PAGE 17 Laporan Praktik Kerja Lapangan Pembangunan Gedung
Laboratorium FIK. Tahap II di UNESA
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Deskripsi dan Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pekerjaan di dalam suatu proyek merupakan proses
penggunaan tenaga, pikiran dan metode yang tepat untuk mencapai
hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas serta ketetapan waktu
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Pekerjaan proyek pembangunan gedung
laboratorium FIK Unesa tahap II, dibagi dalam 3 (tiga) zone. Dalam
pelaksanaan kegiatan proyek ini sangat dibutuhkan masukan, baik
dari pihak owner, konsultan perencana maupun kontraktor yang
berkaitan erat dengan pengendalian dan pelaksanaan proyek.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor mengadakan atau
menyediakan material dan peralatan yang memadai untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Waktu pelaksanaan proyek
pembangunan gedung laboratorium FIK Unesa tahap II adalah 5 bulan
yang dimulai 3 Oktober 2012 sampai 19 Februari 2013, sebenarnya
kontrak PKL kami yaitu mulai tanggal 8 oktober 2012 15 Desember
2012 karena pekerjaan molor dan pengamatan yang saya lakukan kurang
jadi saya tetap lanjut sampai 15 maret 2013 yaitu berupa pekerjaan
struktur dan finishing. Adapun pekerjaan persiapan yang sudah
ditentukan oleh pihak owner (sumber:Spesifikasi Teknis pembangunan
gedung laboratorium FIK. Unesa tahap II) Spesifikasi Teknis
pembangunan gedung laboratorium FIK. Unesa tahap II yaitu:1.
Penjagaan termasuk juga perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
selama berlangsungnya pekerjaan.
2. Pengadaan air untuk pekerjaan.
3. Pembuatan gudang-gudang dan los kerja beserta perawatannya,
ukuran disesuaikan dengan gambar.
4. Pembuatan Direksi Keet beserta fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan beserta perawatannya.
5. Pengadaan alat-alat bantu lainnya.Untuk proyek pembangunan
yang dilaksanakan memiliki ruang lingkup pekerjaan adalah sebagai
berikut (Persyaratan Teknis Data Centre Surabaya):a. Lingkup
Pekerjaan
Bangunan Gedung Lab. 4 lantai b. Pekerjaan Persiapan
Pengukuran Pemasangan bouwplank Direksi Keet Pengadaan air dan
listrik kerja Peralatan site Administrasi dan dokumentasi Keamanan
lingkungan
c. Pekerjaan Struktur yang mencakup:
Pekerjaan tanah Pondasi tiang pancang Pemasangan perancah Kolom
beton Balok beton Plat beton Ring balok dan konsol beton Tangga
beton
d. Pekerjaan Arsitekur yang mencakup:
Pekerjaan pasangan batu bata Pekerjaan plesteran Pekerjaan
lantai Pekerjaan dinding dan kolom Pekerjaan kusen pintu dan
jendela Pekerjaan daun pintu dan jendela Pekerjaan kaca Pekerjaan
cat Pekerjaan handle, alat penggantung dan pengunci Pekerjaan water
proofing Pekerjaan finishing beton Pekerjaan plafond Pekerjaan atap
Pekerjaan railing Pekerjaan sanitair Pekerjaan grill penutupe.
