jenis karya sastra fiksi yang mempunyai unsur
intrinsik dan ekstrinsik di dalamnya dan yang dikemas sedemikian
rupa dan berusaha menampilkan yang terbaik untuk menarik perhatian
masyarakat dan berharap dapat menampikan atau menyampaikan
nilai-nilai yang positif yang terkandung di dalam sebuah film.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori di atas, maka penulis menyusun
kerangka berpikir sebagai berikut:
Film merupakan salah satu jenis karya sastra yang paling menarik
diantara jenis karya sastra lain. Karena Film merupakan karya
sastra, maka film merupakan media yang digunakan oleh pengarang
dalam menyampaikan ide, pemikiran maupun pesan moral. Hal ini
penting untuk diketahui karena yang akan penulis teliti adalah
aspek moralitas dalam sebuah film.
Aspek moralitas menurut teori yang telah diuraikan di atas
dibagi menjadi dua yaitu, moral baik adalah moral yang menyangkut
hubungan manusia dengan kehidupan diri pribadinya sendiri atau
tentang cara manusia memperlakukan dirinya sendiri. Sedangkan moral
buruk adalah moral atau perilaku seseorang yang merugikan orang
lain atau yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain
dalam kehidupan bermasyarakat atau lingkungan sekitarnya yang akan
dijadikan penulis sebagai landasan teori dalam analisis aspek
moralitas pada film CAST AWAY karya William Broyles Jr, apabila
ditinjau dari pendekatan moral analisis sastra.
Penulis menggunakan pendekatan moral dalam analisis sastra yang
juga disebut sebagai pendekatan pragmatis untuk memperoleh data.
Karena film termasuk dalam karya fiksi, sehingga tokoh dan
penokohan dalam sebuah film juga memiliki peran yang sangat penting
dalam penyampaian pesan.
Dengan demikian, film tidak hanya sebagai sebuah cerita
imajinatif tetapi juga berisi pesan-pesan singkat yang ditujukan
kepada para penonton yang memiliki aspek moralitas yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan diharapkan film mampu
mempengaruhi dan mengajak para penonton untuk melakukan hal-hal
yang baik dan menjadi teladan atau panutan bagi banyak orang.
Oleh karena itu, subyek penelitian ini membahas mengenai Aspek
moralitas dalam film CAST AWAY (apabila ditinjau dari pendekatan
moral analisis sastra).
8
8
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
Landasan Teori
Landasan teori pada bab ini akan menjelaskan teori
-
teori para ahli sastra
sebagai dasar penelitian. Landasan teori yang
digunakan untuk mendu
k
ung
penelitian ini antara lain: Karya Sastra, Aspek Moralitas dan
Moral,
Pendekat
an
Moral dalam Analisis Sastra, Tokoh dan Penokohan,
Fiksi dalam Kajian
Film
.
1.
Karya Sastra
Dalam sebuah karya sastra bersumber dari kenyataan
-
kenyataan
yang
hidup di
dalam masyarakat (realitas
-
objektif), akan tetapi karya sastra bukanlah
hanya pengungkapan realitas objektif itu saja. Di dalamnya
diungkapkan pula
nilai
-
nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dari sekedar realitas
objektif itu.
Karya sastr
a bukanlah semata tiruan dari pada alam (
imitation of
nature
) atau
tiruan daripada hidup
(
imitation of life
), akan tetapi karya sastra juga
merupakan penafsiran
-
penafsiran tentang alam dan kehidupan itu
(
interpretation of life
).
Karya sastra juga mengungkapkan tentang masalah
-
masalah
manusia
dan
kemanusiaan. Tentang makna hidup dan kehidupan. Ia
melukiskan
penderitaan
-
penderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang dan
kebencian,
nafsu dan segala yang dialami manusia. Dengan kary
a sastra, pengarang
hendak menampilkan nilai
-
nilai yang lebih tinggi
dan lebih agung. Mau
menafsirkan tentang makna hidup dan hakekat hidup.
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
Landasan teori pada bab ini akan menjelaskan teori-teori para
ahli sastra
sebagai dasar penelitian. Landasan teori yang digunakan untuk
mendukung
penelitian ini antara lain: Karya Sastra, Aspek Moralitas dan
Moral, Pendekatan
Moral dalam Analisis Sastra, Tokoh dan Penokohan, Fiksi dalam
Kajian Film.
1. Karya Sastra
Dalam sebuah karya sastra bersumber dari kenyataan-kenyataan
yang
hidup di dalam masyarakat (realitas-objektif), akan tetapi karya
sastra bukanlah
hanya pengungkapan realitas objektif itu saja. Di dalamnya
diungkapkan pula
nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dari sekedar
realitas objektif itu.
Karya sastra bukanlah semata tiruan dari pada alam (imitation of
nature) atau
tiruan daripada hidup (imitation of life), akan tetapi karya
sastra juga
merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam dan kehidupan
itu
(interpretation of life).
Karya sastra juga mengungkapkan tentang masalah-masalah
manusia
dan kemanusiaan. Tentang makna hidup dan kehidupan. Ia
melukiskan
penderitaan-penderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang dan
kebencian,
nafsu dan segala yang dialami manusia. Dengan karya sastra,
pengarang
hendak menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih
agung. Mau
menafsirkan tentang makna hidup dan hakekat hidup.