Pekerjaan Instalasi (meliputi elektrikal dan mekanikal) yaitu :
Instalasi listrik Pekerjaan ventilasi udara Pekerjaan air
(plumbing) Pekerjaan proteksi/ pemadam kebakaran. Instalasi
penangkal petir Instalasi telepon Instalasi suara (sound system)
Instalasi keamanan1. Mekanisme Perencanaan Pekerjaan Dalam
perencanaan proyek ini pemilik menunjuk Tim Perencanaan pembangunan
gedung laboratorium Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNESA Tahap
II. Dalam pelaksanaan proyek, perusahaan harus membuat time
schedule agar mengetahui adanya kemajuan atau keterlambatan
proyek.2. Spesifikasi Produk
Dalam pelaksanaan pembangunan gedung laboratorium Fakultas Ilmu
Keolahragaan (FIK) Tahap II di Universitas Negeri Surabaya UNESA,
spesifikasi produk yang dihasilkan berupa konstruksi bangunan
seluas 5.760 M2 terdiri dari empat lantai dengan menggunakan
pondasi tiang pancang dan konstruksi utama beton bertulang
konvensional. 3. Kebutuhan Sumber Daya
Sumber daya di sini mencakup modal, sarana dan peralatan,
teknologi serta tenaga kerja. Untuk modal pelaksanaan proyek
pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri
Surabaya dimiliki oleh owner selaku pemilik. Sarana dan peralatan
yang digunakan dalam pelaksanaan proyek pembangunan Gedung
Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri Surabaya adalah bor
dan hammer untuk pemasangan pondasi tiang pancang, mesin molen atau
truk mixer yang digunakan untuk membuat adukan, spesi atau
pengecoran, alat pemotong tulangan, gergaji mesin, vibrator, back
go dan lain-lain.4. Pengaturan dan Penyediaan Tenaga Kerja.
Dalam manajemen proyek, pengaturan atau organisasi mencakup
tentang mengatur dan menyediakan tenaga kerja serta ketetapan
penentuan dan pengaturan pembagian tugas antara perorangan dan
kelompok, dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik yang
berimbang antara atasan dan bawahan.5. Uraian Jenis dan Spesifikasi
Proyek
Dalam pelaksanaan Proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK
Tahap II di Universitas Negeri Surabaya ini ada beberapa jenis
pekerjaan dalam pelaksanaan proyek diantaranya sebagai berikut: a.
Pekerjaan Persiapan
Pembersihan lahan. Pembuatan direksi keet. Pengukuran. Air
kerjab. Pekerjaan Sipil
1) Pekerjaan Galian sampai Lantai Kerja Pekerjaan galian.
Pemasangan bouwplank.
Pekerjaan pondasi tiang pancang. Pekerjaan urugan. Pekerjaan
lantai kerja.2) Pekerjaan Bekisting dan Perancah3) Pekerjaan
Pembesian Kolom, Balok dan Plat4) Pekerjaan Pengecoran Kolom, Balok
dan Platc. Pekerjaan Arsitektur
1) Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
2) Pekerjaan Plafond3) Pekerjaan Pelapis Lantai dan dinding
4) Pekerjaan Kusen dan Partisi
5) Pekerjaan Pengecatan
d. Pekerjaan Plumbing1) Instalasi Air Bersih dan Kotor
2) Tandon Air, Septiktank dan Resapan
Tandon air bawah. Septiktank kecil. Septiktank besar. Resapan.
Lain-lain.3) Saluran Keliling Gedung.4) Instalasi Listrik
7. Perbaikan dan Perawatan
Waktu yang dijadwalkan untuk perbaikan dan perawatan pada proyek
pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri
Surabaya, adalah selama pekerjaan berlangsung dan setelah serah
terima pekerjaan kedua. 8. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)Keselamatan dan kesehatan kerja pada hakekatnya merupakan suatu
pengetahuan yang berkaitan dengan 2 kegiatan. Pertama berkaitan
dengan upaya keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang
sedang bekerja. Kedua berkaitannya dengan kondisi kesehatan sebagai
akibat adanya penyakit akibat kerja. Tujuan K3 adalah mewujudkan
lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahtera sehingga akan tercapai
suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman, mencapai
tenaga kerja yang sehat fisik, sosial, dan bebas kecelakaan,
peningkatan produktivitas dan efisien perusahaan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat tenaga kerja. Pihak kontraktor pada proyek
Pembangunan Laboratorium FIK Unesa ini sudah menyiapkan peralatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seperti sepatu, helm, sarung
tangan, dan lain-lain, namun sosialisasi terhadap para pekerja akan
pentingnya penggunaan alat-alat pelindung diri ini masih kurang. Di
samping itu juga tidak adanya ketegasan atau pemberian sangsi
terhadap para pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri,
menyebabkan penggunaan peralatan K3 masih kurang efektif dan
efisien.Macam-macam Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pada proyek Pembangunan Laboratorium FIK Unesa serta fungsinya
dapat dilihat seperti gambar 2.1 berikut ini: (a) (b) (c) (d)Gambar
2.1 Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)a. Sepatu proyek
berguna sebagai pelindung alas kaki pekerja dari benda-benda tajam
saat beraktifitas di lapangan.
b. Helm proyek berguna sebagai pelindung kepala pekerja apabila
ada benda yang jatuh dari atas saat beraktifitas di lapangan.
c. Topeng las berguna melindungi mata dari cahaya las yang
menyilaukan pada saat melakukan pekerjaan pengelasan.
d. Kacamata berguna sebagai pelindung mata agar tidak terkena
debu dan sebagainya.Keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek
Pembangunan Laboratorium FIK Unesa ini masih kurang digalakkan, hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya para pekerja tidak memakai
alat pelindung diri pada saat bekerja atau berada di area proyek.
Kondisi pekerja pada proyek Pembangunan Laboratorium FIK Unesa
dapat dilihat seperti gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Kondisi pekerja saat memasang bekesting pelat (kiri)
dan pengecoran pelat (kanan)9. Peralatan Yang Digunakan
Pada proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Tahap II ini
digunakan peralatan untuk melaksanakan pekerjaan, antara lain:a.
Alat pancangAlat pancang adalah alat yang digunakan untuk
menancapkan tiang pancang yang sudah ada ke dalam tanah. Dalam
proyek ini mesin pancang yang dipakai menggunakan sistem injeksi.
Alat pancang yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat seperti
pada gambar 2.3. berikut ini:
Gambar 2.3. Alat pancang sistem injeksi b. BuldozerAlat ini
digunakan untuk meratakan tanah dengan volume besar. Sehingga dapat
mempercepat proses pekerjaan meratakan dan pengolahan tanah. dapat
dilihat seperti pada gambar 2.4. berikut ini:
Gambar 2.4. Buldozerc. Mixer Truck
Alat ini digunakan untuk mengangkut campuran beton yang
dihasilkan batching plan ke tempat pengecoran karena pada proyek
Pembangunan Laboratorium FIK ini menggunakan campuran beton dari
ready mix. Truck ini dilengkapi molen dengan kapasitas (6 - 8 m3)
Mixer Truck yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat seperti
pada gambar 2.5. berikut ini:
Gambar 2.5. Mixer truckd. Concrete PumpsConcrete pumps adalah
alat yang digunakan untuk membantu dalam pengecoran balok dan
pelat, dengan cara menyalurkan mix beton ke pipa concrete pumps.
concrete pumps yang digunakan dalam proyek ini dapat dilihat
seperti pada gambar 2.6. berikut ini: Gambar 2.6. Concrete pumps
truk e. Molen
Molen adalah alat yang digunakan untuk mengaduk campuran beton
dan campuran spesi dalam jumlah kecil. Molen yang digunakan dalam
proyek ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.7. berikut ini:
Gambar 2.7. Molen
f. VibratorVibrator merupakan alat untuk memadatkan beton cor
pada waktu pengecoran berlangsung. Dengan menggunakan alat
vibrator, material - material seperti agregat kerikil/koral dapat
masuk ke bawah dan merata ke semua bagian plat sehingga hasilnya
akan padat, rata dan tidak berongga. Vibrator yang digunakan dalam
proyek ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.8. berikut ini:
Gambar 2.8. Vibrator g. Mesin pemotong besiAlat ini digunakan
untuk membantu dalam memotong besi pada pekerjaan pembesian/
penulangan khususnya besi yang berdiameter kecil yang akan
disesuaikan pada gambar dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.9.
berikut ini: Gambar 2.9. Mesin pemotong besih. Deep well pumpAlat
ini digunakan untuk menyedot air pada daerah galian yang berair dan
mengalirkan ke luar area proyek dan dapat dilihat seperti pada
gambar 2.10. berikut ini:
Gambar 2.10. Deep well pumpi. Pesawat theodolitAlat ini
digunakan untuk mengukur tinggi suatu bidang tanah dengan sudut
mendatar (horizontal) dan sudut tegak (vertikal). Selain itu juga
bisa digunakan untuk mengkur jarak secara optis dan membuat garis
lurus. Pada proyek ini pesawat theodolit digunakan untuk menentukan
titik-titik pada pengerjaan pengukuran seperti as bangunan dan
mengontrol suatu ketinggian agar mendapat posisi yang benar-benar
sesuai level yang diinginkan dan dapat dilihat seperti pada gambar
2.11. berikut ini: Gambar 2.11. Pesawat theodolitej. Pesawat
waterpassAlat ini digunakan untuk mengukur tinggi suatu bidang
tanah dengan bantuan bak ukur dan hanya bisa mengukur sudut
mendatar (horizontal) dan dapat dilihat seperti pada gambar 2.12.
berikut ini: Gambar 2.12. Pesawat waterpassk. SchaffoldingAlat ini
digunakan untuk menyangga beban dalam pembuatan bekesting kolom,
balok, shearwall dan plat lantai 2 sampai dengan pelat atap dan
dapat dilihat seperti pada gambar 2.13. berikut ini: Gambar 2.13.
Scaffoldingl. Perata Pelat/Acian Pelat Perata pelat/acian pelat
adalah alat yang digunakan untuk meratakan pelat setelah pelat
tersebut dicor. Selain diratakan dengan manual, karena sangat luas
maka digunakan mesin perata pelat/acian pelat. Contoh perata
pelat/acian pelat bisa dilihat pada gambar 2.14.
Gambar 2.14. Kasutan perata acian pelatm. Alat-alat lainAlat ini
digunakan untuk menunjang kemudahan pelaksanaan pekerjaan pelat.
Antara lain ember, cangkul, gergaji, sekrup, linggis, roll meter
dan lain-lain, dapat dilihat seperti pada gambar 2.15. berikut ini:
Gambar 2.15. Alat-alat lain10. Material Yang Digunakana. Semen
Pada proyek pembangunan gedung ini umumnya semen yang dibeli
kontraktor yang digunakan untuk pekerjaan non structural misal:
pekerjaan bata, plesteran, dan sebagainya ini menggunakan Semen
Gersik dan Indo cement. Sedangkan untuk pekerjaan struktural
seperti pada plat lantai dan plat pondasi, material beton dikirim
dari PT. Surya Beton Indonesia Contoh semen bisa dilihat pada
gambar 2.16..Gambar 2.16. Semenb. Air
Air yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah air PDAM. Air ini
digunakan segala macam pekerjaan, seperti pembuatan spesi untuk
pekerjaan pasangan bata dan plesteran, dan penyemprotan bekisting
sebelum dicor, perawatan beton dengan cara penyiraman dan lain
sebagainya. Contoh bak air gambar 2.17.
Gambar 2.17. drem penyimpan airc. Agregat halus dan kasar
1. Agregat halusAgregat halus atau disebut pasir yang digunakan
dalam proyek ini baik. Sedangkan untuk pekerjaan pengecoran, pasir
diserahkan kepada pihak PT. Surya Beton Indonesia. Contoh Agregat
halus pada gambar 2.18.
Gambar 2.18 pasir2. Agregat kasar
Dalam proyek ini agregat halus atau kerikil yang biasa digunakan
untuk bahan pengecoran pada proyek ini, agregat kasar berupa
kerikil atau koral yang biasa digunakan untuk pengecoran seperti
kolom, rabat dan plat tangga. Sedangkan pengecoran plat lantai
diserahkan pada PT. Surya Beton Indonesia.
Gambar 2.19. koral/krikild. Beton untuk pengecoran
Beton yang digunakan untuk proyek ini menggunakan mutu K-350
yang diserahkan kepada pihak PT. Surya Beton Indonesia.f. Besi
tulangan
Besi tulangan yang digunakan adalah besi polos dan besi ulir.
Semua tulangan yang bersilangan harus diikat dengan baik
menggunakan kawat pengikat (bendrat). Contoh besi tulangan polos
dan besi sengkang dapat dilihat pada gambar 2.20. Gambar 2.20. Besi
tulangan
g. Kayu bekisting, papan triplek dan multipleks Penggunaan kayu
untuk keperluan bekisting menggunakan kayu meranti ukuran 5/7,
6/15, dan 6/10 cm. Kayu ini digunakan untuk usuk-usuk bekisting dan
penguat bekisting. Sedangkan untuk bekisting pelat digunakan papan
multiplek dengan tebal 9 mm. Kayu-kayu tersebut diusahakan tidak
rusak setelah dijadikan bekisting, agar dapat digunakan kembali.
Syarat kayu untuk bekisting adalah kayu memiliki permukaan yang
halus, rata, dan tidak bergelombang atau bengkok seperti pada
gambar 2.21 berikut ini: Gambar 2.21 Kayu, papan multiplek
B. Kontrol Kualitas (Quality Controls)Pengontrolan terhadap
kualitas bahan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah bahan yang
akan dipakai telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Dalam proyek ini dilakukan beberapa macam pengetesan untuk kontrol
kualitas, yaitu Slump Test, Tes Silinder beton, Tes kubus beton,
tes begesting dan besi.1. Slump Test
Slump Test adalah suatu cara untuk mengetahui atau mengontrol
konsistensi dari suatu campuran beton yang mana akan berpengaruh
terhadap kelayakan campuran beton tersebut. Hasil slump test ini
berupa nilai slump yang dibatasi oleh syarat-syarat kelayakan.
Nilai slump yang disyaratkan dalam proyek ini adalah 8 -12 cm.
Rata-rata nilai slump yang didapat pada proyek ini adalah 10 - 12
cm.
Bila nilai slump terlalu besar, hal ini menunjukkan bahwa
campuran beton tersebut mudah dilaksanakan, tetapi hal ini juga
menunjukkan bahwa campuran beton tersebut mudah mengalami penurunan
kualitas. Nilai slump yang terlalu kecil menunjukkan bahwa beton
sulit untuk dikerjakan. Apabila setelah dilakukan pengecekan dengan
slump test memenuhi, maka diambil 3 sample benda uji yang disimpan
dalam tabung uji untuk disimpan oleh pihak kontraktor pelaksana
yang diambil dari satu concrete mixer truck.a. Peralatan untuk
melakukan slump test :1) Kerucut Abrams, yaitu sebuah kerucut
terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan
tinggi 30 cm.
2) Sebuah batang besi untuk merojok, memiliki diameter 16 mm dan
panjang 60 cm
3) Pelat baja datar.b. Cara melakukan slump test :
1) Kerucut Abrams disiapkan diatas pelat baja
2) Campuran beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams secara
bertahap. 3) Campuran beton yang di masukan pada cetakan dilakukan
perojokan dengan tongkat besi sebanyak 25 kali, Setelah penuh,
bidang atas diratakan dan kemudian kerucut ditarik secara vertikal
dengan hati-hati.
4) Penurunan puncak kerucut campuran beton terhadap tinggi
mula-mula diukur, hasil pengukuran ini disebut nilai slump.
Gambar 2.22. Pembuatan dan pengecekan batas Slump
2. Pemeriksaan Mutu Pekerjaan Beton StrukturDalam pekerjaan
beton struktur, pihak konsultan pengawas dan kontraktor juga
melakukan pemeriksaan mutu agar hasil pekerjaan sesuai yang
diharapkan pengguna jasa, dengan pengecekan mutu pekerjaan maka
penyimpangan-penyimpangan dapat diatasi dari awal. Diagram alur
pemeriksaan mutu beton struktur adalah sebagai kontrol dalam
pelaksanaan pekerjaan beton. Gambar harus sesuai dengan gambar
tender dan RKS. Langkah pertama adalah pembuatan shopdrawing dan
persetujuan material, apabila shopdrawing tidak disetujui maka
gambar harus diperbaiki dan bila disetujui maka pekerjaan beton
bisa mulai dikerjakan. Tabel 2.1. Tentang mutu betonMUTU
BETONK225K250K275K300K350K400
Kuat tekan minimum 7 hari (kg/cm2)158175192210245280
Jumlah semen minimum (kg/m3)300300300325350375
Jumlah semen maksimum (kg/m3)550550550550550550
W/C faktor, maksimum0.550.550.550.550.50.5
3. Test Silinder Beton
Test silinder beton dilakukan untuk mengontrol mutu campuran
beton, untuk mendapatkan homogenitas campuran yang sesuai dengan
perhitungan yang telah dilakukan dengan pelaksanaan dibawah
pengawasan instruktur untuk mendapatkan syarat pencampuran semen,
pasir, kerikil dan air sesuai dengan kekuatan yang direncanakan.
Untuk test ini, setiap dilakukan pengecoran pihak proyek meminta
dibuatkan 3 benda uji dari concrete mixer truck dengan ukuran 15x30
cm, dan kemudian benda uji tersebut diuji tekan pada umur beton 14
hari dan 28 hari. Apabila benda uji tersebut diuji tekan pada umur
sebelum atau lebih dari 28 hari, maka kekuatan tekannya harus
dikalikan dengan faktor atau perbandingan tekan beton terhadap
beton berumur 28 hari, seperti pada tabel 2.3 di bawah ini:Tabel
2.2. Perbandingan Kekuatan Beton Pada Berbagai UmurUmur beton
(hari)3714212890365
Perbandingan lekat beton0,400,650,880,951,001,201,35
Sumber: PBBI 1971 N.1-2
Proses pelaksanaan tes silinder beton ditunjukkan seperti pada
gambar 2.23 dibawah ini:
Gambar 2.23. Pelaksanaan tes silinder beton4. Pemeriksaan
Bekisting
Test standar bekisting adalah tes yang dilakukan guna mengecek
apakah begisting yang dibuat sudah memenuhi syarat berdasar
peraturan dan RKS. Tes ini juga mengecek apakah kayu yang digunakan
memenuhi syarat.5. Pemeriksaan Kesesuaian Gambar dengan
Pelaksanaan
Tes kesesuaian gambar dengan pelaksanaan adalah tes yang
dilakukan oleh quality control bersama dengan pihak pengawas dan
kontraktor guna mengetahui apakah desain pelaksanaan atau
konstruksi yang dibuat sesuai dengan gambar kerja. Apabila ada
kesalahan maka konstruksi harus dibongkar dan diulang hingga sesuai
dengan gambar kerja. C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam proyek pembangunan Gedung Laboratorium FIK Unesa Tahap II
mahasiswa mendapatkan masukan ilmu bagaimana menyusun manajemen
pembagian sumber daya proyek baik dalam hal tenaga kerja, material
dan keuangan. Berbagai masukan ilmu pengetahuan yang baru tersebut
sangat memotivasi untuk bersemangat mengikuti praktik kerja
lapangan tersebut. Selain itu ada juga beberapa faktor-faktor
kesulitan yang ditemui antara lain faktor keselamatan yaitu untuk
mendapatkan helm safety sebagai syarat keselamatan mengikuti proyek
mengingat tidak adanya pinjaman helm safety dari proyek. Serta
sulitnya untuk berkomunikasi dengan seluruh tenaga kerja utama dari
tim perencanaan tata ruang kampus/pembangunan fisik Gedung
Laboratorium FIK Tahap II di Universitas Negeri Surabaya yang dalam
hal ini sebagai kontraktor untuk meminta informasi-informasi
mengenai pengerjaan proyek dan data-data yang diperlukan dalam
penyusunan laporan. Namun dapat dipahami karena mungkin terlalu
sibuknya para tenaga kerja harus berkonsentrasi penuh untuk segera
meyelesaikan proses pembangunan tersebut tepat pada waktu yang
dijadwalkan.Selama menjalankan kerja praktik baik didalam maupun
diluar ruangan diberikan tempat yang baik untuk berdiskusi maupun
mengerjakan tugas yang diberikan dengan sesama rekan yang juga
melaksanakan kerja praktik, sehingga sangat membantu untuk
mengerjakan tugastugas yang diberikan dengan tenang maupun untuk
beristirahat sesudah melakukan pemantauan di luar ruangan.Adapun
hambatan lain dalam pelaksanaan kerja praktik ini yaitu pentingnya
menjaga kekuatan dan daya tahan tubuh saat melakukan kegiatan
praktik lapangan, agar tidak mudah sakit serta dapat melakukan
praktik kerja lapangan dengan maksimal dan bermanfaat.
PAGE